• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan - SIMAKIP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "laporan - SIMAKIP"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

Judul penelitian: Peningkatan stabilitas fisik dan laju difusi allicin pada fitosom ekstrak bawang putih sebagai agen antidiabetes. Bahan aktif yang digunakan adalah ekstrak bawang putih yang diketahui dapat menurunkan kadar gula darah. Berdasarkan faktor-faktor tersebut diperoleh 30 desain preparasi fitosom, dan diperoleh desain optimal sebagai berikut: konsentrasi ekstrak bawang putih dan lesitin 4,5%, suhu preparasi 300C dan kecepatan pengadukan 125 rpm.

Memperoleh formula fitosom yang optimal dan membandingkan stabilitas fisik dan laju difusi allicin yang terdapat pada fitosom dan ekstrak bawang putih, menunjukkan bahwa fitosom ekstrak bawang putih memiliki potensi untuk digunakan dalam pengobatan diabetes melitus. Allicin dalam bawang putih dapat menurunkan kadar gula darah sehingga berpotensi digunakan dalam pengobatan diabetes melitus. Berdasarkan uji aktivitas, ekstrak bawang putih terbukti dapat menurunkan kadar gula darah pada hewan laboratorium.

Ekstrak bawang putih yang diformulasikan dalam fitosom diharapkan dapat melindungi allicin dari kerusakan sehingga meningkatkan bioavailabilitasnya, sehingga fitosom dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk penyakit diabetes.

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem fitosom optimal yang terbentuk kemudian diuji stabilitas fisik, uji difusi, stabilitas kimia (laju reaksi penguraian dan umur simpan) dan uji aktivitas. Selain itu juga dapat meningkatkan penyerapan senyawa aktif dan adanya ikatan kimia antara fosfatidilkolin dan fitokonstituen menunjukkan stabilitas yang baik (Sharma dan Roy 2010). Uji stabilitas dipercepat adalah uji yang dirancang untuk meningkatkan laju degradasi kimiawi dan perubahan fisik obat dengan memasukkannya ke dalam kondisi penyimpanan yang berlebihan/ekstrim (misalnya suhu tinggi).Uji ini merupakan bagian dari uji stabilitas resmi.

Data yang diperoleh dari pengujian ini, selain data yang diperoleh dari uji stabilitas waktu nyata (jangka panjang), dapat digunakan untuk menilai efek kimiawi jangka panjang di bawah kondisi penyimpanan normal dan untuk mengevaluasi efek penyimpangan jangka pendek di luar kondisi penyimpanan pada label, yang mungkin terjadi selama pengiriman produk (Ansel 1989). RSM merupakan teknik yang populer untuk studi optimasi akhir-akhir ini (Muhandri et al. 2011) RSM merupakan metode yang efektif digunakan untuk menentukan level variabel independen yang dapat mengoptimalkan respon variabel independen pada level kuantitatif (Dewi et al. Metode ini memberikan kemudahan dalam menentukan kondisi proses yang optimal baik dalam sistem maupun pada jarak faktor yang diperlukan untuk mencapai hasil yang sangat memuaskan (Nurmiah et al. 2013).

Selain itu, kelebihan metode RSM antara lain tidak membutuhkan data eksperimen dalam jumlah besar, tidak membutuhkan waktu lama, dan biaya yang minimal (Nurmiah et al. 2013).

Gambar 1. Struktur Allisin(Hernawan dan Setyawan 2003)
Gambar 1. Struktur Allisin(Hernawan dan Setyawan 2003)

METODE PENELITIAN

Umbi bawang putih yang dapat ditentukan terlebih dahulu di LIPI Cibinong untuk menentukan jenisnya, kemudian bawang putih yang diperoleh dicuci, kemudian diangin-anginkan dan dihaluskan menggunakan blender. Selanjutnya serbuk ditimbang sekitar 1000g dan diekstraksi dengan 5000ml pelarut etanol dengan metode maserasi selama 48 jam. Hasil ekstrak kasar yang diperoleh kemudian disaring dengan kertas saring Whattman No. rotary evaporator pada suhu 40°C (Akter & Rahmatullah 2018).

Identifikasi kualitatif allicin dilakukan dengan GCMS, sedangkan penentuan kandungan allicin dalam ekstrak dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis. Phosphatidylcholine dilarutkan dalam diklorometana sedangkan ekstrak bawang putih dilarutkan dalam etanol, kemudian kedua campuran tersebut ditempatkan dalam labu alas bulat Diklorometana diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu yang ditunjukkan pada Tabel 1 dengan laju yang ditunjukkan pada Tabel 1 dan divakum hingga tipis. , bahkan lapisan tercapai. . Nilai berat jenis diukur menggunakan piknometer bersih dan telah dikalibrasi dengan menentukan berat piknometer dan berat air yang baru direbus pada suhu 25°C.

Pengenceran sampel dengan aqudest yaitu 1 mL sampel dicampur dengan 9 mL aquadest. Diukur menggunakan penganalisa hamburan cahaya DelsaMax Pro penganalisa ukuran partikel.

