• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOSINTESIS DENGAN UJI SACH DAN INGENHOUSZ - KELOMPOK 2

N/A
N/A
Sinta Febriyanti

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FOTOSINTESIS DENGAN UJI SACH DAN INGENHOUSZ - KELOMPOK 2"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PEWARISAN SIFAT DAN GOLONGAN DARAH

Disusun Oleh:

Nama : Sinta Febriyanti NIM : 4301422047 Kelompok : 2 (Dua)

Rombel : Pendidikan Kimia B

LABORATORIUM BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

(2)

1. DASAR TEORI

Ciri yang paling nyata dari kehidupan adalah kemampuan organisme untuk memproduksi (reproduksi) jenisnya. Sejenis menghasilkan sejenis, organisme menurunkan organisme yang sama. Suatu keturunan akan lebih menyerupai orang tuanya daripada individu lain yang spesiesnya sama, tapi hubungannya lebih jauh. Perpindahan sifat dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dinamakan penurunan sifat yang dikenal dengan istilah hereditas. Selain itu, variasi adalah keturunan yang memiliki penampilan yang sedikit berbeda dari orang tuanya atau saudara sekandungnya. Mekanisme hereditas dan variasi menjadi perhatian seiring abad ke-20.

Penurunan sifat dari induk kepada keturunannya dikenal sebagai hereditas.

Pewarisan sifat induk kepada keturunannya melalui gamet dengan mengikuti aturan-aturan tertentu. Orang pertama yang meneliti tentang penurunan sifat yaitu Gregor Johann Mendel. Mendel adalah tokoh genetika yang diakui sebagai penemu hukum-hukum hereditas atau pewarisan sifat menurun (Daulay, 2020).

Menurut Mehler (1996), definisi hereditas sebagai transmisi genetik dari orang tua pada keturunannya merupakan penyederhanaan yang berlebih karena sesungguhnya yang diwariskan oleh anak dari orangtuanya adalah satu set alel dari masing-masing orang tua serta mitokondria yang terletak di luar nukleus (inti sel), kode genetik inilah yang memproduksi protein kemudian berinteraksi dengan lingkungan untuk membentuk karakter fenotip (Meilinda, 2017).

Secara garis besar, hukum pemisahan Mendel menjelaskan terkait keberadaan sepasang faktor yang mengendalikan setiap karakter akan memisah pada waktu pembentukan gamet. Pada hukum pilihan bebas, Mendel menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menentukan karakter-karakter yang berbeda diwariskan secara bebas satu sama lain. Istilah faktor yang dijelaskan oleh Mendel tersebut dikemudian hari dikenal dengan istilah gen.(Fauzi & Corebima : 2016)

Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya dan mengikuti pola-pola tertentu, hukum-hukum genetika adalah hukum segregasi dan random assortment,teori herediter partikel Mendel yakni induk mewariskan faktor-faktor herediter (gen) pada keturunannya. Faktor-faktor herediter ini diturunkan

(3)

sebagai partikel-partikel yang terpisah dari satu generasi ke generasi berikutnya (Frida Karya Novitasari, 2013).

Hukum Mendel I menyatakan pemisahan gen sealel. Dalam bahasa Inggris disebut “Segregation of allelia genes”. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembuatan magnet individu yang memiliki genotip heterozigot, sehingga Masing-masing gamet mengandung salah satu dari alel tersebut. Dalam hal ini disebut juga sebagai hukum segregasi yang berdasarkan pada percobaan persilangan dua individu yang memiliki satu sifat yang berbeda atau monohibrid. Monohibrid adalah suatu persilangan individu dengan satu sifat berbeda. Dalam percobaan Mendel digunakan persilangan antara kacang ercis tinggi dengan kacang ercis rendah, dan menghasilkan perbandingan fenotip dimana yang kacang ercis tinggi lebih banyak jumlahnya daripada yang kacang ercis rendah dengan perbandingan sebesar 3:1 dan perbandingan genotip 1:2:1 (Assabili, 2022).

