• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKTIVITAS PERAIRAN PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER DENGAN METODE ENUMERASI FITOPLANKTON DAN ZOOPLANKTON

N/A
N/A
Siti Rizka Anggraeni

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKTIVITAS PERAIRAN PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER DENGAN METODE ENUMERASI FITOPLANKTON DAN ZOOPLANKTON "

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Kelompok 6/ Perikanan C Diyah Ayu Aggreini 230110200162 Siti Rizka Anggraeni 230110200167 Devi Fitriani 230110200179 Fazira Parliamentary 230110200188 Reihan Putra Fajar 230110200193

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR 2023

(2)

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKTIVITAS PERAIRAN PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER

DENGAN METODE ENUMERASI FITOPLANKTON DAN ZOOPLANKTON

Diajukan untuk memenuhi tugas Praktikum Produktivitas Perairan

Oleh:

Kelompok 6/ Perikanan C Diyah Ayu Aggreini 230110200162 Siti Rizka Anggraeni 230110200167 Devi Fitriani 230110200179 Fazira Parliamentary 230110200188 Reihan Putra Fajar 230110200193

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR 2023

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat-Nya karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Produktivitas Perairan yang berjudul “Laporan Pendugaan Produktivitas Primer dan Sekunder Dengan Metode Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton”. Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Produktivitas Perairan.

Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan koordinasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis berterima kasih pada semua pihak yang membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan laporan praktikum ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Zahidah, MS., selaku dosen pengampu mata kuliah Produktivitas Perairan.

2. Bapak Asep Sahidin, S.Pi., M.Si., Ph.D., selaku dosen pengampu mata kuliah Produktivitas Perairan.

3. Kang Henry Putra Kosasih selaku asisten penanggung jawab praktikum mata kuliah Produktivitas Perairan Kelas C.

4. Teh Fis’ari Damayanti selaku asisten penanggung jawab praktikum mata kuliah Produktivitas Perairan Kelas C.

5. Teman-teman kelompok 6 (enam) dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum ini.

Penyusunan laporan praktikum ini masih memiliki banyak kekurangaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Semoga dengan adanya laporan praktikum ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.

Jatinangor, Oktober 2023 Kelompok 6

(4)

ii DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Praktikum ... 2

1.3 Manfaat Praktikum ... 3

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Ciparanje Unpad ... 4

2.2 Produktivitas Primer ... 5

2.3 Produktivitas Sekunder ... 6

2.4 Fitoplankton ... 7

2.5 Zooplankton ... 8

2.6 Enumerasi ... 8

III BAHAN DAN METODE 3.2 Alat dan Bahan ... 10

3.2.1 Alat Praktikum ... 10

3.2.2 Bahan Praktikum ... 11

3.3 Prosedur Praktikum ... 11

3.3.1 Sampling ... 11

3.3.2 Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton ... 11

3.4 Perhitungan Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton ... 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 13

4.1.1 Hasil Perhitungan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton ... 13

4.1.2 Hasil Indeks Diversitas Shanon-Wiener ... 13

4.1.3 Hasil Indeks Dominansi Simpson ... 14

4.1.4 Hasil Data Enumerasi Kelas ... 14

4.2 Pembahasan ... 15

4.2.1 Hasil Perhitungan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton ... 15

4.2.2 Hasil Indeks Diversitas Shanon-Wiener ... 16

4.2.3 Hasil Indeks Dominansi Simpson ... 17

4.2.4 Hasil Data Enumerasi Kelas ... 17

(5)

iii V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN ... 24

(6)

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Alat Praktikum ... 10

2. Bahan Praktikum ... 11

3. Hasil Identifikasi Fitoplankton dan Zooplankton ... 13

4. Hasil Perhitungan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton ... 13

5. Hasil Indeks Diversitas Shannon-Wiener ... 13

6. Hasil Indeks Dominansi Simpson ... 14

7. Hasil Data Enumerasi Kelas Perikanan C ... 14

8. Hasil Data Enumerasi Angkatan 2021 ... 28

(7)

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kawasan Perikanan Darat Ciparanje ... 4

(8)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Alat Praktikum ... 25

2. Bahan Praktikum ... 26

3. Prosedur Bagan Alir ... 27

4. Data Enumerasi Angkatan 2021 ... 28

5. Hasil Perhitungan ... 32

6. Kegiatan Praktikum ... 33

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produktivitas primer merupakan hasil perubahan energi cahaya matahari menjadi energi kimia dalam tubuh organisme autotrof perairan tersebut melalui fotosintesis (Pitoyo dan Wiryanto 2002). Tingkat produktivitas primer suatu perairan memberikan gambaran bahwa suatu perairan cukup produktif dalam menghasilkan biomassa tumbuhan, termasuk pasokan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis, serta dengan tersedianya biomassa tumbuhan dan oksigen yang cukup dapat mendukung perkembangan ekosistem perairan.

Fitoplankton mempunyai peran penting dalam rantai makanan di perairan karena mampu mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Bahan organik dari fitoplankton tersebut dimanfaatkan oleh zooplankton maupun ikan di perairan sebagai sumber makanan, sehingga kelimpahan fitoplankton menjadi penting bagi potensi sumber makanan ikan di alam. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer yaitu cahaya matahari, suhu, oksigen terlarut, pH, serta struktur komunitas lainnya yang mampu beradaptasi di ekosistem perairan atau habitatnya (Andriani et al. 2017).

Pemanfaatan potensi perairan danau antara lain sebagai kawasan budidaya perikanan memerlukan bentuk pengelolaan yang tepat sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkesinambungan. Keberadaan fitoplankton pada ekosistem perairan menjadi tolok ukur terhadap kualitas air yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan (Suwangsa 2006).

Zooplankton merupakan salah satu biota yang mempunyai peranan penting karena sebagai mata rantai penghubung produsen primer dengan biota yang berada pada tingkat trofik yang lebih tinggi (Clark et al. 2001). Zooplankton juga merupakan salah satu komponen dalam rantai makanan yang diukur dalam kaitannya dengan nilai produksi suatu ekosistem. Hal ini dikarenakan zooplankton memiliki peranan yang penting di perairan terutama dalam rantai makanan, organisme ini merupakan konsumen satu yang berperan besar dalam menjembatani

(10)

2

transfer energi dari produsen primer (fitoplankton) ke jasad hidup yang berada pada trophic level lebih tinggi (golongan ikan dan udang). Zooplankton merupakan konsumen tingkat pertama yang langsung memangsa fitoplankton. Zooplankton terutama dimangsa hewan karnivora yang lebih besar sebagai produsen tersier.

