• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TA RIVAN TANDIAN FIKS

N/A
N/A
muhammad farhan

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN TA RIVAN TANDIAN FIKS"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS POTENSI ZONA RESERVOIR BERDASARKAN DATA LOGGING DI SUMUR HANNOVER SOUTH 1

Rivan Tandian NIM. 2001137

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MIGAS

BALIKPAPAN 2025

(2)

i

TUGAS AKHIR

ANALISIS POTENSI ZONA RESERVOIR BERDASARKAN DATA LOGGING DI SUMUR HANNOVER SOUTH 1

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Strata 1 Sarjana Teknik

Sekolah Tinggi Teknologi Migas

Rivan Tandian NIM. 2001137

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MIGAS

BALIKPAPAN 2025

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul :

ANALISIS POTENSI ZONA RESERVOIR BERDASARKAN DATA LOGGING DI SUMUR HANNOVER SOUTH 1”

Laporan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Teknik Perminyakan Sekolah Tinggi Teknologi Migas. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Lukman, S.T., M.T. selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Migas.

2. Ibu Yuniarti, S.T., M.Eng. selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik Sekolah Tinggi Teknologi Migas.

3. Bapak Abdi Suprayitno, S.T., M.Eng. selaku Ketua Program Studi S1 Teknik Permniyakan Sekolah Tinggi Teknologi Migas.

4. Ibu Baiq Maulinda Ulfah, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Bapak Amiruddin, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Pendamping.

5. Serta seluruh pihak yang turut terlibat dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.

Kami menyadari bahwa penyususnan laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun.

Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

(8)

vii ABSTRAK

ANALISIS POTENSI ZONA RESERVOIR BERDASARKAN DATA LOGGING DI SUMUR HANNOVER SOUTH 1

Rivan Tandian; Baiq Maulinda Ulfah, S.T., M.T; Amiruddin, S.Pd., M.Pd

Cekungan Roebuck terletak di Central North West Shelf Australia dengan luas sekitar 90.000 km2, merupakan cekungan hidrokarbon potensial yang masih minim eksplorasi. Sehingga penelitian ini difokuskan untuk menganalisis potensi zona reservoir disalah satu sumur yang berada di Cekungan Roebuck yaitu, Sumur Hannover South 1 atau sumur “R” dengan menggunakan data logging berupa LAS. Data yang digunakan mencakup log gamma ray, log resistivitas, log densitas, dan log neutron, yang dianalisis untuk menentukan parameter petrofisika seperti volume shale, porositas, permeabilitas, dan saturasi air. Interpretasi zona sumur dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Interactive Petrophysics V3.5.

Dengan defleksi log GR yang menunjukkan nilai yang rendah, log resistivity yang besar dan adanya crossover antara log densitas dan log neutron Dari hasil interpretasi pada sumur “R” menunjukkan tiga zona prospek hidrokarbon: Zona 1 (kedalaman 4806.1–4816.7 m), dengan porositas efektif 8.2%, permeabilitas 3.124 mD, dan saturasi air 51.5%; Zona 2 (kedalaman 4817.1–4821.9 m), dengan porositas efektif 4.4%, permeabilitas 0.263 mD, dan saturasi air 37.4%; dan Zona 3 (kedalaman 4977.7–4981.6 m) dengan porositas efektif 8.7%, permeabilitas 3.930 mD, dan saturasi air 10.5%. Parameter petrofisika menunjukkan bahwa pori batuan pada ketiga zona didominasi oleh hidrokarbon.

Kata Kunci : Reservoir, Hidrokarbon, Well Logging, Petrofisika

(9)

viii ABSTRACT

RESERVOIR ZONE POTENTIAL ANALYSIS BASED ON LOGGING DATA IN HANNOVER SOUTH 1 WELL

Rivan Tandian; Ibu Baiq Maulinda Ulfah, S.T., M.T; Amiruddin, S.Pd., M.Pd The Roebuck Basin, located on the Central North West Shelf of Australia with an area of approximately 90,000 km2, is a potential hydrocarbon basin that is still under-explored. So this research is focused on analyzing the potential reservoir zone in one of the wells located in the Roebuck Basin, namely, the Hannover South 1 Well or the “R” well using logging data in the form of LAS. The data used includes gamma ray logs, resistivity logs, density logs, and neutron logs, which are analyzed to determine petrophysical parameters such as shale volume, porosity, permeability, and water saturation. Well zone interpretation was performed with the aid of Interactive Petrophysics V3.5 software. With GR log deflection showing low values, large resistivity logs and crossover between density logs and neutron logs, the interpretation results of the “R” well show three hydrocarbon prospect zones: Zone 1 (4806.1-4816.7 m depth), with effective porosity of 8.2%, permeability of 3.124 mD, and water saturation of 51.5%; Zone 2 (4817.1-4821.9 m depth), with effective porosity of 4.4%, permeability of 0.263 mD, and water saturation of 37.4%; and Zone 3 (4977.7-4981.6 m depth) with effective porosity of 8.7%, permeability of 3.930 mD, and water saturation of 10.5%. The petrophysical parameters show that the rock pores in the three zones are dominated by hydrocarbons.

Keywords: Reservoir, Hydrocarbon, Well Logging, Petrophysics

(10)

ix DAFTAR ISI

TUGAS AKHIR ... i

HALAMAN PENGESAHAN I ... ii

HALAMAN PENGESAHAN II ... iii

LEMBAR ORISINALITAS... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR NOTASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tinjauan Lapangan ... 4

2.1.1 Stratigrafi Regional Cekungan Roebuck ... 5

2.1.2 Petroleum System Cekungan Roebuck ... 7

2.2 Well Logging ... 8

2.3 Jenis-Jenis Well log ... 9

2.3.1 Gamma Ray ... 9

2.3.2 Resistivitas ... 10

2.3.3 Densitas ... 12

2.3.4 Neutron ... 13

2.3.5 Sonic Log ... 15

2.3.6 Caliper Log... 16

(11)

x

2.4 Petrofisika ... 17

2.4.1 Volume Shale ... 17

2.4.2 Porositas ... 18

2.4.3 Resistivitas Air ... 20

2.4.4 Saturasi Air... 20

2.4.5 Permeabilitas ... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 24

3.1 Perangkat Lunak ... 24

3.2 Data Penelitian... 24

3.3 Analisis petrofisika ... 25

3.4 Diagram Alir Penelitian ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Interpretasi Data Sumur ... 27

4.2 Analisis Petrofisika ... 29

4.2.1 Volume Shale (Vsh) ... 29

4.2.2 Porositas ... 30

4.2.3 Saturasi Air... 33

4.2.4 Permeabilitas ... 35

BAB V KESIMPULAN ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 40

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cekungan Roebuck ... 4

Gambar 2.2 Stratigrafi Cekungan Roebuck ... 6

Gambar 2.3 Respon Log Gamma Ray terhadap batuan ... 10

Gambar 2.4 Profil sumur bor yang terinvasi lumpur ... 11

Gambar 2.5 Respon Log Resistivitas terhadap batuan... 12

Gambar 2.6 Respon Log Densitas terhadap batuan ... 13

Gambar 2.7 Respon Log Neutron terhadap batuan ... 14

Gambar 2.8 Sistem BHC………15

Gambar 2.9 Tipikal Respon caliper untuk berbagai litologi………..16

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ... 26

Gambar 4.1 Interpretasi sumur "R" pada kedalaman 4800 -4995 m ... 27

Gambar 4.2 Interpretasi sumur “R” zona 1 ... 28

Gambar 4.3 Interpretasi sumur “R” zona 2 ... 28

Gambar 4.4 Interpretasi sumur “R” zona 3 ... 28

Gambar 4.5 Pickett plot pada sumur “R” ... 33

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Formasi Batuan Berdasarkan Volume Shale ... 18

