NY. B USIA 23 TAHUN G2P1A0 DENGAN KONSTIPASI DI PUSKESMAS BUNTOK KABUPATEN BARITO SELATAN
Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Praktik Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Kehamilan
Program Studi Profesi Bidan
Disusun Oleh :
NAMA NIM
: Riska Diniar Pratiwi : PO 62.24.2.24.942
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2024
i
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
NY. B USIA 23 TAHUN G2P1A0 DENGAN KONSTIPASI DI PUSKESMAS BUNTOK KABUPATEN BARITO SELATAN
Disusun Oleh : Nama : Riska Diniar Pratiwi NIM : PO. 62.24.2.24.942
Prodi : Pendidikan Profesi Bidan Angkatan VII Semester I
Tanggal Pemberian Asuhan : 23 September 2024
Disetujui,
Pembimbing Lapangan Tanggal : 25 September 2024
Di Buntok Marisa Taria, SST., Bdn., MM
NIP.19890315 201001 2 006
Pembimbing Institusi
Tanggal : September 2024
Di Palangka Raya Erina Eka Hatini, SST., MPH
NIP. 19800608 200112 2 001
ii
Laporan Praktik Kebidanan Praktik Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Kehamilan
Telah disahkan tanggal : September 2024
Mengesahkan, Pembimbing Institusi
Erina Eka Hatini, SST., MPH NIP. 19800608 200112 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
dan Pendidikan Profesi Bidan
Erina Eka Hatini, SST., MPH NIP. 19800608 200112 2 001
Koordinator MK. Praktik Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada
Kehamilan
Erina Eka Hatini, SST., MPH NIP. 19800608 200112 2 001
iii
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan kejadian fisiologis dan harus disadari semua wanita hamil. Selama masa kehamilan, tubuh seorang wanita akan mengalami banyak perubahan. Baik perubahan fisik, mood, maupun hormonal. Tentu semua dapat menyebabkan timbulnya bermacam-macam keluhan dan masalah pada kehamilan trimester III diantaranya yaitu sering berkemih, varises, susah buang air besar (konstipasi), wasir, sesak nafas, bengkak dan kram pada kaki, gangguan tidur (mudah Lelah), nyeri perut bawah, dan heartburn. Dari beberapa keluhan-keluhan selama trimester III tersebut salah satunya yang paling sering dikeluhkan yaitu konstipasi (Hartinah, Karyati and Rokhani, 2019).
Dalam kehamilan 10-40% wanita hamil pernah mengalami konstipasi. Konstipasi sering dialami oleh ibu hamil. Perubahan hormone akibat kehamilan atau pola hidup dapat memicu timbulnya ganguan ini.
Awalnya sambelit hanya menyebabkan ketidaknyamanan selama buang air besar dan perut menjadi sakit atau kembung. Tetapi jika ini berlangsung lama akan menggangu metabolisme tubuh dan menimbulkan gangguan tubuh yang lainnya. Jika konstipasi dibiarkan berlangsung terus menerus dapat menyebabkan timbulnya wasir. Akibat terjadinya sembelit, ibu hamil akan menjadi terlalu sering mengejan ketika buang air besar, oto-otot pada pembuluh darah di anus melemah, akibatnya keduanya dapat mempertinggi kemungkinan terjadinya wasir pada ibu hamil. Oleh karena itu, sembelit pada ibu hamil harus segera diatasi (Auria et al., 2020)
Data yang ditemukan sebanyak 24% Wanita hamil trimester pertama menderita konstipasi, 26% mengalami konstipasi selama trimester kedua, 26% mengalami konstipasi selama trimester ketiga dan 24% wanita hamil mengalami konstipasi selama 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita yang mengkonsumsi suplemen zat besi mengalami 3.5 kali lebih banyak konstipasi dibandingkan yang tidak mengkonsumsinya. Sebanyak 19%
1
Wanita mempunyai gejala sindrom iritasi usus besar pada saat kehamilan.
Konstipasi pada awal hingga akhir kehamilan mereka membutuhkan suplemen zat besi. harus diberikan pengarahan tentang penanganan konstipasi selama kehamilannya (Evayanti, 2024).
Kesehatan pencernaan saat hamil memiliki peran besar terhadap perkembangan janin dan kesehatan tubuh ibu hamil. Hal ini karena pada saat kehamilan, bayi mendapatkan nutrisi untuk berkembang melalui asupan ibu.
Jadi, diperlukan kesehatan pencernaan yang optimal dari ibu untuk memastikan kesehatan ibu hamil dan bayi berada dalam kondisi prima.
