• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PEMODELAN DAN ANALISIS DATA FARMAKOKINETIKA OBAT RUTE INTRAVASKULAR MODEL 1 DAN 2 KOMPARTEMEN

N/A
N/A
Indah Maulida

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PEMODELAN DAN ANALISIS DATA FARMAKOKINETIKA OBAT RUTE INTRAVASKULAR MODEL 1 DAN 2 KOMPARTEMEN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

LAPORAN PRAKTIKUM MODUL KE 2

PEMODELAN DAN ANALISIS DATA FARMAKOKINETIKA OBAT RUTE INTRAVASKULAR MODEL 1 DAN 2

KOMPARTEMEN

1. TUJUAN PERCOBAAN (Tuliskan dalam bentuk point)

1.1 Menentukan model kompartemen dan menghitung parameter farmakokinetika sediaan intravena.

2. PRINSIP PERCOBAAN

(Tuliskan dalam bentuk paragraf)

Pemodelan farmakokinetika ditentukan berdasarkan grafik dengan sumbu x sebagai waktu dan sumbu y sebagai konsentrasi plasma. Parameter dari sediaan yang mengikuti model monokompartemen akan menunjukkan grafik yang linear dengan nilai R mendekati 1 dan model multi kompartemen menunjukkan grafik tidak linear dengan nilai R jauh dari 1.

3. BAHAN DAN ALAT (Tuliskan secara alfabetis)

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah microsoft excel (software) dan kertas semilog.

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kalkulator scientific, laptop, penggaris, penghapus dan pensil.

(2)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

4. PROSEDUR KERJA

(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)

4.1 Farmakokinetika Sediaan Intravena Mono Kompartemen

Ceftazidime adalah sefalosporin generasi ketiga yang diberikan secara parenteral. Seorang pasien gagal ginjal kronis diberikan 1 g ceftazidime secara intravena. Diperoleh waktu (jam) secara berturut-turut yaitu 1; 5; 10; 24; 36; 48 dan 59 dengan konsentrasi plasma (mcg/mL) yaitu 49; 43; 36; 21; 15; 10 dan 7.

Ditentukan Ln Cp dengan rumus Excel (=Ln(kolom angka yang ingin di Ln kan)). Model kompartemen ditentukan dengan grafik yang dibuat dari regresi antara waktu dengan Ln Cp. Kemudian dilihat nilai R. Persamaan regresi yang diperoleh y = bx + a, rumus umumnya diubah menjadi Ln Ct Ke Ln C0. Parameter farmakokinetik yang ditentukan adalah K (/jam), t1/2 (jam), Ln C0, C0, dosis i.v. (mg), Vd (mL0, ClT klirens total (mL/jam) dan AuC0˜ (mcg/mL.jam).

4.2 Farmakokinetika Sediaan Intravena Dua Kompartemen

Obat A dengan dosis 5000 mg diberikan secara injeksi intravena bolus kepada seorang pasien Wanita (75 kg, 48 tahun). Waktu (jam) yang diperoleh secara berurutan yaitu 0,1; 0,2; 0,5; 1; 2; 3; 4; 8; 12; 15 dan 20 dengan konsentrasi plasma (mcg/mL0 255,9; 234,1; 180,2; 119,1; 58,4; 34,7; 24,7; 13,6; 9; 6,7 dan 4,1.

Setelah diketahui bahwa data tersebut termasuk kedalam multikompartemen, selanjutnya dibuat kurva regresi linieritas Post Distribusi (eliminasi) yang diperoleh dari regresi antara waktu dengan Ln Cp pada fase eliminasi/ post.

Persamaan regresi yang diperoleh yaitu y = bx + a, Ln Ct = βt + Ln B yang dihasilkan dari kurva post distribusi (eliminasi).

Persamaan regresi fase distribusi ditentukan dengan antara waktu dari fase distibusi ke persamaan regresi dari post distribusi/eliminasi sebagai nilai (x) sehingga diperoleh Ln C’ (Ln C extrapolasi). Selanjutnya diubah Ln C’ ke C’

dengan rumus excel (=EXP (Kolom Ln)). Kemudian dicari Cr dengan cara |Cp distribusi (Cp) – Cp extrapolasi (C’)| dengan rumus excel (=ABS (kolom Cp –

(3)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

Kolom C’). Kemudian diubah Cr ke Ln Cr dengan rumus excel (=Ln (kolom Cr)).

Lalu dibuat kurva distribusi antara waktu dengan Ln Cr (dari fase distribusi) dan diperoleh persamaan regresi y= bx + a Ln Ct= 𝛼 + 𝐿𝑛 𝐴. Kemudian ditentukan parameter farmakokinetika dengan 𝐶𝑝(𝑡) = 𝐴𝑒𝛼𝑡 + 𝐵𝑒𝛽𝑡. Parameter farmakokinetik yang ditentukan adalah k10(/jam), k12(/jam), k21 (/jam), t1/2 (jam) eliminasi, Co0, dosis (Xo), Vc (mL), Vb (Vd area), Vss, AuC0˜ (mcg/mL.jam) dan Cl (mL/jam).

(4)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

(5)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

5. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN (Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)

5.1 Monokompartemen Rute Ekstravasakular

5.1.1 Persamaan dan Parameter Farmakokinetika dengan Metode Grafik Semilog

Tabel 1. Data Pengamatan Kadar Obat dalam Plasma terhadap Waktu

 Persamaan Regresi Linear Monokompartemen y = -0,336x + 3,9126

R2 = 0,9987

 Persamaan Farmakokinetika Monokompartemen

Waktu (jam) Konsentrasi obat dalam plasma (mcg/mL) LnCp

1 49 3,8918

5 43 3,7612

10 36 3,5835

24 21 3,0445

36 15 2,7081

48 10 2,3026

59 7 1,9459

Parameter Farmakokinetika Hasil

k (/jam) 0,0336

t1/2 (jam) 20,6250

LnC0 3,9126

Co μg/mL 50,0289

Dosis i.v (mg) 1000000

Vd (mL) 19988,4634

Clt/klirens total (mL/jam) 671,6124 AuC0~ (mg/mL.jam) 1488,9541

(6)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

 Grafik Farmakokinetika Monokompartemen

Gambar 1. Kurva semilog monokompartemen rute ekstravaskular

5.1.2 Persamaan dan Parameter Farmakokinetia dengan Menggunakan Microsoft Excel

 Persamaan Regresi Linear Multikompartemen a. Multikompartemen

y = -0,2004x + 4,8277 R2 = 0,852

b. Distribusi

y = -0,9962x + 5,5242 R2 = 1

c. Eliminasi

y = -0,983x + 3,3764 R2 = 1

(7)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

 Parameter Farmakokinetika Data Multikompartemen

Tabel 2. Data Farmakokinetika Multikompartemen Rute Ekstravaskular

Tabel 3. Data Farmakokinetika Multikompartemen Rute Ekstravaskular

 Grafik Farmakokinetika Multikompartemen

Gambar 2. Kurva Multikompartemen Ruter Ekstravaskular

Persamaan Parameter Hasil

α 0,9962

LnA 5,5242

A 250,686

β 0,0983

LnB 3,3764

B 29,2652

Persamaan Regresi Linear Distribusi

Persamaan Regresi Linear Eliminasi

Parameter Farmakokinetika Hasil

k10 (/jam) 0,5096

k12 (/jam) 0,3927

k21 (/jam) 0,1922

t1/2 (jam) eliminasi 7,0498

Cp0 279,9509

Dosis (mcg) 5000000

Vc (mL) 17860,2725

Vb (Vd area) 92589,7978

Vss 54362,4420

AuC0~ (mcg/mL.jam) 549,3553 Cl (mL/jam) 9101,5771

(8)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

6. PEMBAHASAN

(Tuliskan hasil analisis data yang telah didapatkan dengan selengkap dan sejelas mungkin)

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemodelan dana analisis data farmakokinetika obat rute intravaskuler model 1 dan 2 kompartmen. Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk menentukan model kompartmen dan menghitung parameter farmakokinetika sediaan intravaskuler. Farmakokinetik merupakan ilmu yang mempelajari kinetik zat aktif dalam tubuh dimulai dari proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi (ADME). Obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengikuti suatu model farmakokinetik yang khas. Model tersebut dapat berupa model satu kompartmen atau multi kompartemen yang bergantung pada proses yang dialami oleh zat aktif selama dalam tubuh (Shargel, 2012).

