• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM PEMBUATAN SEDIAAN KRIM

N/A
N/A
Annisa Rahma Aryanti

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM PEMBUATAN SEDIAAN KRIM"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM PEMBUATAN SEDIAAN KRIM

Disusun oleh:

Annisa Rahma Aryanti (122500025)

LABORATORIUM TEKNOLOGI KOSMETIK PROGRAM STUDI REKAYASA KOSMETIK JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA TAHUN 2023

(2)

2 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Judul Praktikum ... 3

Tujuan ... 3

Dasar Teori ... 3

Alat dan Bahan ... 7

Preformulasi ... 8

Perhitungan Bahan ... 16

Cara Kerja ... 17

Produk di pasaran ... 19

Hasil Praktikum ... 20

Pembahasan ... 25

Kesimpulan ... 26

Daftar Pustaka ... 26

Dokumentasi ... 27

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Bahan ... 7

Tabel 2.1 Preformulasi ... 8

Tabel 3.1 Perhitungan Bahan ... 16

Tabel 4.1 Cara Kerja ... 17

Tabel 5.1 Contoh Produk Pasar ... 19

Tabel 6.1 Hasil Uji ... 20

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Spider Wrap ... 7

Gambar 1.2 Pemanasan Fase Air ... 8

Gambar 1.3 Proses Homogen ... 16

(3)

3 1. Judul Praktikum

Pembuatan Sediaan Kosmetik Krim dan Lotion 2. Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memformulasikan sediaan Krim dan Lotion 3. Dasar Teori

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim memiliki kelebihan, yaitu mudah menyebar rata dan lebih mudah dibersihkan (Ansel H. C., Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV). Selain itu, krim lebih diterima secara kosmetika daripada salep karena tidak berminyak, dan lebih mudah dioleskan (Depkes RI, 2000)

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim adalah sediaan semi solid kental, umumnya berupa emulsi m/a (krim berair) atau emulsi a/m (krim berminyak) (The Pharmaceutical Codex 1994, hal 134).

Sediaan krim mempunyai keuntungan dan kerugian, sediaan krim memiliki keuntungan selain mudah diaplikasikan, lebih nyaman digunakan pada kulit, tidak lengket dan mudah dicuci dengan air khususnya krim tipe minyak dalam air (M/A) (Sharon, Anam , & Yuliet, 2013)

a. Kelebihan sediaan krim

 Mudah menyebar rata. Praktis.

 Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A (minyak dalam air).

 Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).

 Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.

 Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).

(4)

4

 Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada -fase A/M (air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup tinggi.

 Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant.

 Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit berminyak.

b. Kekurangan sediaan krim

 Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak) karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.

 Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan kirim harus dalam keadaan panas.

 Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).

 Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.

 Pembuatannya harus secara aseptis.

Krim kosmetik dapat digolongkan berdasarkan berbagai kriteria, termasuk tujuan penggunaan, jenis kulit, bahan aktif, dan formulas. Tipe krim digolongkan menjadi dua yaitu ;

a. Krim Tipe A/M atau W/O

Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, misal Ca. Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda beda. Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa.

Contoh: Cold cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih, dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah yang besar.

Kedua adalah tipe M/A, yaitu minyak terdispersi dalam air. Contohnya vanishing cream (Widodo, 2013)

b. Krim Tipe M/A atau O/W

Minyak terdispersi dalam air, Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream. Krim M/A (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas.

(5)

5 Pembuatan krim M/A sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular.

Contoh: vanishing cream. Sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

Krim terdiri dari basis krim yang berupa sistem sederhana atau dari komposisi yang lebih kompleks bermassa bahan aktif atau kombinasi atau bahan aktif (Voigt, 1984).

 Basis Hidrokarbon

Basis hidrokarbon bersifat melunakkan lapisan kulit (emollient) karena occlusive (meninggalkan lapisan dipermukaan kulit) sehingga akan meningkatkan hidratasi kulit dengan menghambat penguapan air pada lapisan kulit. Akibat hidratasi lapisan kulit, mungkin juga akan meningkatkan aktivitas obat. Dan hasil penelitian memperlihatkan bahwa aktivitas steroid meningkat akibat hidrasi lapisan kulit.