Kemudian Hukum Mendel II yaitu pengelompokan gen secara bebas berlaku ketika pembentukan gamet, di mana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub secara meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid. dihibrid adalah suatu persilangan dengan dua sifat yang berbeda. Untuk membuktikannya, Mendel melakukan eksperimen dengan menyilangkan tanaman Pisum sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat. Persilangan pada tanaman ini menghasilkan perbandingan fenotip 9:3:3:1 (Assabili, 2022).

Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal 48 jenis antigen selain ABO dan dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolitik, gagal ginjal, syok, dan kematian (Tenriawaru, 2016:

42).

Secara umum darah memiliki empat golongan yaitu: golongan darah A, di mana golongan darah A mempunyai antigen A dan anti-B, golongan darah B yaitu golongan

(4)

darah yang memiliki antigen B dan anti-A, golongan darah O yaitu golongan darah yang memiliki antibodi tetapi tidak memiliki antigen, dan golongan darah AB yaitu golongan darah yang memiliki antigen tetapi tidak memiliki antibodi (Oktari, 2016 :49).

Dalam sistem golongan darah ABO, berlaku asas yang mengatakan bahwa serum seseorang tidak akan mengendapkan sel darah merah orang itu sendiri serta darah orang lain yang bergolongan sama. Jadi, serum darah orang yang bergolongan A tidak dapat mengaglutinasikan sel darah merah dari orang yang bergolongan darah A. sebaliknya juga pada orang yang bergolongan darah B. serum dari orang yang bergolongan AB juga tidak bisa mengendapkan sel darah merah golongan AB. sel darah merah golongan O tidak dapat di aglutinasi kan oleh serum dari orang yang bergolongan darah A, B, maupun AB (Sadikin, 2001).

Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen tunggal. sehingga ada 4 kemungkinan fenotip yaitu A, B, AB, atau O.

Huruf-huruf ini menunjukkan 2 karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang mungkin ditemukan pada permukaan sel darah merah. sel darah seseorang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B), kedua-duanya (tipe AB) atau tidak sama sekali (tipe O) (Swastini, 2016: 69).

2. TUJUAN

a. Membuktikan Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.

b. Mengetahui keanekaragaman genotip dan fenotip pada persilangan monohibrid.

c. Mengetahui keanekaragaman genotip dan fenotip pada persilangan monohibrid.

d. Mengetahui beberapa sifat genetik pada manusia yang ditentukan oleh seri alel ganda.

e. Mengetahui tipe-tipe golongan darah dengan bantuan larutan garam Anti A dan Anti B.

3. ALAT DAN BAHAN Alat:

a. Gelas objek b. Kapas

(5)

c. Jarum Lancet d. Tusuk gigi

e. Kancing genetika 2 warna masing-masing warna 50 buah f. Kancing genetika 4 warna masing-masing warna 20 buah

Bahan:

a. 1 set serum (serum anti A dan serum anti B) b. Larutan garam fisiologis

c. Alkohol 70%

4. CARA KERJA

Kegiatan l : Persilangan Monohibrid

a. Menentukan tanaman dan sifat yang akan disilangkan. Misal tanaman mangga dan sifat yang akan dilihat adalah rasa buah.

b. Menentukan simbol untuk masing-masing alel dan warna. Misal rasa buah manis disimbolkan dengan M dan diwakili oleh kancing warna merah. Rasa buah asam disimbolkan dengan m dan diwakili oleh kancing putih.

c. Memisahkan 50 kancing (misalnya: warna merah) menjadi 2 bagian masing-masing 25 buah sebagai gamet jantan dan gamet betina. Memisahkan juga 50 kancing warna lain (misalnya: putih) menjadi 2 bagian masing-masing 25 buah sebagai gamet jantan dan gamet betina.

d. Memasukkan 25 buah kancing merah dan 25 kancing putih gamet jantan ke dalam wadah pertama. Memasukkan pula 25 buah kancing merah dan 25 kancing putih gamet betina ke dalam wadah kedua.

e. Mengocok kedua wadah tersebut agar gamet di dalamnya tercampur homogen.

f. Mengambil secara acak sebuah kancing dari wadah pertama dan sebuah kancing dari wadah kedua, mempertemukannya, hal ini sebagai fertilisasi. Mencatat hasilnya dalam tabel.

g. Melakukan terus sampai kancing dari kedua wadah habis.

h. Menghitung perbandingan fenotip maupun genotip yang terjadi.

i. Melakukan percobaan tersebut minimal 3 kali.