Model farmakokinetika fisologis juga dikenal sebagai model aliran atau perfusi darah didasarkan pada informasi anatomis dan fisiologis. Salah satu kekurangan permodelan fisiologis adalah banyaknya informasi yang diperlukan untuk menggambarkan suatu model fisiologis yang memadai, dan informasi ini biasanya sulit untuk diperoleh. Dalam permodelan, satu bagian dari sistem tubuh yang kompleks digambarkan sebagai suatu jaringan atau kumpulan organ yang memiliki afinitas dan perfusi yang sama. Kompartemen ini digambarkan sebagai sistem terbuka karena obat dapat dieksresikan dari kompartemen tersebut.

Persamaan diferensial linier adalah dasar dari model kompartemen. Model mamillary dan caternary adalah bagian dari model kompartemen (Tjay, 2007).

Farmakokinetika mencakup semua proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, seperti absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Secara khusus, farmakokinetika mempelajari bagaimana konsentrasi obat dan metabolitnya berubah di dalam darah dan jaringan. Sehubungan dengan waktu, tubuh kita adalah ruangan besar yang terdiri dari beberapa bagian yang terpisah dari membran sel sementara proses absorpsi dan distribusi dan cara obat dikeluarkan dari tubuh sebenarnya sama, karena lintasan obat melalui membran tersebut menentukan proses ini. Suatu obat yang mengikuti model mono kompartemen

(9)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

dapat dilihat dari nilai r pada hasil persamaan regresi antara kadar obat dalam plasma terhadap waktu. Pada model kompartemen ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian monokompartemen atau kompartemen satu terbuka dan model multikompartemen.

Pada model monokompartemen atau satu kompartemen, tubuh dianggap sebagai satu kesatuan, dimana obat dapat didistribusi secara cepat, tidak ada halangan, terdapat eliminasi/distribusi dan eliminasi, perubahan kadar obat dalam plasma sebanding dengan perubahan kadar obat dalam jaringan (Shargel, Pong and Yu, 2019). Pada model mono kompartemen, nilai r yang diperoleh mendekati 1 dan dapat terlihat dari kurva kadar obat dalam plasma terhadap waktu dimana kurva menunjukkan penurunan yang linier dan diperoleh garis yang lurus (Shargel, Pong and Yu, 2019). Pada soal diberikan Ceftazidime adalah sefalosporin generasi ketiga yang diberikan secara parenteral. Seorang pasien gagal ginjal kronis diberikan 1 g ceftazidime secara intravena. Ceftazidim merupakan salah satu antibiotik golongan sefalosporin generasit ketiga yang sering digunakan pada pasien HAP/HCAP karena memiliki spektrum aktivitas luas dan dapat membunuh bakteri Gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia, dan Acinetobacter species.Bakteri-bakteri ini merupakan salah satu penyebab pneumonia. Seftazidim dieliminasi terutama oleh ginjal dalam bentuk utuh sebesar 80-90% sehingga adanya gangguan pada ginjal akan berpengaruh terhadap kadar seftazidim dalam darah. Kadar antibiotik harus dijaga berada pada kisar terapetiknya sehingga dapat bekerja secara optimal dalam membunuh bakteri. Selain terkait dengan efektivitas terapi, kadar yang optimal juga dapat mencegah terjadinya resistensi bakteri dan toksisitas.

(10)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

Gambar diatas merupakan kurva obat yang disuntikkan secara monokompartemen, hasil kurva tersebut menunjukkan hasil linear karena obat langsung masuk ke sistemik, tidak mengalami proses absorpsi sehingga dapat didistribusikan ke seluruh kompartemen. Dari kurva tersebut diperoleh nilai a=

3,9126 b=-0,0336x, dan R=0,9987. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai tersebut mendekati satu.