Proses ini akan berlangsung dari produsen tingkat IV, tingkat V, dan seterusnya, yang dapat digambarkan dalam rantai makanan.

Dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan, terutama dalam menunjang kegiatan ekonomi dan kesinambungan ekosistemnya, maka perairan ini harus dijaga supaya tetap menunjang diversitas organisme dan menghasilkan nilai tambah dari segi estetika dan ketersediaan ikan. Keberadaan ikan dan kesuburan perairan merupakan salah satu indikator adanya zooplankton, mengingat peranan zooplankton dalam ekosistem sebagai konsumen pertama yang memakan fitoplankton, kemudian zooplankton dimakan oleh anak-anak ikan (Yuliana 2014).

Enumerasi merupakan teknik perhitungan jumlah mikroba dalam suatu media tanpa mengidentifikasikan jenis mikroba (bakteri dan jamur). Enumerasi bertujuan untuk menentukkan jumlah sel dari suatu kultur bakteri secara kuantitatif (Lily 2010). Enumerasi dilakukan melalui metode spread plate dan serangkaian pengenceran. Pengenceran bertujuan untuk mengurangi jumlah bakteri sehingga dapat dihitung dengan mudah. Enumerasi dalam produktivitas perairan yaitu penghitungan jumlah organisme per satuan berat atau volume. Enumerasi ini termasuk metode yang paling sederhana dalam pendugaan produktivitas perairan yaitu dengan cara menghitung jenis dan jumlah fitoplankton yang terdapat di suatu badan air merupakan cara yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum pendugaan produktivitas primer dan sekunder dengan metode enumerasi fitoplankton dan zooplanton adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besarnya produksi primer yang terjadi di perairan melalui metode perhitungan enumerasi plankton.

2. Untuk mengetahui jumlah dan jenis serta indeks diversitas plankton sebagai salah satu penduga produktivitas perairan.

(11)

3. Untuk mengetahui cara menghitung kelimpahan plankton di suatu perairan.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui jumlah dan jenis serta indeks diversitas fitoplankton sebagai salah satu penduga produktivitas perairan.

(12)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Ciparanje Unpad

Ciparanje adalah suatu wilayah di daerah Jatinangor yang dimanfaatkan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad untuk aktivitas budidaya ikan.

Wilayah Ciparanje berlokasi pada ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut dan memiliki jenis tanah Inceptisol dengan tingkat pH berkisar sekitar 6,22.

Menurut pengklasifikasian Schmidt dan Fergusson (1952), iklim di Ciparanje termasuk dalam tipe C. Hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan langsung di Ciparanje menunjukkan tingkat kecerahan air berkisar antara 38 hingga 45 cm, suhu sekitar 25°C. Adapun parameter kimia air menunjukkan tingkat oksigen terlarut (DO) berkisar antara 6,4 hingga 7,9, pH antara 5,72 hingga 6,69, dan kadar amoniak berkisar antara 0,00 mg/L hingga 0,02 mg/L.

Ciparanje sering digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan perikanan budidaya, baik dalam bentuk praktikum maupun penelitian. Wilayah Ciparanje dilengkapi dengan fasilitas seperti kolam, hatchery, dan sebagainya.

Selain itu, Ciparanje juga sering digunakan sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian oleh penduduk sekitar. Kolam percobaan di Ciparanje sudah berdiri sejak tahun 1996 dan dibangun oleh Almarhum Bapak Iyay Suhaya. Kolam ini digunakan untuk tujuan pendidikan, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat dalam program studi Perikanan Universitas Padjadjaran. Ciparanje termasuk dalam kategori Laboratorium Terbuka kategori III, yang mencakup berbagai kegiatan seperti pembenihan, pemeliharaan, dan pengembangan teknologi untuk biota air tawar dengan sistem terbuka.

Gambar 1.Kawasan Perikanan Darat Ciparanje (Sumber: FPIK Unpad)

(13)

2.2 Produktivitas Primer

Produktivitas primer merupakan hasil perubahan energi cahaya matahari menjadi energi kimia dalam tubuh organisme autotrof perairan tersebut melalui fotosintesis (Pitoyo dan Wiryanto 2002). Menurut Hariyadi et al. (2010), menjelaskan tingkat produktivitas primer suatu perairan memberikan gambaran bahwa suatu perairan cukup produktif dalam menghasilkan biomassa tumbuhan, termasuk pasokan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Dengan tersedianya biomassa tumbuhan dan oksigen yang cukup dapat mendukung perkembangan ekosistem perairan.

Produktivitas primer menggambarkan jumlah pembentukan bahan organik baru per satuan waktu. Senyawa organik yang baru akan terbentuk melalui proses fotosintesis. Kegiatan fotosintesis di perairan waduk dilakukan oleh fitoplankton dan tanaman air (Boyd 1979). Produktivitas primer ini sering dinyatakan dalam mg C/m3/jam atau mg C/m3/hari untuk satuan volume air dan mg C/m2/jam atau mg C/m2/hari satuan luas kolom air. Menurut Suwigyo (1983), produktivitas primer dapat dipakai untuk menentukan kesuburan suatu perairan. Klasifikasi tingkat kesuburan tersebut adalah: 0-200 mg C/m3/hari termasuk oligotrofik, 200-750 mg C/m3/hari termasuk mesotrofik dan lebih dari 750 mg C/m3/hari termasuk eutrofik (Triyatmo et al. 1997).

Produktivitas primer dapat diartikan sebagai kandungan bahan-bahan organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis oleh organisme berklorofil dan mampu mendukung aktivitas biologi di perairan tersebut. Produktivitas primer dapat diketahui nilainya dengan cara mengukur perubahan kandungan DO yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Produksi oksigen dapat menjadi dasar pengukuran adanya kesetaraan yang kuat antara O2 dan pangan yang dihasilkan (Odum 1970).

Produktivitas primer dalam bentuk plankton dianggap salah satu unsur yang penting pada salah satu mata rantai perairan. Plankton-plankton yang ada dalam perairan akan sangat berguna dalam menunjang sumberdaya ikan, terutama dari golongan konsumen primer. Densitas dan diversitas fitoplankton dalam perairan

(14)

6

sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tersebut. Densitas fitoplankton akan tinggi apabila perairan yang didiami subur (Boyd 1982).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas primer perairan. Faktor-faktor tersebut bisa dibagi menjadi 3 yaitu faktor kimia, fisika, dan biologi. Faktor kimia seperti kandungan fosfat dan nitrat adalah merupakan hara yang penting untuk pertumbuhan dan reproduksi phytoplankton.

