• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN UJI LENGKUNG (BENDING) Pendidikan Diploma IV

N/A
N/A
larsen445

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN UJI LENGKUNG (BENDING) Pendidikan Diploma IV"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN UJI LENGKUNG (BENDING)

Program Pendidikan Diploma IV Pada

Program Studi : Produksi dan Perawatan Jurusan : Teknik Mesin

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Oleh:

MUHAMMAD AZZIS HUSIEN NIM : 18 641 040

JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

2019

(2)

LAPORAN UJI LENGKUNG (BENDING)

Program Pendidikan Diploma IV Pada

Program Studi : Produksi dan Perawatan Jurusan : Teknik Mesin

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Oleh:

MUHAMMAD AZZIS HUSIEN NIM : 18 641 040

JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

2019

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

(4)

KATA PENGANTAR

Samarinda, 13 April 2019

Muhammad Azzis Husien

(5)

DAFTAR ISI

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hal ini sangat diperlukan agar tujuan dari pelaksaan praktek dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan sesuai dengan tuntutan kurikulum dari pemerintah dan tuntutan dari industry maka setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti kegiatan uji coba di laboratorium pengujuian bahan. Dengan adanya praktikum ini,maka kemampuan mahasiswa untuk menganalisa setelah melakukan praktek semakin berkembang. Ini merupakan bekal seorang mahasiswa yang akan terjun kedunia industri setelah tamat nanti.Apalagi dewasa ini Dunia industri sangat selektif dalam menerima tenaga kerja yang akan ditempatkan pada perusahaannya. Jadi bukan hal yang mudah bagi kita untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang kita miliki. Oleh karena itu dengan berbekal ilmu inilah agar mahasiswa dapat bersaing dengan lulusan perguruan tinggi lainnya.Seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, maka sangat dibutuhkan seseorang yang bisa memperhitungkan kekuatan kontruksi dari suatu elemen mesin dari suatu bahan yang akan dibuat. Makanya karakteristik dari suatu bahan harus diketahui baik beban maksimalnya, daerah elastisitas dan plastisnya,momen inersia dan lainnya agar kontruksi tersebut tidak gagal dan aman.

Dari pengujian lengkung inilah kita dapat mengetahui berapa kekuatan dari suatu bahan, atau aplikasi dari sebuah material sangat dipengaruhi oleh sifat fisis dan mekanis dari material tersebut. Sifat fisis dan mekanis dari sebuah material dapat diketahui apabila sudah dilakukan pengujian. Tujuan dari dilakukannya suatu pengujian mekanis adalah untuk menentukan respon material dari suatu konstruksi, komponen atau rakitan fabrikasi pada saat dikenakan beban atau deformasi dari luar.

Dalam hal ini akan ditentukan seberapa jauh perilaku inheren (sifat yang lebih merupakan ketergantungan atas fenomena atomik maupun mikroskopis dan bukan dipengaruhi bentuk atau ukuran benda uji) dari material terhadap pembebanan tersebut.

Bahan mengalami beban lentur mengukur sifat mekanik tes, sifat mekanik bahan dari metode dasar pengujian. Uji tekuk terutama digunakan untuk penentuan

(7)

kerapuhan dan bahan plastik rendah (seperti besi cor, baja karbon tinggi, baja perkakas, dll) dan kekuatan lentur dari indeks plastisitas dapat mencerminkan defleksi. Uji lengkung dapat digunakan untuk memeriksa kualitas permukaan material. Uji tekuk pada mesin universal, ada tiga titik lentur dan empat titik lentur modus macam-beban dua. Spesimen dengan lingkaran dan persegi panjang penampang, rentang tes biasanya 10 kali diameter. Untuk bahan rapuh - Bend tes umumnya hanya sejumlah kecil deformasi plastis dapat dimusnahkan dan tidak dapat diukur untuk bahan plastik dari kekuatan fraktur lentur, tetapi dapat menguji daktilitas dan kelenturan homogenitas dan keseragaman. Uji tekuk dari bahan plastik yang disebut uji lengkung dingin. Selama pengujian, sampel dimuat, membungkuk sampai batas tertentu, permukaan sampel diamati untuk retak.

Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik di weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Kekuatan tarik (Tensile Strength)

2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.

3. Tegangan luluh (yield).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pratikum ini adalah sebagai berikut 1.Mempelajari defleksi pada batang

2. Mempelajari pengaruh momen inersia,

3. Mempelajari pengaruh pembebanan dan letak tumpuan 4. Menghitung modulus elastisitas bahan.

5. Membuat diagram pembebanan dengan defleksi

6. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam pengujian lengkung ( bending test ).

7. Mahasiswa mampu menganalisa cacat yang terjadi pada pengelasan suatu material.

8. Mahasiswa mampu menganalisa kriteria kelulusan hasil pengujian berdasarkan standart ASME XI.

(8)

1.3 Manfaat

Manfaat yang di dapat dari praktikum ini dalam pengembangan akademis dan industri adalah:

1. Pengembangan Akademis

Manfaat penelitian bagi penulis adalah dapat menerapkan

ilmu yang telah dipelajari dan di masa yang akan datang dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan pengetahuan tentang teknologi uji bending.

2. Pengembangan Industri

Dari dilakukannya praktikum ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada dunia pengujian logam, yang pada akhirnya dapat bermanfaat untuk kemajuan dunia industri dan teknologi.

(9)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Uji Bending

Uji lengkung ( bending test ) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik di weld metal maupun HAZ. Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2 yaitu transversal bending dan longitudinal bending.

2.1.1 Transversal Bending

Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian transversal bending dibagi menjadi tiga :

a. Face Bend ( Bending pada permukaan las )

Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las

mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan ( gambar 5.1 ).

Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik. Apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fussion line (garis perbatasan WM dan HAZ ).

b. Root Bend ( Bending pada akar las )

Dikatakan roote bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan ( gambar 5.2 ).

Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ)

c. Side Bend ( Bending pada sisi las ).

Dikatakan side bend jika bending dilakukan pada sisi las ( gambar 5.3 ).

Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/4 inchi (19 mm). Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak.

(10)

Jika timbul retak dimanakah letaknya,apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

2.1.2 Longitudinal Bending

Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah pengelasan berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian longitudinal bending dibagi menjadi dua :

a. Face Bend (Bending pada permukaan las)

Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan ( gambar 5.4 ). Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

b. Root Bend (Bending pada akar las)

Dikatakan root bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan ( gambar 5.5 ). Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

2.2 Tegangan Lengkung

Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang dalam keadaan ditumpu. Jadi, merupakan tegangan tangensial.

Mb = momen lengkung = RA.1/2 L

Wb = momen tahanan lengkung momen tahanan lengkung (Wb) = I/c

c = jarak dari sumbu netral ke lapisan terluar (untuk bahan berpnampang bulat c = ½ d)

I = momen inersia ( bahan berpenampang bulat I = π/64. D4 ) Wb = π/64. D4

½.d

(11)

Wb = π /32. D3 = 0,1 d3

Untuk penampang lain, dapat dicari dari tabel momen inersia terhadap garis yang melalui titik pusatnya

(12)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Alat Dan Bahan 1. Mesin Uji Bending 2. Jangka sorong 3. Spidol

4. Penggaris 5. Mesin potong 6. Mesin bubut

3.2 Tempat Dan Waktu Pengujian 3.3 Langkah Kerja

3.4 Tabel Pengujian

(13)

BAB IV PEMBAHASAN

(14)

BAB V PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait