• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPRES LEACHING PILOT PLANT

N/A
N/A
Aisha Shabrina@1A_D4 TKI

Academic year: 2023

Membagikan "LAPRES LEACHING PILOT PLANT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PILOT PLANT

EKSTRAKSI MINYAK KEMIRI MENGGUNAKAN METODE LEACHING (SOLID – LIQUID EXTRACTION)

Hari/Tanggal Praktikum : Selasa, 03 Oktober 2023

Kelompok : 3

Nama : Aisha Shabrina Ramadhani

NIM : 2141420035

Kelas : 3A

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2023

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum Ekstraksi Minyak Kemiri Menggunakan Metode Leaching (Solid – Liquid Extraction) ini sebagai berikut:

1. Mengerti dan memahami proses leaching.

2. Mengoperasikan peralatan leaching dengan benar dan aman.

3. Menghitung efisiensi tahap proses leaching minyak kemiri.

4. Menghitung kebutuhan steam dan jumlah panas yang dipakai untuk proses leaching.

BAB II DASAR TEORI

Ekstraksi adalah proses pemisahan zat terlarut (solute) dari suatu larutan dengan menggunakan pelarut (solvent) lain yang tidak saling melarutkan dengan pelarut larutan tadi. Jadi prinsip ekstraksi adalah proses pemisahan bedasar pada kelarutan zat terlarut terhadap pelarutnya.

Ekstraksi bisa berlangsung pada keadaan/fasa cair-cair, yang disebut ekstraksi cair-cair (liquid-liquid extraction), ataupun pada fasa padat-cair, yang disebut ekstraksi padat-cair (solid-liquid extraction) atau leaching. Khusus untuk ekstraksi cair-cair yang menggunakan air sebagai pelarutnya disebut pencucian (washing).

Pada leaching terjadi pelarutan/peluruhan zat terlarut yang ada di dalam padatan oleh pelarut dari luar. Mekanisme perpindahan massa pada leaching sebenarnya melalui tahapan proses yang kompleks. Namun secara umum proses ini dapat dikategorikan menjadi 3 tahapan proses. Pertama, perubahan fasa zat terlarut yang ada pada padatan karena adanya perubahan kondisi lingkungan akibat adanya pelarut di sekitarnya. Kedua, proses difusi dari zat terlarut tsb ke dalam pelarut di dalam pori-pori padatan. Dan ketiga, perpindahan zat terlarut dalam larutan di dalam pori-pori padatan yang mempunyai konsentrasi relatif tinggi ke pelarut di luar padatan yang konsentrasinya masih relatif lebih rendah.

Jika zat terlarut merata dalam padatan, maka zat terlarut yang posisinya lebih dekat dengan permukaan padatan akan lebih dulu larut ke dalam pelarut. Selanjutnya pelarut akan menembus pori-pori bagian dalam padatan untuk mencapai zat terlarut pada lapisan berikutnya. Demikian selanjutnya proses berjalan, makin dalam lapisan yang ditembus oleh pelarut makin besar tahanan yang menghambat proses leaching.

Akibatnya proses leaching makin membutuhkan waktu lebih lama dan laju pelarutan/ekstraksi makin menurun.

Secara garis besar ada 2 tujuan utama proses leaching, yaitu yang pertama untuk mendapatkan zat terlarut yang terkandung dalam suatu padatan dan yang kedua

(3)

untuk membuang atau membersihkan zat terlarut yang tidak dikehendaki dari padatannya (padatan menjadi lebih murni atau bersih).

Beberapa contoh proses leaching untuk mendapatkan zat terlarut dari padatannya antara lain:

 Pada industri pemrosesan bahan makanan (foods) dan minyak nabati : leaching gula dari bit, minyak nabati dari kacang, kedelai, biji bunga matahari, biji kapas, wijen, dll.

 Pada industri farmasi : pengambilan ekstrak obat-obatan dari bagian akar, daun, batang dan biji tanaman obat.

 Pada industri pemrosesan bahan logam : emas, perak, nikel, tembaga, dll dipisahkan dari biji (pengotor) lainnya dengan cara melarutkannya dengan pelarut tertentu, sehingga terpisah antara larutan logam yang dikehendaki dengan biji pengotor (yang tidak larut).

