• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI MATA KULIAH OBSERVASI “Needs Love and Belonging dari Ibu dalam Menghadapi Anak Yang Sulit Berkonsentrasi Belajar”

N/A
N/A
Afifah Fitriyah

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI MATA KULIAH OBSERVASI “Needs Love and Belonging dari Ibu dalam Menghadapi Anak Yang Sulit Berkonsentrasi Belajar”"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Dan sang ibu mengarahkan jarinya ke buku sambil berkata “sekarang lakukan ini sayang” dan anak itu menusukkan pensil ke pipi kanannya dan melihat ke kiri di atas. Dan sang anak menjawab “alisyati” dan sang ibu berkata “tidak sayang” dan sang ibu memegang payudara anaknya sambil berkata. Selanjutnya ibunya bertanya “kalau sepi dan tidak ada suara, apa namanya?” dan anak menjawab “Suni” dan ibu mengoreksi dengan “n dan y dibaca seperti baru”.

Bangga jadi orang Indonesia?” dan sang anak tidak menjawab, malah ia menyentuh hidungnya, lalu ibunya bertanya lagi, “Kakek, apakah kakek bangga menjadi orang Indonesia?” Setelah ditanya lagi, anaknya menjawab “bangga”. Ibu bertanya, “Kamu masih semangat ya?” dan anak menjawab “diam”, kemudian anak berkata “tunggu, aku mau minum” kemudian dia bangkit dan keluar kamar. “sudah belajar?” atau “Ayo belajar” saat mengajak anak belajar 0 kali (tidak muncul) = 0%.

Frekuensi bertanya pada anak “apakah kamu sudah lelah?” "Kamu hanya ingin menyelesaikan studimu?" 0 kali (tidak ditampilkan) = 0%. Selama pengamatan, perilaku kasih sayang yang selalu terjadi adalah membuka kebutuhan belajar anak (buku, alat tulis), mulut tersenyum, badan mencondongkan tubuh ke depan, nada suara rendah, mendampingi anak dan menjelaskan pelajaran, menjelaskan/menjelaskan sampai anak tahu melakukannya. diri sendiri, mengatakan “sayang, pintar”, mengatakan “kakek hebat”, menjelaskan dengan nada pelan, dapat menjawab pertanyaan tentang buku anak dan pertanyaan yang diajukan anak, tahu kapan anak harus belajar dan kapan harus istirahat, selama ketika berbicara, posisi badan miring ke depan, mata menatap buku teks. Sedangkan perilaku afektif yang tidak muncul dalam hal ini adalah menanyakan “Sudah belajar?” atau “Ayo belajar”, ​​saat mengajak anak belajar, usap lembut badan anak (kepala, jari, tangan, punggung), tanyakan pada anak “Capek Dede?” “Mau selesai saja? , dia bertanya kepada anak itu, “Kakek mengerti, kan?” atau “mengerti?”, tangan memegang pensil dan menulis di buku, tidak memanggil anak saat istirahat/bermain, mata melihat ke atas.

Para ibu akan cenderung menghormati anaknya dengan banyak memberikan pujian seperti “kakek hebat, sayang, pintar” dan menepuk-nepuknya, serta memberikan reward berupa bermain atau berbelanja kepada anaknya setelah selesai belajar.

Simpulan dan Saran

Selain itu, masih ada perilaku sayang lain yang muncul meski tidak intens, seperti sikap tegak saat berbicara, memberi waktu istirahat pada anak setelah belajar, tos, bertepuk tangan. Dari hasil observasi lapangan selama tiga hari diketahui bahwa perilaku kasih sayang ibu yang paling sering muncul saat mereka belajar adalah sikap hormat. Faktor yang mempengaruhi ibu dalam menciptakan rasa hormat adalah ketika anaknya mampu menjawab dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan di buku dengan baik.

Daftar Pustaka

Daftar Lampiran Lampiran 1

RANCANGAN PRAKTIKUM OBSERVASI MATA KULIAH OBSERVASI

Needs Love and Belonging dari Ibu dalam Menghadapi Anak Yang Sulit Berkonsentrasi Belajar”

KELAS H – 2019

Afifah Fitriyah Fahmi (201410230311424)

Dosen Pengampu : Putri Saraswati, M.Psi Asisten Laboraturium : Andini Nurpratiwi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN 2020

  • Judul
  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Observasi
  • Kajian Teoritik
  • Metode Observasi a. Jenis Observasi
  • Definisi operasional
  • Indikator perilaku dan perilaku yang diobservasi
    • Subjek Observasi
  • Prosedur Pelaksanaan Observasi Langkah-langkah pelaksanaan observasi
  • Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Kamis, 7 Januari 2021
  • Teknik Analisa Data
  • Jadwal Observasi
  • Daftar Pustaka
  • Lampiran

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka timbullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki. Kebutuhan tersebut meliputi keinginan akan persahabatan, keinginan untuk mempunyai pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat dengan keluarga, dan kebutuhan interpersonal seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang. Banyak peneliti psikopatologi lain yang menganggap terhambatnya kepuasan kebutuhan akan cinta sebagai penyebab utama ketidaksesuaian.

Kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta dapat diilustrasikan oleh anak-anak yang ketika tiba di sekolah dan sekaligus bertemu dengan teman-temannya, otomatis menghampirinya untuk jalan-jalan bersama. Misalnya saja mereka rela atau lebih asyik jika berbagi sesuatu dengan temannya masing-masing. Hal ini tidak hanya menjadi cara menjalin pertemanan sejak usia dini, namun berlanjut di kalangan remaja hingga dewasa. Memang kebanyakan pilih kasih, namun dari situ kita dapat mengambil kesimpulan bahwa jika perasaan cinta dan keterhubungan itu terjadi bukan hanya dalam sebuah hubungan pasangan saja, namun dalam setiap hubungan baik itu keluarga, sahabat dan lingkungan pasti ada perasaan cinta dan kasih sayang. rasa keterhubungan. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki harus terpuaskan sejak usia muda, karena jika tidak terpuaskan di kemudian hari (dewasa), ia akan merasa kesepian.

Kebutuhan individu akan rasa cinta dan memiliki merupakan kebutuhan yang memotivasi individu untuk mempunyai hubungan atau ikatan emosional yang efektif dengan individu lain, baik sesama jenis maupun lawan jenis, dalam lingkungan keluarga atau kelompok. perusahaan. Menurut Maslow (Goble), kebutuhan akan cinta atau kasih sayang merupakan kebutuhan akan pengertian yang mendalam dan di dalamnya terdapat unsur memberi dan menerima.Menurut Maslow, jika kebutuhan akan rasa aman terpenuhi maka kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki dan memiliki muncul.

Kebutuhan tersebut antara lain dorongan untuk menjalin persahabatan, keinginan untuk memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat dengan keluarga, dan kebutuhan interpersonal seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. Salah satu pembagian objek cinta menurut Formm adalah cinta ibu, cinta ibu berbeda dengan cinta ayah. Sifat altruisme (lebih memperhatikan kesejahteraan orang lain dibandingkan merawat diri sendiri) pada diri ibu menjadikan cinta keibuan lebih tinggi kedudukannya dibandingkan cinta terhadap orang lain dan cinta erotis karena dianggap paling sakral dari semua hubungan emosional.

Dari teori cinta Maslow dan Formm di atas dapat disimpulkan bahwa cinta dan kasih sayang merupakan kebutuhan seseorang untuk mempunyai hubungan atau ikatan emosional yang efektif dengan orang lain, salah satunya adalah orang tua (ibu). Sedangkan kasih sayang ibu berbeda-beda derajatnya, karena ibu mempunyai sifat altruistik yang menjadikan kasih sayang ibu lebih murni dibandingkan kasih sayang terhadap orang lain. Metode survei pada hari pertama bersifat anekdotal kualitatif, alasan penggunaan teknik anekdotal adalah karena dapat mengungkapkan perilaku yang tidak diharapkan terkait dengan tujuan observasi, dan juga melihat akibat dari suatu perilaku.

Dari definisi kebutuhan cinta dan afiliasi yang diberikan oleh Maslow dan Formm di atas, dapat disimpulkan bahwa cinta dan kasih sayang adalah kebutuhan manusia akan ikatan emosional dengan orang lain yang di dalamnya terdapat rasa hormat, harga diri, saling percaya, perhatian, tanggung jawab dan perhatian. Teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif anekdotal, alasan penggunaan teknik anekdotal adalah karena dapat menghasilkan perilaku yang tidak diharapkan yang dapat dikaitkan dengan tujuan observasi dan juga dapat melihat akibat dari perilaku tersebut.

Referensi

Dokumen terkait