LAPORAN
PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI PUMPING TEST
DISUSUN OLEH :
SAMUEL SITOMPUL
03071282328029 REHAN RIAD FAJRI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK LINGKUNGAN PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2025
HALAMAN PENGESAHAN PUMPING TEST
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA
2025
PENYUSUN
SAMUEL SITOMPUL 03071282328029
Indralaya, 3 Februari 2025 Praktikan
SAMUEL SITOMPUL 03071282328029
Asisten Pembimbing
REHAN RIAD FAJRI 03071182227008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pumping Test.
Dalam penulisan Laporan Lraktikum Hidrogeologi penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Hanani, S.T.,M.T, Dede Nurohim, S.T., M.T. dan Budhi Setiawan,S.T.,M.T.,Ph.D selaku dosen pembimbing Praktikum Hidrogeologi dan asisten pembimbing Praktikum Hidrogeologi. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan Laporan Praktikum Hidrogeologi.
Penulis menyadari Laporan Praktikum Hidrogeologi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Praktikum Hidrogeologi ini dapat bermanfaat bagi kita sesama dan dapat dijadikan referensi.
Indralaya, 3 Februari 2025 Penyusun
Samuel Sitompul 03071282328029
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I TINJAUAN PUSTAKA... I BAB II PEMBAHASAN ... II II.1 Tutorial Perhitungan Pumping Test ... II-1 BAB III ANALISA ... III III.1 Analisa Pumping Test ... III-1 BAB IV KESIMPULAN ... IV DAFTAR PUSTAKA ... v
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Pumping test atau uji pompa dalam hidrogeologi adalah metode yang digunakan untuk menentukan karakteristik akuifer, seperti permeabilitas, koefisien transmissivitas, dan storabilitas. Uji ini dilakukan dengan cara memompa air dari sumur atau lubang pengeboran untuk melihat dampaknya terhadap tingkat muka air dalam sumur pengamatan di sekitar area pompa. Tujuan utama dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan akuifer untuk menyediakan air dalam jumlah yang cukup dan untuk mengevaluasi kapasitasnya dalam menyuplai air secara berkelanjutan.
Pumping test adalah alat yang sangat berguna dalam hidrogeologi, memberikan informasi yang diperlukan untuk memahami potensi dan kapasitas akuifer dalam menyediakan air. Selain itu, uji pompa juga membantu dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan, serta dalam mitigasi dampak lingkungan yang dapat timbul akibat pemompaan air tanah. Pumping test merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan dalam hidrogeologi untuk menilai sifat-sifat akuifer atau lapisan air tanah.
Teknik ini memerlukan dua komponen utama: sebuah sumur produksi (pompa) yang digunakan untuk memompa air keluar dari akuifer dan satu atau lebih sumur pengamatan untuk memantau perubahan muka air selama proses pemompaan. Uji pompa ini dilakukan untuk menganalisis respon akuifer terhadap penurunan muka air yang disebabkan oleh pengambilan air, yang pada gilirannya memberikan informasi tentang permeabilitas dan kapasitas akuifer.
Gambar 1. Pumping Test
Sumber: https://id.scribd.com/document/424240896/Modul-3-Geologi-dan-Hidrogeologi-pdf Data yang diperoleh menunjukkan bagaimana akuifer merespons terhadap pemompaan dan memberikan informasi mengenai kapasitas akuifer untuk menyuplai air secara berkelanjutan. Setelah pemompaan dihentikan, tahap pemulihan dilakukan untuk mengamati seberapa cepat muka air kembali normal, yang juga memberikan wawasan tentang kemampuan akuifer untuk mengisi kembali setelah pemompaan test) yang melibatkan satu sumur produksi dan sumur pengamatan, atau uji pompa terpisah (multiple well test) yang menggunakan beberapa sumur pengamatan untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai kondisi akuifer. Dalam setiap jenis uji pompa, tujuan utamanya adalah untuk menghitung dua parameter penting, yaitu transmissivitas (kemampuan akuifer mengalirkan air) dan storabilitas (kemampuan akuifer menyimpan air). Hasil dari pumping test dapat dianalisis menggunakan beberapa metode, seperti metode Theis atau Jacob, untuk menghitung parameter hidrogeologi akuifer.
Data yang diperoleh dari uji ini sangat penting dalam berbagai aplikasi, seperti perencanaan sistem penyediaan air, pemantauan kualitas dan kuantitas sumber daya air, serta evaluasi dampak pemompaan terhadap lingkungan dan sumber daya air lainnya.
Secara keseluruhan, pumping test adalah alat yang sangat berguna dalam hidrogeologi, memberikan informasi yang diperlukan untuk memahami potensi dan kapasitas akuifer dalam menyediakan air.