 Pada kehidupan sehari-hari : mencelup teh, menyeduh kopi, dll. Sedangkan contoh leaching untuk mendapatkan padatannya antara lain : penghilangan pigmen pada pulp, kapas, dll, pencucian kristal gula dan garam di dalam centrifuge, dll.

III.2.1.Faktor yang Mempengaruhi Laju Leaching

Beberapa faktor operasi yang mempengaruhi laju leaching antara lain :

a. Ukuran partikel padatan : semakin kecil ukuran padatan maka semakin besar luas permukaan kontak antara partikel dengan pelarut, sehingga makin besar laju perpindahan massa zat terlarut ke pelarut. Dalam beberapa kasus pengecilan ukuran di samping untuk tujuan memperbesar luas permukaan kontak, juga untuk memecahkan isolasi dari bahan utama, misalnya logam emas dari gumpalan tanah, minyak kedelai dari lapisan selulosa, dll.

b. Jenis pelarut : pelarut yang digunakan harus selektif, disesuaikan dengan zat terlarut yang akan di ekstrak. Tidak selalu harus murni, tetapi harus dapat melarutkan zat terlarut dalam padatan dan tidak menyulitkan pada proses pemisahan selanjutnya.

Di samping itu, pelarut yang dipakai sebaiknya encer (viskositasnya rendah) agar mudah dilakukan sirkulasi sehingga semua bagian padatan dapat terbasahi secara merata dan berekstrak.

c. Suhu operasi : kebanyakan zat terlarut lebih mudah melarut ke pelarut pada suhu relatif tinggi, dikarenakan tegangan permukaan zat terlarut lebih rendah dan gaya tarik menarik antara zat terlarut dan padatan lebih kecil. Akan tetapi pada beberapa kasus terjadi degradasi pada zat terlarut yang diinginkan.oleh sebab itu pemilihan suhu operasi harus dipertimbangkan sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia zat terlarutnya.

d. Pengadukan atau sirkulasi pelarut : pengadukan pelarut akan memperbesar difusi eddy dan dapat menjangkau seluruh permukaan padatan, sehingga dapat memperbesar laju perpindahan massa dan meningkatkan efisiensi proses serta memperbesar yield.

III.2.2.Tipe Ekstraktor / Leaching Jenis – jenis atau tipe leaching antara lain:

(4)

a. Fixed-bed Leaching atau Bed Percolator: biasanya digunakan untuk industri gula bit dan proses leaching pada minyak-minyak nabati dan minyak atsiri.

b. Moving-bed Leaching atau Continuous Percolator: banyak digunakan untuk mengekstrak minyak nabati. Beberapa model yang terkenal dari ekstraktor tipe ini adalah Bollman Extractor, Hildebrandt Extractor, Rotocel Extractor, Kennedy Extractor dan Bonotto Extractor. c. Agitated Solid Leaching atau Batch Stirred Tank:

biasa digunakan untuk ekstraksi bahan-bahan tambang / logam, bekerjanya seperti settling tank atau thickener yang dilengkapi pengaduk.

III.2.3.Perhitungan Perpindahan Massa dan Panas pada Leaching a. Perpindahan Massa :

Proses perpindahan massa pada Unit Leaching di Lab. OTK dapat digolongkan sebagai sistem ekstraksi arus silang (cross current) dengan pelarut selalu dalam keadaan murni (bebas zat terlarut) untuk setiap tahap. Secara skematis proses ini dapat digambarkan seperti Gambar III.1

Dimana :

A : massa rafinat B : massa pelarut

x : fraksi massa zat terlarut dalam rafinat (padatan) y : fraksi massa zat terlarut dalam ekstrak (pelarut)

Untuk siklus/tahap I

massa masuk = massa keluar A . xf + B . y0 = A . x1 + B . y1

Dengan harga y0 = 0 (murni / bebas solute karena hasil kondensasi), maka : A . xf = A . x1 + B . y1

B . y1 = A . x1 – A . xf

(5)

y1 = A

B (x1 – xf)

Atau y1 = - A

B (xf – x1)

Dari persamaan di atas dapat digambarkan kurva rasio massa solute dalam ekstrak (y) lawan rasio massa solute dalam rafinat (x) untuk beberapa siklus/tahap, dengan gradient / slope selalu tetap, karena baik A (padatan basis kering) maupun B (pelarut selalu murni), harganya tetap.

Dengan mengetahui harga-harga xf (kandungan awal solute di umpan), y1 (kandungan solute di ekstrak tahap I), A (massa padatan kering) dan B (massa pelarut yang ikut mengekstrak dalam tahap I tsb.) dan tersedianya kurva kesetimbangan untuk proses leaching bahan yang digunakan, maka dapat dihitung antara lain jumlah tahap yang diperlukan untuk mendapatkan jumlah atau konsentrasi solute tertentu yang diinginkan, efisiensi tahap, efisiensi akhir proses, dan lain – lain.

b.Perpindahan Panas :

Dengan asumsi steam yang digunakan adalah steam jenuh, maka jumlah panas yang diperlukan untuk proses leaching, dapat dihitung berdasarkan persamaan

q = Ms(Hs – hs) = Msλ

Di mana :

q : jumlah panas yang diperlukan/mengalir (W atau btu/h) Ms : laju massa steam (kg/h atau lbm/h)

Hs : entalpi steam jenuh (J/kg atau btu/lbm)

hs : entalpi kondensat (J/kg atau btu/lbm) λ : panas laten steam jenuh (J/kg atau btu/lbm)

BAB III

METODE PENELITIAN 2.1 Alat dan Bahan

Alat:

1. Unit leaching 2. Termometer digital 3. Termometer asa 4. Gelas ukur 5. Kondensor

(6)

6. Labu alas bundar 7. Erlenmeyer 8. Stopwatch 9. Beaker glass 10. Neraca massa 11. Piknometer 12. Refractometer 13. Pipet tetes

14. Lumpang dan alu kayu Bahan:

1. Minyak kemiri 2. Alkohol teknis 2.2 Skema Percobaan

1. Persiapan

Menutup V6

Masukkan alcohol teknis ke T-2 hingga mengalir melalui H-1 menuju T-1

Drain pelarut dari T-2 melalui V-5

Mengukur volume pelarut yang keluar

Menimbang 2 kg biji kemiri

Memecah biji kemiri menjadi beberapa bagian

Membungkus dengan kain kasa dan dimasukkan ke T-2

(7)

2. Start-Up

3. Operasi

Memasukkan 25 L pelarut ke T-1

Membuka V1 dan V2

Memastikan air pendingin kondensor memiliki kecepatan alir yang cukup

Membuka V3 hingga tekanan steam ± 1.2 bar

Mencatat wakti t=0 menit saat pelarut pertama kali menetes ke dalam T-2

Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu siklus

Mengambil sampel ektrak ± 150 mL melalui V5 kemudian tutup kembali

Mengukur laju alir dan suhu kondensat melalui V8

Membuka V6 agar ektrak mengalir ke T-1 seluruhnya kemudian tutup V6

Menganalisa kadar minyak dalam ekstrak dengan distilasi sederhana tiap siklus

(8)

4. Shut Down

2.3 Hasil Percobaan dan Perhitungan

Massa pikno kosong = 12,88 gram Massa pikno + air = 22,53 gram

Menunggu hingga proses berjalan selama 3 siklus

Menutup V3, tunggi hingga suhu sistem mendekati suhu lingkungan

Mengeluarkan padatan sisa, mengeringkan, dan menimbang padatan yang tersisa

Menutup V6 dan membuka V3 hingga tekanan ± 1.2 bar

Menampung distilat pelarut hasil distilasi dan memasang jerigen di keluaran V5

Menutup V3, tunggi hingga suhu sistem mendekati suhu lingkungan

Membuka V7 dan mengeluarkan ektrak

Menutup V1 dan V2

(9)

Densitas air (20°C) = 0,98823 g/ml(Geankoplis A.2-9)

