• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI IKAN BAB I ”ANALISIS BAHAN KERING SEBAGIAN”

N/A
N/A
Dini Istiani

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI IKAN BAB I ”ANALISIS BAHAN KERING SEBAGIAN”"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI IKAN BAB I

”ANALISIS BAHAN KERING SEBAGIAN”

NAMA : DINI ISTIANI

NIM : 142011133080

KELAS : B

KELOMPOK : 8

ASPRAK : KAK RIDWAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA 2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masalah yang sering terjadi dalam budidaya ikan antara lain: harga pakan pellet dan konsentrasi pakan yang semakin meningkat, peralatan yang digunakan untuk mengolah pakan tambahan yang berasal dari limah pertanian masih manual, dan belum memiliki mesin pelet untuk membuat pakan tambahan ikan. Dengan demikian, butuh waktu yang lama dalam pembuatan pakan, keterbatasan kapasitas sehingga dapat mengakibatkan kualitas pakan rendah dan pertumbuhan ikan menjadi terhambat. Usaha budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang cukup dalam jumlah dan kualitas yang maksimal. Kualitas pakan ikan dapat menjadi terganggu karena penggunaan makanan ikan yang terbatas dan bahan protein bergizi namun dengan harga yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukannya pengelolaan pakan yang efektif dan efisien terhadap formulasi pakan (Kemigabo et al., 2017).

Salah satu sumber bahan yang sering digunakan dalam formulasi pakan ikan adalah cacing tanah. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) merupakan salah satu bahan pakan sumber protein hewani yang mempunyai potensi baik untuk dikembangkan.

Tubuh cacing tanah mengandung 64-76 % protein mudah dicerna dan dipecah menjadi asam-asam amino yang berguna bagi tubuh dan bermacam – macam enzim (Manan & Puspitasari, 2014).

Selain bahan cacing tanah, kulit pisang juga dapat digunakan sebagai pakan untuk ikan.Sebagai bahan baku pakan ikan, kulit pisang masih memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi 13,0% . Bahan nabati umumnya memiliki kandungan serat kasar yang sulit dicerna karena memiliki dinding sel yang kuat sehingga sulit dipecahkan. Kulit pisang juga memiliki kandungan protein kasar yang masih rendah yakni sebesar 7,7% (Agustono dkk., 2012). Dengan demikian, maka dilakukan praktikum yang berjudul “Analisis Bahan Kering Sebagian”.

1.2 Tujuan

(3)

Tujuan dari praktikum analisis bahan kering sebagian adalah untuk mengetahui kadar bahan kering pada sampel dengan pemanasan 60ºC selama beberapa hari (kering matahari = as feed).

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 30 Agustu 2022 di Laboratorium Kimia dan Analisis Gedung B Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga dan diakses secara daring dirumah masing-masing mahasiswa.

(4)

BAB II METODOLOGI 2.2 Alat Bahan dan Fungsi

Alat

 Pisau atau gunting : Untuk memotong bahan atau sampel

 Kertas lembaran : Untuk alas menjemur bahan

 Timbangan : Untuk menimbang berat bahan

 Oven atau (sinar matahari) : Sebagai media pengeringan sampel Bahan

 Kedelai : Sebagai bahan kering yang akan dianalisis

 Manggot :Sebagai bahan basah yang akan dianalisis 2.3 Cara Kerja

Mengambil sampel kedelai (bahan kering) sebanyak ± 1 kilogram dan dimasukkan ke dalam kantong kertas yang telah

diketahui beratnya ( = A gram)

Mengambil sampel manggot (bahan basah) sebanyak ± 1 kilogram, setelah diketahui berat segarnya kemudian dihamparkan di atas lembaran kertas yang telah diketahui

beratnya ( = A gram)

Menimbang kertas yang telah berisi sampel segar ( = B gram)

Memasukkan ke dalam oven bertemperatur 50 - 60ºC selama 48-72 jam atau dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3

hari, keluarkan dan timbang ( = C gram)

Menghitung kadar bahan kering sebagian dengan rumus :

Kadar bahan kering sebagian = CA

BA × 100%

(5)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Faharuddin (2014) tentang perhitungan kadar bahan kering sebagian berdasarkan rumus berikut :

a. Perhitungan Kulit pisang Diketahui :

 Berat lembaran kertas = 4 gram (A gram)

 Berat kertas + sampel kedelai sebelum dipanaskan = 1.004 gram (B gram)

 Berat sampel kedelai setelah dikeringkan = 207 gram (C gram)