Konstipasi akan membuat perut jadi begah, perut akan terasa membesar karena tidak lancar buang air besar selama berhari-hari sehingga Ibu hamil yang mengalami ketidaknyamanan dengan perutnya akan mudah kehilangan nafsu makan. Hal ini menyebabkan, asupan nutrisi untuk ibu hamil dan janin akan berkurang. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan pencernaan, termasuk mengatasi konstipasi, agar asupan nutrisi yang ibu dan janin butuhkan bisa terpenuhi (Evayanti, 2024)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, pemberi asuhan merumuskan masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny. B Usia 23 Tahun G2P1A0 dengan Konstipasi?”
C. Tujuan 1. Umum
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan Asuhan Kebidanan Fisiologi Kehamilan
2. Khusus
Menerapkan Asuhan Kebidanan Fisiologi Kehamilan dengan Konstipasi berdasarkan evidence based kebidanan meliputi :
a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan konstipasi
b. Melakukan perumusan diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu hamil
c. Menyusun perencanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan konstipasi
d. Melaksanakan Implementasi Asuhan pada ibu hamil dengan konstipasi
e. Melaksanakan Evaluasi Asuhan pada ibu hamil dengan Konstipasi f. Melaksanakan Pencatatan Asuhan Kebidanan dengan metode
SOAP
D. Manfaat 1. Klien
Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi pada ibu hamil dengan memberikan asuhan berdasarkan evidence based midwifery.
2. Mahasiwa
Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi ibu hamil dengan memberikan asuhan berdasarkan evidence based midwifery.
3. Lahan Praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pelayanan di lahan praktik untuk meningkatkan pelayanan serta asuhan yang baik pada ibu hamil dengan memberikan asuhan berdasarkan evidence based midwifery.
A. Teori Asuhan Kebidanan Yang Diterapkan Pada Ibu Hamil 1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Dharmayanti et al., 2019).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Rahayu Widiarti and Yulviana, 2022).
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir (Yulaikhah, 2019).
2. Tanda-tanda Kehamilan
Tanda –tanda kehamilan dibagi menjadi tiga yaitu tanda dugaan hamil (presumtif sign), tanda tidak pasti hamil (probable sign), dan tanda pasti hamil (positive sign).
a. Tanda−tanda dugaan hamil (presumtif sign)
Tanda dugaan (presumtif) yaitu perubahan fisiologis yang dialami pada wanita namun sedikit sekali mengarah pada kehamilan karena dapat ditemukan juga pada kondisi lain serta sebagian besar bersifat subyektif dan hanya dirasakan oeh ibu hamil. Yang temasuk presumtif sign adalah :
4
1) Amenorea
Haid dapat berhenti karena konsepsi namun dapat pula terjadi pada wanita dengan stres atau emosi, faktor hormonal, gangguan metabolisme, serta kehamilan yang terjadi pada wanita yang tidak haid karena menyusui ataupun sesudah kuretase. Amenorea penting dikenali untuk mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dan hari perkiraanlahir (HPL)
2) Nausea dan vomitus (mual dan muntah)
Keluhan yang sering dirasakan wanita hamil sering disebut dengan morning sickness yang dapat timbul karena bau rokok, keringat, masakan, atau sesuatu yang tidak disenangi. Keluhan ini umumnya terjadi hingga usia 8 minggu hingga 12 minggu kehamilan.
3) Mengidam
Ibu hamil ingin makanan atau minuman atau menginginkan sesuatu. Penyebab mengidam ini belum pasti dan biasanya terjadi pada awal kehamilan.
4) Fatique (Kelelahan) dan sinkope (pingsan)
Sebagian ibu hamildapat mengalami kelelahan hingga pingsan terlebih lagi apabila berada di tempat ramai.
Keluhan ini akan meghilang setelah 16 minggu.
5) Mastodynia
Pada awal kehamilan mamae dirasakan membesar dan sakit. Ini karena pengaruh tingginya kadar hormon esterogen dan progesteron. Keluhan nyeri payudara ini dapat terjadi pada kasus mastitis, ketegangan prahaid, penggunaan pil KB.
6) Gangguan saluran kencing
Keluhan rasa sakit saat kencing, atau kencing berulang – ulang namun hanya sedikit keluarnya dapat dialami ibu hamil. Penyebabnya selain karena progesteron yang
meningkat juga karena pembesaran uterus. Keluhan semacam ini dapat terjadi pada kasus infeksi saluran kencing, diabetes militus, tumor pevis, atau keadaan stress mental.
7) Konstipasi
Konstipasi mungkin timbul pada kehamilan awal dan sering menetap selama kehamilan dikarenakan relaksasi otot polos akibat pengaruh progesteron. Penyebab lainnya yaitu perubahan pola makan selama hamil, dan pembesaran uterus yang mendesak usus serta penurunan motilitas usus
8) Perubahan Berat Badan
Berat badan meningkat pada awal kehamilan karena perubahan pola makan dan adanya timbunan cairan berebihan selama hamil.
9) Quickening
Ibu merasakan adanya gerakan janin untuk yang pertama kali. Sensasi ini bisa juga karena peningkatan peristaltik usus, kontraksi otot perut, atau pergerakan isi perut yang dirasakan seperti janin bergerak.
b. Tanda tidak pasti kehamilan (probable sign) 1) Peningkatan suhu basal tubuh
Kenaikan suhu basal lebih dari 3 minggu, kemungkinan adanya kehamilan. Kenaikan ini berkisar antara 37,2º C sampai dengan 37,8ºc
2) Perubahan warna kulit
Cloasma Gravidarum/topeng kehamilan berupa berwarna kehitaman sekitar mata, hidung, dan pelipis yang umumnya terjadi pada kehamilan mulai 16 minggu. Warna akan semakin gelap jika terpapar sinar matahari.
Perubahan kulit lainnya bisa berupa hiperpigmentasi di sekitar aerola dan putting mamae, munculnya linea nigra
yaitu pigmentasi pada linea medialis perut yang tampak jelas mulai daripubissampai umbilikus. Perubahan pada kulit terjadi karena rangsangan Melanotropin Stimulating Hormone/MSH.
3) Striae gravidarum
Berupa garis−garis tidak teratur sekitar perut berwarna kecoklatan, dapat juga berwarna hitam atau ungu tua (striae livide) atau putih (striae albicans) yang tejadi dari jaringan koagen yang retak diduga karena pengaruh adrenocortikosteroid. Seringkali terjadi bercak−bercak kemerahan (spider) karena kadar esterogen yang tinggi.
4) Perubahan Payudara
Pembesaran dan hipervaskularisasi mamae terjadi sekitar kehamilan 6 sampai 8 minggu. Pelebaran areola dan menonjolnya kalenjer montgomery, karena rangsangan hormon steroid. Pengeluaran kolostrum biasanya kehamilan 16 minggu karena pengaruh prolaktin dan progesteron.
5) Pembesaran Perut
Biasanya tampak setelah 16 minggu karena pembesaran uterus. Ini bukan tanda diagnostik pasti tapi harus dihubungkan degan tanda kehamilan lain. Perubahan kurang dirasakan primigravida, karena kondisi otot−otot masih baik. Pembesaran perut mungkin dapat ditemui pada obesitas, kelemahan otot perut,tumor pelvik dan perut, ascites, hernia perut bagian depan.
6) Epulis Hipertropi
Terjadi pada gusi belum diketahui penyebabnya secara jelas. Dapat tejadi juga pada infeksi lokal, pengapuran gigi atau kekurangan vitamin C.
7) Balotement
Pada kehamilan 16 sampai 20 minggu pemeriksaan palpasi kesan seperti ada masa yang keras, mengapung dan memantul di uterus. Dapat terjadi pada tumor uterus, mioma, acites, dan kista ovarium.
8) Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus yang dirasakan seperti tertekan dan kencang, disebut kontraksi brackston Hics. Uterus mudah terangsang oeh peninggian hormon oksitosin gejala ini biasanya mulai usia kehamilan 28 minggu pada primi dan semakin lanjut kehamilannya semakin sering dan kuat.
9) Tanda Chadwick dan Goodell
Terjadi perubahan warna pada vagina atau porsio mejadi kebiruan atau ungu yang disebut tanda chadwick.
Perubahan konsistensi serviks menjadi lunak disebut tanda goodell.
c. Tanda Pasti Kehamilan (positive sign) 1) Teraba bagian−bagian janin
Umumnya pada kehamilan 22 minggu janin dapat diraba pada wanita kurus dan otot perut relaksasi. Kehamilan 28 minggu jelas bagian janin dapat diraba demikian pula gerakan janin dapat dirasakan oleh ibu.
2) Gerakan Janin
Pada kehamilan 20 minggu gerakan janin dapat dirasakan oleh pemeriksa.
3) Terdengar Denyut Jantung Janin
Dengan menggunakan ultrasound denyut jantung janin dapat terdengar pada usia 6 sampai 7 minggu. Jika menggunakan dopler pada usia 12 minggu sedangkan jika menggunakan stetoskop leannec 18 minggu. Frekuensi deyut jantung janin antara 120 sampai dengan 160 kali
permenit yang akan jelas terdengar bila ibu tidur terlentang atau miring dengan punggung bayi di depan.
4) Pemeriksaan Rontgent
Gambaran tulang mulai terlihat degan sinar X pada usia kehamilan 6 minggu namun masih belum dapat dipastikan bahawa itu adalah gambaran janin. Pada kehamilan 12 sampai 14 minggu baru dapat dipastikan gambaran tulang janin.
5) Ultrasonografi
USG dapat digunakan umur kehamilan 4 sampai 5 minggu untuk memastikan kehamilan dengan melihat adanya kantong gestasi, gerakan janin dan deyut jantung janin.
6) Electrocardiography
ECG jantung janin mulai terihat pada kehamilan 12 minggu.
3. Perubahan Fisik dan Psikologis Ibu Hamil Trimester I, II, dan III a. Perubahan Fisik ibu hamil
Menurut (Megalina Limoy, 2020), Perubahan fisiologis yang dialami wanita selama hamil yaitu :
1) Perubahan pada sistem reproduksi dan mamae a) Uterus
Pembesaran uterus awal kehamilan disebabkan oleh peningkatan vaskularisasi, vasodilatasi, hyperplasia dan hipertropipada miometrium dan perkembangan endometrium yang menjadi decidua disebabkan karena efek estrogen dan progesteron yang dihasikan oleh corpus luteum. Berat Uterus naik secara luar biasa dari 30−50 gram menjadi
±1000 gram pada akhir kehamilan. Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga pelvis, dan seiring perkembangannya uterus
akan menyentuh dinding abdomen mendorong usus kesamping dan keatas, terus tumbuh hingga menyentuh hati.
b) Serviks Uteri dan Vagina
Progesteron meyebabkan sel−sel endoserviks mensekresi mukus yang kental, menutupi serviks yang dikenal dengan mucus plug. Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak pada perabaan dan disebut tanda goodell. Dinding vagina mengalami perubahan pada trimester III untuk mempersipkan persalinan yaitu dengan mengendornya jaringan ikat, hipertropisel otot polos. Perubahan ini menyebabkan bertambah panjangnya dinding vagina.
c) Fungsi Hormon dan ovarium
Setelah implantasi, villi chorionic akan mengeluarkan hormon HCG guna mempertahankan produksi esterogen dan progesteron corpus luteum sampai pasenta terbentuk sempurna yaitu 16 minggu. Selanjutnya plasenta akan menggantikan fungsi corpus luteum memproduksi estrogen dan progesteron. Tingginya esterogen dan progesteron selam hamilakan menekan produksi FSH dan LH sehingga tidak terjadi maturasi folikel dan ovulasi berhenti. Hormon relaksin pada akhir kehamilan akan merelaksasikan jaringan ikat terutama sendi sakroiliaka dan pelunakan serviks pada saat persalinan.
d) Perubahan pada mamae
Perubahan ada ibu hamil yaitu payudara menjadi lebih besar, dan aerola mamaesemakin hitam karena hiperpigmentasi. Gandula montgomery
makin tampak menonjol di permukaan aerola mamaedan pada kehamian 12 minggu ke atas dari putting susu keluar colostrum.
2) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Cardiac output (COP) meningkat 30%-50% selama kehamilan dan tetap tinggi sampai persalinan. Bila ibu berbaring terlentang maka dapat menyebabkan supine hypotension syndrome karena pembesaran uterus menekan vena kava inferior mengurangi venous return ke jantung.
Selama awal kehamilan terjadi penurunan tekanan darah sistolik5 sampai 10 mmHg, diastolik 10 sampai 15 mmHg dan setalah usia kehamilan 24 minggu akan berangsur naik dan kembali normal. Volume plasma mulai meningkat pada usia kehamiaan 10 minggu dan mencapai batas maksimum pada usia 30 sampai dengan34 minggu. Rata- rata kenaikan berkisar 20 sampai dengan 100% dan eritrosit juga meningkat mencapai 18 sampai dengan 30%.
Ketidakseimbangan peningkatan antara plasma dan eritrosit mengakibatkan hemodilusi yang berdampak pada penurunan hematokrit selama kehamilan normal dan menyebabkan anemia fisiologis.
3) Sistem Respirasi
Kecepatan pernapasan menjadi sedikit lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat selama kehamilan (15 sampai dengan 20%). Pada kehamilan lanjut ibu cenderung menggunakan pernafasan dada daripada pernafasan perut, hal inidisebabkan oeh tekanan ke arah diafragma akibat pembesaran rahim.
4) Sistem Pencernaan
Pada bulan pertama kehamilan sebagian ibu mengalami morning sickness yang muncul pada awal kehamian dan berakhir setelah 12 minggu. Terkadang ibu mengalami
perubahan selera makan (ngidam). Gusi menjadi hiperemik dan terkadang bengkak sehingga cenderung berdarah.
Peningkatan progesteron menyebabkan tonus otot traktus digestivus menurun sehingga motilitas lambung berkurang.
Makanan lebih lama berada di dalam lambung sehingga menyebabkan rasa panas pada ulu hati (heartburn). Selain itu peningkatan progesteron menyebabkan absorbsi air meningkat di kolon sehingga menyebabkan konstipasi.
5) Sistem Perkemihan
Aliran plasma renal meningkat 30% dan laju fitrasi glomerulus meningkat (30 sampai dengan 50%) pada awal kehamilan mengakibatkan poliuri. Usia kehamian 12 minggu pembesaran uterus menyebabkan penekanan pada vesika urinaria menyebabkan peningkatan frekuensi miksi yang fisiologis. Kehamilan trimester II kandung kencing tertarik ke atas pelvik dan uretra memanjang. Kehamilan trimester III kandung kencing menjadi organ abdomen dan tertekan oleh pembesaran uterus serta penurunan kepala sehingga menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil.
6) Sistem Integumen
Peningkatan esterogen meningkatkan deposit lemak sehingga kulit dan lemak subkutan menjadi tebal.
Hiperpigmentasi pada puting dan aerola aksila dan garis tengah perut serta pada pipi, hidung, dan dahi disebabkan oleh peningkatan Melanophore Stimulating Hormone.
Keringat berlebihan selama hami karena peningkatan laju metabolisme basal dan suplai darah ke kulit.
7) Metabolisme Basal
Metabolisme rate (BMR) umumnya meningkat 15 sampai dengan 20% terutama pada trimester III. Peningkatan BMR menunjukkan peningkatan pemakaian oksigen
karena beban kerja jantung yang meningkat. Vasodilatasi perifer dan peningkatan aktivitas kalenjer keringat membantu mengeluarkan kelebihan panas akibat peningkatan BMR selama hamil.Ibu hamil normal menyerap 20% zat besi yang masuk. Teh, kopi, tembakau dapat mengurangi penyerapan zat besi, sedangkan sayuran dan vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi.
8) Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh
Penambahan berat badan yang diharapkan selama kehamilan bervariasi antara satu ibu dengan lainnya.
Faktor utama yang menjadi pertimbangan untuk rekomendasikan kenaikan berat badan adalah body mass index(BMI) atau Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu kesesuain berat badan sebelum hamil terhadap tinggi badan, yaitu apakah ibu tergolong kurus, normal atau gemuk. Untuk itu sangatlah penting mengetahui berat badan ibu selama hamil. Laju kenaikan berat badan optimal tergantung pada tahap kehamilan atautrimester.
Pada trimester I dan II pertumbuhan terjadi terutama pada jaingan ibu dan pada trimester III pertumbuhan terutama pada fetus. Selama trimester I rata−rata 1 sampai 2,5 kg.
Setelah trimester I, pola kenaikan BB pada trimester selanjutnya yang dianjurkan adalah ± 0,4kg /minggu untuk ibu dengan IMT normal, untuk ibu dengan IMt rendah diharapkan 0,5kg/minggu sedangkan untuk IMT tinggi 0,3kg/minggu. Namun secara rerata kenaikan berat badan perminggu yang diharapkan untuk semua kategori adalah 0,5kg/minggu.Menurut Wagiyo dan Putrono (2016) menjelaskan bahwa penambahan berat badan yang diharapkan selama kehailan bervariasi antara ibu yang satu dengan yang lainnya. Faktor utama yang menjadi rekomendasi pertimbangan kenaikan berat badan adalah
kesesuaianberat badan sebelum hamil dengan tinggi badan.
Kenaikan berat badan selama hail berdasarkan usia kehailan yaitu 10 minggu 650 gram, 20 minggu 4000 gram, 30 minggu 8500 gram, dan 40 minggu 12500 gram.
9) Sistem Endokrin
Sejak trimester I terjadi peningkatan normal dari hormon tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3) yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme untuk mendukung pertumbuhan kehamilan. Pada kondisi hiertiroid ringan, kalenjer tiroid bertambah ukuran dan dapat diraba akibat laju metabolisme basal meningkat, intoleransi panas dan labilitas emosional. Produksi insulin semakin meningkat karena sel-sel penghasil insulin bertambah ukuran dan jumlahnya. Oleh karena itu, ibu akan lebih cepat mengalami starvation (kelaparan) bila dalam kondisi tidak makan yang cukup lama mengakibatkan glukosa darah menurun cepat (hipoglikemi).
10) Sistem Muskuloskeletal
Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan merubah dimensi tubuh dan pusat gravitasi menyebabkan kondisi lordosis (peningkatan kurvatura lumbosakral) disertai dengan mekanisme kompensasi area vertebra servikalis (kepala cenderung fleksi ke arah anterior) untuk mempertahankan keseimbangan. Lordosis bila tidak dikoreksi akan menyebabkan ketegangan ligamen dan struktur otot yang menimbulkan ketidaknyamanan selama hamil atau setelahnya pada ibu yang sudah berusia lebih tua atau ibu dengan masalah tulang belakang.
11) Sistem Neurologik
Kompresi saraf pelvik atau stasis vaskuler akibat pombesaran uterus dalam berakibat perubahan sensori
pada tungkai. Lordosis dapat menyebabkan nyeri karena tarikan atau penekanan pada syaraf. Edema pada trimester akhir yang menekan saraf mediana dibawah ligamen charpal pergelangan tangan menimbulakan carpal tunnel syndromeynang ditandai dengan kesemutan dan nyeri pada tangan yang menyebar ke siku. Acroesthesia (bebal dan kesemutan pada tangan) yang disebabkan oleh postur ibu membungkuk yang menyebabkan tarikan pada pleksus brachialis, pusing, rasa seperti hendak pingsan akibat instabiitas vasomotor, postura hipotensi, atau hipoglikemi juga dapat dialami
b. Perubahan Adaptasi Psikologis Ibu Selama Hamil
Perubahan adaptasi psikologis menurut (Septiyaningsih et al., 2020) Trimester I (Periode penyesuaian terhadap kehamilan)
Pada awal kehamian sering muncul perasaan ambivalen dimana ibu hamil merasa ragu terhadap kenyataan bahwa dirinya hamil. Ambivalen dapat terjadi sekalipun kehamilan ini direncnakan dan sangat diharapkan.
Gambaran respon terhadap ambivalen ini yaitu selama beberapa minggu awal kehamian apakah ibu hamil atau tidak serta menghabiskan banyak waktu untuk membuktikan kehamilan. Pada trimester I ini daat terjadi labilitas emosional, yaitu perasaan yang mudah berubah dalam waktu singkat dan tak dapat diperkirakan. Dapat timbul perasaan khawatir seandainya bayi yang dikandungnya cacat atau tidak sehat, khawatir akan jatuh, cemas dalam melakukan hubungan seksual dan sebagainya.
1) Trimester II (Periode sehat)
Trimester ini ibu merasa lebih stabil, kesanggupan mengatur diri lebih baik, kondisi ibu lebih menyenangkan,
ibu mulai terbiasa dengan perubahan fisik tubuhnya, janin belum terlalu besar sehingga belum menimbulkan ketidak nyamanan. Ibu sudah mulai menerima dan mengerti tentang kehamilannya. Secara kogniti, pada trimester II ibu cenderung membutuhkan informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan bayinya serta perawatan kehamiannya.
2) Trimester III (Periode menunggu dan waspada)
Trimester ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Respon terhadap perubahan gambaran diri yaitu ibu merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian kusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan ketenangan dan dukungan yang lebih dari suami, keluarga dan bidan. Trimester ini adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua.
4. Tanda bahaya dalam kehamilan trimester I,II,dan III a. Perdarahan Pervaginam
Pada kehamilan muda bisa jadi tanda dari 1) Abortus
2) Kehamilan mola 3) Kehamilan ektopik
4) Perdarahan pada keehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum nayi dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum sebelum kelahiran. Perdarahan pada akhir kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu disertai
dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa berarti plasenta previa atau absurpsi plasenta.
b. Hiperemesis gravidarum
Mual muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan kehidupan.
HEG adalah memiliki gejala – gejala yang berbeda sesuai dengan tingkatannya.
1) tingkat I
a) Mual muntah terus menerus sehingga mempengaruhi keadaan umum , terjadi dehidrasi b) Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat,
dan dapar disertai dengan naiknya suhu tubuh.
c) Nyeri epigastrium 2) tingkat II
a) Dehidrasi bertambah yang ditandai dengan : (1) turgor kulit makin berkurang
(2) lidah kering dan kotor (3) berat badan menurun (4) mata cekung
b) gangguan sirkulasi darah yang ditandai dengan (1) nadi cepat dan tekanan darah menurun (2) hemokonsentrasi
(3) oliguria (4) obstipasi
c) gangguan metabolisme, yang ditandai dengan
(1) terjadi metabolisme anaerob dalam perpecahan lemak yang menyebabkan adanya badan keton, dijumpai dalam urinr dan nafas (bau keton)
(2) gangguan fungsi lever, terjadi ikterus.
3) tingkat III
a) dehidrasi makin berat b) mual muntah berhenti
c) terjadi perdarahan dari esofagus dan retina
d) gangguan fungsi lever (ikterus) yang terus meningkat e) penurunan kesadaran samnolen sampai koma
f) gangguan berupa ensefalopati wernickle, yang ditandai dengan :
(1) nistagmus (2) diplopia
(3) perubahan mental c. Sakit kepala hebat dan menetap
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menentap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Kadang-kadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin mengalami pernglihatan yang kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsia.
d. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu,iritasi uterus, abrupsi plasenta, ISK, dab lain-lain.
e. Bayi Kurang Bergerak Seperti Biasa
Ibu mulai merasakan gerakan janin sejak bulan kelima atau bulan keenam, bahkan beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit tiga kali dalam periode jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan minum dengan baik.
f. Penglihatan kabur
Oleh karena pengaruh hormonal , ketajaman penglihatan ibu dapat berubah selama proses kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal masalah visual yang mengindikasi keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang secara mendadak.
Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin merupakan gejala preeklamsia.
g. Bengkak diwajah dan jari-jari tangan
Hampir seluruh ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahan dengan meninggikan kaki. Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan , tidak hilang setelah beristirahat , dan disertai dengan keluhan fisik yang lain hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsia.
h. Keluar cairan pervagina
Harus dapat dibedakan antara urine dengan air ketuban. Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa,berbau amis , dan warna putih keruh. Jika kehamilan belum cukup bulan, hati-hati akan adanya persalinan preterm dan komplikasi infeksi intrapartum
5. Kebutuhan ibu hamil trimester I,II,III a. Kebutuhan nutrisi
Penting bagi ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin pada trimester 1 ini, karena pada masa inilah janin tumbuh lebih cepat dari waktu-waktu lainnya. Berikut nutrisi yang harus dipenuhi selama trimester pertama kehamilan:
1) Asam folat untuk mendukung perkembangan otak dan sumsum tulang bayi. Bisa diperoleh dari sayuran hijau (seperti bayam, brokoli, dan kale), buah jeruk, serta kacang-kacangan.
Suplemen asam folat juga bisa dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil.
2) Protein untuk membentuk sel-sel baru pada janin. Bisa diperoleh dari telur, tahu, tempe, ikan, ayam, daging, kacang- kacangan, susu, dan produk olahan susu lainnya. Sebaiknya konsumsi makanan sumber protein sebanyak 2-3 porsi per hari.
3) Vitamin A untuk mendukung perkembangan mata dan sistem kekebalan tubuh janin. Bisa diperoleh dari buah dan sayuran.
4) Kalsium dan vitamin D untuk membantu pertumbuhan tulang dan gigi janin. Kalsium juga berfungsi melancarkan peredaran darah serta kerja sistem otot dan saraf janin. Nutrisi ini bisa diperoleh dengan konsumsi brokoli, kale, ikan (seperti teri, sarden, dan salmon), serta susu dan produk olahannya.
5) Zat besi untuk membangun hemoglobin yang berfungsi mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh ibu hamil dan janin.
Nutrisi ini bisa diperoleh dari daging merah tanpa lemak, ayam, ikan, sayuran hijau (seperti bayam, brokoli), dan kacang-kacangan.
b. Obat- obatan
Sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar-benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan , sebaiknya pemberian obat dihindari. Penatalaksaanan keluahan dan ketidaknyamanan yang dialami lebih dianjurkan kepada pencegahan dan perawatan saja. Dalam pemberian terapi, dokter biasanya akan sangat memperhatikan reaksi obat terhadap kehamilan, karena ada obat tertentu yang kadang bersifat kontra dengan kehamilan.
c. Lingkungan yang bersih
Salah satu pendukung untuk keberlansungan kehamilan yang sehat dan aman adalah adanya lingkungan yang bersih, karena kemungkinan terpapar kuman dan zat toksik yang berbahaya bagi ibu dan janin akan tereliminasi.lingkungan yang bersih disini
adalah termasuk bebas dari polusi udara seperti asap rokok. Selain udara, perilaku hidup bersih dan sehat juga dilaksanakan, seperti menjaga kebersihan diri, makanan yang dimakan, buang air besar dijamban, dan mandi mengunakan air bersih.
d. Senam hamil
Kegunaan senam hamil adalah melancaekan sirkulasi darah , nafsu makan bertambah, pencernaan jadi lebih baik, dan tidur jadi lebih nyenyak. Bidan hendaknya menyarankan agar ibu hamil melakukan masing-masing gerakan sebanyak dua kali pada awal latihan dan dilanjutkan dengan kecapatan dan frekuensi menurur kemampuan dan kehendak mereka sendiri minimal lima kali tiap gerakan.
e. Pakaian
Meskipun pakaian bukan merupakan hal yang yang berakibat langsung terhadap kesejahteraan ibu dan janin, namun perlu kiranya jika tetap dipertimbangkan beberapa aspek kenyamana dalam berpakaian. Beberapa kriteria pakaian ibu :
1) Pakaian harus longggar , bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut
2) Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat 3) Pakailah bra yang menyokong payudara
4) Memakai sepatu dengan hak yang rendah 5) Pakaian dalam yang selalu bersih
f. Istirahat dan rekreasi g. Kebersihan tubuh h. Perawatan payudara i. Eliminasi
j. Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit seperti berikut.
1) Sering abortus
2) Perdarahan pervaginam
3) Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan. Bila ketuban sudah pecah , koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi janin intrauteri.Sikap tubuh yang baik
k. Imunisasi
l. Persiapan persalinan
6. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan a. Pada trimester 1
Ketidak nyamanan Cara mengatasi
1) Mual muntah a) Melalukan pengaturan pola makan
b) Menghindari steres c) Meminum air jahe
d) Menghindari minuman kopi, kafein, tembakau dan alkohol e) Mengkonsumsi vit.B6
1,5mg/hari 2) Hipersaliva a) menyikat gigi
b) berkumur
c) mnghisaf permen yang mengandung mint 3) pusing a) istirahat dan tidur serta
menghilangkan stres b) mengurangi aktifitas dan
menghemat energi
c) kolaborasi dengan dokter kandungan
4) mudah lelah a) melakukan pemeriksaan kadar zat besi
b) menganjurkan ibu untuk beristirahat siang hari.
c) Menganjurkan ibu untuk minum lebih banyak
d) Menganjurkan ibu untuk olah raga ringan
e) Mengkonsumsi makanan seimbang
5) Peningkatan prekuensi berkemih
a) Latihan keagel
b) Menganjurkan ibu untuk buang air kecil secara teratur c) Menghindari pengunaan
pakaian kentat.
6) Konstipasi a) Konsumsi makanan berserat b) Terapi farmakologi berupa
laxatif oleh dokter kandungan 7) Heart burn a) Menghindari makan tengah
malam
b) Menghindari makan porsi bersal
c) Memposisikan kepala lebih tinggi pada saat terlentang d) Mengunyah permen karet e) Tidak mengosumsi rokok atau
alkohol,
b. Trimester II
Ketidaknyamanan Cara mengatasi
1) Pusing a) Cukup istirahat
b) Menghindari berdiri secara tiba-tiba dari posisi duduk c) Hindari berdiri pada waktu
yang lama
d) Jangan lewatkan waktu
makan
e) Berbaring miring ke kiri 2) Sering berkemih a) Menyarankan ibu untuk
banyak minum disiang hari dan mengurangi minum dimalam hari
b) Menyarankan ibu untuk buang air kecil secara teratur c) Menghindari pengunaan
pakaian kentat
3) Nyeri perut bawah a) Menghindari berdiri tiba-tiba dari posisi jongkok
b) Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik
4) Nyeri punggung a. Memberi tahu ibu untuk menjaga posisi tubuhnya b. Menganjurkan ibu untuk
melakukan evsercise selama kehamilan
c. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktifitas serta menambah istirahat
5) Flek kehitaman pada wajah
a) Anjurkan ibu untuk mengunakan lotion
b) Menganjurkan ibu untuk mengunakan bra yang besar c) Menganjurkan ibu untuk diet
seimbang
d) Anjurkan ibu untuk mengunakan pelembab kulit 6) Sekret vagina
berlebih
a) Menganti celana dalam bila basah atau lembab
b) Memelihara kebersihan alat reproduksinya
7) Konstipasi a) Mengkonsumsi makanan
yang berserat
b) Memenuhi kebutuhan
hidrasinya
c) Melakukan olahraga ringan secara rutin
8) penambahan berat badan
a) memberikan contoh makanan yang baik untuk dikonsumsi b) menghitung jumlah asupan
kalori
9) pergerakan janin a) ajarkan ibu mengetahui pergerakan janin yang baik 10) perubahan
psikologis
a) memberikan ketenangan pada ibu dengan memberikan informasi yang dibutuhkan ibu
b) memberikan dukungan dan motivasi pada ibu
c) melibatkan orang terdekat atau keluarga pada setiap asuhan ibu
c. Ketidaknyamanan trimester III
Ketidaknyamanan Cara mengatasi 1) sering buang air
kecil
a) ibu hamil disarankan untuk minum 2-3 jam sebelum tidur b) kosongkan kandung kemih
sesaat sebelum tidur
c) agar kebutuhan air ibu hamil terpenuhi , anjurkan untuk
banyak minum air di siang hari.
2) Pegal- pegal a) Sempatkan untuk berolahraga b) Senam hamil
c) Mengkonsumsi susu dan makanan yang kaya kalsium d) Jangan berdiri/ jongkok/ duduk
terlalu lama
e) Anjurkan istirahat tiap 30 menit 3) Haemoroid a) Hindari konstipasi
b) Makan makanan yang berserat dan banyak minum
c) Gunakan kompres es atau air hangat
d) Bila mungkin mengunakan jari untuk memasukan kembali haemoroid kedalam anus pelan- pelan
e) Bersihkan anus dengan hati-hati setelah defekasi
f) Usahakan Bab Dengan teratur g) Ajarkan ibu untuk posisi
kneechess selama 15 menit/hari h) Senam kegel untuk menguatkan
perineum dan mencegah haemoroid
i) Konsul kedokter sebelum mengunakan obat hemoroid 4) Kram dan nyeri
pada kaki
a) Lemaskan bagian yang kram dengan cara mengurut
b) Pada saat bangun tidur jari kaki ditegakan sejajar dengan tumit untuk mencegah kram
mendadak
c) Meningkatkan asupan kalsium d) Meningkatkan asupan air putih e) Melakukan senam ringan f) Istirahat cukup
5) Gangguan pernafasan
a) Latihan nafas melalui senam hamil
b) