LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA UJI KUALITATIF PROTEIN
Dosen Pengampu : Apt. Nenden Nurhasanah, M.Farm Disusun oleh : Kelompok 4
1. Caca Fazia (231030790695) 2. Cici Chaerani (231030790689) 3. Dewi Astagina (231030791104)
4. Herlina (231030790686)
5. Khoirunnisa (231030790694) 6. Pingkan Maulina P (2310307906960 7. Siti Nurazizah A (231030790705)
Kelas : 01FKKP005/1E
STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG PROGRAM STUDI S1 FARMASI KLINIK KOMUNITAS
TAHUN AJARAN 2023/2024
Jl. Pajajaran, No. 1, Pamulang Barat., Kec. Pamulang., Kota Tangerang Selatan., Banten 15411
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun Laporan Praktikum Biokimia ini dengan tepat waktu. Laporan ini berisi tentang penjelasan praktikum mengenai "UJI KUALITATIF PROTEIN”.
Kami menyadari ada kekurangan pada Laporan Praktikum ini. Oleh sebab itu saran dan kritik senantiasa diharapkan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki dan mengembangkann laporan praktikum ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam penyusunan Laporan Praktikum ini. Serta kami berharap semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Tangerang Selatan, 7 Oktober 2023
Tim Penyusun Laporan Mata kuliah Biokimia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI...
BAB I PENDAHULUAN...
1.1 Latar Belakang...
1.2 Rumusan Masalah...
1.3 Tujuan...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...
2.1 Dasar Teori...
2.2 Klasifikasi...
BAB III METODE PERCOBAAN...
3.1 Waktu dan Tempat...
3.2 Alat dan Bahan...
3.3 Prosedur Kerja...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...
4.1 Hasil Pengamatan...
a. Uji Biuret (Albumin, Casein, dan Asam amino)...
b. Uji Biuret (Urea)...
c. Uji Pengendapan Logam (Albumin)...
d. Uji Isolektrik (Casein)...
4.2 Pembahasan...
a. Uji Biuret (Albumin, Casein, dan Asam amino)...
b. Uji Biuret (Urea)...
c. Uji Pengendapan Logam (Albumin)...
d. Uji Isoleketrik (Casein)...
BAB V PENUTUP...
5.1 Kesimpulam...
5.2 Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
...Kuantitatif artinya berdasarkan jumlah atau banyaknya. Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang mengambil data dalam jumlah yang banyak.
Bisa puluhan, ratusan, atau mungkin ribuan. Hal ini dikarenakan populasi responden penelitian kuantitatif sangat luas.
Uji kuantitatif protein adalah metode laboratorium yang digunakan untuk mengukur jumlah protein dalam suatu sampel. Latar belakangnya melibatkan pemahaman tentang struktur protein, fungsi protein dalam organisme, dan pentingnya mengukur protein dalam berbagai konteks, seperti penelitian biologi, diagnostik medis, atau pemantauan kualitas produk makanan.
Beberapa metode umum yang digunakan untuk uji kuantitatif protein melibatkan spektrofotometri, elektroforesis gel, atau teknik berbasis antigen- antibodi seperti ELISA. Dari hasil uji ini dapat memberikan wawasan penting dalam pemahaman lebih lanjut tentang Uji Kuantitatif Protein.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengukur konsentrasi protein secara kualitatif dalam sampel.
2. Senyawa apa yang terbentuk dan warna apa yang terjadi?
3. Bagaimana caranya mengetahui bahwa di dalam sampel terdapat kandunggan protein atau tidak?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengukur konsentrasi protein secara kualitatif dalam sampel.
2. Untuk mengetahui perubahan warna apa saja yang terjadi.
3. Untuk mengetahui bahwa kandungan protein didalam sampel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel hidup dan merupakan 50 persen atau lebih dari berat kering sel. Protein ditemukan di dalam semua sel dan semua bagian sel. Protein juga amat bervariasi, ratusan jenis yang berbeda dapat ditemukan dalam satu sel. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Beberapa protein mengandung gugus kimia lain disamping asam amino yaitu unsur-unsur fosfor, besi, sulfur, iodium dan kobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16%
dari berat protein.
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam- asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak memiliki oleh lemak atau karbohidrat. Struktur protein yang terdiri dari polipeptida yang mempunyai rantai yang amat panjang, tersusun atas banyak unit asam amino.
Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein dan dibagi dalam dua komponen yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial.
Asam amino esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh sehingga harus ditambahkan dalam bentuk asupan makanan, sedangkan asam amino non esensial dapat diproduksi dalam tubuh. Asam amino umumnya berbentuk serbuk dan mudah larut dalam air, namun tidak larut dalam pelarut organik non polar.