Tabel 2.2 Densitas Fluida Pengisi Batuan... 19

Tabel 2.3 Klasifikasi Porositas ... 20

Tabel 2.4 Klasifikasi Fluida Berdasarkan Nilai Saturasi Air ... 22

Tabel 2.5 Klasifikasi Permeabilitas... 23

Tabel 3.1 Kelengkapan Data Sumur "R" ... 24

Tabel 4.1 Hasil perhitungan Indeks Gamma Ray Pada Sumur “R” ... 30

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Porositas Densitas Pada Sumur “R” ... 31

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Porositas Neutron Pada Sumur “R” ... 31

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Porositas Total &PorositEfektif Pada Sumur “R”32 Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Saturasi Air Pada Sumur "R" ... 34

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Permeabilitas Pada Sumur "R" ... 35

(14)

xiii

DAFTAR NOTASI

Vshale Volume Shale %

ɸ Porositas %

ɸeff Porositas Efektif %

Sw Saturasi Air %

K Permeabilitas mD

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cekungan Roebuck, salah satu cekungan minyak dan gas yang paling sedikit dieksplorasi di Weststralian Super-Basin, kini cekungan ini menjadi target eksplorasi dengan cadangan yang diperkirakan signifikan. Keberadaan sistem petroleum aktif telah terbukti di Sub-cekungan Bedout, yang merupakan bagian dari Cekungan Roebuck, dengan potensi produksi masa depan yang sangat memungkinkan. Sumber daya kontingen bruto 2C dari penemuan ini, termasuk penemuan historis di wilayah Phoenix, mencapai 1.080 Bcf (30,58 Bcm) gas serta 205 MMbbl (32,59 GL) minyak dan kondensat (“Carnarvon Petroleum Ltd,”

2019a). Sebelumnya cekungan ini dikenal sebagai bagian dari cekungan Offshore Canning Basin. Cekungan Roebuck terletak di central north west shelf australia dengan luas sekitar 90.000km2 di antara cekungan nothern carnarvon di sebelah selatan dan cekungan browse disebelah utara, cekunga canning di sebelah timur dan dataran Abyssal Argo disebelah barat laut (Australian Government, 2023).

Sumur “R” terletak sekitar 320 km barat laut Broome Australia Barat di Sub- cekungan Rowley.

Sumur ini menarik untuk dilakukan analisis lebih lanjut yang bertujuan untuk mengetahui prospek zona hidrokarbon yang berada di sekitar sumur atau pada area Cekungan Roebuck. Dengan itu perlu dilakukan beberapa metode yang mendukungan dibidang eksplorasi baik menggunakan metode geologi maupun dengan metode geofisika. Kedua metode ini mampu memberikan dugaan mengenai potensi hidrokarbon. Dugaan mengenai potensi hidrokarbon dapat diperkuat dengan melakukan pengeboran lubang sumur (logging). Untuk menunjang metode tersebut perlu dilakukan analisis data logging dan perhitungan hidrokarbon yang terakumulasi dalam zona reservoir, kondisi reservoir tiap lapangan memiliki sifat fisik dan karakteristik yang berbeda, bahkan dalam satu sumur dengan kedalaman berbeda akan menunjukkan kedalaman sifat fisik yang

(16)

2

berbeda-beda pula tergantung pada sejarah pembentukan dan komposisi mineral penyusun tiap formasi.

Pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data perekaman sumur (well logging) seperti log gamma ray, log resistivitas, log densitas dan log neutron dan data lainnya yang mendukung untuk digunakan dalam perhitungan matematis. Dari hasil interpretasi data log didapatkan bentuk kurva dan grafik untuk membantu memberi informasi terkait letak prospek zona hidrokarbon dan menghitung nilai parameter petrofisika antara lain volume shale, porositas, permeabilitas, serta saturasi air untuk mengetahui kualitas dari suatu sumur atau potensi zona hidrokarbon.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana ketebalan dan letak zona reservoir berdasarkan data log triple

combo pada sumur “R”?

2. Berapa nilai rata-rata dari Vshale, Porositas, Permeabilitas, dan Saturasi air pada sumur “R”?

3. Bagaimana perbandingan hasil dari analisis petrofisika yang dilakukan pada sumur “R”?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui ketebalan dan letak zona reservoir berdasarkan data log triple

combo pada sumur “R”

2. Menentukan nilai rat-rata dari Vshale, Porositas, Permeabilitas, dan Saturasi air pada sumur “R”

3. Mengetahui perbandingan hasil dari analisis petrofisika yang dilakukan pada sumur “R”

(17)

3 1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada tugas akhir ini yaitu dengan melakukan analisis letak zona prospek hidrokarbon pada sumur “R” menggunakan software Interactive Petrophysics berdasarkan data log yaitu Gamma Ray (GR), Resistivitas (LLD), Neutron (NPHI), Densitas (RHOB) dari data wireline log.

Setelah itu melakukan perhitungan parameter petrofisika antara lain Volume Shale (Vsh), Porositas (ɸ), Permeabilitas (K), dan Saturasi air (Sw). Sehingga bisa diketahui apakah sumur “R” layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Dengan data hasil interpretasi zona sumur yang tersedia, pemilihan tiga zona prospek hidrokarbon dapat dilakukan secara lebih terfokus dan akurat.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dari penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagi penulis, peniulisan ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam hal pembacaan logging.

2. Bagi Pembaca, sebagai media informasi awal ketika ada peneliti selanjutnya yang akan melakukan dalam hal pembacaan logging.

Khususnya pembacaan logging triple combo untuk mementukan zona reservoir.

3. Bagi kampus , penelitian ini dapat dijadikan sarana tambahan referensi di perpustakaan STT MIGAS Balikpapan mengenai permasalahan dan tujuan penelitian ini.

(18)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Lapangan

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Cekungan Roebuck yang terletak di Central North West Shelf Australia di antara cekungan nothern carnarvon di sebelah selatan dan cekungan browse disebelah utara, cekunga canning di sebelah timur dan dataran Abyssal Argo disebelah barat laut (Australian Government, 2023). Cekungan Roebuck membentang area seluas sekitar 90.000km2. Cekungan ini secara resmi ditemukan pada tahun 1980 setelah sumur Phoenix 1 pertama kali memproduksikan hidrokarbon. Sejak saat itu, sumur ini telah menghasilkan banyak cadangan hidrokarbon dan baru 30% di petakan.

Gambar 2.1 Cekungan Roebuck (Australian Government, 2023)

(19)

5

2.1.1 Stratigrafi Regional Cekungan Roebuck

Cekungan Roebuck pada awalnya mulai terbentuk pada periode late carboniferous. Hal ini didorong oleh perpanjangan lempeng Australia ke arah barat laut ke tenggara karena batas lempeng yang berbeda yang memisahkan dan menambahkan material baru ke dalamnya. Hal ini meningkatkan luas Westralian Super Basin dan berlanjut ke periode Permian awal dalam sejarah geologi Australia. Pada late permian, seluruh bagian mulai terangkat karena mantel mulai memanas dan mendorong kerak bumi lebih tinggi di wilayah ini (Bernecker, 2019). Pada saat yang sama patahan regional mulai meningkat di wilayah ini yang terkait dengan peningkatan vulkanisme di kerak bumi dan lautan di sekitar daratan barat laut benua ini. Hal ini terus berlanjut hingga periode Triassic ketika daerah tersebut mulai mengalami penurunan panas yang menyebabkan curst kemudian tenggelam lebih rendah di dalam mantel dan menciptakan cekungan berbentuk

“mangkuk”. Hal ini diikuti oleh pengendapan batu lempung laut yang kemudian dilewati dan dilapisi oleh endapan sedimen dari delta-delta di sekitarnya di benua tersebut (Hocking et al., 1994). Hal ini juga memulai endapan pertama bahan organik untuk produksi minyak bumi di waktu mendatang melalui endapan yang mengandung ganggang yang tak terhitung jumlahnya, tanaman laut, plankton, dan mikroorganisme laut lainnya. Hal ini dilengkapi dengan serangkaian peristiwa transgresi pada periode Early Jurassic. Pada Early Jurassic, wilayah ini sekali lagi mengalami perluasan yang pada akhirnya mengarah pada perpecahan Callovian di wilayah Argo Abyssal yang berdekatan dengan cekungan (Hocking et al., 1994).

