• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN PEMISAHAN ANALITIK PERCOBAAN 3 KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

N/A
N/A
Mahendra Topan

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN PEMISAHAN ANALITIK PERCOBAAN 3 KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN PEMISAHAN ANALITIK

PERCOBAAN 3

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

DISUSUN OLEH :

NAMA : RAMADHAN ABDUL JALAL NIM : E1M022052

KELAS : C/III

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM 2023

(2)

PERCOBAAN III

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PADA SAMPEL MINYAK ATSIRI

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Memisahkan suatu zat yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi komponen- komponen yang dipisahkan antara dua fase (fase gerak dan fase diam).

2. Mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kertas.

3. Menentukan harga Rf masing-masing noda zat warna.

B. ALAT DAN BAHAN 1. Alat

A. Erlenmeyer B. Gelas Kimia C. Penggaris D. Pensil E. Pipa Kapiler

F. Plat TLC Silica Gel G. UV Kabinet

2. Bahan A. Aquadest

B. Larutan Etil Asetat (C4H₂O:) C. Larutan Aseton (CHO) D. Larutan Kloroform (CHCI)

E. Larutan Asam Asetat Glasial (CH COOH) F. Lautan 1-Butanol (CHO)

G. Plastik Bening

H. Sampel Minyak Atsiri Bunga Kenaga I. Sampel Minyak Atsin Jeruk Limau

(3)

J. Sampel Minyak Amiri Sereh K. Sampel Minyak Kemiri

C. PROSEDUER KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dipotong 2 plat silika gel dengan ukuran 4 x 10 cm.

3. Diberi jarak 1 cm dari bawa menggunakan pensil dan dibagi menjadi 4 titik sesuai jumlah sampel yang digunakan.

4. Ditotolkan sampel minyak atsiri pada titik yang telah dibuat sebanyak 2-3 kali totolan.

5. Disiapkan eluen yang digunakan yaitu eluen 1 (1-butanol 9.3 mL etil asetat 0,7 mL) dan eluen 2 (aseton 6 mL : kloroform 2 mL : asam asetat glasial 2 mL)

6. Kedua eluen dimasukkan kedalam gelas kimia yang berbeda dengan jarak bawah 0,5 cm agar tidak menyentuh garis batas Plat TLC.

7. Dimasukkan kedua Plat TLC yang telah ditotolkan sampel kedalam gelas kimia berisi eluen 1 dan gelas kimia cluen 2 sampai terlihat noda-noda.

8. Diamati pergerakan sampel hingga tidak bergerak lagi.

9. Dimasukkan kedua plat pada UV cabinet dan diamati.

10. Dicatat dan dihitung Rf masing-masing sampel.

11. Dicuci dan dirapikan alat yang telah digunakan.

D. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengamatan

ELUEN SAMPEL SEREH

R

RF

(Jarak Senyawa / Jarak Fase Gerak) Sampel 1 Tidak bergerak Tidak bergerak Eluen I Sampel 2 Tidak bergerak Tidak bergerak (1-butanol 9.3

mL etil asetat 0,7 mL)

Sampel 3 4,8 cm 4,8 cm/ 7,7 cm =

0,62 cm

Sampel 4 7,1 cm 7,1 cm / 7,9 cm =

(4)

0,89 cm

Sampel 1 6,9 cm 6,9 cm / 81 cm =

0,851cm Eluen II

(aseton 6 mL : kloroform 2

mL : asam asetat glasial 2

mL)

Sampel 2 7,1 cm 7,1 cm / 7,5 cm =

0,946 cm

Sampel 3 6,5 cm 6,5 cm / 7,8 cm =

0,81 cm

Sampel 4 6,3 cm 6,3 cm / 7,6 cm =

0,82 cm Tabel 1.1Hasil Pengamatan

2. Pembahasan

Praktikum ini membahas Kromatografi Lapis Tipis pada sampel sereh. Adapun tujuan praktikum ini agar mahasiswa bisa 1.) Memisahkan suatu zat yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase (fase gerak dan fase diam); 2.) Mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kertas;

3.) Menentukan harga Rf masing-masing noda zat warna.Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam dan gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat dalam bentuk molekul kecil atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Sedangkan fase gerak dapat berupa gas atau cairan.

Jika gas digunakan sebagai fase gerak maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan berbentuk cair (Rohman, 2019).