Bila dikaitkan dengan faktor fisika dan level air maka pada level air yang rendah dengan tersedianya sinar matahari menghasilkan produktivitas primer yang tinggi.

Disamping faktor kimia dan fisika, faktor biologi seperti perbandingan komposisi biomassa phytoplankton dan zooplankton, memperlihatkan bahwa jumlah individu dalam populasi phytoplankton jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah individu dalam populasi zooplankton, dan karena yang melakukan fotosintesis di dalam ekosistem perairan adalah phytoplankton, ini berakibat langsung terhadap tingginya produktivitas primer (Kaswadji 1976). Kesuburan atau produktivitas primer pada waduk meliputi plankton, DO, CO2, dan lain-lain. Produktivitas primer merupakan energi utama yang mendasari struktur trofik ekosistem perairan dan merupakan tanggapan terhadap kondisi fisik-kimia yang ada. Perubahan masukan unsur hara ke dalam perairan akan berpengaruh terhadap produktivitas primer.

2.3 Produktivitas Sekunder

Produktivitas sekunder adalah pembentukan biomassa organisme heterotrof dalam satuan waktu tertentu (Benke 1993). Sebagai contoh, produktivitas tahunan adalah jumlah seluruh biomassa yang diproduksi oleh sebuah populasi dalam satu tahun (Benke dan Huryn 2007). Studi terhadap produktivitas memiliki peranan yang tinggi dalam memahami ekologi ekosistem, misalnya dinamika populasi suatu populasi tertentu, efek kegiatan antropogenik terhadap ekosistem, efek perubahan penggunaan catchment area, efek perubahan iklim pada ekosistem, aliran energi di ekosistem dan sebagainya (Dolbeth et al. 2012). Pemahaman tentang produktivitas sekunder berkaitan dengan pemahaman hubungan antara produktivitas dan biomassa. Biomassa (B) adalah pengukuran banyaknya massa jaringan hidup untuk populasi yang hadir pada satu saat dalam waktu (rata-rata selama beberapa waktu), dan unit massa (energi) per satuan luas (misalnya g/m2) (Benke 1979 dalam Cesar

(15)

dan Armendariz 2005). Produktivitas sekunder sangat dipengaruhi oleh biomassa, sedangkan rasio P/B dipengaruhi oleh umur, ukuran tubuh dan suhu (Benke dan Huryn 2007).

Carlisle dan Clements (2003) menyatakan bahwa produksi sekunder merupakan fungsi pengukuran dinamika populasi, termasuk di dalamnya proses yang terjadi pada level individu, populasi maupun ekosistem. Produksi sekunder adalah ukuran komposit sebuah kepadatan populasi biota, biomassa dan pertumbuhan selama kurun waktu tertentu. Hewan-hewan herbivora yang mendapat bahan-bahan organik dengan memakan fitoplankton merupakan produsen kedua di dalam sistem rantai makanan.

2.4 Fitoplankton

Fitoplankton adalah plankton yang termasuk dalam kelompok tumbuhan yang menjadi produsen primer terbanyak di perairan dan juga merupakan penghasil oksigen pada wilayah perairan karena dapat melakukan fotosintesis dan sebagai dasar rantai makanan bagi kehidupan perairan laut serta perairan sungai, fitoplankton juga merupakan salah satu parameter tingkat kesuburan suatu perairan (Sunarto 2008; Yuliana et al. 2012).

Fitoplankton merupakan organisme renik melayang-layang dalam air atau mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah pergerakannya selalu dipengaruhi oleh pergerakan massa air (Nybakken 1984). Kelompok organisme ini menjadi produsen utama (primary producer) zat-zat organik (Hutabarat dan Evans 1984).

Fitoplankton dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk mengetahui kualitas dan kesuburan suatu perairan yang sangat diperlukan untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Fitoplankton sebagai produsen primer di perairan memegang peranan penting sebagai makanan bagi berbagai organisme laut. Selain sebagai produsen primer, fitoplankton juga merupakan salah satu parameter tingkat kesuburan suatu perairan (Syafriani dan Apriadi 2017). Terdapat hubungan positif antara kelimpahan fitoplankton dengan produktivitas perairan tinggi, maka perairan tersebut cenderung memiliki produktivitas yang tinggi pula (Yuliana et al. 2012). Setiap kelompok atau jenis fitoplankton memiliki

(16)

8

karakteristik yang berbeda dalam merespon perubahan di lingkungannya (Huisman et al. 2006).

2.5 Zooplankton

Zooplankton adalah plankton hewani yang hidupnya mengapung dan melayang di perairan mengikuti arus air. Zooplankton merupakan salah satu biota yang mempunyai peranan penting karena sebagai mata rantai penghubung produsen primer dengan biota yang berada pada tingkat trofik yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan zooplankton berperan ganda baik sebagai konsumen tingkat pertama maupun konsumen tingkat kedua, dimana merupakan penghubung antar plankton (Pranoto et al. 2005). Selain berfungsi sebagai penyedia makanan dalam daur energi di perairan, keberadaan zooplankton juga dapat dijadikan sebagai kualitas perairan, sehingga diketahui kondisi perairan pada saat ini.

Zooplankton adalah plankton yang bersifat hewani dengan bentuk yang sangat beraneka ragam. Zooplankton terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan, Zooplankton memiliki ukuran yang lebih besar dari fitoplankton (Nontji 1987).

Berdasarkan daur hidupnya, golongan zooplankton terbagi menjadi dua yaitu holoplankton dan meroplankton. Holoplankton adalah zooplankton yang menghabiskan semasa hidupnya sebagai plankton. Sedangkan meroplankton adalah zooplankton yang hanya sebagian daur hidupnya saja yang bersifat sebagai plankton (Nybakken 1992).

2.6 Enumerasi

Enumerasi yaitu penghitungan jumlah organisme per satuan berat atau volume. Menurut Kawuri et al. (2007), enumerasi merupakan suatu perhitungan jumlah mikroba/mikroorganisme yang terkandung di dalam suatu sampel.