Kadar bahan kering sebagian = CA

BA

×

100%

= 207−4

1004−4

×

100%

= 203

1000

×

100%

= 0,203

×

100% = 20,3%

Kadar air = 100% - 20,3%

= 79,7%

b. Perhitungan Cacing tanah Diketahui :

 Berat lembaran kertas = 4 gram (A gram)

 Berat kertas + sampel manggot sebelum dipanaskan = 1.004 gram (B gram)

 Berat sampel manggo setelah dikeringkan = 80 gram (C gram)

Kadar bahan kering sebagian = CA

BA

×

100%

= 80−4

1004−4

×

100%

(6)

= 76

1000

×

100%

= 0,076

×

100% = 7,6%

Kadar air = 100% - 7,6%

= 92,4%

3.2 Pembahasan

3.2.1 Analisa Prosedur

Dalam menganalisa prosedur pertama yang perlu dilakukan adalah menghitung sampel atau bahan menggunakan timbangan kemudian dikeringkan dengan oven selama 24 jam pada suhu 50-60ºC lalu ditepungkan. Untuk menghilangkan kadar mimosin, sampel yang telah menjadi tepung direndam dengan air selama 24 jam.

Selanjutnya tepung disaring dan dikeringkan pada suhu maksimal 27ºC dengan oven. Pada tahap akhir tepung dibagi menjadi beberapa perlakuan sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Dalam proses pengovenan bertujuan agar dapat menginaktifkan zat antigizi pada bahan seperti antitripsin dan tanin (polifenol) sehingga mampu untuk meningkatkan daya cerna protein serta enzim lipoksigenase yang dapat menyebabkan bau langu (Pertiwi dkk., 2018).

3.2.2 Analisa Kadar air sebagian

Berdasarkan hasil uji coba analisis kadar bahan kering sebagian nilai kulit pisang 20,3% dengan kadar air 79,7%. lebih tinggi dibanding kandungan bahan kering cacing tanah yang nyata lebih rendah yaitu 7,6% dengan kadar air 92,4%. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya keseimbangan keduanya dalam penggunaan pakan pada ikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Saroh dkk., (2019) bahwa penurunan kadar air pada pengolahan dengan oven akan diikuti dengan meningkatnya jumlah atau presentase bahan kering, sehingga akan merubah nilai zat-zat makanan lainnya seperti protein kasar, serat kasar dan lemak serta BETN. Pemanasan juga memberikan perubahan peningkatan nilai kandungan zat makanan. Tinggi rendahnya kecernaan protein dapat dipengaruhi oleh kandungan protein pada bahan. Nilai efisiensi pakan dapat dikatakan baik apabila lebih dari 50% (Moutinho et al., 2017).

(7)

3.2.3 Manfaat dan batas penggunaan

Cacing tanah merupakan salah satu bahan alam yang berpotensi dijadikan suplemen pakan yang dapat meningkatkan sel darah. Suplemen pakan itu sendiri berperan sebagai imunostimulan dapat berupa asam amino, mineral dan vitamin.

Imunostimulan yang terkandung dalam cacing tanah mampu meningkatkan kekebalan tubuh ikan khususnya meningkatkan sel darah yang memiliki peranan penting dalam pembentukan antibodi. Oleh karena itu diharapkan pemberian kombinasi pakan buatan dan cacing tanah mampu mengetahui kesehatan ikan dalam jumlah kisaran normal terhadap profil darah ikan. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh ikan, sehingga dapat digunakan sebagai pakan. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan dan cacing tanah. 100% pakan buatan diberikan 3% dari berat biomassa ikan perhari, sedangkan 100% cacing tanah diberikan 15 % dari berat biomassa ikan perhari.

(Purwanti & Sudaryono, 2014).

Kulit pisang merupakan sumber karbohidrat dan berperan dalam memenuhi 40- 75% sumber energi dalam asupan makanan harian, penyumbang energi dengan nilai 4 kilo kalori per gram, selain itu pemberi aroma pada pakan, membantu pengeluaran feses dan cadangan makanan (Nanariain dkk., 2017). komposisi tepung kulit pisang 10% merupakan pakan yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Dengan demikian, kandungan protein yang terdapat dalam pakan pada komposisi 10% memenuhi syarat kandungan protein yang dibutuhkan oleh ikan.

Pakan pada komposisi 10% juga memiliki kandungan nutrisi lain yang menunjang pertumbuhan ikan yaitu lemak, karbohidrat, serat kasar, vitamin dan mineral (Sunarti & Sukmto., 2015).

