• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum EDIBLE COATING

N/A
N/A
Ahmad A. Faiq

Academic year: 2023

Membagikan "Laporan Praktikum EDIBLE COATING"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa, 5 April 2022

Teknologi Pengemasan Dosen : Dr. Indah Yuliasih, STP, MSI, IPM

(TIN 242) Gol/Kel : P1/4

Asisten Praktikum :

1). Eko Diontoro (F34180070) 2). Risdiana (F34180100)

EDIBLE COATING

Oleh :

AHMAD ATHOOULOHA FAIQ F3401201027

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2022

(2)

Latar Belakang

Kendala utama ekspor hortikultura termasuk paprika adalah sifat produk yang mudah rusak dan pertumbuhan mikroorganisme yang merupakan penyebab utama kebusukan pangan segar. Beberapa kasus kontaminasi mikroba pada bahan makanan segar seringkali menyebabkan efek yang serius terhadap kesehatan manusia (Widaningrum et al, 2015). Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi hal tersebut. Beberapa upaya telah dicoba dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah penerapan teknologi edible coating.

Teknologi edible coating merupakan teknologi yang dipertimbangkan sebagai salah satu pendekatan untuk meningkatkan masa simpan produk pertanian segar.

Teknologi edible coating merupakan teknologi yang dipertimbangkan sebagai salah satu pendekatan atau solusi bagaimana cara meningkatkan masa simpan dan keamanan mikrobiologis produk-produk segar. Edible coating dapat berasal dari bahan baku yang mudah diperbaharui seperti campuran lipid, polisakarida, dan protein, yang berfungsi sebagai barrier uap air, gas, dan zat-zat terlarut lain serta berfungsi sebagai carrier (pembawa) berbagai macam ingridien seperti emulsifier, antimikroba dan antioksidan, sehingga berpotensi untuk meningkatkan mutu dan memperpanjang masa simpan buah-buahan dan sayuran segar terolah minimal (Lin dan Zhao, 2007).

Salah satu bahan pangan yang memerlukan kemasan jenis edible coating ini adalah buah-buahan. Karena buah-buahan adalah salah satu bahan pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki kandungan gizi yang tinggi dan sangat baik untuk kesehatan, selain itu juga sangat ekonomis. Selama ini biasanya buah-buahan dikemas dengan menggunakan plastik, karena memiliki beberapa keunggulan yaitu ringan, kuat dan ekonomis. Namun memiliki kelemahan yaitu sukar dirombak secara biologis sehingga dapat mencemari lingkugan. Selain itu transfer senyawa-senyawa dari kemasan plastik seperti hasil samping dari degradasi polimer, residu pelarut dan biopolimerisasi ke bahan pangan yang dikemas dapat terjadi sehingga menimbulkan resiko toksikologi dan off flavour.

Untuk itu perlu dicari alternatif bahan kemasan lain yang memiliki sifat unggulan seperti plastik dan bersifat biodegradable bahkan dapat dikonsumsi manusia (edible) agar beban cemaran terhadap lingkungan dapat dikurangi (Laga et. al.

2021).

Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian lapisan edible terhadap kualitas buah potong pada penyimpanan suhu kamar dan suhu rendah.

(3)

METODOLOGI Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan analitik, gelas kimia, pengaduk, hot plate, stirrer, baki plastic (styrofoam), penetrometer, refractometer, thermometer, lemari pendingin, pipet tetes, kipas angin, dan plastic wrapping. Sedangkan bahan yang digunakan diantasranya yaitu pati singkong (tapioka) dan pati jagung (maizena), platisizer gliserol, antioksidan asam askorbat (vitamin C), pelarut aquades, dan buah potong melon.

Metode 1. Pembuatan Larutan Edible Coating

Mulai

Siapkan sampel

Diaduk secara manual

Diaduk menggunakan magnetic strirrer sembari

dipanaskan

Larutan Edible Coating Dimasukkan gliserol

Degassing dengan pompa vakum

(4)

2. Aplikasi edible coating pada buah potong

Mulai

Siapkan sampel

Dikupas dan dipotong dengan ukuran 2x2x2 cm

Dicelupkan ke dalam larutan edible coating pada suhu 60 derajat (30

detik

Hasil edible coating

Selesai Ditiriskan dan diamkan

pada suhu kamar

Dibungkus dengan plastic wrapping

(5)

3. Analisa

a. Susut bobot

b. Kekerasan Buah

Mulai

Siapkan sampel

Sampel ditimbang

Hasil penimbangan dihitung menggunakan rumus susut bobot dan dinyatakan dalam persen

Hasil susut bobot

Selesai

Mulai

Dimasukkan ke penetrometer

Ditusuk pada bagian tengah, pnggir, dan ujung

Sampel disiapkan

(6)

c. Total Padatan Terlarut

Hasil kekerasan buah

Selesai Hasil di rata rata kan

Mulai

Siapkan sampel

Dihomogenkan

Dipisahkan bagian cairan dari daging dengan alat

tekan

Nilai total padatan terlarut

Selesai

Prisma refractometer dipbersihkan dengan aquades

Derajat brix dibaca

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan [Terlampir]

Pembahasan

Salah satu permasalahan yang kerap kali terjadi dan didapati pada produk produk hasil pertanian adalah kerusakan akibat umur simpan dan kontaminasi bahan bahan lain. Dan salah satu solusi yang bisa ditawarkan adalah dengan penerapan edible coating. Teknologi edible coating merupakan teknologi yang dipertimbangkan sebagai salah satu pendekatan untuk meningkatkan masa simpan produk pertanian segar, termasuk paprika. Edible coating dapat berasal dari bahan baku yang mudah diperbaharui seperti campuran lipid, polisakarida, dan protein, yang berfungsi sebagai barrier uap air, gas, dan zat- zat terlarut lain serta berfungsi sebagai carrier (pembawa) berbagai macam ingridien seperti emulsifier, antimikroba dan antioksidan, sehingga berpotensi untuk meningkatkan mutu dan memperpanjang masa simpan buah-buahan dan sayuran segar terolah minimal (Lin dan Zhao, 2007).

Beberapa keuntungan Edible Coating dengan pengemas sintetis, yaitu Edible Coating dapat dimakan bersamaan dengan produk yang dikemas, dapat di daur ulang, dapat memperbaiki sifat-sifat organoleptik makanan yang dikemas, dapat berfungsi sebagai suplemen gizi dan agensia anti mikrobia serta anti oksidan, dapat digunakan sebagai pengemas individu atau diterapkan pada sistem pengemasan berlapis-lapis (Gennadios & Weller, 1991). Selain itu edible coating juga dapat berperan dalam melindungi produk dan memperpanjang umur simpan produk karena adanya lapisan yang menjadi kualitas produk, dan juga dapat mengurangi adanya sampah plastik kemasan yang dapat berpengaruh buruk terhadap lingkungan.

Berdasarkan metode yang dilakukan oleh septiana (2009), pati sesuai perlakuan (pati sagu, pati ubi kayu, dan pati pisang tongka langit) dimasukan dalam akuades dengan perbandingan 1:10, kemudian dipanaskan menggunakan hot plate sambil diaduk pada suhu 55oC selama 20 menit. Setelah itu tambahkan gliserol kemudian naikan suhu mencapai 70oC dan tambahkan CMC 1% sedikit demi sedikit ke dalam larutan sambil diaduk sampai homogen. Setelah itu edible coating didinginkan pada suhu ruang.

Pada praktikum kali ini ada beberapa uji yang dilakukan, yang pertama adalah susut bobot. Pada uji ini dilakukan pengamatan selama 5 hari. Dari hasil yang pengamatan yang dilakukan dapat diamati bahwa bobot menyusut paling signifikan pada hari ke 3 di suhu ruang, bobot buah menyusut hingga hampir 50%.

Sedangkan pada lemari es relative lebih stabil penyusutannya dan tidak terlalu signifikan. Selanjutnya adalah uji kekerasan. Pada uji kekerasan sampel diletakkan

(8)

yang lainnya.

Selanjutnya uji total padatan terlarut yang pengujiannya dilakukan dengan menggunakan bantuan alat refractometer. Sampel diberikan 2 kondisi suhu yang berbeda juga sama dengan sebelumnya, suhu ruang dan suhu lemari pendingin. Dan sampel yang diberikan kondisi lemari pendingin memiliki derajat brix yang lebih tinggi dibanding yang di suhu ruang. Yaitu 6 derajat brix, sedangkan yang di suhu ruang 4 derajat brix. Dan uji yang terakhir adalah uji daya rekat. Uji daya rekat ini dilakukan untuk membandingkan lapisan lapisan edible coating yang dibuat dengan bahan dasar berbeda beda, yaitu 100% tapioka, 100% maizena, 1 Tapioka : 1 Maizena, 1 Tapioka : 3 Maizena, dan 3 Tapioka : 1 Maizena. Dan dari hasil uji yang dilakukan lapisan edible coating yang memiliki daya rekat paling tinggi adalah yang komposisi bahan dasarnya 1 Tapioka : 1 Maizena. Dan yang paling buruk adalah 3 Tapioka : 1 Maizena.

PENUTUP Simpulan

Edible coating menjadi salah satu pilihan kemasan untuk melindungi produk dari kerusakan khususnya yang diaibatkan oleh mikroorganisme. Edible coating snagat baik melindungi produk dari kerusakan akibat mikroorganisme, kondisi lingkungan. Lapisan edible memiliki karakteristik berbeda tergantung bahan dasar pembuatnya. Maizena 100% menunjukkan daya rekat yang baik. Susut bobot dan TPT pada suhu ruang mengalami penurunan yang signifikan sednagkan pada suhu lemari es sampel menunjukkan hasil yang tidak signifikan menurun, begitu pula dengan kekerasan sampel. Suhu penyimpanan mempengaruhi kondisi dan lama sampel berthana dalam penyimpanan

Saran

Praktikum kali ini sudah berjalan dengan lancar dan baik, mulai dari pembawaan materi hingga penyampaian materinya sudah baik. Saran yang dapat praktikan berikan yaitu jaga kualitas praktikum seperti ini agar tercapai learning outcome yang diharapkan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Gennadios and Weller, 1991. Edible Film and Coating From Whelt and Corn Proteins. Food Tech Vol. 44 (10) : 63 – 69.

Laga S, Sutanto S, Fatmawati, Halik A, Sheyoputri A C A. 2021. Penggunaan Edible Coating Dalam Pengawaten Buah Kelengkeng Dimocarpus longan Lour. Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 (2):374-382

Lin, D. dan Zhao, Z. (2007). Innovations in the development and application of edible coatings for fresh and minimally processed fruits and vegetables.

Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety 6: 60-68.

Septiana, E. 2009. Formulasi dan aplikasi edible coating berbasis pati sagu dengan penambahan minyak sereh pada paprika (Capsicum annum var Athena).

Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Widaningrum, Miskiyah, Winarti C. 2015. Edible Coating Berbasis Pati Sagu Dengan Penambahan Antimikroba Minyak Sereh Pada Paprika:

Preferensi Konsumen Dan Mutu Vitamin C. Agritech, Vol. 35 (1) : 53-60.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Statistical Analysis Breeding lines were evaluated regarding leaf Pi content, APase activity, growth parameters, P-uptake in shoot, and ER-P in shoot.. Results were submitted to