Protein menjadi sumber nutrisi yang paling baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, kemudian mikroorganisme tersebut akanmenguraikan protein menjadi metabolit berbau busuk, seperti indol, kadeverin, asam-asam organik, CO2, H2S, dan sketol. Jika asam amino, peptida, dan senyawa-ssenyawa organik
bermolekul rendah telah habis maka mikroorganisme akan menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang mampu memecahkan protein bermolekul tinggi menjadi oligopeptida dan asam-asam amino bebas yang nantinya juga akan dimanfaatkan oleh mikro organisme sebagai energi. Pada mekanisme reaksi tersebut akan menghasilkan air, dan secara otomatis konsentrasi protein akan menurun.
Protein dalam tubuh berguna sebagai zat pembangun atau pertumbuhan karena protein merupakan pembentuk jaringan baru dalam tubuh terutama pada bayi, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui dan orang yang baru sembuh dari penyakit. Protein juga berfungsi sebagai pengatur dalam metabolisme tubuh.
Selain itu protein juga merupakan komponen pembentuk antibodi untuk mempertahankan daya tahan tubuh
2.2 Klasifikasi
a. Uji Reaksi Beuret
... Uji biuret digunakan untuk menguji kadar protein. Protein sendiri terdiri dari ikatan peptida. Semakin panjang ikatan peptida atau semakin besar kadar
protein di dalam sample, semakin intensif warna ungu yang dihasilkan dari hasil reaksi dengan larutan biuret ini. Uji ini umum bagi protein dan positif untuk semua senyawa yang mengandung dua atau lebih ikatan peptide.
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap asam amino dan protein. Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan albumin, pereaksi NaOH, CuSO4, asam amino dan Kristal urea.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan kualitatif.
... Larutan protein dalam basa kuat yang diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer akan membentuk warna ungu dan reaksi ini dinamakan reaksi
Biuret. Biuret dihasilkan dengan memanaskan urea pada suhu kira-kira 180 oC .
Reaksi Biuret terjadi karena pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus – CO dan – NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Dipeptida dan asam- asam amino (kecuali histidin, serin dan tirosin) tidak memberikan reaksi positif terhadap uji ini.
b. Uji Pengendapan Logam
Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi. Logam berat merupakan bahan pencemar yang berbahaya, bersifat toksik dan dapat mempengaruhi berbagai aspek di perairan baik dari segi biologis maupun ekologis ada dua jenis logam berat yaitu logam berat esensial dan logam berat non esensial. Logam berat esensial adalah logam dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh organisme namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menjadi toksik seperti tembaga (Cu), dan Mangan (Mn). Sedangkan logam berat non esensial adalah logam yang keberadaanya belum diketahui manfaatnya bagi tubuh organisme seperti timbal (Pb), kromium (Cr), merkuri (Hg), Arsen (As) dan Cadmium (Cd).
Kation-kation logam berat seperti Hg2+, Pb (Timbal), Cu (Tembaga), Ag (Perak), Au (Emas), Pt (Platina), dan lain-lain dapat mengendapkan protein dalam suasana basa. Kation besar dapat merusak interaksi ionik yaitu menetralisir muatan negatif dalam protein sehingga terjadi denaturasi. Ion- ion ini juga dapat mendenaturasi protein karena bereaksi dengan gugus –SH membentuk sulfida.
c. Uji Isoelektrik
Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang selama proses ionisasi terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka matan partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi negatif.
Titik Isoelektrik dapat ditentukan berdasarkan kekeruhan dan endapan karena pada titik dekat isoelektrik akan terjadi gaya tolak-menolak elektrostatik yang menyebabkan kelarutan minimum, sehingga terjadi kekeluhan. Setiap jenis protein memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda.
Pada titik isoelektrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga tidak bergerak kearah elektroda positif maupun negative apabila ditempatkan diantara kedua elektroda tersebut. Protein mempunya titik isoelektrik dapat ditentukan berdasar kekeruhan dan endapan karena pada titik dekat isoelektrik akan terjadi gaya tolak-menolak elektrostatik yang menyebabkan kelarutan minimum, sehingga terjadi kekeruhan. Setiap jenis protein memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda.
Pada titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut. Protein mempunyai titik isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik ini. Pada pH di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik isolistrik, protein bermuatan positif.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari senin tanggal 2 Oktober 2023. Pukul 13.50 s.d.15.50. Bertempat di ruangan 104 Laboratorium Biologi Kimia STIKES Widya Dharma Husada Tanggerang.
3.2 Alat dan Bahan a. Alat Praktikum
No .