Basis hidrokarbon juga dapat digunakan untuk skin-moisturizing effect. contoh basis Hidrokarbon :

a. Petrolatum/parafin:

Parafin adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral, tidak berasa,tidak berbau, berwarna putih bila telah diputihkan. Terdiri dari 2 bentuk, yaitu bentuk padat dan bentuk cair. Parafin padat digunakan untuk mengeraskan salep sebab titiklebur campuran akan naik. Parafin cair terdiri dari 2 macam yaitu yang viskositasnyaencer dan viskositas kental. Viskositas encer digunakan untukpembuatan Vanishingcream, viskositas kental digunakan untu kpembuatan cold cream.Contoh: White ointment USPWhite petrolatum 95% (W/V)White wax 5 %

b. Minyak tumbuhan

Minyak tumbuhan ditambahkan ke dalam dasar salep sebagai pelumas, untuk melunakkan dasar salep, untuk mengurangi efek pengeringan dan untuk menurunkan titik lebur. Minyak tumbuhan banyak dipakai dalam sediaan kosmetik seperti krim pembersih dan pendingin, krim untuk kulit kering dan lotion. Contoh minyak tumbuhan oleum sesami, oleum olivam.

 Basis Absorbsi (Anydrous)

(6)

6 Basis absorbsi bersifat hidrofilik, dapat berupa bahan yang anhidrous atau basis hidrous yang mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi air yang ditambahkan.

Basis hydrous yang telah rnenyerap air dapat membentuk emulsi tipe W/O. Kata absorbsi hanya menunjukkan pada kemampuan basis dalam menyerap air, bukan pada kemampuan obat menembus kulit atau diabsorpsi oleh kulit. Contoh basis absorbsi adalah anhidoruslanolin /adeps lanae

 Basis Terlarut

Basis terlarut adalah suatu basis yang dapat larut dalarn air atau dapat membentuk gel. Contoh basis terlarut adalah basis salep yang dibuat dan polietilenglikol.

Polietilenglikol /Makrogol /poliglikol adalah produk polimerisasi dan etilenoksida atau produk kondensasi dan etilenglikol. Tergantung pada pemilihan persyaratan reaksinya,akan diperoleh produk dengan tingkat polimerisasi yang berbeda, yang dinyatakan melalui keterangan molekul rata-rata.

Rumus molekulnya H(O-CH2-CH2)OH. Dengan naiknya ukuran molekul, konsistensinya makin meningkat. PEG sampai massa molekul 600 menggambarkan cairan kental. Produk yang sampai massa molekul 20000 bersifat sejenis malam.

Sediaan salep dibuat dengan dua metode utama, yaitu incorporation dan fusion, tergantung dari sifat komponen penyusunnya.

a. Metode incorpotration

Metode ini dibuat dengan cara mencampurkan semua komponen hingga diperoleh campuran yang homogen. Dalam skala kecil, metode ini dilakukan menggunakan mortir dan stamper atau spatula untuk menghomogenkan komponen. Bahan padat yang akan ditambahkan dalam basis harus melalui penggerusan terlebih dahulu untuk menghindari tekstrur salep yang kasar. Pengecilan ukuran partikel dapat dilakukan dengan cara levigasi yaitu mencampurkan bahan padat pada pembawa yang tidak melarutkan bahan atau dengan cara melarutkan bahan pada pelarut yang sesuai.

Penambahan cairan atau larutan obat pada basis salep harus memperhatikan kapasitas maksimal jumlah air yang dapat ditambahkan dalam basis. Untuk basis hidrokarbon, jumlah air yang dapat ditambahkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan basis salep hidrofilik (basis salep tercucikan air). Pencampuran komponen- komponen dalam metode dilakukan dengan cara geometric dilution

b. Metode Fusion

Pembuatan salep dengan metode fusi dilakukan dengan melebur sebagian atau semua komponen salep secara bersamaan dilanjutkan dengan pengadukan konstan hingga salep homogen dan mengeras seiring dengan penurunan suhu. Komponen

(7)

7 yang tidak dilebur ditambahkan pada campuran yang mulai mengeras atau pada saat sudah terjadi penurunan suhu.

Ketidak stabilan krim dapat disebabkan karena reaksi kimia didalam sediaanya, yaitu terjadi perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi menjadi zat-zat hasil reaksi, dimana selama proses tersebut terdapat perubahan-perubahan yang dapat diamati seperti perubahan warna, pembentukan endapan, hingga terjadi perubahan suhu.

4. Alat dan Bahan

SEDIAAN KRIM

i. Gelas Kimia 100 ml ii. Timbangan Analitik iii. Homogenizer iv. Batang Pengaduk v. Viskometer vi. pH meter

a. Bahan dan Formula

Tabel 1.1 bahan formulasi sediaan krim.

Nama Bahan Konsentrasi (%)

Fase Minyak

Asam Stearat 3

Cetyl Alcohol 3

VCO 4

Olive Oil 0,3

Fase Air

Glycerin 3

Water 86

TEA

Methyl Paraben

(8)

8 Post Add

Parfume 0,8

Phenoxyethanol qs

(9)

9 Berikut merupakan tabel preformulasi sediaan emulsi krim

Tabel 2.1

5. Lembar Preformulasi

ITERA Laboratorium Program Studi

Rekayasa Kosmetik

Tanggal acc:

Disusun oleh:

Annisa Rahma Aryanti

Diperiksa oleh: Disetujui oleh:

Nama Zat Pemerian dan Stabilitas (Literatur)

Kelarutan (Literatur)

Rentang Konsentrasi Penggunaan dalam Kosmetik (Literatur)

Kegunaan dalam Formulasi (Literatur)

Aquadest Pemerian :

Cairan jernih; tidak berbau;

tidak berwarna; tidak mempunyai rasa. (FI III, 1979, Hal 96)

Stabilitas :

Kelarutan : Dapat bercampur dengan kebanyakan pelarut polar

& sangat mudah larut.

Rentang Konsentrasi : Dapat

digunakan hingga 100%

Kegunaan : Pelarut (solvent) (Handbook of

Pharmaceutical Exipient 9th, Hal 802)

(10)

10 Pada 10 ml tambahan 2

tetes larutan merah metil P;

tidak terjadi warna merah, Pada 10 ml tambahan 5 tetes larutan biru

bromtimol P; tidak terjadi warna biru. (FI III, 1979, Hal 96)

Asam Stearat Pemerian :

Asam stearat berbentuk keras, berwarna putih atau agak kuning

mengkilap, padatan kristal atau bubuk putih atau putih kekuningan. Memiliki sedikit bau (dengan ambang bau 20 ppm) dan rasa menyarankan lemak.

, 2009) Stabilitas :

Asam stearat adalah bahan yang stabil dan harus disimpan dalam wadah

Kelarutan :

Asam Stearat larut bebas dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter

Asam stearate larut dalam etanol (95%), heksana dan propilen glikol.

Asam stearate tidak larut dalam air.

(Rowe, Sheskey, &

Quinn , 2009)

Rentang Konsentrasi : 1-20% sebagai creaming agent.

Kegunaan : Creaming agent

(11)

11 yang tertutup rapat, wadah

di tempat sejuk dan kering (Rowe, Sheskey, & Quinn , 2009)

Cetyl Alcohol Pemerian :

Setil alkohol berbentuk lilin, serpihan putih, butiran, kubus, atau coran. Ini memiliki bau khas yang samar dan rasa hambar. Setil alkohol stabil dengan adanya asam, basa, cahaya, dan udara;

itu tidak menjadi tengik.

Sebaiknya disimpan di tempat yang tertutup rapat wadah di tempat sejuk dan kering. (Rowe, Sheskey, &

Quinn , 2009)

Kelarutan :

Cetyl alcohol tidak larut dalam air.