(6)

Genotipe Talis Frekuensi

I II III

Merah-Merah (MM) Merah-Putih

(Mm) Putih-Putih

(mm)

Kegiatan ll : Persilangan Dihibrid

a. Menentukan tanaman dua sifat yang akan disilangkan. Misalnya: tanaman bunga sepatu. Sifat yang akan dilihat misalnya warna bunga dan tinggi tanaman.

b. Menentukan simbol untuk masing-masing alel dan warna. Misalnya:

● Warna bunga merah disimbolkan M dan diwakili kancing warna merah.

● Warna bunga putih disimbolkan m dan diwakili kancing warna putih.

● Tanaman tinggi disimbolkan T dan diwakili kancing warna hitam.

● Tanaman pendek disimbolkan t dan diwakili kencing warna kuning.

c. Membagi pasangan kancing di atas menjadi 2 bagian untuk gamet jantan dan gamet betina.

d. Untuk pembentukan gamet, membuat pasangan kancing berikut pada masing-masing gamet.

Pasangan Kancing Simbol Gamet

Merah-Hitam MT

Merah-Kuning Mt

Putih-Hitam mT

Putih-Kuning mt

e. Pemasukan gamet jantan kedalam wadah pertama. Memasukkan gamet betina ke dalam wadah kedua.

(7)

f. Mengocok kedua wadah tersebut agar gamet di dalamnya tercampur homogen.

g. Mengambil secara acak sebuah kancing dari wadah pertama dan sebuah kancing dari wadah kedua, mempertemukannya, hal ini sebagai imitasi fertilisasi.

Mencatat hasilnya dalam tabel.

h. Menghitung perbandingan fenotip yang diperoleh.

Genotip Fenotip Talis Frekuensi

MMTT MMTt

MMtt MmTT

MmTt Mmtt mmTT

mmTt mmtt

Kegiatan lll : Tipe Golongan Darah

a. Memijat ujung jari tengah atau manis tangan kiri, kemudian membersihkan ujung jari tersebut dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70%.

b. Menusuk ujung jari yang telah dibersihkan itu dengan jarum Lancet yang steril hingga keluar darahnya. kemudian meneteskan darah yang keluar pada gelas objek di tiga tempat seperti gambar dibawah ini.

c. Menambahkan pada tetes : No I : Satu tetes anti A No II : Satu tetes anti B No III : Satu tetes anti AB

d. Mengaduk masing-masing tetes dengan tusuk gigi yang berlainan.

(8)

e. Mengamati apa yang terjadi pada setiap tetes darah setelah masing-masing ditambah dengan tetesan larutan garam fisiologis, anti A dan anti B.

f. Memperhatikan bila:

1) + Anti A menggumpal; + Anti B tidak menggumpal maka golongan darah A.

2) + Anti A tidak menggumpal; + Anti B menggumpal maka golongan darah B.

3) + Anti A menggumpal; + Anti B menggumpal maka golongan darah AB.

4) + Anti A tidak menggumpal; + Anti B tidak menggumpal maka golongan darah O.

g. Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel dibawah ini dan mengambil kesimpulan dari hasil percobaan.

Nama Praktikan Perlakuan Pengamatan Golongan Darah + Anti A

+ Anti B + Anti A + Anti B + Anti A + Anti B + Anti A + Anti B

h. Menghimpun data individual (data masing-masing golongan darah teman Anda) menjadi data kelas. Membuat diagram seperti di bawah ini dan mengambil kesimpulan dari kegiatan tersebut.

