• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Project Independen Marwan Hadid 11520001

N/A
N/A
Marwan Hadid

Academic year: 2023

Membagikan "Laporan Project Independen Marwan Hadid 11520001"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Estimasi Populasi dan Persebaran Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus) pada Lahan Reklamasi Pasca Tambang Outpit Dump Mahayung PT. Bukit Asam Tbk, Kab. Muara Enim, Sumatera Selatan

Marwan Hadid*, Muhammad Abdul Razaq1, & Noviana Budianti2

1PT. Bukit Asam Tbk, Jl. Parigi No.1, Tanjung Enim 31716, Sumatera Selatan.

2Program Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung Jalan Let.

Jend. Purn. Dr. (HC) Mashudi 1, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363, Indonesia

*Penulis korespondensi: [email protected]

Abstrak – Kemunculan satwa liar seperti lutung kelabu di lahan reklamasi menjadi salah satu indikator keberhasilan reklamasi yang dapat dilihat langsung. Lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) merupakan primata dari famili Colobinae yang tersebar di Semenanjung Malaysia, Pulau Borneo, dan Pulau Sumatera. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung estimasi populasi dan persebaran populasi lutung kelabu di lahan reklamasi Outpit Dump Mahayung PT. Bukit Asam Tbk. Metode yang digunakan adalah metode jalur transek dengan pengambilan data dilakukan pada setiap titik penemuan lutung kelabu. Estimasi populasi berupa ukuran populasi dan densitas populasi dihitung menggunakan persamaan King’s Method, sedangkan persebaran populasi dianalisis menggunakan software ArcGIS. Penelitian ini menemukan enam kelompok lutung kelabu yang tersebar di dalam hutan reklamasi dan areal jalan. Jumlah individu lutung kelabu dalam satu kelompok berkisar antara 10-22 individu. Densitas populasi rata-rata yaitu sebesar 5.139 individu/ha dengan estimasi ukuran populasi sebesar 391.63 pada lahan seluas 76.21 ha.

Kata Kunci: Lahan Reklamasi, Lutung Kelabu, Metode Jalur Transek, Estimasi Populasi, Persebaran Populasi

PENDAHULUAN

Lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) merupakan jenis primata dari famili Colobinae.

Famili Colobinae ini sendiri terdiri dari 10 genus yaitu Trachypithecus, Presbytis, Colobus, Nasalis, Piliocolobus, Procolobus, Pygathrix, Rhinopithecus, Semnopithecus dan Simias [6]. Lutung kelabu dewasa memiliki ciri-ciri muka berwarna hitamm, rambut di atas kepala meruncing, serta memiliki rambut di sekujur tubuh yang berwarna hitam serta ujung putih kelabu. Lutung kelabu memiliki ekor yang panjang yaitu sepanjang 75 cm [5]. Lutung kelabu dapat ditemukan di Semenanjung Malaysia, Pulau Borneo, Sumatera, dan Kepulauan Riau [11]. Jenis ini termasuk jenis primata yang dilindungi dan termasuk kategori VU (Vulnerable) atau rentan berdasarkan list yang dibuat oleh IUCN pada tahun 2020 [12].

PT. Bukit Asam merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara yang mana setiap perusahaan pertambangan memiliki kewajiban untuk melakukan reklamasi pada lahan pasca tambang sesuai arahan dari Menteri Kehutanan yang tertulis pada Permen Kehutanan No. 146/Kpts – II/1999 mengenai Pedoman Reklamasi Bekas Tambang dalam Kawasan Hutan yang menyebutkan bahwa setiap perusahaan pertambangan dan energi memiliki kewajiban untuk melaksanakan reklamasi lahan bekas tambang atas kawasan hutan yang dipinjam pakai. Tujuan dilakukannya reklamasi ini adalah untuk menata,

memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya [8].

Perubahan tutupan lahan akibat kegiatan reklamasi secara tidak langsung akan mempengaruhi perubahan komunitas satwa liar secara signifikan atau tidak signifikan. Kemunculan satwa liar merupakan indikator keberhasilan kegiatan reklamasi yang dapat dilihat secara langsung.

Semakin banyak dan semakin beragam satwa yang dapat hidup dan berkembang biak merupakan salah satu tanda semakin baik keadaan ekosistem pada lahan tersebut [16]. Kemunculan primata seperti lutung kelabu menjadi salah satu aspek ekosistem yang penting dan harus diperhatikan karena memiliki peran sebagai perantara penyebaran biji di suatu hutan.

Berdasarkan informasi yang didapatkan, beberapa populasi lutung kelabu terlihat muncul di salah satu lahan reklamasi, yaitu area reklamasi lahan bekas tambang Outpit Dump Mahayung, Tambang Air Laya. Lahan ini sendiri sudah direklamasi sejak tahun 2010 dengan jenis tanaman yang ditanam yaitu akasia, sengon buto, angsana, waru, dan johar.

