• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KANDUNGAN NUTRISI BAGIAN-BAGIAN TANAMAN MANTANGAN (Merremia peltata) SEBAGAI PAKAN TERNAK

N/A
N/A
Eva Hotma Dame Lumbantobing

Academic year: 2023

Membagikan "EVALUASI KANDUNGAN NUTRISI BAGIAN-BAGIAN TANAMAN MANTANGAN (Merremia peltata) SEBAGAI PAKAN TERNAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI

NAMA MAHASISWA : EVA HOTMA DAME LUMBANTOBING NOMOR MAHASISWA : E10019032

PROGRAM STUDI : PETERNAKAN

JUDUL : EVALUASI KANDUNGAN NUTRISI

BAGIAN-BAGIAN TANAMAN MANTANGAN (Merremia peltata) SEBAGAI PAKAN TERNAK PEMBIMBING UTAMA : Dr. Ir. SUPARJO, M. P.

PEMBIMBING : Prof. Ir. M. AFDAL, M. Sc., M.Phil., Ph. D PENDAMPING

TIM EVALUATOR : 1. Dr. Ir. AKMAL, M. Si.

2. Dr. Ir. SYAFWAN, M. Si.

3. Dr. Ir. A RAHMAN SY., M. Si.

HARI/ TANGGAL :

WAKTU :

TEMPAT :

(2)

EVALUASI KANDUNGAN NUTRISI BAGIAN-BAGIAN TANAMAN MANTANGAN (Merremia peltata) SEBAGAI PAKAN TERNAK

Disajikan oleh

Eva Hotma Dame Lumbantobing, dibawah bimbingan

Dr. Ir. Suparjo, M. P.1) dan Ir. M. Afdal, M. Sc., M.Phil., Ph. D2) Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi

*Alamat Kontak: Jl. Jambi-Ma. Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi 36361

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi dari bagian- bagian tanaman mantangan (Merremia peltata) sebagai pakan ternak ruminansia.

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari P1 = Tanaman mantangan bagian daun muda, P2 = Tanaman mantangan bagian daun tua, P3 = Tanaman mantangan bagian daun muda + batang muda, P4 = Tanaman mantangann bagian daun tua + batang tua, P5 = Tanaman mantangan secara keseluruhan (campuran).

Peubah yang diamati adalah analisis kimia meliputi kadar Bahan Kering (BK), Lemak Kasar (LK), Serat Kasar (SK), Protein Kasar (PK) dengan metode analisis proksimat. Data yang dihimpun dianalisis ragam dan apabila berpengaruh nyata, diuji menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bagian-bagian tanaman mantangan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap kandungan Bahan Kering dan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kandungan lemak kasar, serat kasar, dan protein kasar. Evaluasi kandungan nutrisi bagian-bagian tanaman mantangan dapat disimpulkan bahwa kandungan BK relatif sama antar setiap bagian tanaman Mantangan, LK tertinggi pada bagian campuran tanaman mantangan, SK tertinggi pada bagian daun tua+batang tua mantangan, dan PK tertinggi pada bagian daun tua. Berdasarkan analisis nutrisinya, ternyata tanaman mantangan berpotensi sebagai pakan alternatif bagi ternak.

Kata Kunci : Mantangan (Merremia peltata), BK, LK, SK, PK Keterangan 1) Pembimbing Utama

2) Pembimbing Pendamping

(3)

PENDAHULUAN

Mantangan (Merremia peltata) merupakan tanaman asli Afrika Timur yang kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Pasifik, juga menjadi salah satu contoh tanaman bersifat invasif yang tumbuh pada daerah tropis. Tumbuhan invasif adalah jenis tumbuhan yang mampu berkembang cepat pada lingkungan sehingga merugikan secara ekonomis maupun ekologis. Disamping sifatnya yang merugikan, ternyata tanaman mantangan ini dapat juga digunakan sebagai sumber pakan alternatif bagi ternak ruminansia. Tanaman mantangan memiliki potensi baik fisik maupun kimia, karena itu beberapa kalangan masyarakat sudah memanfaatkannya sebagai obat tradisional. Mantangan mengandung zat hidroxory fatty acid dan juga zat oksidasi, sehingga pada masyarakat Suku Maybrat di Kampung Renis Distrik Mare Kabupaten Sorong Selatan sudah memanfaatkan getahnya sebagai obat penawar racun, dan bagian daunnya untuk mengobati luka lama (Hara et al., 2012), namun masih banyak pula yang belum mengetahui potensi yang dimiliki tanaman ini.