Selain itu, uji pompa juga membantu dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan, serta dalam mitigasi dampak lingkungan yang dapat timbul akibat pemompaan air tanah. Pumping test merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan dalam hidrogeologi untuk menilai sifat- sifat akuifer atau lapisan air tanah. Teknik ini memerlukan dua komponen utama: sebuah sumur produksi (pompa) yang digunakan untuk memompa air keluar dari akuifer dan satu atau lebih sumur pengamatan untuk memantau perubahan muka air selama proses pemompaan. Uji pompa ini dilakukan untuk menganalisis respon akuifer terhadap penurunan muka air yang disebabkan oleh pengambilan air, yang pada gilirannya memberikan informasi tentang permeabilitas dan kapasitas akuifer.
A. Tahapan dalam Pumping Test
Pumping test terdiri dari beberapa tahapan yang melibatkan proses pemompaan dan pemantauan perubahan muka air. Tahapan dalam melakukan pumping test terdiri dari beberapa langkah yang sistematis untuk mendapatkan data yang akurat mengenai sifat-sifat akuifer.
a. Persiapan Lokasi
Langkah pertama adalah persiapan lokasi. Sebelum melakukan pengujian, perlu dilakukan survei lokasi yang mencakup pemilihan sumur produksi yang tepat untuk pemompaan dan sumur pengamatan yang akan digunakan untuk mengukur perubahan muka air. Sumur pengamatan harus ditempatkan pada jarak yang strategis dari sumur produksi untuk mendapatkan data yang representatif tentang respon akuifer.
b. Pemompaan Air
Pemompaan air. Pada tahap ini, air dipompa secara kontinu dari sumur produksi dengan laju yang konstan. Laju pemompaan harus disesuaikan dengan kapasitas akuifer dan tujuan pengujian. Selama pemompaan, perubahan muka air akan tercatat di sumur pengamatan yang terletak di sekitar lokasi pemompaan
Gambar 2. Pemompaan air
Sumber: https://id.scribd.com/document/424240896/Modul-3-Geologi-dan-Hidrogeologi-pdf c. Pengamatan pemulihan
Setelah pemompaan dihentikan, tahap ketiga adalah pengamatan pemulihan atau recovery test. Pada tahap ini, pompa dimatikan dan proses pemulihan muka air diamati. Data yang diperoleh selama periode pemulihan memberikan informasi mengenai kemampuan akuifer untuk mengisi kembali setelah kehilangan air akibat pemompaan. Pemulihan yang cepat menunjukkan akuifer dengan storabilitas yang baik, sementara pemulihan yang lambat dapat menunjukkan akuifer yang lebih terkompresi atau memiliki kapasitas penyimpanan air yang lebih rendah.
d. Analisis data
Tahap keempat adalah analisis data. Setelah pengujian selesai, data yang diperoleh dari perubahan muka air selama pemompaan dan pemulihan dianalisis menggunakan berbagai metode hidrogeologi, seperti metode Theis atau Jacob. Dengan menganalisis data ini, parameter penting seperti
transmissivitas (T) dan storabilitas (S) akuifer dapat dihitung, yang memberikan gambaran tentang kemampuan akuifer untuk mengalirkan dan menyimpan air.
e. Interpretasi dan penerapan hasil
Tahap terakhir adalah interpretasi dan penerapan hasil. Berdasarkan analisis data, hasil dari pumping test digunakan untuk merencanakan pengelolaan sumber daya air tanah, seperti dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih, mengevaluasi kapasitas akuifer untuk mendukung kebutuhan air jangka panjang, dan mengevaluasi potensi dampak lingkungan dari pemompaan air terhadap ekosistem dan sumber air lain di sekitar lokasi.
B. Perencanaan Pumping Test
Persiapan pumping test dimulai dengan pemilihan lokasi yang tepat. Pemilihan lokasi uji pompa sangat penting karena harus mencakup area yang representatif untuk mengukur karakteristik akuifer.
Lokasi sumur produksi dan sumur pengamatan harus dipilih dengan mempertimbangkan faktor geologi lokal, kedalaman akuifer, dan kedekatannya dengan sumber air lainnya. Sumur produksi harus cukup besar untuk memungkinkan pemompaan air dalam jumlah yang diperlukan, sementara sumur pengamatan harus diletakkan pada jarak yang cukup untuk mengukur dampak pemompaan terhadap akuifer secara lebih luas.
Gambar 3. Persiapan alat
Sumber: https://id.scribd.com/document/424240896/Modul-3-Geologi-dan-Hidrogeologi-pdf Semua peralatan ini harus dipastikan berfungsi dengan baik untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Setelah peralatan terpasang, tahap berikutnya adalah penentuan laju pemompaan yang sesuai. Laju pemompaan harus dihitung berdasarkan kapasitas akuifer yang diperkirakan serta tujuan dari uji pompa.
Pemilihan laju pemompaan yang terlalu tinggi bisa menyebabkan penurunan muka air yang tidak realistis, sementara laju pemompaan yang terlalu rendah mungkin tidak cukup memberikan data yang berguna untuk analisis. Oleh karena itu, perencanaan yang matang untuk menentukan laju pemompaan sangat penting agar hasil uji mencerminkan kondisi akuifer dengan baik.
Pemilihan waktu dan durasi uji pompa juga merupakan bagian penting dalam persiapan. Waktu uji pompa dapat bervariasi tergantung pada jenis akuifer yang diuji, kedalaman sumur, serta tujuan pengujian. Pada umumnya, uji pompa berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari. Untuk akuifer yang lebih kompleks atau lebih dalam, uji pompa yang lebih lama diperlukan untuk memperoleh data yang cukup. Selain itu, kondisi cuaca dan musim juga perlu dipertimbangkan, karena perubahan kondisi eksternal dapat mempengaruhi hasil uji.
Tahapan terakhir dalam persiapan adalah penyusunan rencana pengamatan. Ini melibatkan pemilihan titik pengamatan pada sumur-sumur di sekitar lokasi pemompaan dan penjadwalan waktu pengamatan
yang tepat. Pengamatan harus dilakukan secara teratur selama uji pompa, baik saat pemompaan berlangsung maupun selama tahap pemulihan, untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah representatif. Rencana ini juga mencakup penanganan data yang diperoleh dan strategi analisis yang akan dilakukan setelah uji pompa selesai.
C. Metode Pumping Test
Metode pumping test (uji pompa) dalam hidrogeologi sebenarnya melibatkan pemahaman tentang berbagai desain uji pompa yang disesuaikan dengan tujuan dan karakteristik akuifer yang ingin diteliti.
Pengujian ini penting untuk mengetahui sifat aliran dan penyimpanan air dalam akuifer, serta untuk menilai potensi dan kapasitas akuifer dalam menyuplai air untuk berbagai kebutuhan seperti penyediaan air bersih, irigasi, dan pengelolaan sumber daya air. Berikut adalah penjelasan lebih mendalam mengenai beberapa jenis pumping test yang sering digunakan dalam praktik hidrogeologi.
a. Uji Pompa Terpadu (Single Well Test)
Uji pompa terpadu atau single well test adalah jenis pengujian yang melibatkan satu sumur yang digunakan untuk pemompaan air, sementara perubahan muka air diukur pada sumur pengamatan yang berada di sekitar sumur produksi tersebut. Uji ini sangat sederhana dan sering dilakukan pada lokasi yang memiliki satu sumur produksi yang aktif. Pada uji ini, sumur produksi dipompa secara kontinu untuk mengukur seberapa besar perubahan muka air yang terjadi pada sumur pengamatan terdekat.
Dalam prosesnya, sumur pengamatan akan mencatat penurunan muka air selama pemompaan dan pemulihan setelah pemompaan dihentikan. Uji pompa ini sering digunakan untuk menghitung transmissivitas dan storabilitas akuifer. Transmissivitas adalah kemampuan akuifer untuk mengalirkan air, sedangkan storabilitas adalah kemampuan akuifer untuk menyimpan air.Kelebihan dari uji pompa terpadu adalah kesederhanaannya, karena hanya memerlukan satu sumur untuk pemompaan dan pengamatan. Ini membuat uji pompa ini lebih murah dan mudah dilakukan jika sumber daya yang terbatas. Namun, kekurangannya adalah bahwa uji ini memberikan gambaran yang terbatas mengenai distribusi aliran air di sekitar area pemompaan karena hanya mengandalkan satu titik pengamatan.
b. Uji Pompa Terpisah (Multiple Well Test)
Berbeda dengan uji pompa terpadu, uji pompa terpisah atau multiple well test melibatkan lebih dari satu sumur pengamatan yang diletakkan pada jarak tertentu dari sumur produksi. Uji ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai respon akuifer terhadap pemompaan air, serta untuk mengukur pengaruh pemompaan terhadap wilayah yang lebih besar. Pada uji pompa terpisah, sumur produksi dipompa dengan laju konstan, sementara perubahan muka air diukur pada beberapa sumur pengamatan yang tersebar di sekitar sumur produksi. Data yang dikumpulkan akan dianalisis untuk mengetahui bagaimana tekanan di akuifer berkurang akibat pemompaan dan seberapa jauh dampak pemompaan ini memengaruhi muka air di sekitar lokasi. Dengan menggunakan data dari beberapa titik pengamatan, analisis akan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang radius pengaruh dari pemompaan dan sifat aliran air di dalam akuifer tersebut. Uji pompa terpisah memberikan informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai karakteristik akuifer di area yang lebih luas. Hal ini bermanfaat untuk memetakan distribusi tekanan dalam akuifer dan memahami bagaimana aliran air tanah berinteraksi dengan kondisi geologi di sekitar sumur produksi. Namun, kekurangannya adalah biaya yang lebih tinggi dan kompleksitas yang lebih besar, karena diperlukan lebih banyak peralatan dan sumur pengamatan untuk melakukan uji ini.