Cetyl alcohol dapat larut jika di cairkan dengan lemak, paraffin cair dan padat.

(Rowe, Sheskey, &

Quinn , 2009)

Rentang Konsentrasi : 2-5% sebagai agen pengemuls

2-10% agen pengeras

5% sebagai water absorption.

(Rowe, Sheskey, &

Quinn , 2009)

Kegunaan : Sebagai peningkat konsistensi

(12)

12

Glycerin Pemerian :

Cairan seperti sirop; tidak berwarna; jerniih; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat; hogroskopik. (FI III, Tahun 1979, Halaman 271)

Stabilitas :

Stabilitas : Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20o . (FI III, 1979, Hal271)

Kelarutan : Larut dalam etanol 95%

pada suhu 20ºC (FI III Hal 271)

Rentang Konsentrasi :

>20% : Pengawet antimikroba

<=30% : Emollient

Kegunaan : Humectant (HOPE VIII,Hal 401)

TEA Pemerian :

Cairan bening, tidak berwarna hingga kuning pucat, memiliki sedikit bau ammonia.

Kelarutan : Triethanolamin bisa bercampur dengan aseton pada suhu 20°C

Rentang Konsentrasi : 2%-4% sebagai

pengemulsi minyak dalam air.

(Rowe, Sheskey, &

Quinn , 2009)

Kegunaan : Pengatur Ph

(13)

13 (Handbook of

Pharmaceutical Excipients, 8thedition, Hal 994) Stabilitas : Trietanolamin dapat berubah warna menjadi coklat jika terkena udara dan cahaya. Tingkat trietanolamina 85%

cenderung terstratifikasi di bawah 15oC.

Triethanolamin larut dalam benzene 1:24 pada suhu 20°C

Phenoxyethanol Pemerian :

Cairan tidak berwarna, sedikit kental dengan sedikit bau menyengat dan rasa terbakar. (Handbook of Pharmaceutical Excipients, 8th edition, Halaman 667)

Stabilitas : Larutan Phenoxtethanol stabil

Kelarutan :

Phenoxyethanol dapat bercampur dengan aseton, ethanol (95%), glycerin pada suhu 20°C.

Phenoxyethanol larut dalam isopropyl palmitate 1: 26 pada suhu 20°C.

Rentang Konsentrasi : 0,5%-1% sebagai

pengawet.

2%-2,2% sebagai pengawet dan antimikroba.

(Rowe, Sheskey, &

Quinn , 2009)

Kegunaan : Sebagai Pengawet

(14)

14 berair dan dapat disterilkan

dengan autoclave (Handbook of

Pharmaceutical Excipients, 8th edition, Hal 668)

Phenoxyethanol larut dalam Mineral oil 1: 143 pada suhu 20°C.

Methylparaben Pemerian :

Methylparaben terjadi sebagai kristal tidak berwarna atau kristal putih bubuk. Tidak berbau atau hampir tidak berbau dan sedikit terbakar

mencicipi

Kelarutan :

Methylparaben larut dalam 1 : 2 etanol pada suhu 25oC.

Methylparaben larut dalam 1:60 glycerin pada suhu 25.oC.

Methylparaben larut dalam 1:400 air pada suhu 25.oC.

(Rowe, Sheskey, &

Quinn , 2009)

Rentang Konsentrasi : 0,1-0,2% sebagai sediaan rektal.

0,02-0,3% sebagai sediaan topikal

Kegunan :

Sebagai antrimicrobial preservative

(15)

15 Olive Oil Pemerian :

Minyak zaitun adalah minyak tetap yang diperoleh dengan pemerasan dingin atau lainnya

cara mekanis yang sesuai dari buah berbiji Olea europaea yang matang. Dia terjadi sebagai cairan berminyak transparan, tidak berwarna atau kuning.

Mungkin saja

mengandung antioksidan yang sesuai.

Minyak zaitun olahan diperoleh dengan

memurnikan minyak zaitun mentah sedemikian rupa

Kelarutan :

Peraturan mengenai minyak zaitun berbeda- beda di setiap negara. Itu spesifikasi farmakope juga berbeda, dan mungkin merujuk pada bahan yang berbeda.