Golongan Darah Talis Frekuensi Persentase A

B AB

O

(9)

5. HASIL PERCOBAAN

Kegiatan l : Persilangan Monohibrid

Kelompok Perbandingan Genotip

MM Mm mm

4 1 2 1

5 1 2 1

6 1 2 1

Kegiatan II : Persilangan Dihibrid

Kelompok Perbandingan Fenotip

Manis Tinggi Manis Pendek Asam Tinggi Asam Pendek

1 9 4 3 1

2 9 3 3 2

3 10 3 2 3

Kegiatan III : Tipe Golongan Darah

Probandus Perlakuan Golongan

Darah

Anti A Anti B Anti AB

Arwidah + - + A

Marsel - + + B

Zain + + + AB

Sabrina - - - O

6. PEMBAHASAN

Kegiatan l : Persilangan Monohibrid

Praktikum genetika mengenai persilangan monohibrid bertujuan untuk membuktikan Hukum Mendel I diantaranya membuktikan adanya prinsip segregasi

(10)

secara bebas, membuktikan perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrid yaitu genotip 1:2:1 dan perbandingan fenotip 3:1.

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gen-gen berpasangan dalam persilangan. Persilangan ini hanya melihat satu sifat beda atau disebut monohibrid.

Percobaan kali ini menggunakan 40 kancing genetika yang terdiri dari 20 kancing genetika yang berwarna merah dan 20 kancing genetika yang berwarna putih sebagai model (pengganti) gen. Di sini kancing berwarna merah diumpamakan sebagai gen tanaman dengan rasa buah manis yang bergenotip M dan kancing berwarna putih diumpamakan sebagai gen tanaman dengan rasa buah asam yang bergenotip m. Dimana rasa buah manis dominan terhadap rasa buah asam.

Dari 20 kancing merah dan 20 kancing putih, masing-masing dibagi menjadi 2, kemudian 10 kancing warna merah dan 10 kancing warna putih dimasukkan ke dalam kantong sebagai gamet jantan, serta 10 kancing warna merah dan 10 kancing warna putih dimasukkan ke dalam kantong yang lain sebagai gamet betina. Gamet jantan dan gamet betina dipertemukan secara acak. Persilangan yang terjadi adalah sebagai berikut.

P ♀MM >< ♂ mm (Merah) ↓ (Putih)

F1 Mm

(Merah) F1>< F1 ♀Mm >< ♂ Mm

(Merah) ↓ (Merah)

G M, m M, m

F2

(11)

Fenotip

(Genotip) Merah (M) Putih (m)

Merah (M) MM Mm

Putih (m) Mm mm

Kami melakukan persilangan dengan cara meletakkan kancing-kancing gamet jantan di satu kantong dan kancing gamet betina di kantong lainnya. Sebelum diambil, kancing-kancing dihomogenkan terlebih dahulu agar warna merah dan putih menyebar.

Lalu satu kancing dari masing-masing kantong diambil secara acak dan dipertemukan.

Pengambilan secara acak dan mempertemukannya merupakan prinsip dari segregasi (Hukum Mendel 1) yang menyatakan bahwa dua alel untuk suatu sifat terwariskan bersegregasi (memisah) selama pembentukan gamet dan akhirnya berada dalam gamet gamet yang berbeda. Masing-masing individu memiliki sifat haploid, yang ditandai dengan memiliki sepasang alel untuk satu sifat. Tanaman dengan rasa manis dominan terhadap tanaman dengan rasa masam. Percobaan persilangan monohibrid ini diulang sebanyak 2 kali, hal ini dilakukan agar hasil yang diperoleh lebih akurat.

Berdasarkan data yang diperoleh, dari 20 sampel dan 2 kali pengulangan, didapatkan perbandingan frekuensi genotip yaitu MM:Mm:mm sebanyak 5:10:5 pada percobaan pertama dan 5:10:5 pada percobaan kedua. Ketika perbandingan frekuensi itu disederhanakan maka diperoleh rasio F2 yaitu 1:2:1. Perbandingan fenotip dari kelompok 4, 5, dan 6 sama yaitu 1:2:1. Kemudian untuk perbandingan fenotip yaitu tanaman dengan rasa manis : tanaman dengan rasa asam = 3:1. Perbandingan ini sesuai dengan hukum Mendel 1 dimana pada persilangan antar keturunan F1 tampak bahwa perbandingan hasil perkawinan antar faktor dominan dan resesif pada genotip nya adalah 1:2:1 dan perbandingan fenotip nya adalah 3:1.

Kegiatan II : Persilangan Dihibrid

Praktikum genetika mengenai persilangan dihibrid bertujuan untuk membuktikan Hukum Mendel II diantaranya membuktikan adanya prinsip berpasangan secara bebas dan membuktikan perbandingan Mendel pada F2 yakni persilangan dihibrid dengan fenotip = 9:3:3:1.

(12)

Persilangan dihibrid merupakan perkawinan antara dua individu yang memiliki dua sifat berbeda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang memiliki kromosom berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1. Percobaan ini menggunakan 64 kancing genetika yang terdiri dari 4 warna kancing, yaitu kancing merah (mewakili warna bunga merah), kancing putih (mewakili warna bunga putih), kancing hitam (mewakili tanaman tinggi), dan kancing kuning (mewakili tanaman pendek).

Masing-masing warna terdiri dari 16 kancing genetika. Kemudian 16 kancing genetika dari masing-masing warna tersebut, dibagi menjadi dua yaitu sebagai gamet jantan dan gamet betina. Kemudian dibuat pasangan kancing untuk masing-masing gamet yaitu pasangan kancing merah-hitam, merah-kuning, putih-hitam, dan putih-kuning.

Sehingga nanti akan dihasilkan 8 pasang kancing merah-hitam, 8 pasang kancing merah-kuning, 8 pasang kancing putih-hitam, dan 8 pasang kancing putih-kuning.

Masing-masing kancing yang sudah disilangkan tersebut kemudian dibagi lagi menjadi dua sebagai gamet jantan dan gamet betina. Kemudian 4 pasang kancing merah-hitam, 4 pasang kancing merah-kuning 4 pasang kancing putih-hitam dan 4 pasang kancing putih-kuning dimasukkan ke dalam satu kantong sebagai gamet jantan, serta sisanya dimasukkan ke dalam kantong yang lain sebagai gamet betina. Gamet jantan dan gamet betina dipertemukan secara acak.

M (merah) dominan terhadap m (putih) T (tinggi) dominan terhadap t (pendek) Persilangan yang terjadi adalah sebagai berikut.

P1 ♀MMTT >< ♂ mmtt

(Merah Tinggi) (Putih Pendek) Gamet MT dan MT ↓ mt dan mt

F1 MmTt

(Merah Tinggi)

(13)

P2 ♀MmTt >< ♂ MmTt

(Merah Tinggi) (Merah Tinggi) Gamet MT, Mt, mT, mt MT, Mt, mT, mt F2

Gamet MT Mt mT mt

MT MMTT MMTt MmTT MmTt

Mt MMTt MMtt MmTt Mmtt

mT MmTT MmTt mmTT mmTt

mt MmTt Mmtt mmTt mmtt

Kami melakukan dua kali persilangan, yaitu yang pertama untuk membentuk gamet MT, Mt, mT, dan mt yang masing masing terdiri dari 8 pasang. Masing masing gamet tersebut dibagi menjadi dua, yaitu untuk gamet jantan dan betina. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong yang berbeda, dikocok-kocok, dan dilakukan persilangan yang kedua. Hasil persilangan yang dilakukan oleh kelompok kami sebagai berikut.