c. Uji Pompa Jangka Panjang (Long-Term Pumping Test)
Uji pompa jangka panjang adalah jenis uji pompa yang dilakukan dalam waktu yang cukup lama, biasanya beberapa minggu atau bahkan bulan, untuk mengamati bagaimana akuifer merespons pemompaan dalam periode waktu yang lebih lama. Uji ini sangat berguna untuk menilai kapasitas
akuifer dalam menyuplai air secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Selama uji pompa jangka panjang, air dipompa secara kontinu selama periode waktu yang panjang, dan perubahan muka air di sumur pengamatan serta sumur produksi dipantau secara teratur. Tujuan utama dari uji pompa ini adalah untuk mengevaluasi apakah akuifer dapat mempertahankan pemompaan air dalam jangka panjang tanpa mengalami penurunan kapasitas yang signifikan atau penurunan muka air yang besar. Data yang diperoleh dari uji jangka panjang dapat digunakan untuk menentukan apakah pemompaan dapat dilakukan secara berkelanjutan tanpa merusak keseimbangan akuifer. Kelebihan dari uji pompa jangka panjang adalah memberikan data yang sangat akurat mengenai kapasitas akuifer dalam menyuplai air dalam jangka waktu panjang. Ini penting untuk merencanakan sistem penyediaan air yang berkelanjutan, baik untuk kebutuhan domestik maupun industri. Namun, kekurangannya adalah waktu pelaksanaannya yang lama dan biaya yang lebih tinggi dibandingkan uji pompa jangka pendek.
d. Uji Pompa Langsung dan Uji Pompa Tidak Langsung (Direct and Indirect Pumping Tests) Uji pompa dapat dibagi menjadi dua kategori besar berdasarkan cara data diperoleh: uji pompa langsung dan tidak langsung. Uji pompa langsung melibatkan pemompaan air dari sumur dan pengamatan perubahan muka air di sumur produksi dan sumur pengamatan secara langsung. Sedangkan uji pompa tidak langsung melibatkan pengukuran perubahan muka air di lokasi yang lebih jauh dari sumur produksi, dengan tujuan untuk mengamati efek pemompaan pada wilayah yang lebih besar. Pada uji pompa langsung, air dipompa keluar dari sumur produksi, dan pengamatan dilakukan di sumur pengamatan yang terletak lebih dekat dengan sumur produksi. Ini memberikan gambaran langsung mengenai bagaimana akuifer merespons perubahan tekanan yang diakibatkan oleh pemompaan. Uji pompa tidak langsung sering digunakan untuk melihat dampak pemompaan pada daerah yang lebih jauh dan untuk menganalisis interaksi antar akuifer yang berbeda. Uji pompa langsung lebih sederhana dan lebih cepat dilakukan, tetapi hanya memberikan data terbatas pada area sekitar sumur produksi. Uji pompa tidak langsung lebih kompleks dan memerlukan lebih banyak peralatan, tetapi dapat memberikan gambaran yang lebih luas mengenai efek pemompaan terhadap akuifer secara keseluruhan.
e. Uji Pompa dengan Interval Waktu (Step Drawdown Test)
Uji pompa dengan interval waktu atau step drawdown test adalah jenis uji pompa di mana laju pemompaan air secara bertahap ditingkatkan untuk mengamati bagaimana perubahan laju pemompaan mempengaruhi penurunan muka air dalam sumur produksi dan sumur pengamatan. Pada uji pompa dengan interval waktu, pemompaan dilakukan dalam beberapa tahap dengan laju yang berbeda. Setiap tahapan akan dicatat perubahan muka airnya untuk mempelajari bagaimana akuifer bereaksi terhadap variasi laju pemompaan. Uji ini digunakan untuk menghitung parameter seperti transmissivitas dan koefisien storabilitas akuifer pada berbagai kondisi aliran. Kelebihan dari uji ini adalah kemampuan untuk memperoleh data mengenai bagaimana akuifer merespons perubahan laju pemompaan, yang memberikan informasi lebih rinci tentang sifat aliran air tanah. Kekurangannya adalah bahwa uji ini lebih rumit dan membutuhkan lebih banyak pengaturan serta pengukuran di beberapa tahap.
BABII
LANGKAH-LANGKAH 2.1 Tata Cara Pengukuran Pumping Test
1. Carilah sebanyak 4 sumur yag akan dilakukan pumping test
2. Kemudian mulai di ukur dari elevasi sumur, kedalaman sumur, MAT sumur, diameter sumur, koordinat sumur. Catat MAT awal dari sumur.
3. Selanjutnya, nyalakan pompa dan catat ketinggian muka airtanah sesuai dengan interval pengukuran pada tabel pengukuran.
4. Jika dalam pengukuran ditemukan MAT yang tetap hingga tiga kali interval, maka pompa dapat dimatikan. Beralih untuk melakukan pengukuran recovery sumur. Catat MAT ketika pompa dimatikan.
5. Ulangi pengukuran interval pada tabel pengukuran hingga ketinggian air tanah kembali seperti semula.
6. Analisis data hasil pemompaan
7. Letakkan dua buah penggaris di bagian ring dalam dan ring luar sebagai parameter pengukuran.
Siapkan stopwatch untuk mengukur waktu pengurangan air tiap menit.
Lokasi Penelitian Sumur 1
Pengukuran Diameter Pengukuran Bibir Sumur Pengukuran
Kedalaman dan MAT sumur
Lokasi Penelitian Sumur 2
Lokasi Penelitian Sumur 3 .
Pengukuran Diameter
Pengukuran Bibir Sumur
Pengukuran Kedalaman dan MAT sumur Lokasi Penelitian Sumur 4
.
Pengukuran Diameter
Pengukuran Bibir Sumur Pengukuran Kedalaman dan MAT sumur
Pengukuran Diameter Pengukuran Bibir Sumur
Pengukuran Kedalaman dan MAT sumur
BAB III
PEMBAHASAN 3.1 Analisa Pengukuran Uji InfiltrasiPada pengukuran pumping test, dilakukan percobaan terhadap MAT sumur. Adapun beberapa peralatan yang dibutuhkan, dalam percobaan pumping test antara lain sebagai berikut:
a. Sumur , sebagai media uji.
b. Stopwatch, sebagai alat pengukur durasi waktu pengurangan air.
c. Meteran, sebagai alat pengukur penurunan muka air.
3.1.1 Data Hasil Pengukuran Sumur 1
a) Tabel 1. Data Sumur 1 Waktu
Interval Drowdown Recovery
Turun (cm) Turun (Ft) Naik (cm) Naik (Ft) ∆H
1 1 160 5.25 158 5.18 1
2 1 161 5.28 159 5.22 1
3 1 162 5.31 160 5.25 2
4 1 163 5.35 160 5.25 0
5 1 164 5.38 161 5.28 2
6 1 165 5.41 162 5.31 1
7 1 165 5.41 163 5.35 0
8 1 166 5.45 163 5.35 2
9 1 167 5.48 164 5.38 1
10 1 168 5.51 165 5.41 1
12 2 169 5.54 166 5.45 1
14 2 173 5.68 167 5.48 1
16 2 173 5.68 168 5.51 2
18 2 174 5.71 169 5.54 1
20 2 175 5.74 170 5.58 2
22 2 177 5.81 171 5.61 1
24 2 178 5.84 172 5.64 2
Tanggal Pengukuran Minggu, 02 Maret 2025 Lokasi Pengukuran Graha Mahasiswa, Indralaya
Elevasi 10
Tinggi Bibir Sumur 0,6 meter
MAT 1 meter
Kedalaman Sumur 0,4 meter
Tinggi Air Awal 2.6 meter
Kedalaman MAT Sebenarnya 3.6 meter
Diameter 2,14 meter
26 2 179 5.87 173 5.68 1
28 2 180 5.91 174 5.71 1
30 2 180 5.91 175 5.74 2
35 5 182 5.97 176 5.77 1
40 5 184 6.04 177 5.81 2
45 5 186 6.1 178 5.84 2
50 5 188 6.17 179 5.87 2
55 5 200 6.56 180 5.91 2
60 5 202 6.63 181 5.94 1
b) Perhitungan:
1. Luas Sumur (A) = 𝜋. 𝑟2 = (3,14) x (1,07)2 = 3.60 m²
2. Kecepatan Penurunan Air (v) = s/t = 4,6300/3600 = 0,0013 m/s 3. Debit Air (Q) = v.A = 0,0013 m/s x 3.60 = 0.0046 m³/s
4. W(u) = 2 5. 1/u = 1/0.1 = 10
6. Nilai Transmisivitas (T) = Q. W(u) / 4 𝜋s = 0.00016 m²/s