Tabel 1. Optimasi Fitosom Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L) Berdasarkan  RSM (Design-Expert 7.1.6)
Tabel 1. Optimasi Fitosom Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L) Berdasarkan RSM (Design-Expert 7.1.6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan kandungan allicin pada ekstrak bawang putih (Allium sativum L) spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk menentukan kandungan allicin pada penelitian ini. Faktor-faktor yang digunakan dalam analisis RSM pada penelitian ini adalah: konsentrasi lesitin, konsentrasi ekstrak bawang putih, dan kondisi produksi meliputi laju dan suhu untuk produksi fitosom menggunakan metode hidrasi film tipis. Hasil perbandingan yang diperoleh menunjukkan hubungan antara kecepatan pengadukan, interaksi antara bawang putih dan lecithin, interaksi antara bawang putih dan kecepatan pengadukan, bawang putih dan suhu, serat lecithin dan suhu menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap berat jenis.

Dari persamaan didapatkan bahwa lesitin, suhu, interaksi bawang putih dan lesitin, interaksi bawang putih dan suhu, interaksi lesitin dan kecepatan pengadukan, interaksi lesitin dan suhu, interaksi kecepatan pengadukan dan suhu menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap polidispersi. indeks. Berdasarkan hasil analisis RSM, dipilih desain dengan konsentrasi ekstrak bawang putih dan lesitin 4,5%, suhu produksi 300C dan kecepatan pengadukan 125 rpm, seperti pada Tabel 10. Pembuatan fitosom bawang putih dilakukan berdasarkan formulasi optimal yang diperoleh menggunakan lesitin dari kedelai digunakan sebagai bentuk vesikel untuk fitosom, diklorometana dan etanol 96% digunakan sebagai pelarut dan larutan buffer fosfat pH 5,5 membantu dalam proses pembentukan vesikel.

Setelah lapisan tipis terhidrasi penuh, diperoleh sistem fitosom berwarna coklat dan memiliki bau bawang putih yang khas. Mikroskop elektron transmisi Evaluasi fitosom diukur untuk melihat bentuk vesikel dan morfologi permukaan vesikel fitosom bawang putih allisin. Uji organoleptik meliputi pengamatan warna, bau dan homogenitas fitosom ekstrak bawang putih. Perubahan warna dan bau tidak terjadi pada fitosom selama masa penyimpanan. Hasil pengamatan homogenitas dapat dilihat pada tabel 12. Berdasarkan pengamatan tidak terjadi perubahan homogenitas pada minggu ke-1. Pemisahan terjadi fase baru pada saat pengamatan di minggu ke-2. Pemisahan ini terjadi pada fitosom dengan penyimpanan kondisi pada suhu 4oC dan 40oC. Pemisahan fasa pada suhu 4°C konsisten dengan teori karena fosfatidilkolin memiliki suhu transisi fasa pada suhu di bawah 100C atau lebih besar dari 1600C (Rowe 2009) Pemisahan fasa pada suhu 40°C mungkin karena fakta bahwa partikel cenderung mengembang pada suhu panas sehingga ruang antar partikel menjadi lebih luas, sehingga terjadi aglomerasi dan pemisahan fasa.

Uji penetrasi allicin berupa ekstrak bawang putih dan fitosom dilakukan untuk mengetahui kecepatan pelepasan ekstrak bawang putih dan fitosom menembus membran. Pengujian daya tembus allicin dalam bentuk ekstrak bawang putih dan fitosom dilakukan selama 300 menit, absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 214,40 nm. Selanjutnya, profil pelepasan obat dari masing-masing formulasi tersebut dianalisis dengan menyesuaikannya dengan beberapa persamaan kinetika pelepasan obat seperti kinetika orde-0, orde-1, Higuchi dan Korsmeyer-Peppas. Dari setiap persamaan kinetik yang dipasang, diperoleh konstanta pelepasan obat (k), koefisien korelasi (r) dan nilai eksponen difusi Peppas (n). Data hasil perhitungan kinetika pelepasan allicin dari ekstrak bawang putih dan fitosom dapat dilihat pada Tabel 14.

Berdasarkan data tersebut, allicin dalam bentuk ekstrak bawang putih dan fitosom mengikuti kinetika Korsmeyer-Peppas Persamaan Korsmayer-Peppas menggambarkan mekanisme pelepasan obat dari sediaan berdasarkan mekanisme hukum Fick mirip dengan higuchi (Shaikh 2015). -Peppas persamaan, mekanisme pelepasan tergantung pada nilai 'n'. Dilihat dari hasil uji daya sebar allicin dalam bentuk fitosom bawang putih diameter sebarannya 83,1 mm, dan ekstraknya 24,6 mm. Viskositas berbanding terbalik dengan daya sebarnya Semakin kental sediaan semakin sulit pemisahan obat dari sediaan Semakin rendah viskositas semakin besar daya sebar Semakin besar daya sebar maka kemampuan bahan aktif untuk menyebar dan kontak dengan kulit lebih luas 2015 ). Oleh karena itu, konstanta laju difusi yang dihasilkan pada ekstrak lebih rendah dibandingkan pada fitosom bawang putih.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada laju difusi allicin antara ekstrak dan fitosom bawang putih.

Gambar 3.Hasil Kromatografi GC-MS
Gambar 3.Hasil Kromatografi GC-MS

KESIMPULAN DAN SARAN

LUARAN YANG DICAPAI

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Antidiabetes effect kombinasi bawang putih extract (Allium sativumLinn) Dan rimpang kunyit (Curcumma domestica Val.) dengan pembanding Glibenclamide pada menseri diabetes mellitus type 2.MKB.Vol. The results of an evaluation of the physical and chemical properties of the phytosome system can be seen in Table 1. The results of the phytosome polydispersity index value indicate that the phytosome system is a polydispersion system.

Peningkatan Laju Difusi Allicin dalam Sistem Phytosomal Ekstrak Bawang Putih Peningkatan Laju Difusi Allicin dalam Sistem Phytosomal Ekstrak Bawang Putih. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ekstrak metanol bawang putih 400 mg/kg berat badan dapat menurunkan kadar gula darah pada tikus. Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh pembuatan sistem fitosom ekstrak bawang putih terhadap laju difusi allicin.

Hasil uji laju difusi menunjukkan bahwa sistem fitosom dapat mempercepat laju difusi allisin dibandingkan dengan laju difusi allisin pada ekstrak bawang putih. Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat sudah menjadi budaya hampir di setiap negara di dunia, salah satu tumbuhan berkhasiat obat adalah bawang putih (Allium sativum L) yang mengandung allicin (diallyl thiosulfonate atau diallyl disulphide) (Setiawan et al. 2011 Penelitian oleh Akter & Rahmatullah (2018) menemukan bahwa pemberian ekstrak metanol bawang putih pada konsentrasi 400 mg/kg bb menurunkan kadar glukosa darah pada mencit Fitosom memiliki kemampuan melintasi biomembran lipid yang lebih besar untuk memungkinkan bahan aktif mencapai darah (Amin et al . .. 2012) Ekstrak bawang putih (Allium sativum L) dapat dibuat ke dalam sistem fitosom dengan menggunakan lesitin sebagai pembentuk ikatan fosfolipid sehingga dapat meningkatkan stabilitas dan penyerapannya (Amit et al.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini akan dilakukan untuk membuat sistem fitosom ekstrak bawang putih dan menentukan laju difusi allisin dalam ekstrak dan sistem fitosom, sehingga pengaruh pembuatan sistem fitosom terhadap laju difusi bawang putih. allisin dapat ditentukan. terlihat. Untuk mengetahui karakterisasi ekstrak bawang putih (Allium sativum L), dilakukan uji organoleptik, kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam dan rendemen. Fitosom bawang putih dibuat menggunakan lesitin kedelai sebagai fitosom pembentuk vesikel, diklorometana dan etanol 96% digunakan sebagai pelarut, dan larutan buffer fosfat pH 5,5 yang membantu proses pembentukan vesikel.

Berdasarkan data tersebut, allicin dalam bentuk ekstrak bawang putih dan fitosom mengikuti kinetika Korsmeyer-Peppas. Nilai p yang diperoleh <0,05, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam laju difusi allicin antara ekstrak dan fitosom bawang putih. Ekstrak bawang putih dapat diformulasikan ke dalam sistem fitosom karena memiliki sifat fisikokimia yang baik Pembuatan sistem fitosom ekstrak bawang putih dapat meningkatkan laju difusi allicin dibandingkan dengan laju difusi allicin dalam bentuk ekstrak bawang putih.

Efek antidiabetes kombinasi ekstrak bawang putih (Allium sativumLinn) dan kunyit (Curcumma domestica Val.) dengan Glibenclamide sebagai pembanding pada penderita diabetes melitus tipe 2.MKB.

Table 1.  Optimization of phytosome garlic extract (Allium sativum L) based on RSM(Design-Expert 7.1.6)
Table 1. Optimization of phytosome garlic extract (Allium sativum L) based on RSM(Design-Expert 7.1.6)

Gambar

Gambar 1. Struktur Allisin(Hernawan dan Setyawan 2003)
Gambar 2. Penampang melintang fitsom (Sharma dan Roy 2010)
Tabel 1. Optimasi Fitosom Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L) Berdasarkan  RSM (Design-Expert 7.1.6)
Tabel 2.Karakteristik Ekstrak Bawang putih
+7

Referensi

Dokumen terkait

87 % SIMILARITY INDEX 87 % INTERNET SOURCES 11 % PUBLICATIONS 14 % STUDENT PAPERS 1 86 % 2 1 % Exclude quotes On Exclude bibliography On Exclude matches Off Integrating