Volume pikno = 9,764933265 ml

Massa awal kemiri = 2 kg

Massa akhir kemiri = 1,8 kg

Volume etanol = 25 lt

Densitas etanol (25°C) = 0,785 gram/ml (Engineering Toolbox) Densitas minyak kemiri murni = 0,924 gram/ml(Ketaren, 2008)

%rendemen = 55%(Eka Putri, 2019)

Volume ekstrak (vol T2) = 150 ml

Tekanan steam = 1,2 bar

KONDENSAT Siklus ke- t (menit) Volume

(mL) t sampling (s) F (mL/s) T ()

1 36,56 763 60 12,72 64,8

2 28,52 279 60 4,65 61,1

3 44,37 134 60 2,23 59

4 39,19 100 60 1,67 64

EKSTRAK

Sebelum Distilasi Sesudah Distilasi

Siklus Massa pikno

+ ekstrak

(gram)

Indeks bias

Brix (%massa)

ρsampel (gram/mL)

Massa pikno+ekstrak

(gram)

Indeks Bias

Brix (%massa)

ρsampel (gram/mL)

1 20,86 1,3415 5,05% 0,817

2 20,71 1,3412 5,10% 0,802

3 20,74 1,339 4% 0,805

4 20,71 1,339 4% 0,802

recover y

22,26 1,244 76% 0,961

(10)

Setelah Distilasi Sederhana Distilasi Sederhana

Siklus 2

Distilasi Sederhan a Siklus 4

Distilasi Sederhan

a Hasil Recovery

Satuan Volume sampel

distilasi 150 150 150 mL

V minyak campuran 14 3,6 110 mL

V etanol distilat 128 146 30 mL

Massa RBF kosong

+ batu + tatakan 212,76 212,76 212,76 gram

Massa RBF kosong + batu + tatakan + minyak

225,06 216,74 318 gram

Massa minyak

campuran 12,3 3,98 105,24 gram

Densitas minyak

campuran 0,8786 1,1056 0,9567 gram/ml

Fraksi minyak

murni 0,6732 2,3062 1,2354

Fraksi etanol 0,3268 -1,3062 -0,2354 massa minyak

murni 8,2801 9,1785 130,0185 gram

%recovery tiap

stage 0,75% 0,83% 11,82%

%yield 0,41% 0,46% 6,50%

Perhitungan Yield dengan Indeks Bias

EKSTRAK Siklus

ke-

Massa pikno+ekstrak

(gram)

Indeks

Bias Fraksi (x) = yi ρsampel

(gram/mL)

Massa minyak terambil

(gram)

%recovery %yield

1 20,86 1,3415 0,6230 0,806 75,29 6,84% 3,76%

2 20,71 1,3412 0,6111 0,799 73,27 6,66% 3,66%

(11)

3 20,74 1,339 0,5238 0,801 62,97 5,72% 3,15%

4 20,71 1,339 0,5238 0,795 62,47 5,68% 3,12%

Massa Minyak Total 274,00

Perhitungan Latent Heat Siklu

s

T kondensa

t (°C)

T1 (°C )

T2 (°C

)

Hs 1 (kJ/kg)

Hs 2 (kJ/kg)

Hs (kJ/kg)

hs1 (kJ/kg

)

Hs 2 (kJ/kg

)

Hs

(kJ/kg)

λ (kJ/kg)

1 64,8 60 65 2609,6

0

2618,3 0

2617,95 2

251,13 272,06 271,222 8

2346,729 2

2 61,1 60 65 2609,6

0

2618,3 0

2611,51 4

251,13 272,06 255,734 6

2355,779 4

3 59 55 60 2600,9

0

2609,6 2607,86 230,23 251,13 246,95 2360,91

4 64 60 65 2609,6

0

2618,3 0

2616,56 251,13 272,06 267,874 2348,686

Perhitungan Densitas pada T Kondensat

Siklus T

kondensat (°C)

T1 (°C) T2 (°C) ρ 1 (kg/m³)

ρ 2 (kg/m³)

ρ (kg/m³)

1 64,8 60 70 983,24 977,81 980,6336

2 61,1 60 70 983,24 977,81 982,6427

3 59 50 60 988,07 983,24 983,723

4 64 60 70 983,24 977,81 981,068

Perhitungan Kebutuhan Panas Tiap Stage Siklu

s

t (menit

)