7. Jika dikonversi kan ke m²/hari: T=0.00016 x 864000 = 13.82 m²/s 8. Nilai Storativitas (S) = 4Tt/ r2 . (1/u) = 0.20
Transmisivitas (m2/hari) Potensi Air Tanah
Domestik Irigasi
<1 Jelek Sangat Jelek
1 – 8 Sedang Sangat Jelek
8 – 50 Baik Sangat Jelek
50 - 300 Sangat baik Jelek
300 – 1000 Sangat baik Sedang
1000 – 10.000 Sangat baik baik
>10.000 Sangat baik Sangat baik
3.1.2 Data Pengamatan Lokasi Sumur 2
Diameter (m) 1
Tinggi Bibir Sumur (m) 0,6
MAT (m) 1,7
Kedalaman sumur (m) 1,4
Tinggi air awal (m) 4,6
Kedalaman MAT sebenarnya (m) 1,1
Elevasi (m) 10
Ketinggian Elevasi Sebenarnya 0,4 a) Tabel 2. Data Sumur 2
Waktu
Interval Drowdown Recovery
Turun (cm) Turun (Ft) Naik (cm) Naik (Ft) ∆H
1 1 146 4,38 537 0.1611 1
2 1 147 4,41 .34 0.1602 1
3 1 148 4,44 5.31 0.1592 1
4 1 149 4,47 5.28 0.1583 1
5 1 150 4,5 5.25 0.1575 1
6 1 152 4,56 5.19 0.1559 1
7 1 155 4,65 5.07 0.153 1
8 1 158 4,74 5.02 0.1516 2
9 1 160 4,8 4.93 0.1494 2
10 1 161 4,83 4.81 0.1464 2
12 2 163 4,89 4.75 0.1446 2
14 2 165 4,95 4.69 0.1428 2
16 2 166 4,98 4.62 0.1413 3
18 2 167 5,01 5.37 0.1611 1
20 2 167 5,01 5.34 0.1602 1
22 2 168 5,04 5.31 0.1592 1
24 2 169 5,07 5.28 0.1583 1
26 2 190 5,07 5.25 0.1575 1
28 2 191 5,73 5.19 0.1559 1
30 2 194 5,82 5.07 0.153 1
35 5 197 5,91 5.02 0.1516 2
40 5 200 6 4.93 0.1494 2
45 5 204 6,12 4.81 0.1464 2
50 5 206 6,18 4.75 0.1446 2
55 5 208 6,24 4.69 0.1428 2
60 5 211 6,33 4.62 0.1413 3
b) Perhitungan
1. Luas Sumur (A) = 𝜋. 𝑟2 = (3,14) x (50)2 =3,14 m
2. Kecepatan Penurunan Air (v) = s/t = 6,3/3600 =0,00175 3. Debit Air (Q) = v.A = 0,00175 x 3,14 = 0,005495 4. W(u) = 5
5. 1/u = 2
6. Nilai Transmisivitas (T) = Q. W(u) / 4 𝜋s =0,00020 7. Nilai Storativitas (S) = 4Tt/ r2 . (1/u)
= 4 . 0,00020 . 3600 / (502) . 2
=2,88 / 1 = 2,88
Transmisivitas (m2/hari) Potensi Air Tanah
Domestik Irigasi
<1 Jelek Sangat Jelek
1 – 8 Sedang Sangat Jelek
8 – 50 Baik Sangat Jelek
50 - 300 Sangat baik Jelek
300 – 1000 Sangat baik Sedang
1000 – 10.000 Sangat baik baik
>10.000 Sangat baik Sangat baik
3.1.3 Data Pengamatan Lokasi Sumur 3
Diameter (m) 0,9
Tinggi Bibir Sumur (m) 0,8
MAT (m) 1,4
Kedalaman sumur (m) 6
Tinggi air awal (m) 4,6
Kedalaman MAT sebenarnya (m) 0,6
Elevasi (m) 10
Ketinggian Elevasi Sebenarnya 0,4 a) Tabel 3. Data Sumur 3
Waktu
Interval Drowdown Recovery
Turun (cm) Turun (Ft) Naik (cm) Naik (Ft) ∆H
1 1 150 4,5 170 5,37 1
2 1 151 4,53 178 5,34 1
3 1 152 4,56 177 5,31 1
4 1 153 4,59 175 5,25 3
5 1 156 4,68 174 5,22 2
6 1 158 4,74 174 5,22 1
7 1 159 4,77 173 5,19 1
8 1 160 4,8 171 5,13 1
9 1 161 4,83 170 5,1 1
10 1 162 4,86 169 5,07 1
12 2 163 4,89 168 5,04 2
14 2 165 4,95 166 4,98 1
16 2 166 4,98 164 4,92 1
18 2 167 5,01 163 4,89 0
20 2 167 5,01 162 4,86 1
22 2 168 5,04 162 4,86 1
24 2 169 5,07 161 4,83 21
26 2 170 5,07 160 4,8 19
28 2 171 5,13 159 4,77 2
30 2 173 5,19 157 4,71 1
35 5 174 5,22 156 4,68 1
40 5 175 5,25 154 4,62 2
45 5 177 5,31 152 4,56 1
50 5 178 5,34 151 4,53 1
55 5 179 5,37 149 4,47 31
60 5 181 6,3 147 4,41 31
b) Perhitungan