Informasi kemunculan lutung di area ini sendiri sudah diketahui cukup lama oleh pihak pengelola hutan reklamasi, namun penelitian yang terkait dengan lutung kelabu masih jarang dilakukan sehingga ketersediaan data seperti data ukuran populasi masih minim.

(2)

Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengumpulkan data terkait ukuran, densitas, dan persebaran populasi lutung kelabu di lahan reklamasi, khususnya di Outpit Dump Mahayung yang dapat dijadikan referensi bagi pengelola hutan reklamasi dalam menentukan tindakan pengelolaan hutan yang tepat terhadap populasi lutung kelabu.

Karena jika lutung kelabu ini tidak mendapatkan pengelolaan yang tepat, maka kemungkinan hilang atau musnahnya populasi lutung kelabu di lahan tersebut bisa saja terjadi.

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilakukan pada tanggal 4-12 Juli 2023 di Area Reklamasi Bekas Tambang Outpit Dump Mahayung ID 4, Tambang Air Laya, PT. Bukit Asam Tbk, Kelurahan Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Luas area kajian adalah seluas 76.21 hektar.

Gambar 1. Peta Outpit Dump Mahayung ID 4 PT.

Bukit Asam Tbk.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan selama pengambilan data terdiri dari roll meter ukuran 50 m untuk mengukur jarak, binokular untuk pengamatan populasi lutung kelabu, dan juga tally sheet untuk mencatat data di lapangan. Untuk pengambilan data koordinat kemunculan lutung kelabu digunakan aplikasi berupa SW Maps dan GPS Essentials. Digunakan juga software ArcGIS, Google Earth dan Microsoft Excel untuk pengolahan data. Untuk kebutuhan pemetaan persebaran populasi lutung kelabu juga digunakan Citra Drone Outpit Dump Mahayung ID 4.

Metode Pengambilan Data

Pengamatan dilakukan dengan metode line transek yang mencatat semua kemunculan yang berada pada jalur transek tersebut. Metode ini digunakan karena dapat memperhitungkan jarak individu target

terhadap pengamat, selain itu metode ini relatif efisien dan dapat diulang dalam survei berkelanjutan. Pengamatan dilakukan dengan berjalan di jalur transek pada pukul 08.00 - 15.00 WIB, lalu mencatat jumlah individu, koordinat lokasi, dan jarak pengamat dari titik penemuan lutung kelabu.

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis estimasi ukuran populasi dan densitas populasi serta analisis persebaran populasi.

Untuk persebaran populasi, dilakukan analisis data menggunakan software ArcGIS dengan menginput data titik koordinat penemuan lutung kelabu dan data tracking pada jalur transek.

Analisis Estimasi Ukuran dan Densitas Populasi Analisis estimasi ukuran populasi dan densitas populasi lutung kelabu dihitung menggunakan persamaan King's methode [15] sebagai berikut:

𝐸𝑃 = 𝑁𝐴 / 2𝑋𝐷 (1) 𝑑 = 𝑁 / 2𝑋𝐷 (2)

Keterangan :

EP = Estimasi ukuran populasi D = Densitas

N = Total individu yang terdeteksi saat pengamatan X = Panjang jalur

A = Luas total kawasan yang akan diduga

D = Jarak target yang pertama terdeteksi dengan observer (rataan)

Analisis Persebaran Populasi

Untuk persebaran populasi, dilakukan analisis data menggunakan software ArcGIS dengan menginput data titik koordinat penemuan lutung kelabu dan data tracking pada jalur transek pada Citra Drone Outpit Dump Mahayung ID 4 PT. Bukit Asam Tbk untuk menghasilkan peta persebaran populasi lutung kelabu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Estimasi Populasi Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus)

Penemuan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat 43 individu lutung kelabu yang ditemukan pada area kajian penelitian seluas 76.21 hektar. Individu- individu ini tergabung dalam beberapa kelompok

(3)

yang ditemukan pada enam titik penemuan yang tersebar di area kajian. Dugaan kepadatan populasi dihitung menggunakan metode King’s berdasarkan data-data yang didapatkan di lapangan. Nilai dugaan kepadatan populasi adalah 5.139 individu/hektar dengan estimasi populasi sebesar 391.63 individu pada areal seluas 76.21 hektar.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (Tabel 1).