Kromatografi lapis tipis selanjutnya disingkat (KLT) adalah tipe kromatografi cair yang fase diamnya berupa lapisan tipis sorben partikel yang seragam dalam bentuk pelat gelas, aluminium foil, atau plastik. Dalam prosedur dasar KLT, larutan sampel diaplikasikan ke dalam pelat, dan pelat dikembangkan dengan memasukkannya kedalam bejana tertutup dan bagian dasar dari bejana diisi dengan

(5)

fase geraknya (eluen) yang biasanya teridir dari campuran dari beberapa pelarut.

Dalam praktikum ini eluen yang digunakan adalah Eluen 1 (1-butanol 9.3 mL etil asetat 0,7 mL) dan eluen 2 (aseton 6 mL : kloroform 2 mL : asam asetat glasial 2 mL).

Setelah pengembangan, pelat di angkat dari bejana dan ditandai untuk dihitung nilai Rf-nya (nisbah antara jarak pita yang terpisah dan jarak eluennya) (Sherma & Fried 2015).

Menurut Wulandari (2021), pemilihan eluen merupakan faktor yang paling berpengaruh pada sistem KLT. Eluen dapat terdiri dari satu pelarut atau campuran dua sampai enam pelarut. Campuran pelarut harus saling sampur dan tidak ada tanda-tanda kekeruhan. Fungsi eluen dalam KLT ; 1) Untuk melarutkan campuran zat; 2.) Untuk mengangkat atau membawa komponen yang akan dipisahkan melewati sorben fase diam sehingga noda memiliki Rf dalam rentang yang dipersyaratkan, 3)Untuk memberikan selektivitas yang memadai untuk campuran senyawa yang akan dipisahkan. Eluen juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Memiliki kemurnian yang cukup, Stabil, Memiliki viskositas rendah, Memiliki partisi isotermal yang linier, Tekanan uap yang tidak terlalu rendah atau tidak terlalu tinggi, Toksisitas serendah mungkin

Pertama, dilakukan preparasi sampel. sereh yang dipotong kecil-kecil ditumbuk menggunakan lumpang alu, hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan proses ekstraksi sampel. Sebab semakin halus sereh, luas permukaannya semakin besar sehingga memudahkan proses ektraksi. Sereh yang telah dihaluskan ditambahkan dengan 1 mL etanol. Etanol berfungsi sebagai pelarut yang digunakan pada proses ektraksi. Sesuai teori bahwa sereh dapat larut pada pelarut etanol.Setelah proses ekstraksi, maka akan diperoleh ekstrak sereh berwarna kuning. Sebelum proses pemisahan, dilakukan proses penjenuhan fase gerak 1 yang berisi pelarut 1-butanol 9.3 mL etil dan asetat 0,7 mL dalam chamber. Eluen yang terdiri dari pelarut dengan titik didih rendah dan sangat mudah menguap dapat menyebaban terjadinya efek tepi dan melengkungnya bentuk garis depan eluen. Hal ini dikarenakan penguapan tidak hanya terjadi dari atas kebawah tapi juga dari samping tepi chamber ke tengah chamber. Hal inilah yang menjadi penyebabkenapa harus dilakukan penjenuhan terlebih dahulu sebelum dimasukkannya plat KLT yang berisi sampel. Penjenuhan dilakukan dengan menggunakan kertas sorben (kertas saring). Penjenuhan dapat dilakukan selama 2-15 menit tergantung pelarut yang digunakan. Penjenuhan ditandai dengan berhentinya

(6)

fase gerak mengenai kertas saring dan kertas saring mengering. Setelah proses penjenuhan maka dilakukan proses pemisahan menggunakan KLT.

Ekstrak kurkumin ditotolkan pada garis batas bagian bawah plat KLT yang telah disiapkan. Setelah itu dimasukkan ke dalam chamber 1 yang berisi fase gerak 1 (1-butanol 9.3 mLdan etil asetat 0,7 mL). Fenomena awal yang terjadi dalam chamber adalah terjadinya keseimbangan antara fase eluen dan fase uap eluen dalam chamber.

Ketika lempeng dimasukkan ke dalam chamber, lempeng langsung kontak dengan uap eluen, terjadi interaksi antara sorben lempeng KLT dengan molekul uap pelarut.