8. Luas Sumur (A) = 𝜋. 𝑟2 = (3,14) x (9,48)2 =282,6 m 9. Kecepatan Penurunan Air (v) = s/t = 6,3/3600 =0,00175 10. Debit Air (Q) = v.A = 0,00175 x 282,6 = 0,49455 11. W(u) = 3
12. 1/u = 12
13. Nilai Transmisivitas (T) = Q. W(u) / 4 𝜋s
= 0,49455 . ¾. (3,14) . 6,3
= 1,48365 / 79,128
=0,01875
Nilai Storativitas (S) = 4Tt/ r2 . (1/u)
= 4 . 0,01875 . 3600 / (9,482) . 12
0 10 20 30 40 50 60 70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 35 40 45 50 55 60
Drawdown (ft)
Waktu (menit)
Overlay Kurva Hubungan Drawdown
Drawdown Data Theis Curve Hantush & Jacob Curve
=270/1080 = 0,25
Transmisivitas (m2/hari) Potensi Air Tanah
Domestik Irigasi
<1 Jelek Sangat Jelek
1 – 8 Sedang Sangat Jelek
8 – 50 Baik Sangat Jelek
50 - 300 Sangat baik Jelek
300 – 1000 Sangat baik Sedang
1000 – 10.000 Sangat baik baik
>10.000 Sangat baik Sangat baik
3.1.4 Data Pengamatan Lokasi Sumur 4
Diameter (m) 1,3
Tinggi Bibir Sumur (m) 0,3
MAT (m) 0,9
Kedalaman sumur (m) 1,2
Tinggi air awal (m) 0,2
Kedalaman MAT sebenarnya (m) 0,6
Elevasi (m) 10
Ketinggian Elevasi Sebenarnya 9,6 a) Tabel 4. Data Sumur 4
Waktu
Interval
Drowdown Recovery
Turun (cm) Turun (Ft) Naik (cm) Naik (Ft) ∆H
1 1 92 3.02 149 4.89 1
2 1 93 3.05 148 4.86 1
3 1 94 3.08 147.5 4.84 1
4 1 95 3.12 147 4.82 1
5 1 96 3.15 146,5 4.81 1
6 1 97 3.18 145 4.76 1
7 1 98 3.22 144 4.72 1
8 1 99 3.25 143 4.69 1
9 1 100 3.28 143 4.69 1
10 1 101 3.31 142 4.66 1
12 2 102 3.35 141 4.63 1
14 2 103 3.38 140 4.59 1
16 2 105 3.44 139 4.56 1
18 2 107 3.51 138 4.53 1
20 2 109 3.58 137 4.49 1
22 2 111 3.64 136 4.46 1
24 2 115 3.77 135 4.43 1
26 2 117 3.84 134 4.40 2
28 2 119 3.90 133 4.36 2
30 2 121 3.97 132 4.33 2
35 5 126 4.13 130 4.27 3
40 5 131 4.30 127 4.17 3
45 5 126 4.13 124 4.07 3
50 5 141 4.63 122 4.00 3
55 5 146 4.79 119 3.90 5
60 5 141 4.63 115 3.77 5
b) Perhitungan
1. Luas Sumur (A) = 1.33 m²
2. Kecepatan Penurunan Air (v) = 0.92 m/detik 3. Debit Air (Q) = 1.22 m³/detik
4. Nilai Transmisivitas (T) = 0.211 m²/detik 5. Konversi T ke m²/hari = 18,252 m²/hari 6. Nilai Storativitas (S) = 0.2
Transmisivitas (m2/hari) Potensi Air Tanah
Domestik Irigasi
<1 Jelek Sangat Jelek
1 – 8 Sedang Sangat Jelek
8 – 50 Baik Sangat Jelek
50 - 300 Sangat baik Jelek
300 – 1000 Sangat baik Sedang
1000 – 10.000 Sangat baik baik
>10.000 Sangat baik Sangat baik
BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji pemompaan pada Sumur 1 hingga Sumur 4, diketahui bahwa karakteristik dan potensi air tanah pada masing-masing sumur bervariasi, bergantung pada nilai transmisivitas, storativitas, debit air, serta kondisi geologi di lokasi tersebut. Pengujian ini bertujuan untuk memahami bagaimana akuifer merespons pemompaan air, sehingga dapat digunakan untuk menilai kelayakan sumur sebagai sumber air bagi kebutuhan domestik maupun irigasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua sumur memiliki kapasitas optimal sebagai sumber air tanah, baik dari segi kestabilan muka air tanah maupun efisiensi penghantarannya.