Tabel 1. Kepadatan dan Estimasi Populasi pada Areal Kajian

Total Individu

Jarak ke Observer (m)

Luas Area (ha)

Panjang Jalur

(m)

Kepadatan Populasi (ekor/ha)

Estimasi Populasi (ekor)

43 13.6 76.21 3076.52 5.139 391.63

Populasi lutung kelabu sangat dipengaruhi keberadaan sumber makanan yang berlimpah dan terdistribusi secara merata di habitat [14]. Daya dukung habitat seperti ketersediaan dan kualitas juga sangat mempengaruhi pertumbuhan populasi primata seperti lutung kelabu. Pada habitat yang tidak terganggu seperti di hutan alam, nilai estimasi populasi akan lebih tinggi [4]. Sedangkan pada habitat yang daya dukungnya tidak dapat mengimbangi pesatnya pertumbuhan populasi, maka populasi pada habitat tersebut akan berkurang drastis [1].

Areal kajian merupakan lahan reklamasi yang disekelilingnya masih berjalan aktivitas penambangan. Seperti yang kita ketahui, hutan reklamasi pasca tambang akan didominasi oleh tanaman pionir seperti akasia dan sengon yang mana jenis pohon ini bukanlah jenis tanaman yang dapat menjadi sumber makanan bagi lutung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh [2]. Kurangnya sumber makanan alami bagi lutung kelabu ini akan menjadi ancaman bagi populasi lutung kelabu.

Selain itu, ancaman fragmentasi habitat juga menjadi tekanan populasi terhadap habitat karena kurangnya koridor satwa yang menghubungkan habitat sehingga membatasi areal jelajah lutung kelabu. Terbatasnya habitat lutung ini juga menyebabkan terjadinya tumpang tindih kelompok lutung kelabu padahal jenis lutung kelabu merupakan jenis primata yang bersifat territorial [7]. Persebaran Populasi Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus)

Hasil penelitian menunjukkan penyebaran lutung kelabu pada beberapa titik penemuan. Terdapat total 6 titik kemunculan pada 3 konsentrasi wilayah berbeda. Pada Track 4 terdapat 2 titik penemuan di tepi jalan arah Selatan konveyor batu bara dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 dan 10

individu. Pada area ini lutung ditemukan sedang diam pada pohon di tepi jalan. Lutung kelabu beraktvitas pada siang hari (diurnal) dengan hampir setengah dari total aktivitas hariannya diisi dengan beristirahat dan berdiam diri [9]. Umumnya ukuran populasi kelompok lutung di alam berkisar antara 6- 23 individu [13]. Penemuan kelompok dalam jumlah minimun ini diperkirakan akibat dari terbatasnya sumber pakan sehingga terbentuk beberapa kelompok kecil lutung yang memisahkan diri untuk mencari makan [3]. Peta persebaran populasi lutung kelabu dapat dilihat pada (Gambar 2)

Gambar 2. Peta Persebaran Populasi Lutung Kelabu

Pada Track 2 yang berada di kawasan hutan terdapat 3 titik kemunculan lutung dengan masing-masing berjumlah 2 individu. Lokasi ini berada pada ID 4 Reklamasi Outpit Dump Mahayung dengan jarak kemunculan antar titik yang saling berdekatan.

Lutung kelabu yang ditemukan pada area ini diketahui sedang melakukan perpindahan. Lutung memerlukan area jelajah yang cukup luas berkisar antara 15-23 ha. Hal ini terjadi akibat kebutuhan untuk memenuhi asupan makan hariannya yang terdiri dari buah, daun, dan bunga [13].

Wilayah penemuan kelompok lutung terakhir berada di Track 3 ke arah Timur jalan dan melewati bangunan pekerja tambang. Kelompok ini menjadi kelompok lutung terbesar yang ditemukan dalam penelitian dengan total populasi kelompok mencapai 22 individu. Ukuran kelompok yang besar menuntut kebutuhan dalam mencari makan menjadi lebih besar pula [10]. Karena hal tersebut, diindikasikan telah terjadi perubahan pola persebaran dan prilaku makan lutung yang kini lebih bergantung pada sisa makanan pekerja tambang ditunjukkan dari banyaknya kemunculan kelompok lutung di area sekitar jalan dan bangunan pekerja.

KESIMPULAN

(4)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah individu total lutung kelabu yang ditemukan pada areal kajian adalah 43 individu dengan kepadatan populasi sebesar 5.139 individu/ha dan estimasi populasi sebesar 391.63 individu.Untukpersebaran populasi lutung kelabu ditemukan enam titik penemuan dimana 3 kelompok kecil yang terdiri dari dua individu lutung kelabu ditemukan di dalam hutan reklamasi, dan 3 kelompok lainnya ditemukan di areal jalan dan dekat dengan bangunan pekerja dengan jumlah individu tiap kelompok berkisar antara 10-22 individu lutung kelabu.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa kelompok besar lutung kelabu ditemukan di areal jalan dan bangunan pekerja disebabkan karena perubahan perilaku lutung dalam mencari makan, yang sebelumnya mendapatkan makanan alami di dalam hutan kini mencari makanan sisa pekerja di areal jalan dan bangunan pekerja. Perubahan perilaku ini diakibatkan oleh habisnya sumber makanan di hutan. Pihak pengelola dapat melakukan pengkayaan jenis tanaman yang merupakan jenis tanaman pakan bagi lutung kelabu dan pembuatan koridor satwa untuk menghubungkan habitat yang terfragmentasi sehingga meningkatkan daya dukung habitat bagi lutung kelabu.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian ini.