Enumerasi merupakan metode yang paling sederhana dalam pendugaan produktivitas perairan yaitu dengan cara menghitung jenis dan jumlah fitoplankton yang terdapat di suatu badan air merupakan cara yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan. Hasil enumerasi biasanya dinyatakan dalam kelimpahan atau jumlah organisme per satuan volume tertentu yang paling umum adalah individu

(17)

atau sel per liter. Satuan yang lain yang biasa dipakai adalah individu atau sel per m3. Enumerasi memiliki kelebihan mudah dan murah dalam proses pendugaannya, namun metode enumerasi ini memiliki kekurangan bias yang cukup besar akibat dari perbedaan ukuran dari fitoplankton dan zooplankton yang mengakibatkan pendugaan kurang akurat. Sedikitnya dikenal dua metode enumerasi, yaitu:

a. Sedgwick – Rafter Method (S R), dinamai demikian sesuai dengan penemu metode ini yaitu Sedgwick dan Rafter.

b. Palmer – Maloney (P M), metode inipun dinamai demikian sesuai dengan penemunya yaitu Palmer dan Maloney.

(18)

10 BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Produktivitas Perairan mengenai Pendugaan Produktivitas Primer dengan Metode Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton yang dilaksanakan pada hari Senin, 23 Oktober 2022 bertempat di Laboratorium Sumber Daya Perairan Gedung 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat Praktikum

NO. Alat Fungsi

1. Plankton net Menyaring sampel plankton

2. Gayung Mengambil sampel air berisi plankton dari badan air

3. Mikroskop Membantu mengidentifikasi fitoplankton yang diamati

4. Pipet tetes Mengambil sampel fitoplankton dari botol sampel dan memindahkannya ke counting chamber (ruang hitung).

5. Counting Chamber (ruang hitung)

Menempatkan sampel fitoplankton yang akan diidentifikasi dan dihitung.

6. Cover glass Menutup ruang hitung dan berfungsi untuk mengurangi penguapan sampel fitoplankton dari ruang hitung.

7. Botol sampel Menyimpan sampel plankton.

8. Hand counter Untuk menghitung jumlah fitoplankton dan zooplankton pada mikroskop

(19)

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan Praktikum

NO. Bahan Fungsi

1. Sampel plankton. Objek pengamatan

2. Larutan lugol 0,5 % Pengawet bahan sampel

3.3 Prosedur Praktikum 3.3.1 Sampling

Berikut adalah prosedur sampling:

1. Sampel plankton diambil dari badan air dengan menggunakan gayung 2. Sampel plankton disaring dengan menggunakan plankton net dan dimasukan

ke dalam botol sampel

3. Sampel plankton diberi larutan pengawet

4. Sampel plankton yang dibawa dari lapangan selanjutnya diperiksa di laboratorium

3.3.2 Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton

Berikut adalah prosedur enumerasi fitoplankton dan zooplankton:

1. Sampel plankton dimasukkan ke dalam counting chamber dengan menggunakan pipet hingga penuh (1 ml) lalu tutup dengan cover glass 2. Sampel plaknton diamati dibawah mikroskop, lalu catat jenis dan hitung

jumlahnya

3. Hitung kelimpahan dan indeks diversitasnya dengan Indeks Shannon-Wiener dan Indeks Diversitas Simpson

3.4 Perhitungan Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton

Hasil enumerasi biasanya dinyatakan dalam kelimpahan atau jumlah organisme per satuan volume tertentu yang paling umum adalah individu atau sel per m³. Untuk itu maka rumus menghitung kelimpahan digunakan persamaan sebagai berikut:

(20)

12

Kelimpahan = jumlah seluruh individu yang teridentifikasi × Faktor pengali Faktor pengali =𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 × 1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔

Diversitas atau keragaman adalah ekspresi yang menunjukkan jumlah spesies yang berbeda yang menghuni suatu ekosistem dibandingkan dengan jumlah total dari seluruh spesies, umumnya dinyatakan dalam indeks diversitas.. Ada banyak indeks diversitas yang tersedia yang paling banyak digunakan adalah Indeks Diversitas Shannon-Wiener dan Indeks Diversitas Simpson (Krebs 1972).

Persamaan dari kedua indeks tersebut adalah sebagai berikut : a. Indeks Diversitas Shannon-Wiener

H = -∑ pi ln pi b. Indeks Diversitas Simpson

D = 1 - ∑ (pi)² Keterangan:

H = Indeks Diversitas Shannon-Wiener D = Indeks Diversitas Simpson

Pi = Proporsi jumlah individu dalam satu spesies dibagi dengan jumlah individu

(21)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Perhitungan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton

Berikut ini hasil identifikasi fitoplankton dan zooplankton yang didapatkan oleh kelompok 6 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Identifikasi Fitoplankton dan Zooplankton

No Fitoplankton Zooplankton

Jenis Jumlah Jenis Jumlah

1. Oscillatoria princips 1 Euglena oxyuris 1 2. Cyclotella operculata 1

3. Dimorphochoccus lunatus

1

Total 4

Adapun hasil perhitungan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton yang didapatkan oleh kelompok 6 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4.Hasil Perhitungan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton Faktor Pengali

Kelimpahan

Fitoplankton Zooplankton 2.5 ml 7.5 Individu/liter 2.5 Individu/liter 4.1.2 Hasil Indeks Diversitas Shanon-Wiener

Berikut ini hasil indeks diversitas Shanon-Winer yang didapatkan oleh kelompok 6 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Indeks Diversitas Shannon-Wiener

No Jenis Jumlah Pi ln Pi Pi ln pi Pi2 1. Oscillatoria princips 1 0.25 -1.386 - 0,3465 0,0625 2. Cyclotella operculata 1 0.25 -1.386 - 0,3465 0,0625 3. Dimorphochoccus

lunatus

1 0.25 -1.386 - 0,3465 0,0625 4. Euglena oxyuris 1 0.25 -1.386 - 0,3465 0,0625

Total 4 - 1,386 0,25

(22)

14

4.1.3 Hasil Indeks Dominansi Simpson

Data hasil Indeks Dominansi Simpson fitoplankton dan zooplankton kelompok 6 yang telah diidentifikasi dari Ciparanje disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6.Hasil Indeks Dominansi Simpson

No. Jenis Pi 𝝨 (Pi)2 D

1. Oscillatoria princips 0.25

0.25 0.75

2. Cyclotella operculata 0.25 3. Dimorphochoccus lunatus 0.25

4. Euglena oxyuris 0.25

4.1.4 Hasil Data Enumerasi Kelas

Berikut ini hasil data enumerasi fitoplankton dan zooplankton yang diperoleh Kelas Perikanan C disajikan pada tabel 7.

Tabel 7.Hasil Data Enumerasi Kelas Perikanan C

Kelompok Fitoplankton Zooplankton

Jenis Jumlah Jenis Jumlah

1. Pediastrum sp.

Ceratium sp.

Nitzschia sp.

Scenedesmus sp.

Euglena sp.

Ulothrix sp.

Navicula sp.

12 2 17

1 2 16

2

- -

Total 52 -

2.

Synedra sp.

Pediastrum sp.

Nitzchia sp.

Chroocococus sp.

8 75 10 19

Branchionus Pseudotetradon

1 1

Total 112 2

3.

Synedra sp.

Nitzchia sp.

Pediastrum sp.

5 4 2

-

-

Total 11 -

4. Hyalotheca dissiliens Nitzschia closterium Scenedesmus sp.

Pediastrum sp.

15 15 4 4

Diaptomus sp.

Keratella sp.

1 6

Total 38 7

5. Ceratium sp.

Pediastrum sp.

Scenedesmus sp.

2 1 18

- -

(23)

Nitzschia sp.

Richteriella botryoides Hyalotheca sp.

78 6 1

Total 106 -

6. Oscillatoria princips Vauch

Dimorphococcus lunatus Cyclotella operculata

1 1 1

Euglena ocyurus 1

Total 3 1

7. Pleurosigma delicareum Euglena hemodes Tetramastik cipollemsis Nitzchia vernicularos

5 1 2 1

Rotifer certinus 1

Total 9 1

8. Pediastrum sp.

Scenedesmus sp.

Chrococus limnetocus Nitzchia sp

Nitzchia closterium

20 1 1 1 1

- -

Total 24 -

9.

Pediastrum sp.

Gonatozygon sp.

Synedra sp.

Spyrogyra sp.

18 1 2 3

Branchionus sp.

Nauplius sp.

2 1

Total 24 3

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Perhitungan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton

Hasil yang didapatkan dari kelompok 6 pada pengamatan spesies fitoplankton terdiri dari Oscillatoria princips, Cyclotella operculata, dan Dimorphochoccus lunatus dengan jumlah kelimpahan Fitoplankton 7,5 individu/liter. Sedangkan spesies yang didapatkan dari zooplankton ada Euglena oxyuris dengan jumlah kelimpahan zooplankton 2,5 individu/liter. Fitoplankton merupakan organisme autotrof artinya organisme yang dapat menghasilkan makanan bagi dirinya sendiri atau disebut sebagai produsen sedangkan zooplankton merupakan hewan yang menjadi konsumen dengan kata lain zooplankton memanfaatkan fitoplankton sebagai pakannya. Fosfat dan nitrat merupakan kebutuhan utama fitoplankton,

(24)

16

sehingga jika keberadaannya di perairan sedikit maka fitoplankton juga akan mengalami penurunan (Wiyarsih et al 2019).

Kelimpahan zooplankton dipengaruhi oleh kualitas perairan dan ketersediaan makanan seperti fitoplankton. Perubahan komposisi dari komunitas zooplankton bervariasi dari tahun ke tahun dikarenakan perubahan makanan dan lingkungan tempat hidupnya. Fitoplankton adalah sumber pakan alami bagi zooplankton.

Dalam suatu ekosistem yang stabil biasanya fitoplankton tersedia dalam jumlah yang melimpah dibandingkan zooplankton sehingga apabila terjadi grazing oleh zooplankton maka keseimbangan ekosistem tetap terkendali. Penurunan kelimpahan fitoplankton akan sangat drastis apabila kelimpahan zooplankton tinggi yang akan menyebabkan aktivitas grazing zooplankton pun meningkat (Hamdiah 2020).

4.2.2 Hasil Indeks Diversitas Shanon-Wiener

Berdasarkan indeks diversitas dengan menggunakan perhitungan Shannon - Wiener (H’) fitoplankton dan zooplankton yang teridentifikasi menunjukan nilai diversitas sebesar 0,3456. Berdasarkan hasil yang didapatkan maka diversitas fitoplankton dan zooplankton pada perairan Ciparanje menunjukan keanekaragaman yang rendah. Hal ini karena nilai termasuk ke dalam H’ < 1, yang artinya keanekaragaman fitoplankton rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1996) penentuan kriteria Shannon - Wiener yaitu H’<1 yaitu artinya keanekaragaman rendah, 1<H’<3 yaitu artinya keanekaragaman sedang, dan H’> 3 artinya keanekaragaman tinggi.

Menurut Sirait et.al (2018) rendahnya indeks keanekaragaman (H’) hal ini diduga karena kondisi perairan sangat tidak baik. Hal ini dapat diakibatkan karena unsur hara pada perairan yang tidak stabil. Selain itu, dapat dikaitkan dengan waktu pengambilan sampel pada sore hari dimana intensitas cahaya matahari berkurang sehingga menyebabkan terganggunya proses fotosintesis. Menurut Rohmimohtaro dan Juwana (2007) semakin sedikitnya jumlah intensitas cahaya yang masuk ke dalam badan perairan, maka semakin berkurangnya jumlah fitoplankton yang terdapat pada suatu perairan, sehingga intensitas cahaya merupakan faktor yang penting untuk mendukung pertumbuhan fitoplankton. Nilai keanekaragaman

(25)

zooplankton rendah diduga akibat fitoplankton yang ada di perairan juga rendah, mengingat fitoplankton merupakan salah satu makanan dari zooplankton. Mulyadi dan Radjab (2015) menyatakan bahwa adanya dinamika atau variasi komposisi zooplankton secara umum dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, kondisi lingkungan yang sesuai, faktor persaingan dan pemangsaan serta pengaruh migrasi vertikal zooplankton.

4.2.3 Hasil Indeks Dominansi Simpson

Berdasarkan perhitungan indeks dominansi simpson pada fitoplankton dan Zooplankton di Perairan Ciparanje masing - masing memperoleh nilai dominasi yang diperoleh sebesar 0,75 mendekati 1. Hal ini berarti ada spesies yang mendominasi baik pada fitoplankton maupun zooplankton. Menurut odum (1993), indeks dominasi berkisar antara 0 hingga 1, dimana semakin kecil indeks menunjukan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi sebaliknya semakin besar nilai dominasi maka menunjukan adanya spesies tertentu.

4.2.4 Hasil Data Enumerasi Kelas

Berdasarkan hasil data enumerasi kelas, fitoplankton yang teridentifikasi dari Ciparanje sebanyak 22 spesies. Sedangkan untuk zooplankton yang teridentifikasi terdapat 4 spesies. Hasil yang didapatkan Kelas C pada pengamatan spesies fitoplankton terdiri dari beberapa spesies dengan jumlah kelimpahan Fitoplankton 947.5 individu/liter sedangkan spesies yang didapatkan dari zooplankton dengan jumlah kelimpahan zooplankton 35 individu/liter. Menurut Rimer (2002), kelimpahan fitoplankton terbagi atas 3 kelompok yaitu, rendah, sedang dan tinggi.

Kelimpahan fitopalnkton rendah yaitu kurang dari 12.000 ind/l. Kelimpahan sedang yaitu 12.500 ind/l. Kelimpahan fitoplankton tinggi yaitu lebih dari 17.000 ind/l.

Perairan Ciparanje memiliki 945.5 individu/liter sehingga tergolong ke dalam kel ke dalam kelompok fitoplankton dengan kelimpahan yang rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan perairan baik secara fisika, kimiawi dan biologi.

Kelimpahan fitoplankton tertinggi didapatkan oleh kelompok 2 dengan jumlah 112 individu/liter dan kelimpahan fitoplankton terendah didapatkan oleh kelompok 6 dengan jumlah 3 individu/liter. Menurut Reynolds (2006), kelimpahan

(26)

18

fitoplankton berbeda-beda dapat disebabkan oleh ketersediaan nutrien, cahaya, dan suhu. Selain itu, stabilitas lingkungan juga mempengaruhi kelimpahan fitoplankton karena kondisi lingkungan yang stabil dan tidak terganggu dapat mempercepat pertumbuhan fitoplankton.

Kelimpahan zooplankton terbanyak didapatkan oleh kelompok 4 dengan jumlah 7 individu/liter. Sedangkan kelompok 1, 3, 5, 8 tidak mendapatkan zooplankton. Zooplankton akan hidup dan berkembang dengan baik hanya pada kondisi habitatnya yang sesuai dengan batas adaptasinya (Junaidi et al. 2018).

Zooplankton sering dijumpai pada suatu perairan tawar, payau, estuari sampai ke perairan laut terbuka bahkan hingga samudera. Menurut Nybakken (1988) spesies zooplankton air tawar maupun laut dapat hidup di muara dan banyak didominasi oleh Acartia, Copepoda, Eurytempra dan jenis zooplankton lainnya.

Dari hasil data enumerasi kelas juga dapat dilihat bahwa fitoplankton paling banyak ditemukan adalah Nitzchia sp. sebanyak 78 individu/liter. Sedangkan jenis zoolplankton yang paling banyak ditemukan adalah Keratella sp. sebanyak 6 individu/liter.

(27)

19 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan hasil sebagai berikut :

1. Hasil perhitungan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton dari kelompok 6 yang terdiri dari Oscillatoria princips, Cyclotella operculata, dan Dimorphochoccus lunatus dengan jumlah kelimpahan Fitoplankton 7,5 individu/liter sedangkan spesies yang didapatkan dari zooplankton ada Euglena oxyuris dengan jumlah kelimpahan zooplankton 2,5 individu/liter.

2. Berdasarkan indeks diversitas dengan menggunakan perhitungan Shannon - Wiener (H’) fitoplankton dan zooplankton yang teridentifikasi pada kelompok 6 menunjukan nilai diversitas sebesar 0,3456. Berdasarkan hasil yang didapatkan maka diversitas fitoplankton dan zooplankton pada perairan Ciparanje menunjukan keanekaragaman yang rendah. Hal ini karena nilai termasuk ke dalam H’ < 1, yang artinya keanekaragaman fitoplankton rendah.

3. Hasil indeks dominansi simpson pada fitoplankton dan zooplankton pada kelompok 6 di Perairan Ciparanje masing - masing memperoleh nilai dominasi yang diperoleh sebesar 0,75 mendekati 1. Hal ini berarti ada spesies yang mendominasi baik pada fitoplankton maupun zooplankton.

4. Berdasarkan hasil data enumerasi kelas Perikanan C fitoplankton yang teridentifikasi dari Ciparanje sebanyak 22 spesies dan zooplankton yang teridentifikasi terdapat 4 spesies. Kelimpahan fitoplankton yang didapatkan oleh Kelaas C adalah 947.5 individu/liter dan kelimpahan zooplankton sebesar 35 individu/liter. Kelimpahan fitoplankton tertinggi didapatkan oleh kelompok 2 dengan jumlah 112 individu/liter dan kelimpahan fitoplankton terendah didapatkan oleh kelompok 6 dengan jumlah 3 individu/liter.

Fitoplankton paling banyak ditemukan adalah Nitzchia sp. sebanyak 78 individu/liter. Sedangkan jenis zoolplankton yang paling banyak ditemukan adalah Keratella sp. sebanyak 6 individu/liter.

(28)

20

5.2 Saran

Dalam pelaksanaan praktikum ini dibutuhkan ketelitian untuk mengamati sampel fitoplankton dan zooplankton, serta perhitungan jumlah indeks dan enumerasi agar data yang di dapat teruji keakuratannya dan dapat menjadi pengukuran produktivitas primer yang baik

(29)

21

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, A. Damar, A. Rahardjo, M. F. Simanjuntak C. Asriansyah, A dan Aditriawan, R.M. 2017. Abundance of Phytoplankton and its Role as Fish Food Sources in Pabean Bay, West Java. Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, 1(2).

Benke, A. C. 1993. Concepts and patterns of invertebrate production in running waters. Verhandlungen des Internationalen Verein Limnologie, 25:15-38.

Benke, A. C., dan Huryn, A. D. 2007. Secondary production of macroinvertebrates.

Academic Press. London.

Boyd, C.E. 1979. Pengelolaan Kualitas Air. Dirjen Perikanan. Jakarta.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam.

Carlisle, D. M, dan Clements, W.H. 2003. Growth and secondary production of aquatic insects along a gradient of Zn contamination in Rocky Mountain streams. Journal of the North American Benthological Society, 22(4): 582- 597.

Cesar, I. I., dan Armendariz, L. C. 2005. Secondary production of Chasmagnathus granulates (Crustacea; Decapoda) in Ramsar Site from Argentina. Braz.

Journal Biolgy, 67(2): 235-241.

Clark, D.R., Aazem, K. V, dan Hays, G.C. 2001. Zooplankton abundance and community structure over a 4000 km transect in the northeast Atlantic.

Journal of Plankton Research, 23 (4) : 365-37.

Dolbeth, M., Cusson, M., Sousa, R., dan Pardal, M. A. 2012. Secondary production as a tool for better understanding of aquatic ecosystem. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. 69:1230-1253.

Hamdiah. 2020. Komposisi dan Kelimpahan Zooplankton Pada Perairan Estuari Pantai Barat Sulawesi Selatan. Skripsi. Universitas Hasanuddin

Hariyadi, S, E. M., Adiwilaga, T., Prartono, S., Hardjoamidjojo., dan Damar, A.

2010. Produktivitas Primer Estuari Sungai Cisadane Pada Musim Kemarau.

Limnotek, 17 (1): 52.

Hubarat, S., dan Evans, S. M. 1984. Pengantar Oseanografi. Penerbit: Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Huisman, J., Thi, D.M., Karl., dan Sommeijer, B. 2006. Reduced Mixing Generates Oscillations and Chaos in the Oceanic Deep Chlorophyll Maximum. Nature, 439:322-325.

(30)

22

Junaidi, M., Nurliah., dan Azhar, F. 2018. Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat. Biologi Tropis, 18 (2):160-169.

Kaswadji, R. F. 1976. Studi Pendahuluan Tentang Penyebaran dan Kemelimpahan Phytoplankton di Delta Upang, Sumatera Selatan. Fakultas perikanan IPB Bogor. Bogor.

Kawuri, R., Bintari, N. W. D., dan Proborini, M. W. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit: Univesitas Indonesia Press. Jakarta.

Lily, M. 2010. Improving notification of critical laboratory results. Medical Journal of Malaysia, 65-74.

Mulyadi, H.A., dan Radjab, A. W. 2015. Dinamika Spasial Kelimpahan Zooplankton Pada Musim Timur di Perairan Pesisir Morella Maluku Tengah.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 7 (1), 109-122.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit: Jembatan. Jakarta

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan dari Marine Biologi: An Ecological Approach. Ahli Bahasa : M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen dan M. Hutomo. Penerbit: Gramedia. Jakarta.

Odum, E.D. 1970. Fundamentaly of Ecology 3th ed. W.B Sounders Company.

Philadelphia.

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Penerjemah: Tjahyono Samingan.

Odum, E. P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi : edisi ketiga. Penerbit: Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.

Pranoto, B. A., Ambariyanto & Zainuri, M. (2005). Struktur Komunitas Zooplankton di Muara Sungai Serang, Jakarta. Ilmu Kelautan: Indonesia Journal of Marine Sciences, 10 (2): 90-97.

Pitoyo, A., dan Wiryanto, 2002. Primary Productivity of the Cengklik Dam Boyolali. FMIPA. Univesitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta.

Reynolds, C. S. 2006. Ecology of phytoplankton. Cambridge University Press.

Romimohtarto, K., dan S. Juwana. 2007. Biologi Laut. Penerbit: Djambatan.

Jakarta.

Schmidt, F. H., dan Ferguson, J. H. A. 1951. Rainfall Types Based On Wet and Dry Period Rations for Indonesia With Western New Guinea. Kementrian Perhubungan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.

Sirait, M., Rahmatia, F., dan Pattulloh. 2018. Komparasi Indeks Keanekaragaman Dominansi Fitoplankton di Sungai Ciliwung Jakarta. Jurnal Kelautan, 11 (1).

(31)

Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan penaranan Plankton bagi Ekosistem Laut.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Suwangsa, I. H. 2006. Keanekaragaman Plankton di Perairan Danau Beratan Bali.

Skripsi. Program Studi Biologi Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengtahuan Alam Fakultas Sains Dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Syafriani, R., dan Apriadi, T. 2017. Keanekaragaman Fitoplankton di Perairan Estuari Sei Terusan Kota Tanjungpinang. Limnotek: perairan darat tropis di Indonesia, 24(2): 74-82.

Triyatmo, B., Rustadi, Djumanto, S.B., Priyono, Krismono, N Sehenda, dan Kartamihardja, E.S., 1997. Studi Perikanan Di Waduk Sermo: Studi Biolimnologi. Lembaga Penelitian UGM Bekerjasama Dengan Agricultural Research Management Project. BPPP.

Wiyarsih, B., Endrawati, H., dan Sedjati, S. 2019. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton di Laguna Segara Anakan, Cilacap. Buletin Oseanografi Marina, Vol 8 (1) : 1-8.

Welch. 1992. Limnology. Mc Graw Hill. Company New York. USA.

Yuliana., Enam, M., Adiwilaga., Harris, E., Niken, T.M., & Pratiwi. 2012.

Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Parameter Fisika Kimiawi Perairan di Teluk Jakarta. Jurnal Akuatika, 2(3): 169-179.

Yuliana. 2014. Keterkaitan antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton dan Parameter Fisika-Kimiadi Perairan Jailolo, Halmahera Barat. Maspari Journal, 6 (1) : 25 - 31.

(32)

LAMPIRAN

(33)

25 Lampiran 1. Alat Praktikum

Plankton net Gayung

Mikroskop Pipet tetes

Couting Chamber Cover Glass

Botol Sampel Hand Counter

(34)

26

Lampiran 2. Bahan Praktikum

Sampel plankton Larutan lugol 0.5%

(35)

Lampiran 3. Prosedur Bagan Alir Prosedur Sampling

Prosedur Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton

Sampel plankton diambil dari badan air menggunakan gayung Sampel plankton disaring dengan menggunakan plankton net

Lalu sampel plankton dimasukan kedalam botol sampel

Kemudian ditambahkan larutan pengawet pada sampel plankton tersebut

Sampel plankton yang dibawa dari lapangan selanjutnya diperiksa di laboratorium

Sampel plankton dimasukkan ke dalam counting chamber dengan menggunakan pipet hingga penuh (1 ml) lalu tutup dengan cover glass

Sampel plaknton diamati dibawah mikroskop, lalu catat jenis dan hitung jumlahnya

Kemudian Hitung kelimpahan dan indeks Diversitasnya dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener dan Indeks Diversitas Simpson.

(36)

28

Lampiran 4. Data Enumerasi Angkatan 2021

Tabel 8.Hasil Data Enumerasi Angkatan 2021 Kelompok

Fitoplankton Zooplankton

Jenis Jumlah Jenis Jumlah

1A Pediastrum sp.

Dictyochales sp.

Nitzschia sp.

Trocdiscus sp.

2 1 1 1

Thermocyclops crassus

Acarus sp.

Trichorrhexis nodosa

Dirofilarra repens Rattalus rattus

1 1 1 1 1

Total 5 5

2A Hyalotheca undulata Arthrodesmus sp.

Treubaria sp.

Coelosphaerium sp.

Lyngbya spirulinoides Micrasterias sp.

4 1 1 1 1 3

Pediastrum duplex Euchaeta concinna Branchionus palcatis Cyclops sp.

3 1 1 1

Total 11 6

3A Pediastrum sp.

Coelastrum sp.

4 1

Nauplius sp. 1

Total 5 1

4A Pediastrum sp.

Nitchzia sp.

Scenedesmus sp Phacus anomale Poliedrium sp.

4 1 1 1 1

Daphnia sp.

Cyclops sp.

Synedra acus Synedra acus Naupilus strenus

1 1 1 1 1

Total 8 5

5A Euglena sp.

Pediastrum sp.

Scenedesmus sp.

Treubaria sp.

2 1 3 1

Culex sp.

Nauplius sp.

2 1

Total 7 3

6A Asterionella sp.

Podocystis sp.

Pediastrum sp.

2 1 1

- -

Total 4 -

7A Eustrum sp.

Nitzschia curvula

1 1

Euglena sp.

Synopia ultramania sp.

1 1

Total 2 2

(37)

8A Pediastrum sp.

Coleastrum sp.

Nitzschia sp.

Ceratium sp.

Scenedesmus sp.

35 40 12 16 1

Cyclops sp.

Daphnia sp.

Nauplius sp.

2 2 3

Total 104 7

9A Characium sp.

Hyalotheca sp.

Pediastrum sp.

1 1 2

Rotifer neptunius 1

Total 4 1

1B Pediastrum duplex Pandorina sp.

Scenedesmus sp.

Pediastrum simplex

14 8 2 1

Branchionus bacteri Tortanus

discaudatus Scolecithricella minor

1 1 1

Total 25 3

2B Closterium sp.

Nitzschia sp.

Spirulina sp.

Acylatoria sp.

1 3 1 2

Cyclops sp.

Nauplius sp.

2 1

Total 7 3

3B Pediastrum sp.

Keratela sp.

9 1

- -

Total 10 -

4B Nitzchia curvula Nitzchia linearis Gyrosigma sp.

Pediastrum simplex Pediastrum duplex Scenedesmus sp.

Navicula sp.

3 1 1 2 1 2 1

Cymatopleura solea 1

Total 11 1

5B Nitzschia Closterium 3 - -

Total 3 -

6B - - Nauplius sp.

Cyclops sp.

4 1

Total - 5

7B Pediastrum sp.

Gonatozygon sp.

Chaetoceros sp.

Characium sp.

Nitzetchie sp.

Hyalotheca sp.

14 35 5 5 1 3

Phacus longicauda Squila sp.

Nauplius sp.

Cyclops sp.

5 1 1 1

(38)

30

Surirella sp.

Schroederia sp.

5 1

Total 69 8

8B Pediastrum sp.

Nitzschia sp.

Zygogonium sp.

Scenedesmus sp.

Euglena viridis

56 4 26

7 1

Peridinium sp.

Keratela sp.

Nauplius sp.

4 4 1

Total 94 9

9B Spirulina sp.

Synedra sp.

Nitzschia sp.

Chlorella sp.

Cyclotella sp.

1 1 1 2 1

Arcella sp. 1

Total 6 1

1C Pediastrum sp.

Ceratium sp.

Nitzschia sp.

Scenedesmus sp.

Euglena sp.

Ulothrix sp.

Navicula sp.

12 2 17

1 2 16

2

- -

Total 52 -

2C Synedra sp.

Pediastrum sp.

Nitzchia sp.

Chroocococus sp.

8 75 10 19

Branchionus sp.

Pseudotetradon sp.

1 1

Total 112 2

3C Synedra sp.

Nitzchia sp.

Pediastrum sp.

5 4 2

- -

Total 11 -

4C Hyalotheca dissiliens Nitzschia closterium Scenedesmus sp.

Pediastrum sp.

15 15 4 4

Diaptomus sp.

Keratella sp.

1 6

Total 38 7

5C Ceratium sp.

Pediastrum sp.

Scenedesmus sp.

Nitzschia sp.

Richteriella botryoides Hyalotheca sp.

2 1 18 78 6 1

- -

Total 106 -

(39)

6C Oscillatoria princips Vauch

Dimorphococcus lunatus

Cyclotella operculata

1 1 1

Euglena ocyurus 1

Total 3 1

7C Pleurosigma delicareum Euglena hemodes Tetramastik cipollemsis

Nitzchia vernicularos

5 1 2 1

Rotifer certinus 1

Total 9 1

8C Pediastrum sp.

Scenedesmus sp.

Chrococus limnetocus Nitzchia sp.

Nitzchia closterium

20 1 1 1 1

- -

Total 24 -

9C Pediastrum sp.

Gonatozygon sp.

Synedra sp.

Spyrogyra sp.

18 1 2 3

Branchionus sp.

Nauplius sp.

2 1

Total 24 3

(40)

32

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Perhitungan Faktor Pengali Faktor pengali = 50

1 x 1000 𝑚𝑙

20.000

= 2.5 ml

Perhitungan Kelimpahan Plankton Kelompok 6

- Kelimpahan Fitoplankton = 3 × 2.5 = 7.5 ind/L - Kelimpahan Zooplankton = 1 × 2.5 = 2.5 ind/L Kelas Perikanan C

- Kelimpahan Fitoplankton = 379 x 2.5 = 947.5 ind/L - Kelimpahan Zooplankton = 14 x 2.5 = 35 ind/L Perhitungan Indeks Dominansi Simpson

D = 1 - (0.625 + 0.625 + 0.625 + 0.625 + 0.625 + 0.625)

= 1 - (0.25)

= 0.75

(41)

Lampiran 6. Kegiatan Praktikum

Pengambilan sampel plankton menggunakan pipet tetes

Memasukkan sampel ke dalam couting chamber

Persiapan mikroskop Melakukan pengamatan sampel plankton menggunakan mikroskop

Melakukan perhitungan kelimpahan, Indeks Diversitas Shannon-Wiener,

Indeks Diversitas Simpson, dan penulisan laporan sementara.

Gambar

Gambar 1. Kawasan Perikanan Darat Ciparanje  (Sumber: FPIK Unpad)
Tabel 4. Hasil Perhitungan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton Faktor Pengali
Tabel 3. Hasil Identifikasi Fitoplankton dan Zooplankton
Tabel 7. Hasil Data Enumerasi Kelas Perikanan C
+3

Referensi

Dokumen terkait

ParJ ahli sosiolold hukunr berpendapat lrahwa kebanyakan ciri hukum nrodem su.lah mulai diternukan pada slne,n hukum transisional, namun dengan deraiat. ,eng Iebih