Dalam monografi

USP32–NF27 dan JP XV menutupi campuran minyak zaitun olahan dan minyak zaitun murni atau adil

minyak zaitun olahan.

Pada PhEur 6.2,

monografi dikhususkan untuk

minyak zaitun olahan.

Rentang Konsentrasi : Kegunaan :

Sebagai pembawa minyak

(16)

16 kandungan gliserida dalam

minyak tidak berubah.

Antioksidan yang cocok dapat ditambahkan.

(17)

17 Berikut merupakan tabel perhitungan bahan sediaan emulsi krim

Tabel 3.1

6. Perhitungan Bahan

Nama Zat Jumlah dalam Formula

Jumlah yang dibutuhkan

Real Penimbangan

Paraf Staff

Asam Stearat 3% 3 g 3,16 g

Cetyl Alcohol 3% 3 g 3,009g

VCO 4% 4 ml 4 ml

Olive Oil 0,3% 0,3 ml 0,3 ml

Glycerin 3% 3 ml 3 ml

Water 86% 86 ml 86 ml

Phenoxyethanol 0,8% 0,8 g 0,8 ml

TEA 0,1% 0,3 ml 0,3 ml

Methylparaben 0,02% 0,02 ml 0,02 ml

Parfume qs qs qs

(18)

18

(19)

19 7. Cara Kerja

Berikut merupakan tabel cara kerja yang telah kami lakukan ; Tabel 4.1 cara kerja

No .

Cara Kerja

Waktu pengerja

an

Suhu Setting Alat

Hal Yang Diamati

Cara Mengamati

Hasil Pengamatan

1. Mencampurkan aquadest, glycerin mejadi fase air. VCO, olive oil, asam stearate dan cetyl alcohol menjadi fase minyak

10 menit 25 ℃ Gelas beaker, batang pengaduk

Homogenitas larutan

Menggunakan indra penglihatan yaitu mata

Homogen dengan baik

2. Memanaskan fase air dan fase minyak sampai larut dan suhu mencapai 70℃

9 menit 25 ℃ Hot plate dan batang pengaduk

Homogenitas larutan dan temperature larutan

Mengamati dengan intra penglihatan

Larutan menjadi homogen dan temperature larutan mencapai 70℃

3. Fase air dan fase minyak

dicampurkan pada homogenizer dengan meneteskan tetes demi tetes fase minyak.

10 menit 25 ℃ Homogenizer Homogenitas Melihat sedian dengan indra penglihatan

Larutan homogen dengan baik

(20)

20 4. Mendiamkan sediaan krim

sampai suhu 40℃

10 menit 25 ℃ Gelas beker dan thermometer

Perubahan temperature sediaan

Thermometer dimasukan didalam sediaan

Temperatur sedian turun pada suhu 40℃

5. Menambahkan phenoxyethanol dan parfum

5 menit 25 ℃ Batang

pengaduk dan gelas beker

Homogenitas Melihat sedian dengan indra penglihatan

Sedian homogen dengan baik

(21)

21 8. Produk di Pasaran

Krim memilki berbagai variasi yang beredar di pasaran, berikut ini adalah contoh krim yang beredar di pasaran :

Tabel 5.1 Contoh Produk di Pasaran

Zat Aktif Bentuk Sediaan Merk Dagang Perusahaan

Madagascar Centella Asiatica, Encapsulated Ceramide

Moisturizer Somethinc Calm Down Skinpair R- Cover Cream

PT. Royal Pesona Indonesia

Noni Probiotic, Morinda Citrifolia Fruit Extract

Moisturizer Npure

Noniprobiotic moisturizer

PT. Eclat Persada Indonesia Hyaluronic Acid,

Ceramide

Moisturizer Saturday Looks Waterizer Light Weight Cream

PT. Penta Natural Kosmetindo

(22)

22 9. Hasil Praktikum

Uji evaluasi merupakan proses yang penting pada akhir praktikum untuk mengevaluasi efektivitas pengajaran, pemahaman peserta praktikum, dan kemajuan mereka dalam mencapai tujuan praktikum. Berikut adalah tabel uji evaluasi yang kami lakukan:

Tabel 6.1 Uji Evaluasi No. Parameter

Evaluasi

Metode Pengamatan (Jelaskan Metode dalam

Pengamatan)

Target Pengamatan

Hasil Pengamatan

1. Homogenitas Produk sediaan diarahkan ke cahaya matahari dan diamati

homogenitas produk. Homogen

Homogen dengan baik

2. pH Menggunakan pH meter. 4,5 - 6,5 pH= 7,19

3. Viskositas Menggunakan viscometer dengan cara mengatur spped pada 60 rpm dan spindle no 4

Kurang dari 2000 50.000cPs

(Sari, 2021)

3.082 cPs

(23)

23 4. Organoleptik Pada warna menggunakan

panca indra ; melihat warna pada sediaan

Pada bau menggunakan indra penciuman ; meletakan produk sekitar 10cm dri hidung.

Pada tesktur menggunakan indra perasa ; mengaplikasikan pada tangan bagian dalam lalu digosok secara perlahan dengan jari telunjuk

Warna : Putih

Bau : memiliki bau khas Tekstur : setengah padat

Warna : Putih Bau : Wangi

Tekstur : Krim dan tidak lengket

5. Tipe Emulsi Mengambil sedikit sediaan kedalam 100 ml air dan melihat apakah sediaan larut dalam air atau tidak

Oil in water/water in oil Sediaan bertipe W/O

6. Evaluasi Sensori

Meletakan sedian sekitar 5 ml pada tangan dan merasakannya denga indra sensori yaitu kulit

Sebelum digunakan : Warna Produk : Saat digunakan :

Tidak menimbulkan rasa tertarik pada kulit, krim berwarna putih, krim mudah di

aplikasikan dan tidak meninggalkan lengket pada kulit

(24)

24 7. Evaluasi

Daya Sebar

Meletakkan 0,5 gram sediaan diatas kaca persegi kemudian ditimpah menggunakan beban seberat 80 gram selama 5 menit

Daya sebar semisolid yaitu 5 – 7cm (elmitra, 2017)

10 cm

8. Evaluasi Daya Lekat

Meletakkan sediaan diatas kaca objek dan ditimpah

menggunakan batu selama 1 menit

Daya lekat kurang dari 4 0 ,86 detik

(25)

25 Digunakan spider wrap untuk uji Sensory sediaan emulsi krim berikut gambarnya :

Gambar 1.1 Spider Wrap sediaan emulsi krim

0 2 4 6 8 10

Transparansi Produk (mudah ditembus cahaya)

Kecerahan Warna Produk

Kemudahan Mengalir

Membuat kulit tertarik / mengencang (threading)

Produk meluncur di kulit dengan mudah (licin / glide) Produk Menimbulkan rasa

dingin di kulit (coolness) Produk menghasilkan

gelembung/busa di tempat…

Produk mudah disebar / diratakan pada kulit Penetrasi pada kulit (minimal

setelah 2 menit…

Meninggalkan rasa berminyak pada kulit

Rasa lembut pada kulit Meninggalkan rasa lengket

pada kulit

Annisa Rahma Aryanti

Modul 4 Krim

(26)

26 10. Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu membuat kosmetik sediaan emulsi krim, setelah melakukan semua tahapan, ternyata banyak proses yang sangat harus diperhatikan agar mendapat sediaan krim yang baik. Yang pertama pada saat mencampur fase minyak dan fase air. Bahan dengan fase air dicampurkan terlebih dahulu,

begitupun dengan fase minyak. Setelah itu proses pemanasan juga sangat penting, bahan harus dipanaskan sampai mencapai titik didih 70 derajat C.

Proses pemanasan fase minyak dalam pembuatan krim sangat penting karena itu merupakan salah satu langkah kunci dalam pembuatan emulsi yang stabil, yang merupakan dasar dari kebanyakan krim dan losion kosmetik. Bebrapa alasannya adalah untuk meningkatkan kelarutan bahan, meningkatkan aliran, meningkatkan stabilitas emulsi, memfasilitasi reaksi kimia dll, pemanasan fase minyak bukan hanya membantu menciptakan emulsi yang stabil, tetapi juga memainkan peran penting dalam memastikan kualitas dan keamanan produk kosmetik yang dihasilkan. Itulah mengapa pemanasan fase minyak adalah langkah kunci dalam pembuatan krim.

Semua Langkah pada proses pembuatan emulsi adalah langkah langkah yang cukup krusial untuk menentukan hasil yang akan di dapat. Krim adalah produk kosmetik yang umum dipakai pada wajah yang kebanyakan digunakan orang untuk menghidrasi wajah. Sediaan krim juga harus mendapat pH yang sesuai dengan pH wajah yaitu 4-7. Sediaan kami mendapat pH 7,19 ini masih baik untuk kulit karna tidak melebihi pH kulit netral. Jika melebihi batas ph maka sediaan bisa mengiritasi wajah.

Tekstur juga menjadi daya tarik konsumen. Oleh karena itu, viskositas yang sesuai adalah faktor kunci dalam menciptakan krim kosmetik yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mencapai viskositas yang diinginkan, formulasi bahan krim, termasuk penggunaan pengemulsi dan bahan pengental yang tepat, sangat penting dalam proses pembuatan krim. Pada sediaan yang kami buat hari ini mendapat nilai 3,082 cPs.

(27)

27 Akhir tahap praktikum adalah melakukan proses uji evaluasi, evaluasi kami yang dilakukan yaitu homogenitas, organoleptic, tipe emulsi, sensori, daya sebar, daya lekat, viskositas, dan pH. Yang mendapat hasil sediaan yang homogen dengan baik, lalu organoleptic dengan hasil sediaan berwarna putih, memiliki bau yang wangi dan tekstur yang tidak lengket. Tipe emulsi water in oil, sensory Tidak menimbulkan rasa tertarik atau lengket, dan krim mudah di aplikasikan. pH 7,19, viskositas 3,082 cPs. Daya sebar 10cm dan daya lekat 0,86 detik.

11. Kesimpulan

Pada praktikum sediaan emulsi krim didapatkan kesimpulan berupa

- Proses pemanasan sangat penting atatu langkah kunci dalam pembuatan emulsi yang stabil,

- Teskstur yang baik bergantung pada nilai viskositas yang didapat

- Dalam pembuatan kosmetik krim, Kondisi pH yang tepat adalah penting untuk menjaga stabilitas, kinerja, dan kenyamanan produk kosmetik - Sediaan kami mendapat tekstur yang homogen, memililiki warna yang

putih, mudah diaplikasikan pada kulit, tidak lengket, dan memiliki bau yang wangi

- Proses dan semua tahapan pada praktikum pembuatan krim adalah tahapan yang krusial untuk mendapat hasil sediaan krim yang diinginkan.

12. Daftar Pustaka

Ansel, & Ansel, H. C. (2008). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta, Indonesia: Universitas Indonesia Press.

Ansel, H. C. (Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV). 2008. Jakarta, Indonesia:

Universitas Indonesia Press.

Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Cetakan1.

Sharon, N., Anam , S., & Yuliet. (2013). Formulasi Krim Antioksidan Ekstrak Etanol Bawang Hitam. journal of natural sciences fakultas farmasi MIPA, Universitas Tadulako, Vol 2 (3) : 111-122.

Widodo, H. (2013). Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker. Yogyakarta: D - Medika.

(28)

28 13. Dokumentasi

Gambar 1.2

Memanaskan fase air Gambar 1.3 Proses Menghomogenkan sediaan

Referensi

Dokumen terkait

14% SIMILARITY INDEX 12% INTERNET SOURCES 11% PUBLICATIONS 7% STUDENT PAPERS 1 2% 2 1% 3 1% 4 1% 5 1% 6 1% The Low umbilical cord Zinc levels Lead to Atopic Allergic