Sumur 1 memiliki luas 3,60 m² dengan nilai transmisivitas 13,82 m²/hari, yang menunjukkan bahwa sumur ini cukup layak untuk penggunaan domestik, tetapi kurang optimal untuk irigasi.
Kedalaman muka air tanah yang stabil menandakan ketersediaan air yang relatif konsisten, sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang. Selain itu, laju penurunan air yang relatif rendah menunjukkan bahwa akuifer di sekitar sumur masih dalam kondisi baik dan tidak mengalami penurunan air tanah yang signifikan akibat pemompaan.
Di sisi lain, Sumur 2 memiliki nilai transmisivitas yang lebih rendah, yaitu 2,88 m²/hari, yang masuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sumur ini kurang ideal baik untuk keperluan domestik maupun irigasi. Kedalaman muka air tanah yang mencapai 1,1 meter mengindikasikan adanya kemungkinan hambatan geologi, seperti lapisan batuan dengan permeabilitas rendah yang menghalangi aliran air tanah. Laju penurunan air yang lebih lambat juga menunjukkan bahwa kapasitas penghantaran air akuifer di sekitar sumur ini lebih rendah dibandingkan dengan sumur lainnya.
Sementara itu, Sumur 3 memiliki debit air lebih tinggi dibandingkan sumur lainnya, yang menunjukkan potensi akuifer lebih besar. Namun, nilai transmisivitasnya yang hanya 0,01875 m²/s masih tergolong sedang. Meskipun sumur ini memiliki debit air yang lebih besar, kemampuan akuifer dalam menghantarkan air masih terbatas, kemungkinan disebabkan oleh kondisi geologi setempat, seperti keberadaan lapisan tanah dengan porositas rendah. Sumur ini masih dapat digunakan untuk kebutuhan domestik, tetapi kurang optimal untuk irigasi karena nilai transmisivitasnya belum tergolong tinggi.
Sumur 4 memiliki nilai transmisivitas tertinggi, yaitu 18,252 m²/hari, yang menunjukkan stabilitas penyediaan air tanah yang sangat baik. Dengan luas sumur 1,33 m² dan laju penurunan air yang tinggi, sumur ini memiliki kemampuan infiltrasi yang lebih cepat dibandingkan sumur lainnya, sehingga lebih mampu memenuhi kebutuhan air. Oleh karena itu, sumur ini merupakan yang paling potensial untuk keperluan domestik karena memiliki kapasitas akuifer yang lebih baik.
Secara keseluruhan, dari empat sumur yang diuji, Sumur 1 dan Sumur 4 merupakan sumur yang paling potensial sebagai sumber air domestik karena memiliki nilai transmisivitas yang lebih tinggi dibandingkan sumur lainnya. Meskipun Sumur 3 memiliki debit air yang besar, nilai transmisivitasnya masih dalam kategori sedang, sehingga kurang optimal untuk pemanfaatan air tanah dalam skala besar. Sementara itu, Sumur 2 memiliki nilai transmisivitas paling rendah dan kurang direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang. Berdasarkan klasifikasi transmisivitas air tanah, tidak ada sumur yang sepenuhnya memenuhi syarat untuk irigasi karena nilai
transmisivitasnya masih berada di bawah kategori sangat baik untuk keperluan tersebut. Oleh karena itu, meskipun beberapa sumur memiliki potensi sebagai sumber air tanah, pemanfaatannya tetap harus memperhatikan aspek lingkungan, seperti kemungkinan penurunan muka air tanah dan kondisi geologi setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, Waridad. (2011). Hidrogeologi. Samarinda: Mulawarman University Press.
Dirmawan. (2021). Hidrogeologi. Semarang: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT.
Dwi, Ahmad., dkk (2019). Modil Geologi dan Hidrogeologi. (Online) https://id.scribd.com/document/424240896/Modul-3-Geologi-dan-Hidrogeologi-pdf, (diakses pada 19 Januari 2025).
Permana, F. H. (2020). Perencanaan Pemanfaatan Potensi Airtanah. (Online) https://id.scribd.com/document/465936122/Modul-Hidrogeologi, (diakses pada 19 Januari 2025).
Suryono, H. (2019). Modul Hidrogeologi 3. Bandung: Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber Daya Mnausia Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Dan Konstruksi.