Kurva regresi linieritas dibuat dengan data regresi antara waktu (t) dengan LnCt, sehingga didapatkan hasil LnCt sebagai berikut:

Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) obat adalah ukuran laju dan besarnya obat mencapai sirkulasi sistemik. Parameter farmakokinetika yang menggambarkan laju absorpsi adalah Ka (tetapan laju absorpsi), tmaks (waktu obat mencapai konsentrasi puncak), dan Cpmaks (konsentrasi obat mencapai maksimum); sedangkan parameter yang menggambarkan besarnya obat yang

Parameter Farmakokinetika Hasil

k (/jam) 0.0336

t1/2 (jam) 20.6250

Ln Co 3.9126

Co (µg/mL) 50.0289

Dosis i.v (mg) 1000000

Volume distribusi (mL) 19988.4634

Clt/klirens total (mL/jam) 671.6124

AuC0~(mg/ml. jam) 1488.9541

(11)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

mencapai sirkulasi sistemik adalah AUC (luas area di bawah kurva) obat dalam plasma (Aslam, 2003).

Parameter yang digunakan yakni tetapan laju eliminasi (K), K=b sehingga nilai K yang didapatkan yakni 0,0336/jam, dan LnC0=a sehingga nilai LnC0 yang didapatkan yakni 3,9126. Waktu Paruh Eliminasi (t1/2) merupakan jangka waktu sampai kadar obat dalam darah menurun menjadi separuh dari harga asalnya, untuk mendapatkan nilai t1/2, rumusnya yakni T=0,693 𝐾. Hasil nilai C0 yaitu 50,0289 (Aslam, 2003).

Volume distribusi dapat dianggap sebagai volume dimana obat terlarut, dan menyatakan suatu volume yang harus diperhitungkan dalam memperkirakan junlah obat dalam tubuh dari konsentrasi obat yang ditemukan dalam kompartemen sampel. Harga volume distribusi tidak memiliki makna fisiologis sebenarnya karena dapat lebih kecil atau lebih besar dari masa tubuh yang sebenarnya. VD digunakan untuk menghubungkan konsentrasi obat dalam plasma dan jumlah obat dalam tubuh. Nilai VD dipengaruhi pada nilai konsentrasi obat di plasma pada t=0 (Cp0) dimana jika diketahui nilai Cp0 kecil maka akan diperoleh nilai VD yang besar. Obat yang memiliki nilai VD yang besar akan cenderung terpusat pada jaringan ekstravasikuler dan sedikit terpusat di intravasikuler. Ikatan obat dengan protein plasma atau jaringan perifer memiliki nilai Cp0 kecil sehingga akan mempengaruhi nilai VD. Nilai VD setiap obat konstan, pada penyakit tertentu VD dapat berubah jika distribusi obat berubah, dan pada obat yang memiliki kelarutan tinggi dalam air akan memiliki harga VD yang lebih besar. Begitu pula perubahan berat badan dan masa tubuh dapat mempengaruhi nilai VD. Nilai Vd yang didapat yaitu sebesar 19988,4634 mL (Shargel, Pong and Yu, 2019).

Klirens (Cl) adalah volume plasma yang dibersihkan dari obat per satuan waktu atau fraksi obat yang dibersihkan per satuan waktu. Nilai Cl dipengaruhi oleh nilai VD dan nilai Ke, apabila nilai keduanya besar maka akan diperoleh nilai klirens yang besar pula. Nilai Cl yang diperoleh yakni 671,6124 mL/jam.

(12)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

AUC0- adalah parameter yang menunjukkan konsentrasi obat dalam plasma dari mulai obat diinjeksikan hingga obat tersebut dieliminasi atau hilang dari tubuh. Hasil AUC0- yang diperoleh yakni 1488,9541 mg/L.jam.