Kemampuan tumbuhnya yang cukup pesat dapat menguntungkan para peternak apabila dapat dimanfaatkan secara maksimal. Mantangan mirip dengan genus kangkung lokal (Ipomoea) yang dimanfaatkan sebagai pakan hijauan bagi ternak. Pemanfaatan tanaman ini di Negara India biasanya digunakan sebagai padang penggembalaan untuk ternak sapi, dan ini merupakan salah satu bentuk pengendalian di daerah perkebunannya (Paynter et al., 2015). Upaya penanggulangan mantangan saat ini masih sangat sedikit diketahui oleh masyarakat luas dikarenakan kurangnya informasi terkait morfologi maupun fisiologinya. Selama ini hanya bagian daun yang banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, dengan begitu penanggulangan terhadap pertumbuhan tanaman mantangan tidak begitu optimal.

Pada prinsipnya penelitian ini menggunakan bagian-bagian dari tanaman mantangan segar untuk mengetahui kandungan nutrisinya, dengan maksud bahwa setiap bagian tanaman mantangan mempunyai potensi sebagai pakan alternatif.

Sehingga dapat memberikan informasi di bidang peternakan dan dapat berguna dalam pengendalian tanaman gulma. Bagian tanaman yang akan dianalisis kandungan nutrisinya yaitu bagian daun muda, daun tua, daun muda dengan batangnya, daun tua dengan batangnya, dan campuran/ keseluruhan bagian tanaman).

MATERI DAN METODA Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi dari bulan November 2022 sampai dengan Desember 2022.

Materi dan Peralatan

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman mantangan segar bagian daun muda, daun tua, daun muda+batang muda, daun tua+ batang tua, dan juga keseluruhan bagain tanaman. Untuk analisis proksimat PK, SK, dan LK dibutuhkan H2SO4 0,3N, NaOH 1,5N, Aseton, H2SO4 pekat, NaOH 40%,

(4)

NaOH 0,3N, Indikator campuran, Katalis campuran, Batu didih, Pelarut (khloroform).

Alat yang digunakan yaitu: Sarung tangan karet, Labu destruksi, Labu destilasi, Destilator, Pemanas listrik, Labu erlenmeyer, Biuret, Corong, Pipet, Gelas ukur, Neraca analitik, Soxhlet, Kertas saring bebas lemak, Kapas bebas lemak, Oven, Eksikator, Pinset, Gelas Piala, Cawan porselen, Corong Buchner, Penjepit, Kertas saring No. 41, Oven 1050C, Pompa vakum, dan Tanur.

Metode Penelitian Persiapan Bahan

Tanaman mantangan segar dipisahkan antara daun muda, tua, dan batang muda maupun tua. Setiap bagian yang sudah dipisahkan kemudian digunting kecil-kecil, dimasukkan ke dalam anvlop dan ditimbang berat segarnya masing- masing sebanyak 1Kg dan diberi label sesuai perlakuan, selanjutnya dikeringkan kedalam oven 60⁰C selama 24 jam. Hingga mendapatkan berat yang konstan, selanjutnya setiap bahan digiling menggunakan Hummer mill hingga semua bahan benar-benar halus seperti tepung. Setelahnya, masukkan hasil penggilingan ke dalam plastik sampel dan beri label, dan siap untuk dilakukan analisis kandungan nutrisi terhadap setiap bagian berdasarkan perlakuan.

Analisis kandungan Nutrisi pada Tanaman Mantangan

Metode yang digunakan untuk analisis kandungan nutrisi Bahan Kering, Protein Kasar, Lemak kasar, dan Serat Kasar pada tanaman mantangan adalah metode analisis proksimat.