Volum e (mL)

t samplin

g (s)

F (mL/s

)

F (m³) ρ (kg/m³

)

λ (kJ/kg)

S (kg) q (kJ)

(12)

1 36,56 763 60 12,72 0,00076 3

980,63 2346,7 3

27,36 64194,89

2 28,52 279 60 4,65 0,00027

9

982,64 2355,7 8

7,82 18419,76

3 44,37 134 60 2,23 0,00013

4

983,72 2360,9 1

5,85 13808,50

4 39,19 100 60 1,67 0,00010

0

981,07 2348,6 9

3,84 9030,24

Kebutuhan Panas Overall 44,8676

2

105453,3 9

(13)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

(14)

LAMPIRAN Contoh Perhitungan

- Siklus 2

Massa pikno + sampel = 20,71 gram

ρ sampel = m pikno+sampelm pikno

v pikno =

(20,71−12,88g)

9,76ml = =//0,802 g/ml

Index bias = 1,3412

Fraksi massa (yi) = indeks bias−1,3258

0,0252 =

1,3412−1,3258

0,0257 = 0,6111 Massa minyak terambil = yi x volume ekstrak x ρ sampel

= 0,6111 x 150 ml x 0,802 g/ml = 73,27 g

%Recovery = mminyak terambil

%rendemen x massa kemiri x 100%

= 73,27g

55 %x2000g x 100% = 6,66%

%Yield = massa minyakterambil

massa awal x 100%

= 73,72g

2000g x 100% = 3,66%

Data berdasarkan distilasi

Volume etanol distilat = 128 ml

ρ etanol (25°C) = 0,785 g/ml (Engineering Toolbox) etanol murni = 128 ml x 0,785 g/ml = 100,48 g ρ minyak kemiri murni = 0,924 g/ml (Ketaren, 2008)

(15)

m minyak campuran = 12,3

V minyak campuran = 14 ml

ρ minyak campuran = 12,3g

14ml = 0,8786 g/ml

ρ minyak campuran = Xminyak x ρ minyak + Xetanol x ρ etanol

 X minyak = ρminyak campuranρ etanol ρ minyakρ etanol

= (0,8786−0,785)g/ml

(0,9249−0,785)g/ml = 0,6732 X etanol = 1 – 0,6732 = 0,3268

Massa minyak murni = 0,6732 x 12,3 gram = 8,2801 gram

%recovery tiap stage = m minyak murni

%rendemen x massa awal kemiri

= 8,2801gram

55 %x2000gram x 100% = 0,75%

%yield = massa minyak murni

massa awal kemiri x 100%

= 8,2801gram

2000gram x 100% = 0,41%

 Perhitungan kebutuhan panas tiap stage Contoh pada siklus 1

T kondensat = 64,8 °C

ρ condensate = ρ1 + ( TT1

T2−T1 ) (ρ2 – ρ1)

= 983,24 + ( 64,8−60

70−60 ) (977,81 – 983,24)

= 980,6336 kg/m³

Volume kondensat = 763 ml

t sampling = 60 s

t siklus = 36,56 menit

F = v kondensat

t sampling =763ml

60s = 0,000763 m³/menit

(16)

Massa steam (S) = F x ρ kondensat x t siklus

= 0,000763m³/min x 980,6336kg/m³ x 36,56min = 27,355 kg

hs = hs1 + ( TT1

T2−T1 ) (hs2 – hs1)

= 251,13 + ( 64,8−60

65−60 ) (272,06 – 251,13)

= 271,2228 kJ/kg

Hs = Hs1 + ( TT1

T2−T1 ) (Hs2 – Hs1)

= 2609,60 + ( 64,8−60

65−60 ) (2618,30 – 2609,60)

= 2617,952 kJ/kg

λ = Hs – hs = 2617,952 – 271,2228 = 2346,729

= 2346,729 kJ/kg

q = S x λ = 27,355 kg x 2346,729 kJ/kg

= 64194,89 kJ

Referensi

Dokumen terkait