Periode middle dan late jurassic dikenal sebagai periode pengendapan sedimen fluvial dan delta dari lingkungan daratan. Sedimen ini membawa material tumbuhan dan hewan yang membusuk dari daratan dan memungkinkannya untuk menumpuk di cekungan karena disimpan tertutup. Hal ini mulai menumpuk berlapis-lapis (Kelemen, 2016). Sedimen yang ada pada periode Late Jurassic dan periode cretaceous naik tingkat menjadi bagian karbonat Cainozoic yang tebal.

Namun karena terbatasnya ketersediaan data, penanggalan peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah cekungan ini menjadi sangat sulit. Meskipun demikian, peningkatan survei dan studi di wilayah ini telah meningkat seiring dengan

(20)

6

meningkatnya minat terhadap wilayah ini karena keuntungan yang menggiurkan dalam dua dekade terakhir.

Gambar 2.2 Stratigrafi Cekungan Roebuck

( Regional Jurassic sediment depositional architecture, Browse Basin:

Implications for petroleum systems)

(21)

7 2.1.2 Petroleum System Cekungan Roebuck

a. Batuan Induk

Cekungan Roebuck tidak memiliki batuan sumber minyak bumi yang telah terbukti secara resmi (Nguyen et al., 2019). Namun, simulasi geologi, sequence stratigrafi, pemetaan seismik, analisis geokimia, dan pemodelan sedimen telah digunakan untuk menghasilkan 10 batuan sumber potensial di cekungan tersebut. Dari 10 batuan tersebut, 2 di antaranya diendapkan pada periode Triassic, 2 lainnya diendapkan pada periode jurassic dan 3 lainnya diendapkan pada periode cretaceous.

Namun demikian, deposit batupasir berumur Triassic saat ini dipandang sebagai batuan induk potensial yang memiliki peluang tertinggi untuk menghasilkan minyak bumi. Hal ini dikarenakan terdapat 10 sumur penilaian yang berhasil dalam 3 dekade terakhir menemukan minyak dan gas bumi, dan 10 di antaranya berada pada kisaran umur Triassic.

b. Migrasi

Cekungan Roebuck, hampir tidak ada migrasi sama sekali dengan bentuk utamanya adalah satu jalur yang membawa minyak bumi dari sumber Trias yang sudah matang ke dalam reservoir Jura. dan migrasi ini semakin terbatas jika Anda menjauh dari tepi patahan di cekungan tersebut. Ada juga pergerakan kecil minyak ke dalam reservoir Cretaceous awal yang tidak terikat di sepanjang tepi cekungan.

c. Batuan Reservoir

Beberapa zona reservoir telah diidentifikasi dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Pusat Geologi dan Geofisika Perminyakan Nasional Australia pada tahun 1999. Mereka menyimpulkan bahwa ketujuh zona tersebut berusia dalam rentang Early Triassic hingga Tersier. Namun ada sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1991 yang mengidentifikasi potensi reservoir Early Permian, yang juga berfungsi sebagai double seal.

Semua reservoir potensial tersebut bersifat klastik dan lebih khusus lagi adalah batupasir fluvial. Batupasir ini tampaknya memiliki porositas yang

(22)

8

besar, tetapi sifat sebenarnya dari reservoir tidak diketahui di sebagian besar cekungan karena kurangnya data sumur.

d. Trap

Ketika melihat gerakan struktural cekungan Roebuck yang terkait dengan rifting di wilayah tersebut mengakibatkan terciptanya trap struktural selama era Mesozoikum (Hocking et al., 1994). Pembentukan trap ini terus berlanjut hingga masa yang lebih baru karena adanya tabrakan Miosen mengaktifkan kembali pembentukan trap baru di sepanjang sisi dan tepi cekungan. Tipe utama dari trap yang ada adalah trap pinch-out. Hal ini menciptakan kondisi bawah permukaan dimana hidrokarbon dapat terkumpul, terdapat banyak patahan di wilayah ini yang disebabkan oleh konvergensi tektonik dan pensesaran selama periode Mesozoikum, hal ini terbukti menjadi area akumulasi hidrokarbon.

e. Seal

Beberapa seal potensial dikembangkan pada berbagai tahap pengembangan dan pematangan cekungan roebuck (Hocking et al., 1994).

Cretaceous marine claystone yang tebal membentuk lapisan regional di seluruh North West Shelf Australia. Batuan ini sebagai penutup secara khusus di atas batupasir middle dan late Jurassic di bagian barat cekungan, namun cekungan ini menjadi semakin berpasir (terlihat dari batupasir broome) dalam strukturnya ketika bergerak ke arah timur di sepanjang area cekungan.

2.2 Well Logging

Logging adalah metode atau teknik untuk mengkarakterisasi formasi di bawah permukaan dengan pengukuran parameter – parameter fisis batuan dalam lubang bor, sedangkan log adalah hasil rekaman dalam fungsi kedalaman terhadap proses logging (Serra, 1984). Menurut (Rider, 2002) well logging adalah proses perekaman kontinu dari parameter fisik sepanjang lubang bor, di mana nilai pengukurannya ditampilkan sebagai fungsi kedalaman. Nama yang tepat

(23)

9

digunakan untuk menyebut pengukuran kontinyu tersebut adalah geophysical well logging, namun lebih sering disingkat menjadi well logging. Sedangkan (Harsono, 1997) menyatakan log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu), dari satu set data yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur. Terdapat beberapa log yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah log gamma ray, resistivitas, densitas dan neutron-porosity.

2.3 Jenis-Jenis Well log

Well log adalah rekaman data dari pengukuran berbagai sifat fisik formasi bawah permukaan menggunakan alat yang dimasukkan ke dalam sumur. Jenis- jenis well log meliputi:

2.3.1 Gamma Ray

Gamma Ray merupakan metode untuk mengukur radiasi sinar gamma yang dihasilkan oleh unsur-unrsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di sepanjang lubang bor. Radioaktif Gamma Ray berasal dari 3 unsur yaitu Uranium (U), Potasium (P), dan Thorium (TH). Fungsi dari log ini adalah sebagai berikut:

a. Evaluasi kandungan serpih/shale (Vsh) yang terdapat di formasi yang diteliti

b. Korelasi antar sumur

c. Evaluasi lapisan mineral yang bukan radioaktif (Aprilia et al., 2020)

(24)

10

Gambar 2.3 Respon Log Gamma Ray terhadap batuan (Rider, 1996)

2.3.2 Resistivitas

Log resistivitas merupakan kemampuan dari suatu batuan untuk menghambat arus listrik yang merambat dalam suatu batuan. Cara kerja log resistivitas adalah dengan mengukur sifat batuan dan fluida pori seperti minyak, air dan gas disepanjang lubang bor dengan mengukur sifat tahanan kelistikannya.

Jika resistivitas rendah maka batuan mudah untuk menghantarkan arus listrik dan jika resistivitas tinggi maka batuan sukar untuk menghantarkan arus listrik.

Berdasarkan jangkauannya, log resistivitas dapat dibedakan menjadi:

(25)

11

a. Shallow Investigation, yaitu pengukuran dengan jangkauan yang dangkal atau berada paling dekat dengan lubang bor. Hal ini dilakukan untuk mengiukur harga resistivitas di daerah flushed zone (Rxo)

b. Medium Investigation, yaitu pengukuran dengan jangkauan yang sedang atau terletak dengan lubang bor yang sebagian terisi oleh rembesan lumpur yang mendesak fluida pengisinya. Hal ini dilakukan untuk mengukut harga resistivitas di daerah transition zone.

c. Deep Investigation, yaitu pengukuran dengan jangkauan yang dalam. Zona ini tidak dipengaruhi oleh infiltrasi serta berada paling jauh dari lubang bor dan seluruh pori batuannya terisi dengan fluida pengisi awalnya. Hal ini dilakukan untuk mengukur harga resistivitas formasi yang berada di daerah uninvaded zone.

Sumur bor yang terinvasi lumpur memberikan gambaran penting tentang pengaruh lumpur pemboran terhadap karakteristik formasi di sekitar lubang bor.