Sampel Data Kelompok 2

Genotip Fenotip Talis Frekuensi

I II I II

MMTT Manis Tinggi - I - 1

MMTt Manis Tinggi III III 3 3

MMtt Manis Pendek I - 1 -

MmTT Manis Tinggi IIIII II 5 2

MmTt Manis Tinggi - IIII - 4

Mmtt Manis Pendek III II 3 2

mmTT Asam Tinggi I - 1 -

(14)

mmTt Asam Tinggi I III 1 3

mmtt Asam Pendek II I 2 1

Percobaan persilangan dihibrid ini diulang sebanyak 2 kali, hal ini dilakukan agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Berdasarkan data diatas diperoleh perbandingan fenotip MT : Mt : mT : mt pada percobaan (1) yaitu 8 : 4 : 2 : 2, sedangkan pada percobaan (2) yaitu 10 : 2 : 3 : 1. Kemudian perbandingan tersebut di rata-rata dan diperoleh data perbandingan fenotip sebesar 9 : 3 : 2,5 : 1,5 setelah dibulatkan diperoleh pertandingan 9 : 3 : 3 : 2. Data tersebut tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Mendel yang seharusnya didapat perbandingan fenotip sebesar 9 : 3 : 3 : 1 pada Hukum Mendel II, dikarenakan frekuensi pengambilan alel resesif nya terlalu banyak. Dimana alel resesif adalah alel yang tertutupi oleh alel dominan. Alel resesif ini biasanya disimbolkan dengan huruf kecil.

Kegiatan III : Tipe Golongan Darah

Praktikum genetika pada kegiatan 3 ini bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe darah manusia. Dengan percobaan menggunakan darah segar yang diuji menggunakan Larutan Anti A dan Larutan Anti B. Pada praktikum ini dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel pada golongan darah beberapa mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia B Angkatan 2022. Golongan darah merupakan sifat yang diwariskan berdasarkan alel ganda yang merupakan interaksi antara gen gen tertentu yang pada akhirnya membentuk suatu fenotip orang tersebut. Alel ganda adalah beberapa alel lebih dari satu gen yang menempati lokus sama pada kromosom homolognya.

Pada percobaan golongan darah beberapa mahasiswa dilakukan dengan tes golongan darah dengan uji serum. Mahasiswa diambil sampel darahnya dengan menusukkan jarum lancet pada salah satu jari yang sudah dibersihkan. Ketika darah sudah keluar, teteskan darah tersebut pada gelas objek, lalu ditetesi dengan larutan Anti A atau B dan amati. Apabila darah mengalami penggumpalan ketika ditetesi Anti A berarti di dalam darah mengandung antigen A, dengan kata lain orang tersebut bergolongan darah A. Apabila darah mengalami penggumpalan ketika ditetesi serum B berarti golongan darah tersebut adalah B, apabila darah tersebut menggumpal ketika ditetesi Anti

(15)

A dan B, maka golongan darah orang tersebut adalah AB. Sedangkan apabila tidak terjadi penggumpalan sama sekali pada darah tersebut, maka golongan darah orang tersebut adalah O.

Dari data percobaan untuk probandus pertama yaitu Arwidah, ketika sampel darah ditetesi Larutan Anti A dan AB mengalami penggumpalan, sedangkan ketika sampel darah ditetesi Larutan Anti B tidak mengalami penggumpalan. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa golongan darah dari Arwidah adalah A. Kemudian untuk probandus yang kedua yaitu Marcell, Ketika sampel darah ditetesi Larutan Anti A tidak terjadi penggumpalan, sedangkan ketika sampel darah ditetesi dengan Larutan Anti B dan AB terjadi penggumpalan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa golongan darah dari Marcell adalah B. Untuk probandus yang ketiga yaitu Zain, ketika sampel darah ditetesi Larutan anti A, B, dan AB terjadi penggumpalan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa golongan darah dari Zain adalah AB. Untuk probandus yang terakhir yaitu Sabrina, ketika sampel darah ditetesi Larutan Anti A, B dan AB tidak terjadi penggumpalan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa golongan darah dari Sabrina adalah O.

Golongan darah AB disebut sebagai resipien universal, karena golongan darah AB dapat menerima donor darah dari seluruh golongan darah baik A, B, maupun O.

Akan tetapi golongan darah AB tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB.

Sedangkan golongan darah O disebut sebagai donor universal, karena golongan mendonor ke orang dengan golongan darah A, B, ataupun O. Namun orang dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama O.