Model kompartemen ganda atau model multi kompartemen merupakan model farmakokinetika dengan mengartikan tubuh sebagai beberapa ruang atau kompartemen, hal ini terjadi karena obat memiliki sifat dan afinitas yang berbeda beda. Pada model kompartemen ganda, obat dalam jaringan yang mempunyai perfusi darah yang tinggi akan berkesetimbangan cepat dengan obat dalam plasma. Jaringan perfusi tinggi dan darah menyusun kompartemen sentral. Pada saat distribusi obat awal terjadi, obat-obat pada kompartemen ganda secara bersamaan dihantarkan ke satu atau lebih kompartemen perifer, yang tersusun dari kelompok jaringan dengan perfusi darah yang lebih rendah dan afinitas obat yang berbeda. Obat akan terpusat dalam jaringan sesuai dengan afinitas obat terhadap jaringan tertentu (Shargel, Pong and Yu, 2019). Pada model multi kompartemen, obat-obat dapat mengikuti model kompartemen dua terbuka yang umum digunakan ataupun model tiga kompartemen. Pada model kompartemen dua terbuka, model ini dikatakan terbuka karena terjadi proses eliminasi atau pengeluaran obat dari dalam kompartemen. Model kompartemen dua terbuka menunjukkan bahwa obat akan terdistribusi dalam dua kompartemen yaitu kompartemen sentral dan kompartemen perifer (jaringan). Pada soal diberikan obat A dengan dosis 5000 mg diberikan secara injeksi intravena bolus kepada seorang pasien wanita berumur 48 tahun dengan berat badan 75 kg.

(13)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

Suatu obat yang mengikuti model multi kompartemen dapat dilihat dari nilai r pada hasil persamaan regresi antara kadar obat dalam plasma terhadap waktu. Pada model multi kompartemen, nilai r yang diperoleh tidak mendekati 1 yang menunjukkan bahwa kurva tidak linier. Selain itu, dapat dilihat juga dilihat dari kurva kadar obat dalam plasma terhadap waktu dimana kurva menunjukkan penurunan yang tidak linier. Penurunan kurva yang curam menandai terjadinya proses distribusi dan penurunan kurva yang landai menandai terjadinya proses eliminasi. Hal ini dapat terjadi karena pada kurva kadar obat dalam plasma terhadap waktu mencerminkan proses eliminasi obat mengikuti orde kesatu dari tubuh hanya setelah terjadinya kesetimbangan distribusi atau setelah kesetimbangan obat dalam plasma dengan jaringan perifer terjadi dimana kinetika setelah distribusi dikarakterisasi oleh tetapan laju orde kesatu yaitu b (atau β) (Shargel, et.al., 2012:74).

Perhitungan yang pertama dilakukan adalah perhitungan Ln Cp dari data kadar obat dalam plasma atau Cp (µg/mL). Kemudian dibuat grafik antara waktu dengan Ln Cp. Dari hasil grafik yang diperoleh dapat diartikan bahwa obat A mengikuti model dua kompartemen, karena kurva tidak linier tetapi landai yang dapat dibuktikan dengan nilai 𝑅2 yang kurang mendekati 1 yaitu 0,852. Kurva yang landai tersebut jika ditarik garis maka terdapat dua bagian yang menunjukkan proses distribusi dan eliminasi obat. Sehingga hasil ini berbeda dengan kurva model monokompartemen terbuka yang hanya terlihat garis linier menurun dan tidak terlihat proses distribusi karena saking cepatnya mengalir ke dalam tubuh.

Selanjutnya dibuat kurva eliminasi (post-distribusi) dengan data regresi antara waktu dengan Ln Cp dari tiga titik terakhir yang mewakili proses eliminasi.

Dari kurva eliminasi diperoleh persamaan regresi y = -0,0983x + 3,3764 dengan 𝑅2 = 1 yang diubah menjadi persamaan farmakokinetik, yaitu Ln Ct = βt + Ln B.