Interaksi yang terjadi tergantung dari kejenuhan chamber. Secara bersamaan pelarut bergerak melewati sorben lempeng KLT melalui gaya kapilaritas dan berinteraksi dengan uap eluen secara simultan.

Di dalam lempeng terjadi interaksi antara fase uap eluen, fase eluen, kelembaban yang teradsorbsi dalam lempeng, dan sorben lempeng itu sendiri. Adanya analit atau sampel yang ditotolkan dalam lempeng akan menambah jumlah interaksi yang terjadi. Pada proses pemisahan, di bagian atas chamber terjadi adsorbsi uap eluen oleh lempeng KLT kering (bagian lempeng yang tidak terbasahi eluen) sehingga uap eluen semakin tak jenuh. Penguapan dari eluen yang ada dalam lempeng menuju ruangan dalam chamber menyebabkan kecepatan alir eluen berkurang. Setelah proses pemisahan selesai, plat KLT diangkat dan dikeringkan. Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui bentuk kromatogramnya. Analisis dilakukan menggunakan lampu UV. Dari hasil kromatogram akan terlihat noda senyawa sereh yang terpisahkan dari analit dan selanjutnya dihitung nilai Rfnya. Analit yang mendekati batas depan eluen akan mengalami perubahan bentuk noda dari bulatan menjadi pita tipis. Pada percobaan ini terlihat dari hasil kromatogram bahwa analit berbentuk pipa tipis.

Nilai Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Nilai Rf merupakan ukuran kecepatan pergerakan suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Rf = Jarak titik tengah noda dari titik awal / Jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Nilai Rf yang diperoleh pada plat KLT 1 pada kelompok 1 sampai 4 adalah tidak bergerak, tidak bergerak, 0,26 cm, dan 0,891cm.

Plat KLT 2 dilakukan dengan sampel sama dan perlakuan yang sama, namun dengan perbandingan fase gerak berbeda yaitu aseton 6 mL : kloroform 2 mL :

(7)

asamasetat glasial 2 mL. Nilai Rf yang diperoleh pada plat KLT 2 pada kelompok 1 sampai 4 adalah 0,851cm, 0,946 cm, 0,81 cm, dan 0,82 cm.

Nilai Rf yang baik adalah sekitar 0,2. Namun dari hasil percobaan terlihat nilai Rf nya jauh di atas 0,2. Hal ini bisa disebabkan karena pada proses penjenuhan dilakukan terlalu cepat. Pelarut dalam chamber belum mengalami penjenuhan secara sempurna, namun plat KLT dimasukkan ke dalam chamber. Sehingga ketika belum mengalami penjenuhan secara sempurna, pergerakan pelarut terlalu cepat.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan, analisa data, dan pembahasan dapat disimpulkan, Didapat niilai Rf sampel senyawa hasil isolasi sereh pada plat KLT 1 kelompok 1 sampai 4 adalah tidak bergerak, tidak bergerak, 0,26 cm, dan 0,891cm dan pada plat KLT 2 kelompok 1 sampai 4 adalah 0,851cm, 0,946 cm, 0,81 cm, dan 0,82 cm.. Serta dapat disimpulkan bahwa tingkat kemurnian sampel sangat rendah atau terjadi pemisahan tidak sempurna

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Arajuo CAC, Leon LL. (2021). Biological activities of Curcuma longa L.Mem Inst Oswaldo Cruz. 96 (5):723-728.

Jayaprakasha GK, Jaganmohan Rao L, Sakariah KK. (2015). Chemistry and biological activities of Curcuma longa.Trends in Food Science & Technology. 16:533-548.

Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib G. (2006). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sherma J, Fried B. (2015). Thin layer chromatographic analysis of biological sampel.Journal of Liquid Chromatography & Related Technologies. 28: 2297-2314.

Wahyuni, dkk. (2016). Ekstraksi Kurkumin dari Kunyit. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. ISSN : 1411-4216.

Wulandari, Lestyo. (2018).Kromatografi Lapis Tipis.Jember: PT. Taman Kampus Presindo.

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

Ida Ketut Kusumawijaya Indonesia, Partiwi Dwi Astuti Indonesia Mediating role of entrepreneurial competencies: Influence of personality traits on entrepreneurial intention

23 Gambar 2.2 Interior Ruang Pamer University Museum Of Zoology.... 25 Gambar 2.4 Interior Ruang Pamer Museum Zoologi