Keempat jenis golongan darah tersebut dikendalikan oleh 3 alel yaitu itu IA, IB, dan I. Alat-alat tersebut bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA dan alel IBmasing-masing Mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B, sedangkan alel I tidak membentuk antigen. Antara alel IAdan alel IBterdapat hubungan kodominan, yang berarti genotip IA dan IB dapat mereduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IBkeduanya terhadap alel I. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotip IA, IA, dan IAI (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotip IB, IB, dan IBI (golongan darah B) akan memproduksi antigen B, genotip IAIB

(16)

(golongan darah AB) mempunyai Antigen A dan B, sedangkan genotip II (golongan darah O) tidak memproduksi antigen.

Golongan Darah pada Manusia

Golongan Darah Alel Genotip

A IA IAIAdan IAI

B IB IBIBdan IBI

AB IA, IB IAIB

O I II

Contoh:

Ayah saya bergolongan darah B menikah dengan Ibu saya yang memiliki golongan darah A. Kemudian saya anaknya bergolongan darah AB.

7. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

a. Persilangan monohibrid adalah persilangan yang hanya melihat satu sifat beda.

Hasil praktikum pada persilangan monohibrid sudah sesuai teori yaitu dengan perbandingan genotip 1:2:1 dan fenotip 3:1.

b. Persilangan dihibrid merupakan perkawinan antara dua individu yang memiliki dua sifat berbeda. Hasil praktikum pada persilangan dihibrid tidak sesuai dengan teori dikarenakan frekuensi pengambilan alel resesif terlalu banyak.

c. Beberapa sifat genetik pada manusia ditentukan oleh alel ganda yaitu pewarisan sifat golongan darah sistem ABO. Dimana golongan darah AB sebagai resipien universaldan golongan darah O sebagaidonor universal.

(17)

LAMPIRAN

Kegiatan l : Persilangan Monohibrid

Kegiatan lI : Persilangan Dihibrid

Kegiatan lII: Tipe Golongan Darah

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Assabili, F. (2022). Genetika Dasar Persilangan Monohibrid dan Dihibrid. Jurnal Institut Teknologi Perkebunan Pelalawan Indonesia. 3-4.

Daulay, E.J. (2020). Modul Biologi Kelas XII. Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD,

DIKDAS dan DIKMEN.

https://repositori.kemdikbud.go.id/22097/1/XII_Biologi_KD-3.5_Final.pdf

Fauzi Ahmad & Duran Corebima Aloysius. (2016). Pemanfaatan Drosophila melanogaster Sebagai Organisme Model Dalam Mempelajari Hukum Pewarisan Mendel. Jurnal : ProsidingSeminar Nasional Biologi ,Volume 9, No 11. 372

Frida Karya Novitasari, Endang Susantini, Nur Kuswanti.2013.Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Strategi Metakognitif Pada Materi Pewarisan Sifat.

Meilinda. (2017). Teori Hereditas Mendel : Evolusi atau Revolusi (Kajian Filsafat Sains).Jurnal Pembelajaran Biologi, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2017

Oktari, Anita dkk. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O. Jurnal Teknologi Laboratorium. Vol. 5 No.

49-50. Bandung: Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih.

Rahman, I. (2018). Tinjuan Pustaka 2. Semarang:unimus.ac.id

Swastini, D.A dkk. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus Pelajar Kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Gianyar.Jurnal Udayana Mengabdi. Vol 15 No. 1:69. Bali : Universitas Udayana.

Tenriawaru, E.P dkk. 2016. Analisis Korelasi Antara Golongan Darah Tipe ABO dengan Modalitas dan Gaya Belajar Mahasiswa. Jurnal Dinamika. Vol. 7 No 1: 42. Palopo:

Universitas Cokroaminoto Palopo.

Referensi

Dokumen terkait

Information Disclosure Stock Split Plan PT Metrodata Electronics Tbk "The Company" We hereby present the Company's Corporate Action Plan, as mentioned Stock Split, with the