(Schlumberger, 1989)

Gambar 2.4 Profil sumur bor yang terinvasi lumpur(Schlumberger, 1989)

(26)

12

Gambar 2.5 Respon Log Resistivitas terhadap batuan (Rider, 2002)

2.3.3 Densitas

Log densitas merupakan log yang mengukur bulk density formasi, ini juga termasuk matrix dan fluida yang terperangkap di dalam pori-pori. Secara kuantitatif log density digunakan untuk mengukur porositas (porosity) dan secara tidak langsung mengukur densitas hidrokarbon (HC). Secara kualitatif log ini digunakan untuk menentukan litologi dan jenis mineral tertentu (gambar 3.2), log ini juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi fracture pada formasi (Rider, 1996).

(27)

13

Log ini bekerja dengan menembakkan sinar gamma ke dalam batuan formasi, dan sinar gamma akan bertabrakan dengan semua elektron yang berada di dalam formasi. Akibat dari tabrakan, sinar gamma akan kehilangan energinya dan arahnya akan terbaurkan. Sinar yang terbaurkan akan terekam oleh detektor.

Hasil pengukuran pantulan sinar 15 gamma tergantung pada jenis litologi batuan yang ditembus oleh pancaran sinar gamma.

Gambar 2.6 Respon Log Densitas terhadap batuan (Rider, 1996)

2.3.4 Neutron

Log neutron adalah log porositas yang mengukur konsentrasi hidrogen dalam suatu formasi (Asquith and Krygowski, 2004). Log neutron biasanya

(28)

14

dinyatakn tanpa satuan atau bisa juga dalam neutron porosity unit (%). Dalam formasi yang bersih (Shale free) atau porositas batuannya yang terisi oleh liquid, log ini akan membaca porositas dari banyaknya volume liquid yang terkandung di dalam batuan tersebut. Jika semakin tinggi nilai hidrogen index dalam suatu formasi, maka neutron yang dipantulkan kembali ke dalam logging tools akan semakin sedikit sehingga log neutron akan menunjukkan nilai yang rendah.

Sedangkan jika semakin sedikit nilai hidrogen index dalam formasi, maka jumlah neutron yang dipantulkan akan semakin banyak dan log neutro akan menunjukkan nilai yang tinggi.

Gambar 2.7 Respon Log Neutron terhadap batuan (Rider, 2002)

(29)

15 2.3.5 Sonic Log

Sonic log merupakan rekaman waktu yang diperlukan oleh gelombang suara untuk merambat melalui formasi. Kecepatan rambat suara biasanya dikenal sebagai “internal transite time” (∆t). Interval waktu transite didefenisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh gelombang suara untuk menempuh jarak satu feet suatu bahan. Peralatan dari sonik log (Gambar 4.22) terdiri dari sebuah transmitter yang melepaskan gelombang suara ke formasi, setelah melewati formasi diterima oleh 2 receiver. Perbedaan waktu tiba gelombang (two way travel time = ∆t) diukur dan dibagi dengan jarak (μs/m), untuk arah yang sebaliknya caranya sama untuk menghilangkan efek lubang bor (dicari rata-ratanya). Perambatan suara di dalam formasi tergantung dari matrik batuan, porositas batuan serta fluida dalam pori-pori.

Gambar 2.8 Sistem BHC (Harsono, 1997)

(30)

16

Sonik log saat ini banyak diaplikasikan untuk :

1. Menemukan porositas di dalam lubang bor yang diisi oleh fluida 2. Menentukan porositas, litologi dan shaliness jika digunakan

bersama-sama dengan density dan neutron log 3. Memperkirakan kecepatan formasi untuk seismik

4. Mendeteksi zona fracture dengan menggunkan variable density 5. Memperkirakan jarak dari tekanan abnormal

2.3.6 Caliper Log

Log ini digunakan untuk mengukur diameter lubang bor yang sesungguhnyauntuk keperluan poerencanaan atau melakukan penyemenan.dan dapat merefleksikan lapisan permeable dan lapisan yang impermeable. Pada lapisan yang permeable diameter lubang bor akan semakin kecil karena terbentukya kerak lumpur (mud cake) pada dinding lubang bor. Sedangkan pada lapisan yang impermeable diameter lubang bor akan bertambah besar karena ada dinding yang runtuh (vug).

Gambar 2.9 Tipikal Respon caliper untuk berbagai litologi (Malcolm Rider, 2002)

(31)

17 2.4 Petrofisika

Analisis petrofisika merupakan salah satu proses yang penting dalam usaha untuk mengetahui karakteristik suatu reservoir. Analisis petrofisika diawali oleh analisis data bawah permukaan melalui proses well logging pada lubang pengeboran. Untuk melakukan analisis petrofisika diperlukan beberapa parameter penting batuan dalam suatu formasi, diantaranya adalah porositas, saturasi air, volume shale dan permeabilitas (Maulana et al., 2017).

2.4.1 Volume Shale

Volume shale merupakan jumlah dari kandungan serpih yang terdapat pada batuan reservoir. Karena shale memiliki porositas non-efektif, maka akan memengaruhi hasil pengukuran log porositas/ neutron dan menyebabkan nilai porositasnya menjadi lebih tinggi. Oleh karenanya, perhitungan volume shale dilakukan sebagai koreksi pada porositas total sehingga dapat diperoleh porositas efektif batuan reservoir. Biasanya kandungan serpih dihitung berdasarkan persamaan (Harsono, 1997). Dan di klasifikasikan menggunakan formasi batuan berdasarkan volume shale (Kamel and Mabrouk, 2003).

𝑉𝑠ℎ𝑎𝑙𝑒 = 𝐺𝑅 𝑙𝑜𝑔 − 𝐺𝑅 𝑚𝑖𝑛

𝐺𝑅 𝑚𝑎𝑥 − 𝐺𝑅 𝑚𝑖𝑛 ... (1) Keterangan :

Vsh : volume shale

GRlog : Hasil pembaca log pada lapisan yang bersangkutan GRmin : Hasil pembaca GR log maksimal pada lapisan non shale GRmax : Hasil pembaca GR log maksimal pada lapisan shale

(32)

18

Tabel 2.1 Klasifikasi Formasi Batuan Berdasarkan Volume Shale (kamel and Mabrouk,2003)

Klasifikasi Volume Shale (%)

Clean Vsh < 10

Shaly 10 < Vsh <33

Shale Vsh >33

2.4.2 Porositas

Porositas merupakan fraksi ruang pori dalam batuan atau dapat dikatakan sebagai kemampuan batuan reservoir untuk menyimpan fluida. Definisi tersebut digunakan juga untuk menjelaskan istilah porositas total atau absolut. Perlu diketahui bahwa tidak sumua rongga pada batuan saling terhubung. Total dari rongga yang saling terhubung pada batuan disebut dengan porositas efektif.

Reservoir yang baik memiliki porositas efektif yang cukup untuk mengalirkan fluida. Perhiungan nilai porositas dapat dilakukan menggunakan log densitas, neutron, serta juga bisa menggunakan log sonik. Berdasarkan klasifikasi (Koesoemadinata, 1980) di tabel 2.3, porositas dapat dikelompokkan lebih lanjut untuk memahami karakteristik batuan secara lebih mendalam.

Perhitungan dengan log densitas

𝐷 =𝜌𝑚𝑎−𝜌𝑏

𝜌𝑚𝑎−𝜌𝑓 ... (2) Keterangan :

D : Porositas densitas

ρma : Densitas matriks batuan (gr/𝑐𝑚3) (batupasir: 2,65, batugamping: 2,71, dolomit: 2,87)

ρb : Densitas bulk (gr/𝑐𝑚3) ρf : Densitas fluida (gr/𝑐𝑚3)

(33)

19

Tabel 2.2 Densitas Fluida Pengisi Batuan(Asquith and Krygowski, 2004)

Fluida Ρf (gr/𝑐𝑚3)

Fresh water mud 1,0

Salt water mud 1,1

Oil mud 0,7

Gas mud 0,2

Perhitungan dengan log neutron

∅𝑁 = (1.02 × 𝑁𝑙𝑜𝑔 + 0.0425) ... (3)

Keterangan :

∅𝑁𝑙𝑜𝑔 : porositas yang terbaca pada kurva neutron log (%)

Perhitungan dengan porositas total

𝑇=𝐷+∅𝑁

2 ... (4) Perhitungan dengan porositas efektif

𝑒=∅𝐷2+∅𝑁2

2 ... (5) Keterangan:

D : Porositas density log

N : Porositas neutron log

(34)

20

Tabel 2.3 Klasifikasi Porositas (Koesoemadinata, 1980)

Porositas Klasifikasi

0 − 5% Diabaikan (negligible)

5 − 10% Buruk (poor)

10 − 15% Cukup (fair)

15 − 20% Baik (good)

20 − 25% Sangat Baik (very good)

>25% Istimewa (excellent)

2.4.3 Resistivitas Air

Resistivitas batuan adalah kemampuan batauan untuk menghambat aliran arus listrikyang melalui suatu batuan. Salah satu cara untuk menentukan resistivitas air formasi (RW) adalah mengguanakan metode picket plot. Metode picket plot dikembangkan dari rumus saturasi air metode Archie sebagai berikut.

𝑆𝑊𝑛 = 𝑎.𝑅𝑊

𝑚.𝑅𝑡 ... (6) logRt = -mlog + log (a.Rw)−n log sw ... (7) Jika Sw = 100%, maka persamaan tersebut menjadi

logRt = -m log + log (a.Rw) ... (8) Dengan Rt menunjukkan resistivitas yang terbaca oleh alat (m),  adalah porositas, a adalah faktor turousity, m adalah faktor sementasi, n adalah eksponen saturasi.

2.4.4 Saturasi Air

Saturasi air merupakan presentase volume air yang terdapat didalam pori- pori batuan reservoir dibandingkan dengan volume total fluida yang mengisi pori- pori batuan reservoir tersebut. Perhitungan saturasi air bertujuan untuk menentukan zona hidrokarbon. Apabila fluida reservoir hanya terisi air maka nilai

(35)

21

Sw=1, namun jika terdapat kandungan hidrokarbon nilai Sw < 1 dan nilai kejenuhan hidrokarbon (Sh)=1 – Sw. Beberapa persamaan yang dapat digunakan dalam penentuan nilai saturasi air (Sw):

Persamaan Archie (1941) 𝑆𝑤 = (𝑎.𝑅𝑤

𝑚.𝑅𝑡)

1

𝑛 ... (9) Persamaan Simandoux (1963)

𝑆𝑤 =𝑎.𝑅𝑤

2.∅𝑚[√(𝑉𝑠ℎ

𝑅𝑠ℎ)2+ 4.∅𝑚

𝑎.𝑅𝑤.𝑅𝑡𝑉𝑠ℎ

𝑅𝑠ℎ] ...(10) Persamaan Indonesia (1971)

𝑆𝑤 = {

1 𝑅𝑡

(𝑉𝑠ℎ(1−0.5.𝑉𝑠ℎ)

√𝑅𝑠ℎ )+√𝑎.𝑅𝑤∅𝑒𝑚

}

(2 𝑛)

...(11)

Keterangan:

𝑆𝑤 : Saturasi air (%)

𝑚 : Faktor sementasi (batugamping = 2; batupasir = 2.15) 𝑎 : Faktor tortuosity (batugamping = 1; batupasir = 0.62) 𝑛 : Eksponen saturasi (1.8 – 2.5, umumnya 2.0)

∅ : Porositas efektif (%)

Rw : Resistivitas air formasi (Ωm) Rt : Resistivitas sebenarnya (Ωm) Rsh : Resistivitas shale (Ωm)

Persamaan Archie digunakan untuk menghitung saturasi air pada clean sand formation, yaitu reservoir yang seluruhnya disusun oleh pasir atau tidak memiliki kandungan serpih. Persamaan Simandoux dan Indonesia digunakan untuk menghitung Sw pada shaly sand formation. Kehadiran serpih yang bersifat konduktif akan mengurangi nilai dari porositas efektif serta menurunkan nilai dari

(36)

22

permeabilitas. (Dewanto, 2016) mengklasifikasikan fluida pengisi formasi batuan berdasarkan uji data lab yang ditampilkan pada tabel 2.7 di bawah ini.

Tabel 2.4 Klasifikasi Fluida Berdasarkan Nilai Saturasi Air (Dewanto, 2016)

So Rata-rata Sw Rata-rata Perkiraan Jenis Fluida Resrvoir

<3% <50% Gas

2-5% <60% Minyak dan Gas

>5% <50-70% Minyak

<1% >70-75% Air

2.4.5 Permeabilitas

Permeabilitas merupakan suatu pengukuran yang menyatakan tingkat kemudahan fluida untuk mengalir di dalam formasi batuan atau hubungan antar ruang pori-pori dalam batuan dengan satuan Darcy. Yang dimana satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas dari suatu fluida sebesar satu sentimeter kubik perdetik dengan kekentalan sebesar satu centipoise mengalir dalam tabung berpenampang sebesar satu sentimeter di bawah gradian tekanan satu atmosfer per-sentimeter persegi. Permeabilitas sangat tergantung pada ukuran butir batuannya. Berdasarkan klasifikasi (Koesoemadinata, 1980), permeabilitas dapat dibagi menjadi beberapa kategori untuk menggambarkan karakteristik aliran fluida di berbagai jenis formasi batuan.

Persamaan Tixier 𝐾 = (250 × 𝑒

𝑠𝑤𝑖𝑟𝑟)2 ...(12) Keterangan:

K : Permeabilitas Swirr : Saturasi air sisa

e : Porositas efektif

(37)

23

Tabel 2.5 Klasifikasi Permeabilitas(koesoemadiata 1980) Nilai Permabilitas Kualitas

<1 (md) Sangat Buruk

1-50 (md) Buruk

50-200 (md) Sedang

200-500 (md) Baik

>500 (md) Sangat Baik

(38)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Perangkat Lunak

Adapun Perangkat lunak yang digunakan dalam proses pengolahan data diantaranya sebagai berikut :

a. Interactive Petrophysics V3.5

Software IP digunakan untuk menginterpretasikan kurva-kurva dari data perekaman sumur.

b. Microsoft Office

Seperangkat Microsoft Office digunakan dalam pembuatan laporan skripsi, perhitungan data, dan presentasi

c. Notepad

Software Notepad digunakan untuk menampilkan data well log dengan format berupa data LAS

3.2 Data Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data perekaman sumur (well log). Berikut kelengkapan data sumur “R” yang ditunjukkan oleh tabel berikut. Tanda (√) menyatakan ketersediaan log tersebut pada sumur penelitian.

Tabel 3.1 Kelengkapan Data Sumur "R"

DEPTH GR RDEEP DENSITY NEUTRON

√ √ √ √ √

(39)

25 3.3 Analisis petrofisika

Analisis petrofisika dilakukan dengan menginterpretasikan data dari sumur. Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona target reservoir, yang dilakukan melalui metode "quick look" menggunakan log gamma ray, log resistivitas, serta separasi antara log neutron dan log densitas. Pemilihan zona target reservoir dikategorikan dengan nilai log gamma ray rendah yang bersifat permeable), nilai log resistivitas tinggi, dan adanya separasi antara nilai log neutron rendah dan log densitas rendah. Pada zona target reservoir yang telah ditentukan kemudian dilakukan interpretasi kuantitatif dengan perhitungan parameter petrofisika berupa volume shale, porositas efektif, dan saturasi air.

Perhitungan volume shale menggunakan persamaan Harsono, 1997. Perhitungan saturasi air menggunakan persamaan Simandoux, 1963 dikarenakan adanya variasi volume shale pada zona yang dipilih dan perhitungan porositas menggunakan persamaan Tixier. Nilai ini dicari rata-ratanya untuk mendapatkan nilai petrofisika yang mewakili sumur penelitian. Dari perhitungan petrofisika yang dilakukan dapat memberikan kita kesimpiulan tentang bagaimana kondisi pada zona reservoir pada sumur kita dan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

(40)

26 3.4 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

(41)

27 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Interpretasi Data Sumur

Dalam penelitian ini, dilakukan interpretasi data sumur dengan cara quick look berdasarkan log gammaray, log resistivity, dan log neutron-density untuk mencari atau menentukan letak zona reservoir yang berpotensi mengandung cadangan hidrokarbon. Interpretasi data sumur menggunakan bantuan software Interactive Petrophysics V3.5.

Setelah itu dilakukan zonasi yang bertujuan untuk menentukan dimana letak zona potensi hidrokarbon yang terdapat dibawah permukaan sumur. Untuk mendapatkn zona potensi hidrokarbon dapat di identifikasi dengan ciri kurva log gammaray bernilai rendah yang bersifat permeable atau dianggap dengan batuan reservoir, Log resistivity dengan kurva log yang bernilai tinggi, dan adanya separasi antara log densitas dan log neutron.

Gambar 4.1 Interpretasi sumur "R" pada kedalaman 4800 -4995 m

(42)

28

Gambar 4.2 Interpretasi sumur “R” zona 1

Gambar 4.3 Interpretasi sumur “R” zona 2

Gambar 4.4 Interpretasi sumur “R” zona 3

GR Min = 19.194 GR Max = 28.9733

GR Max = 47.7583 GR Min = 20.9037

GR Min = 16.8197 GR Max = 31.881

1

1

2 1

1

(43)

29

Dari hasil interpretasi data sumur pada sumur “R” dipilih 3 zona prospek hidrokarbon dengan zona 1 di kedalaman 4817.1 – 4821.9 m memiliki ketebalan 4.8 m, zona 2 di kedalaman 4977.7 – 4981.6 m memiliki ketebalan 3.9 m, dan zona 3 di kedalaman 4988.6 - 4991.6 m memiliki ketebalan 3 m. Jenis litologi pada sumur “R” didominasi oleh batugamping yang menunjukkan bahwa di ketiga zona tersebut merupakan batuan reservoir.

4.2 Analisis Petrofisika

Dari hasil interpretasi data sumur, selanjutnya dilakukan analisis petrofisik untuk mengetahui nilai dari parameter petrofisik pada sumur “R”. Dengan menghitung nilai volume shale (Vshale), porositas, permeabilitas, dan juga saturasi air.

4.2.1 Volume Shale (Vsh)

Perhitungan volume shale bertujuan untuk mengetahui kandungan shale yang terdapat pada zona yang diteliti. Untuk menentukan nilai dari volume shale dibutuhkan nilai gamma ray maximum, gamma ray minimum dan gamma ray log pada kedalaman yang diteliti. Perhitungan volume shale dilakukan dengan menggunakan persamaan (1).

a. Zona 1

𝐼𝐺𝑅 = 𝑞22.6 − 19.1

28.9 − 19.1 𝑞= 𝑞𝟎. 𝟑𝟓𝟑 b. Zona 2

𝐼𝐺𝑅 = 𝑞29.5 − 20.9

47.7 − 20.9 𝑞= 𝑞𝟎. 𝟑𝟐𝟎 c. Zona 3

𝐼𝐺𝑅 = 𝑞23.1 − 16.8

31.8 − 16.8 𝑞= 𝑞𝟎. 𝟒𝟐𝟎

(44)

30

Tabel 4.1 Hasil perhitungan Indeks Gamma Ray Pada Sumur “R”

Sumur “R”

Zona Reservoir Depth (m) GRmax GRmin Vshale%

Zona 1 4817.1 – 4821.9 28.9733 19.194 0.353

Zona 2 4977.7 – 4981.6 47.7583 20.9037 0.320

Zona 3 4988.6 - 4991.6 31.881 16.8197 0.420 Pada perhitungan volume shale pada sumur “R” diperoleh hasil pada zona

1 dengan kategori shale, zona 2 dengan kategori shaly, dan zona 3 dengan kategori shale. Ini menunjukkan bahwa nilai volume shale pada ketiga zona terbilang dapat mempengaruhi dari porositas dan permeabilitas.

4.2.2 Porositas

Perhitungan porositas menggunakan kombinasi antara log densitas dan log neutron. Parameter yang dibutuhkan untuk menghitung porositas antara lain densitas matriks (ρma = 2,71 gr/cc), qdensitas qfluida (ρf = 1,1 gr/cc), nilai dari densitas qbulk q(ρb) per-kedalaman. Dalam perhitungan porositas densitas dilakukan dengan menggunakan persamaan (2).

a. Zona 1

𝐷2.71−2.661

2.71−1.1 = 0.030 b. Zona 2

𝐷2.71−2.550

2.71−1.1 = 0.099 c. Zona 3

𝐷2.71−2.601

2.71−1.1 = 0.067

(45)

31

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Porositas Densitas Pada Sumur “R”

Sumur “R”

Zona Reservoir Depth (m) Porositas densitas (%)

Zona 1 4817.1 – 4821.9 0.030

Zona 2 4977.7 – 4981.6 0.099

Zona 3 4988.6 - 4991.6 0.067

Dalam perhitungan porositas neutron dilakukan dengan menggunakan persamaan (3).

a. Zona 1

∅𝑁 = (1.02 × 0.013 + 0.0425) = 0.055 b. Zona 2

∅𝑁 = (1.02 × 0.031 + 0.0425) = 0.074 c. Zona 3

∅𝑁 = (1.02 × 0.031 + 0.0425) = 0.074

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Porositas Neutron Pada Sumur “R”

Sumur “R”

Zona Reservoir Depth (m) Porositas Neutron (%)

Zona 1 4817.1 – 4821.9 0.055

Zona 2 4977.7 – 4981.6 0.074

Zona 3 4988.6 - 4991.6 0.074

Dari hasil perhitungan porositas densitas dan porositas neutron diatas, dapat ditentukan nilai porositas total menggunakan persamaan (4) dan porositas efektif menggunakan persamaan (5).

(46)

32 1. Porositas Total

a. Zona 1

𝑇=0.030 + 0.055

2 = 0.043 b. Zona 2

𝑇=0.099 + 0.074

2 = 0.086 c. Zona 3

𝑇=0.067 + 0.074

2 = 0.070

2. Porositas Efektif a. Zona 1

𝑒𝑓𝑓=√0.0302+ 0.0552

2 = 0.044

b. Zona 2

𝑒𝑓𝑓=√0.0992+ 0.0742

2 = 0.087

c. Zona 3

𝑒𝑓𝑓=√0.0672+ 0.0742

2 = 0.071

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Porositas Total & Porositas Efektif Pada Sumur “R”

Sumur “R”

Zona Reservoir

Depth Porositas Total (%) Porositas Efektif (%)

Zona 1 4817.1 – 4821.9 0.043 0.044

Zona 2 4977.7 – 4981.6 0.086 0.087

(47)

33

Zona 3 4988.6 - 4991.6 0.070 0.071

pada hasil perhitungan porositas efektif pada sumur "R" diperoleh hasil pada zona 1 dengan kategori diabaikan, zona 2 dengan kategori buruk, dan zona 3 dengan kategori buruk. Ini menunjukkan bahwa nilai porositas pada ketiga zona terbilang tidak cukup baik.

4.2.3 Saturasi Air

Untuk menentukan saturasi air dibutuhkan nilai dari data-data seperti nilai resistivitas air (Rw), tortuositas (a), faktor sementasi (m), dan eksponen saturasi (n). Perhitungan Rw diperoleh dari data lapangan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan dari sumur “R” dengan menggunakan metode pickett plot. Dengan hasil dari nilai Rw sebesar 0.03 ohmm yang telah diperkirakan pada bagian clean water bearing pada formasi intramungaro. Setelah itu juga didapatkan nilai dari a

= 1, m = 2, dan n = 2 yang didapatkan dari variabel batuan karbonat.

Gambar 4.5 Pickett plot pada sumur “R”

(48)

34

Dari gambar hasil pencarian nilai Rw diatas dapat ditentukan nilai Saturasi air-nya menggunakan persamaan simandoux (10) dikarenakan zona tiap titik terdapat kandungan shale.

a. Zona 1

𝑆𝑤 = 1 × 0.03

2 × 0.0442[√(0.353 1328.9)

2

+ 4 × 0.0442

1 × 0.03 × 106.1− 0.353

1328.9] = 0.374

b. Zona 2

𝑆𝑤 = 1 × 0.03

2 × 0.0872[√(0.320 3575.6)

2

+ 4 × 0.0872

1 × 0.03 × 348.0− 0.320

3575.6] = 0.105

c. Zona 3

𝑆𝑤 = 1 × 0.03

2 × 0.0712[√(0.420 2355.4)

2

+ 4 × 0.0712

1 × 0.03 × 133.1− 0.420

2355.4] = 0.211

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Saturasi Air Pada Sumur "R"

Sumur “R”

Zona Reservoir Depth Saturasi Air (%)

Zona 1 4817.1 – 4821.9 0.374

Zona 2 4977.7 – 4981.6 0.105

Zona 3 4988.6 - 4991.6 0.211

pada hasil perhitungan saturasi air pada sumur "R" diperoleh hasil pada zona 1 yang diperkirakan fluida pengisinya minyak dan gas, zona 2 yang diperkirakan fluida pengisinya minyak, dan zona 3 yang diperkirakan fluida pengisinya gas.

(49)

35 4.2.4 Permeabilitas

Nilai dari permeabilitas perlu diketahui agar batuan tersebut ketat atau tidak sehingga dapat dialiri oleh fluida. Dalam perhitungan permeabilitas menggunakan persamaan (12).

a. Zona 1

𝐾 = (2500.044 21.9)

2

= 0.263

b. Zona 2

𝐾 = (2500.087 11.0)

2

= 3.930

c. Zona 3

𝐾 = (2500.071 13.6)

2

= 1.691

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Permeabilitas Pada Sumur "R"

Sumur “R”

Zona Reservoir Depth Permeabilitas (mD)

Zona 1 4817.1 – 4821.9 0.263

Zona 2 4977.7 – 4981.6 3.930

Zona 3 4988.6 - 4991.6 1.691

pada hasil perhitungan permeabilitas pada sumur "R" diperoleh hasil pada zona 1 dengan kategori buruk, zona 2 dengan kategori sangat buruk, dan zona 3 dengan kategori buruk. Ini menunjukkan bahwa nilai permeabilitas pada ketiga zona pada batuan terbilang cukup ketat.

(50)

36 BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan perhitungan nilai parameter petrofisika pada sumur R menggunakan data wireline log yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil interpretasi data sumur pada sumur R, diperoleh tiga zona potensi reservoir dengan zona 1 pada kedalaman 4817.1 - 4821.9 m dengan ketebalan 4,8 m, zona 2 pada kedalaman 4977.7 - 4981.6 m dengan ketebalan 3,9 m, zona 3 pada kedalaman 4988.6 - 4991.6 m dengan ketebalan 3 m. Zona potensi ini berada pada lapisan batugamping dengan keterdapatan shale dan selipan batu pasir didalamnya.

2. Hasil analisa kuantitatif parameter petrofisika dari tiga zona yang didapapatkan, dengan zona 1 Vshale = 0.353%,øeff = 0.044%, K = 0.263 mD, Sw = 0.374%; zona 2 Vshale = 0.320%, øeff = 0.087%, K = 3.930, mD Sw = 0.105%; zona 3 Vshale = 0.420%, øeff = 0.071%, K = 1.691, mD Sw = 0.211%.

3. Dari parameter yang didapat menunjukkan bahwa nilai petrofisika dari ketiga zona ini memiliki nilai porositas efektif rata-rata yang terdapat yaitu 6.7% dengan nilai saturasi air (simandoux) rata-rata 23% yang menandakan bahwa ketiga zona potensi ini menunjukkan pori batuan dominan terisi oleh hidrokarbon. Sehingga area sumur R layak untuk dikembangkan atau dilakukan analisis lebih lanjut dikarena kan di sekitaran area sumur R kemungkinan masih terdapat area atau lapangan dengan zona yang lebih prospek dari sumur R.

(51)

37 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sumur “R”, berikut beberapa saran yang dapat diberikan :

1. Diharapkan penelitian berikutnya yang menggunakan data open source terutama untuk mencari sumur dengan zona prospek bisa mendapatkan atau mencari sumur dengan zona prospek yang banyak, agar penelitian atau hasil perhitungan petrofisika bisa lebih memuaskan.

2. Diharapkan penelitian berikutnya lebih detail mengolah dta open source agar wawasannya semakin meningkat.

(52)

38

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aprilia, R., Dewanto, O., Karyanto, K., Ramadhan, A., 2020. Analisis petrofisika dan penyebab low resistivity reservoir zone berdasarkan data log, sem, xrd dan petrografi pada lapangan x sumatera selatan. Jge j.

Geofis. Eksplor. 4, 144–158. https://doi.org/10.23960/jge.v4i2.13

[2] Asquith, G., Krygowski, D., 2004. Basic Well Log Analysis : Second Edition.

The American Association of Petroleum Geologists (AAPG), Oklahoma.

[3] Australian Government, 2023. Geoscience Australia [WWW Document]. URL https://www.ga.gov.au/scientific-topics/energy/province-sedimentary- basin-geology/petroleum/acreagerelease/roebuck (accessed 10.11.24).

[4] Bernecker, T., 2019. Australia: Update on current and emerging oil & gas opportunities.

[5] Carnarvon Petroleum Ltd [WWW Document], 2019a. URL https://www.asx.com.au/asxpdf/20191016/pdf/449k6qv6ykdvwy.pdf (accessed 10.8.24).

[6] Dewanto, O., 2016. Petrofisika Log Edisi 1. Universitas Lampung. Lampung.

[7] Harsono, A., 1997. Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Revisi-8 Mei 1997.

ed. Jakarta: Schlumberger Oilfield Service.

[8] Hocking, R.M., Mory, A.J., Williams, I.R., 1994. An Atlas of Neoproterozoic and Phanerozoic Basins of Western Australia, in: An Atlas of Neoproterozoic and Phanerozoic Basins of Western Australia.

[9] Kamel, M.H., Mabrouk, W.M., 2003. Estimation of Shale Volume Using a Combination of the Three Porosity Logs. J. Pet. Sci. Eng. 40, 145–157.

[10] Kelemen, S., 2016. 2015 PESA industry exploration review. APPEA J. 56(1), 505–514.

[11] Koesoemadinata, 1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua.

[12] Maulana, M.I., Utama, W., Hilyah, A., 2017. Analisis Petrofisika dan Penentuan Zona Potensi Hidrokarbon Lapangan “Kaprasida” Formasi

(53)

39

Baturaja Cekungan Sumatera Selatan. J. Tek. ITS 5.

https://doi.org/10.12962/j23373539.v5i2.18238

[13] Nguyen, D., Rollet, N., Grosjean, E., Edwards, D.S., Abbott, S., Orlov, C., Buckler, T., 2019. The Roebuck Basin, Beagle and Barcoo Sub-basin well folio. APPEA J. 59(2), 920–927.

[14] Rider, M., 2002. The Geological Interpretation of Well Logs. Rider-French Consulting Ltd.

[15] Rider, M., 1996. The Geological Interpretation of Well Logs. 2nd Edition.

Rider-French Consulting Ltd.

[16] Schlumberger, 1989. Log Interpretation Principles/Application. Seventh Printing, Texas.

[17] Serra, O., 1984. Fundamentals of Well-Log Interpretation, Volume 1: The Aquisition of Logging Data (Developments in Petroleum Science 15A).

(54)

40 LAMPIRAN

Lampiran 1 : Legalitas Data

Link : https://public.neats.nopta.gov.au/nopims Link Well Hannover South 1 :

https://dnxxuwuw8tglo.cloudfront.net/Wells/P00706975.zip

(55)

41

Lampiran 2 :

Data sumur Hannover south 1

(56)

42

Lampiran 3 : Data Sumur “R” per-zona 1. Zona 2, 4817.1 – 4821.9 m

DEPTH CALIPER DENSITY DTC GR NEUTRON PEF RDEEP RMED RSHAL 4817.135 8.793553 2.667946 176.5042 19.19401 0.015532 4.150954 44.0218 56.30772 168.3973 4817.212 8.795951 2.665436 175.3583 19.65164 0.014383 4.172115 48.38294 62.07223 180.9111 4817.288 8.799009 2.661584 174.553 20.32836 0.013587 4.121198 53.01782 68.07542 191.9881 4817.364 8.803654 2.657142 173.9221 20.69211 0.012917 3.991532 57.88887 74.24483 202.9927 4817.44 8.809239 2.65338 173.462 20.74087 0.012266 3.827234 63.07512 80.67507 215.0028 4817.516 8.815078 2.651083 173.1762 20.52183 0.011626 3.654814 68.53825 87.29092 228.3736 4817.593 8.820024 2.651464 173.0679 20.16141 0.011009 3.516317 74.35791 94.14571 243.7265 4817.669 8.821188 2.655283 173.0171 19.99919 0.010592 3.448663 80.64248 101.3454 261.8266 4817.745 8.818343 2.660608 172.9964 20.00722 0.010358 3.426481 87.36833 108.8446 281.6337 4817.821 8.811817 2.66661 172.995 20.12358 0.010264 3.436583 94.3956 116.3043 300.2098 4817.897 8.802305 2.672317 173.0003 20.25347 0.010241 3.461695 101.4443 123.1072 312.2646 4817.974 8.791688 2.675815 173.0232 20.22401 0.010034 3.473181 108.4087 128.7836 312.0136 4818.05 8.782278 2.677746 173.0749 20.12332 0.009681 3.476502 115.6346 134.1421 307.497 4818.126 8.775208 2.678759 173.1531 19.97978 0.00926 3.479102 123.0885 139.3463 301.2244 4818.202 8.771539 2.679539 173.2529 19.82162 0.008855 3.488882 130.7205 144.5755 295.4776 4818.278 8.773068 2.681069 173.3405 19.69403 0.008648 3.523294 138.6221 150.0336 292.9989 4818.355 8.777052 2.68232 173.3656 19.60619 0.008546 3.572883 146.4197 154.8361 290.257 4818.431 8.782306 2.682693 173.3251 19.58194 0.008461 3.623978 153.6847 158.5112 286.2733 4818.507 8.787876 2.681829 173.2199 19.64114 0.008313 3.664739 159.6633 160.6301 280.3614 4818.583 8.792061 2.679917 173.0679 19.82641 0.007902 3.6673 160.6544 160.3236 271.6429 4818.659 8.795361 2.678313 172.8959 20.07883 0.007432 3.651408 159.2589 158.5811 263.4633 4818.736 8.798611 2.677321 172.7262 20.36459 0.007098 3.641252 157.408 156.7406 257.9489 4818.812 8.80211 2.676756 172.569 20.64982 0.007054 3.650634 156.2641 155.7078 256.7257 4818.888 8.805914 2.675234 172.4273 20.84594 0.007579 3.695151 157.3636 156.9861 263.3476 4818.964 8.810041 2.671458 172.3371 20.81125 0.008555 3.747073 160.0488 159.923 277.6898 4819.04 8.813822 2.666261 172.2751 20.63066 0.009588 3.778276 162.1482 162.2829 294.4688 4819.117 8.816832 2.660339 172.2385 20.38482 0.01047 3.776719 162.818 163.1469 310.1051 4819.193 8.818354 2.655012 172.2341 20.23118 0.01088 3.727256 161.2646 161.5657 318.0497 4819.269 8.818155 2.651735 172.4297 20.45437 0.010609 3.638176 159.5057 156.9544 309.5513 4819.345 8.816867 2.648685 172.7398 20.92801 0.010121 3.53971 156.0593 150.1338 288.0679 4819.421 8.814857 2.645534 173.1514 21.612 0.009608 3.442676 149.9757 140.938 255.4314 4819.498 8.812573 2.64211 173.6584 22.46395 0.00928 3.358207 140.2809 129.1064 214.4487 4819.574 8.81029 2.63979 174.2496 23.36552 0.009594 3.300993 129.621 117.4465 178.9009 4819.65 8.808505 2.639 174.8506 24.14522 0.010317 3.258612 120.2822 107.5723 151.3553

(57)

43

DEPTH CALIPER DENSITY DTC GR NEUTRON PEF RDEEP RMED RSHAL 4819.726 8.8075 2.639779 175.459 24.76072 0.011359 3.22277 112.7121 99.69241 130.8337 4819.802 8.807561 2.642086 176.0725 25.17911 0.01262 3.184768 107.2168 93.91819 116.3713 4819.879 8.809463 2.644749 176.6243 25.38288 0.013852 3.130739 105.1545 91.35538 109.23 4819.955 8.812459 2.647432 177.1385 25.5437 0.014834 3.070076 105.1003 90.59835 105.7558 4820.031 8.81573 2.650563 177.6065 25.67328 0.015566 3.015391 106.7883 91.38789 105.2311 4820.183 8.819751 2.660673 178.2041 25.74259 0.01638 2.982339 115.2496 97.53418 113.0265 4820.26 8.818804 2.667681 178.2431 25.48825 0.0166 3.028652 119.8092 101.6989 120.8088 4820.336 8.816736 2.673666 178.1172 25.03184 0.016653 3.10358 122.6824 105.3356 129.6987 4820.412 8.814195 2.6775 177.8418 24.41013 0.016487 3.202195 123.1675 107.8741 138.8368 4820.488 8.812293 2.6775 177.5045 23.7405 0.01597 3.325093 120.5251 108.4466 146.2755 4820.564 8.810712 2.673959 177.2232 23.36296 0.015195 3.460224 115.712 107.4582 151.6094 4820.641 8.808785 2.668761 177.0261 23.27266 0.01434 3.579766 110.991 106.4032 156.8756 4820.717 8.806167 2.663 176.8999 23.45079 0.013497 3.668833 107.6028 106.0286 163.5222 4820.793 8.802343 2.658412 176.7958 23.85344 0.012793 3.704774 107.46 107.4104 174.2325 4820.869 8.797152 2.657307 176.6347 24.27159 0.012377 3.693107 111.192 111.0517 192.2304 4820.945 8.791824 2.658588 176.3766 24.58871 0.012134 3.674705 113.1939 114.5954 213.6438 4821.022 8.787142 2.661251 176.1044 24.77701 0.012077 3.665437 111.6854 116.8321 234.8425 4821.098 8.784098 2.663915 175.9552 24.81547 0.012245 3.682939 105.3579 116.3019 249.3327 4821.174 8.784369 2.663632 175.9668 24.74528 0.012861 3.73101 93.79188 108.9901 239.5526 4821.25 8.78575 2.661226 176.2063 24.66935 0.01375 3.765524 80.84241 98.61776 216.1474 4821.326 8.787395 2.657525 176.6048 24.6058 0.014894 3.768901 68.20896 86.61659 185.2275 4821.403 8.7885 2.653398 177.0923 24.57359 0.016286 3.726841 56.8938 74.17867 152.473 4821.479 8.7885 2.650734 177.662 24.69067 0.018014 3.63172 47.61839 62.66564 125.3107 4821.555 8.789327 2.649449 178.3368 24.99772 0.019923 3.527503 40.13451 52.80182 104.6206 4821.631 8.792029 2.648844 179.082 25.47803 0.021977 3.428878 34.09099 44.69089 88.89632 4821.707 8.797197 2.64839 179.8767 26.12047 0.024151 3.346941 29.21124 38.18195 77.01038 4821.784 8.804462 2.647243 180.7245 26.92673 0.026445 3.299529 25.35409 33.0732 68.4285 4821.86 8.8117 2.6464 181.6736 27.86414 0.028772 3.2838 22.16239 28.72695 61.49053 4821.936 8.817846 2.645819 182.6553 28.97332 0.031216 3.285415 19.45125 24.96447 55.55302

Referensi

Dokumen terkait