Khususnya kepada para pembimbing dari PT. Bukit Asam Tbk, yaitu Bapak Abdul Razaq dan Bapak Riza Pranata yang telah banyak membantu dan membimbing serta mengajarkan banyak hal selama kegiatan penelitian ini. Selanjutnya kepada Bapak Ichsan Suwandhi selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penelitian ini hingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga kepada seluruh staff atau pegawai PT. Bukit Asam Tbk yang telah membantu pengambilan data penelitian di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Dharma, A. P., Setyaningsih, M., Meitiyani., Fathurrahman, M. R., Hafiz, M., Prayogo, A. B., & Firdaus, M. F.

(2020). Population dynamics of proboscis monkey in Kuala Barito River Delta.

International Proceedings Conferences

Series, 80-85.

https://doi.org/10.22236/ie.vi.254.

[2] Gusra, W. (2021). Jenis-jenis dan karakteristik morfologi tumbuhan pakan

lutung kelabu (Trachypithechus cristatus Raffles, 1821) di kawasan hutan sekunder Desa Kauman, Pasaman (Skripsi Sarjana).

Universitas Andalas, Padang.

[3] Hadi, D. S. (2018). Perilaku Makan Dan Jenis Pakan Lutung (Trachypithecus Auratus) Di Zona Pemanfaatan Resort Joben Taman Nasional Gunung Rinjani Feeding Behavior And Types Of Ebony Leaf Monkey Feed (Trachypithecus Auratus) In Utilization Zone Joben Resort, Mount Rinjani National Park (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).

[4] Mackinnon, K. (1986). The conservation status of nonhuman primates in Indonesia.

In Benirschke, K (Ed). Proceeding of Primates: The Road to Self-Sustaining Populations (pp. 99- 126). New York:

Springer-Verlag.

https://doi.org/10.1007/978-1-4612- 4918- 4_8.

[5] Maulana, Y. (2022). Kenakegaraman primata di kawasan ekosistem taman hutan ratya pocut meurah intan sebagai referensi mata kuliah ekologi hewan. Skripsi universitas islam negeri ar-raniry banda aceh.

[6] Mittermeier, R. A., Rylands, A. B., &

Wilson, D. E. (2013). Handbook of the mammals of the World volume 3. Primates.

Barcelona: Lynx Edicions.

[7] Moore, R. S., Nekaris, K. A. I., &

Eschmann, C. (2010). Habitat use by western purple faces langur Trachypithecus vetulus nestor (Colobinae) in a fragmented suburban landscape. Endangered Species Research, 12, 227-234.

[8] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

[9] Pratiwi, A. N., Anita, S., Wirdateti. (2009).

Perilaku Harian Lutung (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) Di Penangkaran Pusat Penyelamatan Satwa Gadog, Ciawi- Bogor. Zoo Indonesia, 18(1).

[10] Rachman, N., Perwitasari-Farajallah, D., &

Iskandar, E. (2022). Kepadatan Populasi dan Jenis Pakan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus) di Hutan Mangrove, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 19(1), 119-137.

(5)

[11] Roos, C., Nadler, T., & Walter, L.

(2008). Mitochondrial phylogeny, taxonomy and biogeography of the silvered langur species group (Trachypithecus cristatus). Molecular Phylogenetics and Evolution, 47(2), 629- 636.https://doi.org/10.1016/j.ympev.2008.

03.006.

[12] Safitri, A. D., Darmawan, A., Iswandaru, D., & Winarno, G. D. (2020). Persepsi masyarakat terhadap keberadaan lutung kelabu (trachypithecus cristatus) di pulai pahawang.

[13] Supriatna, J., & Wahyono, E. H. (2000).

Panduan lapangan primata Indonesia.

Yayasan Obor Indonesia.

[14] Srivastava, A., Biswas, J., Das, J., &

Bujarbarua, P. (2001). Status and distribution of Golden Langurs (Trachypithecus geei) in Assam, India.

American Journal Primatology, 55, 15-23.

https://doi. org/10.1002/ajp.1035.

[15] Tobing, I. S. (2012). Teknik estimasi ukuran populasi suatu spesies primata. VIS VITALIS Jurnal Ilmiah Biologi, 1(1).

[16] Triantoro, A. (2017). Studi reklamasi lahan bekas tambang batubara pt bumi rantau energi di rantau kalimantan selatan. Jurnal GEOSAPTA.

Referensi

Dokumen terkait