Bahan Kering (BK) (AOAC, 2000) Bahan Kering (%) =

Ket :

C = Berat cawan awal, D = Berat sampel, E = Berat cawan + sampel Protein Kasar (PK) (AOAC, 2000)

Protein Kasar (%) = x 100%

Ket :

I = Berat sampel, J = NaOH 0,3 N, K = Perbandingan dengan titer blanko Lemak Kasar (LK) (AOAC, 2000)

Lemak Kasar (%) = x 100%

Ket :

L = Berat sampel, M = Berat setalah didinginkan di dalam eksikator, N = Berat akhir sampel

Serat Kasar (SK) (AOAC, 2000) Serat Kasar (%) = x 100%

Ket :

(5)

O = Berat kertas saring Whatman No.41 , P = Berat sampel, Q = Berat sampel setelah di eksikator, R = Berat cawan dari tanur yang di dinginkan dalam eksikator

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan.Adapun perlakuannya sebagai berikut:

P1 = Tanaman mantangan bagian daun muda P2 = Tanaman mantangan bagian daun tua

P3 = Tanaman mantangan bagian daun muda + batang muda P4 = Tanaman mantangann bagian daun tua + batang tua P5 = Tanaman mantangan secara keseluruhan (campuran) Setiap perlakuan diulang 4 kali.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati adalah Bahan Kering, Protein Kasar, Lemak Kasar, dan Serat Kasar.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap parameter yang diamati dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) dengan persamaan berikut:

Yij = µ + Ti + ɛij i = 1,2,….., t j = 1,2,….., n Keterangan :

t = Banyaknya Perlakuan n = Banyaknya Ulangan

Yij = nilai pengamatan yang diiukur µ = nilai tengah umum

Ti = pengaruh perlakuan ke-i

ɛij = pengaruh acak (kesalahan percobaan) pada ulangan ke-j dan perlakuan ke-i Data yang dihimpun di analisis menggunakan analisis ragam sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu Rancangan acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Bila terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji berganda Duncan (Stell and Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan Kering

Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P > 0,05) pada kandungan bahan kering setiap bagian tanaman mantangan mulai dari daun muda, daun tua, daun muda+batang muda, daun tua+batang tua, dan campuran. Hasil dari setiap perlakuan diperoleh rataan bahan kering P1 (daun muda): 87,63%, P2 (daun tua): 88, 88%, P3 (Daun muda+batang muda): 87,88%, P4 (daun tua+batang tua): 89,50%, dan P5 (campuran): 89,50%. Tabel 1, merupakan data rataan kandungan bahan kering, lemak kasar, serat kasar, dan protein kasar bagian-bagian tanaman mantangan (Merremia peltata).

(6)

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bagian-Bagian Tanaman Mantangan

Perlakuan Kandungan Nutrisi (%)

BK LK SK PK

P1 87,63 ± 0,25 6,21b ± 0,02 11,93a ± 0,03 23,52c ± 0,07 P2 88,88 ± 1,11 6,99c ± 0,09 17,29c ± 0,21 25,65d ± 0,32 P3 87,88 ± 2,29 5,48a ± 0,14 13,69b ± 0,36 18,35b ± 0,48 P4 89,50 ± 1,08 6,21b ± 0,07 30,17e ± 0,37 18,61b ± 0,22 P5 89,50 ± 0,82 6,90c ± 0,06 20,47d ± 0,19 15,65a ± 0,14 Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,005), P1: daun muda mantangan, P2: daun tua mantangan, P3: daun muda+batang muda mantangan, P4: daun tua+batang tua mantangan, P5: campuran.

Secara statistik kandungan bahan kering tidak berbeda nyata ( P > 0,05), hal ini disebabkan kemungkinan karena setiap bagian tanaman diangin-anginkan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya sebelum dimasukkan kedalam oven. Sehingga pada saat pengovenan bahan yang digunakan untuk dianalisis relatif lebih kering dan secara keseluruhan tidak mempengaruhi kandungan kadar air bahan. Selain itu pada saat pengovenan dilakukan beberapa kali penimbangan hingga mendapat berat masing-masing bahan yang konstan.

Lemak Kasar

Hasil rataan perubahan kandungan lemak kasar dari setiap bagian tanaman mantangan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nilai nutrisi kandungan lemak kasar disetiap perlakuan pada bagian- bagian tanaman mantangan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kandungan lemak kasar setiap bagian tanaman mantangan berpengaruh nyata (P < 0,05).

Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa kandungan serat kasar P1 (6,21 %) berbeda nyata dengan P2 (6,99 %), P3 (5,48 %), P5 (6,90 %) tetapi P1 (6,21 %) dengan P4 (6,21 %), dan P2 (6,99%) dengan P5 (6,90%) berbeda tidak nyata.

Berdasarkan data statistik ternyata kandungan lemak kasar mantangan cenderung lebih tinggi pada bagian yang sudah tua dan juga campuran.

Kandungan lemak kasar pada tanaman mantangan sebesar 6,90% jauh lebih tinggi ika dibandingkan dengan rumput lapangan yang memiliki kadar lemak kasar sebesar 3.23% (Hardianto, 2006). Tinggi rendahnya kadar lemak pada tanaman dipengaruhi oleh spesies, umur dan perbedaan bagian yang digunakan untuk sampel (Kamal, 1998). Kadar lemak kasar daun tua juga lebih tinggi 9%

dibandingkan dengan bagian campuran, semakin tua bagian tanaman maka akan meningkatkan kadar LK hijauan. Peningkatan kadar LK ini disebabkan oleh semakin tua tanaman maka semakin banyak cadangan energi dalam bentuk lemak kasar yang ditimbun di daun (Astuti 2011). Pada tabel 1 nilai antara P1 dan P4 adalah sama kemungkinan disebabkan karena pada pengambilan sampel P4 lebih banyak bagian batang dibandingkan daunnya.

(7)

Serat Kasar

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kandungan serat kasar bagian- bagian tanaman mantangan berpengaruh nyata (P < 0,05). Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa kandungan serat kasar P1 (11,93%) dengan P2 (17,29%), P3 (13,69 %), P4 (30,17%), dan P5 (20,47%) berbeda nyata (P < 0,05). Kandungan serat kasar tertinggi pada bagian daun tua+batang tua mantangan, tingginya serat kasar pada pakan dapat menyebabkan tertinggalnya pakan dalam rumen lebih lama dan meninggalkan rasa kenyang pada ternak sehingga asupan pakan menjadi rendah. Kandungan SK dari tertinggi ke rendah berurutan adalah daun tua+ batang tua, campuran, daun tua, daun muda + batang muda, dan daun muda. Peningkatan produksi serat kasar disebabkan oleh semakin tuanya bagian tanaman maka bagian tersebut akan mempunyai komponen dinding sel yang tinggi. Sehubungan dengan perkembangan kedewasaan (umur tanaman) hijauan, maka akan terjadi pula peningkatan konsentrasi seratnya (Savitri et al., 2012).

Kandungan serat kasar tanaman mantangan adalah sebanyak 39,85%

(Garsetiasih et al.,2019) hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan kandungan serat kasar yang diperoleh pada penelitian ini yang hanya sebesar 20,47%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengambilan sampel pada campuran lebih banyak bagian daun dibandingkan batang. Sedangkan tingginya serat kasar dipengaruhi oleh pengambilan sampel, dimana bagian batang sangat mempengaruhi terhadap kandungan serat. Peningkatan kadar serat kasar disebabkan karena terjadinya proses lignifikasi yang semakin tinggi seiring semakin tuanya bagian tanaman sehingga komponen serat kasar akan meningkat.

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa peningkatan lignin dan selulosa disebabkan semakin tua bagian tanamn tersebut maka batang akan semakin besar, kambium semakin berkembang sehingga batang menjadi keras dan besar (Hidayat, 1995).

Protein Kasar

Protein berfungsi memperbaiki dan menggantikan sel tubuh rusak, terutama bagi ternak yang sudah tua. Protein berperan untuk membantu pertumbuhan atau pembentukan sel-sel tubuh. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kandungan protein kasar bagian-bagian tanaman mantangan berbeda nyata (P < 0,05). Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa kandungan protein kasar P1 (23,52%) dengan P2 (25,65%), P3 (18,45%), P4(18,61%), P5 (15,65%) berbeda nyata (P < 0,05). Tetapi kandungan Protein kasar P3 (18,45%) tidak berbeda nyata dengan P4 (18,61%). Kandungan PK tertinggi pada bagian daun tua sebanyak 25,65% dan daun muda sebanyak 23,52%. Berdasarkan data tersebut kandungan protein lebih tinggi pada bagian daun dibandingkan pada campuran dan batang, hal ini disebabkan karena protein tanaman berhubungan erat dengan aktivitas jaringan. Sehingga daun mengandung lebih banyak protein dibandingkan dengan batang, dimana semakin banyak produksi daun maka semakin banyak produksi PK (Suryana dan Lugiyo, 2006). Mantangan memiliki kandungan protein yang tinggi (18,61%) dibandingkan dengan rumput lapangan yang hanya 2,78% (Garsetiasih, 2007).Pakan ternak dinilai berkualitas tinggi

(8)

apabila memiliki Protein Kasar (PK) pada rumput-rumputan lebih dari 9%

(Konyep, 2020). Berdasarkan hal tersebut, tanaman mantangan lebih berkualitas baik dibandingkan rumput lapangan dari segi kandungan proteinnya.

KESIMPULAN

Evaluasi kandungan nutrisi bagian-bagian tanaman mantangan dapat disimpulkan bahwa kandungan BK relatif sama antar setiap bagian tanaman Mantangan, LK tertinggi pada bagian campuran tanaman mantangan, SK tertinggi pada bagian daun tua+batang tua mantangan, dan PK tertinggi pada bagian daun tua. Berdasarkan analisis nutrisinya ternyata tanaman mantangan berpotensi sebagai pakan alternatif bagi ternak.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian tanaman mantangan sebagai pakan kepada ternak, untuk mengetahui tingkat palatibilitas mantangan.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti N. 2011. Pengaruh umur pemotongan terhadap kadar nutrien rumput raja (king grass)). Jurnal Agrisains. 2 (1): 18-28.

Chemist(AOAC)., A. of O. A. 2000. Analytical Methods. Toxicology and Industrial Health, 15(8), 715–717.

Garsetiasih, R. (2007). Kecernaan jagung dan rerumputan sebagai pakan rusa (Cervus timorensis). Buletin Plasma Nutfah, 13(2), 88-92.

Garsetiasih, R., Irianto, R., & Sihombing, V. S. 2019. The Utilization Of Merremia peltata For Livestock Feed To Control An Invasive Alien Plant Species In Bukit Barisan Selatan National Park. Indonesian Journal of Forestry Research, 6(2), 85–93.

Hara, F. L. K., Nunaki, J. H., & Sadsoeitoeboen, M. J. 2012. Pemanfaatan Tumbuhan Mantangan Sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat Suku Maybrat di Kampung Renis Distrik Mare Kabupaten Sorong Selatan. Jurnal Natural, 8(1).

Hardianto, Y.W. 2006. Penggemukan Domba Ekor Tipis dengan Pemberian Pakan Kulit Ari Kacang Kedelai (Ampas Tempe) dan Rumput Lapang.

Skripsi, Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hidayat, E. B. 1995. Anatomi tumbuhan berbiji. Rineka Cipta. Jakarta.

Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Laboratorium Makanan

(9)

Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Konyep, S. (2020). Hijauan Makanan Ternak. Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian, 1, 105–112.

Paynter, Q., Paynter, Q., Harman, H., & Waipara, N. 2015. Prospects for biological control of Merremia peltata. January 2006.

Rusdy, M. 2012. Produksi Bahan Kering, Kompatibilitas Biologis dan Kualitas Tanaman Campuran Rumput Benggala (Brachiaria decumbens) dan Centro (Centrosema pubescens). Pastura, 2(1), 17–20.

Savitri MV, Sudarwati H, & Hermanto. 2013. Pengaruh umur pemotongan terhadap produktivitas gamal (Gliricidia sepium). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 23 (2): 25-35.

Referensi

Dokumen terkait

Junayed Hossain MR Mohammad Motiur Rahman 1821933 Maruf Hasan MR Mohammad Motiur Rahman 1821998 Faridul Hasan Shuvo MR Mohammad Motiur Rahman 1920260 Md.. MOSLEH UDDIN FAZLULLAH