(8)

BAB IV PENUTUP 4. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahan kering cacing tanah lebih tinggi dari kulit pisang dan namun kadar air yang diperoleh kulit pisang lebih rendah daripada cacing tanah. Semakin besar bahan kering maka semakin besar juga protein yang terkadung didalamnya. Dalam hal ini, penggunaan kulit pisang dinilai lebih efisien untuk campuran pakan ikan dengan bahan lain yaitu kulit pisang 10% dan pakan pelet 90 %.

4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian ulang yang mendalam dan diskusi yang lebih fokus dalam menentukan kombinasi bahan kering cacing tanah dan kulit pisang sebagai pakan formulasi ikan agar perlakuan yang diterapkan mendapatkan hasil yang sesuai dengan kebutuhan ikan di lapangan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Agustono, A., Yusuf, M., & Meles, D. K. 2012. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Pada Kulit Pisang Raja yang Difermentasi dengan Trichoderma viride dan Bacillus subtilis sebagai Bahan Baku Pakan Ikan [Crude Protein And Fiber Content Of Rough Of Fermented On The King Banana Skins By Trichoderma viride And Bacillus subtilis As Raw Fish Feed]. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 4(1), 53-58.

Fahruddin. 2014. Analisis Kandungan BahanKering, Bahan Organik dan Protein Kasar Silase Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.) yang difermentasi Dengan Urea, Molases dan Kalsium Karbonat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Makassar.

Kemigabo, C., Kang’ombe, J., Masembe, C., Jere, L. W., & Sikawa, D. 2017. Effects of protease enzyme suplementation on protein digestibility of legume and/or fish meal-based fish feeds. International Journal of Fisheries and Aquaculture, 9 (7) : 73-80.

Manan, A., & Puspitasari, A. 2014. Aplikasi Penambahan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) pada Pakan Induk Lele Sangkuriang (Clarias sp.)[Applications of Addition Earthworms (Lumbricus rubellus) on Feed of Sangkuriang Catfish (Clarias sp.)]. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 6(2), 133-136.

Moutinho, S., Martínez-Llorens, S., Tomás-Vidal, A., Jover-Cerdá, M., Oliva-Teles, A.,

& Peres, H. 2017. Meat and bone meal as partial replacement for fish meal in diets for gilthead seabream (Sparus aurata) juveniles: Growth, feed efficiency, amino acid utilization, and economic efficiency. Aquaculture, 468, 271-277.

Nanariain, R. M., Lumenta, C., & Pangkey, H. 2017. Pemanfaatan tepung kulit pisang raja (Musa paradisiaca) dalam formulasi pakan ikan nila (Oreochromis niloticus). e-Journal BUDIDAYA PERAIRAN, 5(1).

Pertiwi, R. P., Larasati, A., dan Hidayati, L. 2018. Pengaruh Teknik sangrai dan Panggang Dalam Pembuatan Tepung Kacang Hijau (Phaseolus radiates L.)

(10)

Terhadap Mutu Katetong. Teknologi dan Kejuruan: Jurnal Teknologi, Kejuruan dan Pengajarannya, 41 (1): 89-100.

Purwanti, S. C., & Sudaryono, A. 2014. Gambaran profil darah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang diberi pakan dengan kombinasi pakan buatan dan cacing tanah (Lumbricus rubellus). Journal of Aquaculture Management and Technology, 3(2), 53-60.

Saroh, S. Y., Sulistiyanto, B., Christiyanto, M., dan Utama, C. S. 2019. Pengaruh Lama pengukusan dan Penambahan Level Kadar Air yang Berbeda Terhadap Uji Proksimat dan Kecernaan Pada Bungkil Kedelai, Gaplek dan Pollard. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, 17 (1): 77-86.

Sunarti, P. H. D., & Sukamto, B. 2015. Pengaruh penggunaan kulit pisang terfermentasi dalam ransum terhadap ketersediaan energi ayam broiler. AGROMEDIA:

Berkala Ilmiah Ilmu-ilmu Pertanian, 33(2).

(11)

LAMPIRAN FOTO

Menimbang lembar kertas 4 gram

Proses penjemuran 1 kg kulit pisang selama 2 hari

Berat kulit pisang kering setelah dijemur 3 hari 207

gram

1 kg Cacing tanah Proses penjemuran cacing

tanah selama 2 hari Berat cacing tanah kering selama 3 hari 80 gram

Referensi

Dokumen terkait