Sehingga didapatkan nilai Ln B = 3,3764; nilai β = 0,0983; dan nilai B = 29,2652 yang merupakan hasil dari anti-Ln B (EXP Ln B). Setelah dibuat kurva eliminasi, selanjutnya ditentukan persamaan regresi untuk fase distribusi dengan

(14)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

memasukkan waktu dari fase distribusi ke persamaan regresi dari fase eliminasi sebagai nilai x, yang hasilnya merupakan Ln C extrapolasi (Ln C’). Kemudian hasil dari perhitungan tersebut dijadikan anti-Ln C’ (EXP Ln C’) sehingga diperoleh C extrapolasi (C’) yang menunjukkan nilai konsentrasi obat yang berada di atas interval atau garis eliminasi. Lalu C extrapolasi digunakan untuk menghitung C residual (Cr) yang merupakan konsentrasi sebenarnya, dengan cara

|Cp distribusi (Cp) – Cp extrapolasi (C’)| dengan rumus excel (=ABS(kolom Cp – kolom C’). Kemudian nilai Cr yang diperoleh diubah menjadi Ln Cr. Dari nilai Ln Cr inilah kita dapat membuat kurva fase distribusi, dengan memplotkan waktu dengan Ln Cr dari tiga data teratas yang menjadi perwakilan proses distribusi.

Dari kurva distribusi diperoleh persamaan regresi y = -0,9962x + 5,5242 dengan nilai 𝑅2= 2 yang diubah menjadi persamaan farmakokinetik, yaitu Ln Ct = α + Ln A. Sehingga didapatkan nilai Ln A = 5,5242; α = 0,9962; dan nilai A = 250,6857 yang merupakan hasil dari anti-Ln A (EXP Ln A). Dari kedua data distribusi dan eliminasi, maka diperoleh persamaan farmakokinetika orde 1 model dua kompartemen, yaitu LnCp = (5,5242-0,9962t) + (3,3764-29,2652t).

Perhitungan di atas digunakan untuk penentuan parameter-parameter farmakokinetika, meliputi nilai tetapan laju eliminasi (K), waktu paruh eliminasi (t1/2), volume distribusi (Vd), area under curve (AUC0), dan nilai klirens (Cl).

Parameter farmakokinetika ini didefinisikan sebagai besaran yang diturunkan secara sistematis dari pengukuran obat atau metabolit aktif dalam darah atau urin.

Parameter farmakokinetika diperlukan untuk menginterpretasikan perubahan- perubahan disposisi obat dalam tubuh seperti terwujudnya dalam perubahan nilai parameter (Shargel, 2012). Parameter pertama yang ditentukan adalah tetapan laju eliminasi (K) yang menentukan laju penurunan konsentrasi obat dalam tubuh selama waktu tertentu dan merupakan proses orde satu dengan satuan waktu-1 (jam-1 atau /jam) (Shargel, 2012). Berdasarkan hasil perhitungan, nilai K diperoleh sebesar 0,5096/jam yang artinya laju eliminasi obat pada kompartemen sentral adalah 0,096/jam. Kemudian dihitung pula nilai K12 yang menginterpretasikan kecepatan distribusi ketika obat berpindah dari kompartemen sentral ke perifer dan K21 ketika obat berpindah dari kompartemen perifer ke

(15)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

kompartemen sentral, yang masing-masing nilainya sebesar 0,3927/jam dan 0,1922/jam. Nilai K termasuk ke dalam parameter sekunder yang bergantung pada parameter primer yang nilainya secara langsung dipengaruhi oleh variabel fisiologisnya, sehingga nilai K pada tiap individu akan berbeda-beda tergantung bagaimana kondisi fisiologisnya. Parameter selanjutnya adalah waktu paruh eliminasi (t1/2), yaitu jangka waktu sampai kadar obat dalam darah menurun menjadi separuh dari harga asalnya (Shargel, 2012). Nilai t1/2 adalah hasil dari pembagian dengan nilai β yang sebelumnya telah ditentukan. Berdasarkan perhitungan nilai t1/2 yang diperoleh adalah 7,0498 jam. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa waktu yang diperlukan untuk mengurangi atau mengeliminasi jumlah metotreksat dalam tubuh hingga setengahnya adalah selama 7,0498 jam.

Selanjutnya ditentukan parameter volume distribusi (Vc). Volume distribusi merupakan parameter farmakokinetika yang menyatakan suatu volume yang harus diperhitungkan dalam memperkirakan jumlah obat yang ditemukan dalam plasma dan jumlah obat dalam tubuh dan dinyatakan dalam liter. Nilai Vc ini merupakan besaran fiktif murni, yang cenderung tidak tetap, dimana terkadang jauh melebihi volume total tubuh (Shargel, 2012). Volume distribusi dihitung dengan cara membagi dosis obat yang diberikan dengan nilai A + B, yang pada percobaan ini diperoleh sebesar 17,86 mL (0,018 L). Nilai tersebut dapat diartikan bahwa metotreksat terdistribusi pada volume distribusi 0,018 liter. Sehingga seharusnya semakin jauh obat bisa terdistribusi maka volume distribusinya pun akan semakin besar, dalam arti lain jika volume distribusi besar maka obat tersebut dapat sampai pada kompartemen perifer.

Selanjutnya dilakukan penentuan parameter klirens (Cl). Nilai klirens adalah volume cairan plasma yang tetap yang mengandung obat, yang dibersihkan dari obat per satuan waktu. Nilai klirens dihitung dengan cara mengalikan nilai K dengan Vc, dan diperoleh sebesar 91015,7712 mL/jam yang dapat diartikan bahwa obat yang dibersihkan dari dalam tubuh dalam satu jam adalah sebesar 91015,7712 mL cairan yang mengandung obat. Nilai klirens yang tinggi menunjukkan bahwa kerja organ pengeliminasi masih dalam keadaan baik.

Parameter terakhir adalah Area Under Curve (AUC) yang menggambarkan kadar

(16)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

obat di dalam plasma terhadap waktu. Dimana AUC setelah pemberian suatu obat dengan dosis tertentu dapat dihitung ketika nilai klirens obat tersebut telah diketahui. Maka dari itu, cara untuk memperoleh nilai AUC adalah dengan membagi dosis obat dengan klirens obat. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai AUC yang diperoleh adalah 549,3553 mg/mL.jam.

(17)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

7. KESIMPULAN

(Tuliskan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan percobaan)

Sediaan parenteral ceftazidime yang diberikan termasuk kedalam model farmakokinetika monokompartemen, dan sediaan injeksi obat A yang diberikan secara intravena bolus sudah termasuk kedalam model farmakokinetika multikompartemen.

(18)

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika

2022

DAFTAR PUSTAKA

Arini S., Z. S. 1995. Pengantar Farmakologi Dalam Farmakologi dan Terapi.

Jakarta: bagian Farmakologi.

Aslam, M. 2003. Farmasi Klinis. Surabaya: PT Alex Media Komputindo.

Farmakokinetika Terapan. Terjemahan oleh Budi Suprapti, Edisi Kelima.

Surabaya: Universitas Airlangga.

Gibson. G.G., d. S. 1991. Pengantar Metabolisme Obat, Terjemahan Aisyah.

Jakarta: UI Press

Shargel, L., Pong, S.W. and Yu, A. 2019. Biofarmasetika & Farmakokinetika Terapan. Pp. 267-270.

Shargel, L., Wu-Pong, S., & Yu, A. B. C. 2012. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Edisi Kelima. Terjemahan oleh Budi Suprapti.

Surabaya: Universitas Airlangga.

Sinaga, C. R. 2017. Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Gagal Ginjal Di RSUP PROF. DR. RD KANDOU. Manado. Pharmacon 6(3).

Tjay, T. H. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Wirasuta, I.MA.G. 2012. Profiling Kimia Sampel Kokain Sitaan di Bali dengan Kromatografi Lapis Tipis Spektrofotodensitometri. Indonesian Journal of Legal and Forensic Science, 2(2), pp. 42-44.

Bandung, 24 Oktober 2023 Mengesahkan,

Asisten Penanggungjawab Kelompok, Praktikan,

Nilai laporan,

Brisa Elisa, S. Farm

Referensi

Dokumen terkait