Nama Alat Fungsi Alat
1. Tabung reaksi Untuk mereaksikan suatu sampel 2. Rak tabung reaksi Untuk menaruh tabung reaksi
3. Pipet tetes Untuk memindahkan suatu zat ke wadah 4. Beaker glass Wadah pemanas
5. Lampu Spiritus Untuk pemanasan
6. Kaki tiga Untuk menahan kawat kasa dalam pemanas 7. Kasa kawat Untuk menyangga beaker glass
8. Penjepit kayu Untuk menjepit tabung reaksi saat dipanaskan dan memindahkan tabung yang telah dipanaskan atau pun saat proses pemanasan
b. Bahan Praktikum
10% NaOH
0,1% CuSO4
Sampel : albumin 2%, kasein 2%, asam amino
Albumin 2%
Pb-Asetat 2%
HgCl2 2%
FeCl3 2%
CuSO4 2%
0,5 % Kasein
Asam Asetat 0,1 N
Natrium Asetat 0,1 N 3.3 Prosedur Kerja
a. Biuret (Albumin, Casein, dan Asam amino)
Siapkan 3 tabung reaksi
Diberi label sesuai dengan sampel
Dikocok
Diamati timbulnya warna
Dicatat hasil pengamatan pada data hasil pengamatan Tabung
3 ml sampel 1 ml NaOH
10%
20 tetes larutan CuSO4
Hasil
b. Biuret (Urea)
Pembuatan larutan urea
Panaskan menggunakan spiritus tunggu sampai mendidih Dinginkan dan amati bau nya
Pembuatan pencampuran sampel biuret dengan larutan urea
Siapkan 1 tabung reaksi
Amati Perubahan warna yang terjadi Beaker glass
Urea 1 spatula 10 ml Aquadest
Hasil
Tabung
1 ml sampel 1 ml NaOH
Tambahkan CuSO4 Sedikit demi sedikit
Hasil
c. Pengendapan Logam (Albumin)
Siapkan 4 tabung reaksi
d. Isoelektrik (casein)
Siapkan 5 tabung reaksi
Dikocok selama 30 menit amati pembentukan endapan/ kekeruhan Dipanaskan diair mendidih selama 30 menit amati pembentukan endapan/kekeruhan
Angkat lalu di diamkan sampai dingin Tabung
1 ml albumin
Tetesan CuSO4 2%
Tetesan FeCl3 2%
Tetesan HgCl2 2%
Tetesan Pb Asetat 1%
Hasil Tabung
5 ml Casein 0,5 %
1 ml Buffer Asetat pH 6,0 1 ml Buffer Asetat pH 5,0 1 ml Buffer Asetat pH 4,1 1 ml Buffer Asetat pH 3,8 1 ml Buffer Asetat pH 3,0
Amati Pembentukan endapan/ kekeruhan
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Uji Biuret (Albumin, Casein, dan Asam amino)
Percobaan Hasil Gambar Keterangan
3 ml albumin + 1 ml NaOH + 1 ml CuSO4
3 ml Casein + 5 tetes NaOH + 10 Tetes CuSO4
3 ml asam amino + 10 tetes NaOH + 11 tetes CuSO4
Keterangan
b. Uji Biuret (Urea)
Percobaan Hasil Gambar Keterangan
1 ml Urea + 1ml NaOH + tetesan CuSO4
Keterangan
c. Uji Pengendapan Logam (Albumin)
Percobaan Hasil Gambar Keterangan
Hasil
1 ml albumin + Tetesan CuSO4 2%
1 ml albumin + Tetesan FeCl3 2%
1 ml albumin + Tetesan HgCl 2%
1 ml albumin + Tetesan Pb Asetat 1%
Keterangan
d. Uji Isoelektrik (Casein)
Pembahasan Hasil Gambar Keterangan
5 ml casein 0,5% + 1 ml Buffer asetat pH 6,0
5 ml casein 0,5% + 1 ml Buffer asetat pH 5,0
5 ml casein 0,5% + 1 ml Buffer asetat pH 4,1
5 ml casein 0,5% + 1 ml Buffer asetat pH 3,8
5 ml casein 0,5% + 1 ml Buffer asetat pH 3,0
Keterangan
4.2 Pembahasan
a. Uji Biuret (Albumin, Casein, dan Asam amino)
Prinsip Uji Biuret adalah menguji ada tidaknya ikatan peptida pada suatu sampel protein. Caranya mereaksikannya dengan CuSO, (reagen bluret) dalam suasana basa. Reaksi yang terjadi adalah ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein bereaksi dengan CuSO, (Cu) dan dibantu NaOH sebagai alkalis akan membentuk senyawa kompleks bewarna ungu. Mekanisme Uji Biuret adalah up ini didasarkan pada pembentukan kompleks Cu yang dihasilkan dan CuSO, dengan gugus CO dan NH pada ikatan peptida sampel dalam suasana basa, sehingga menghasilkan senyawa kompleks bewarna ungu.
b. Uji Biuret (Urea)
c. Uji Pengendapan Logam (Albumin) d. Uji Isoelektrik (Casein)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran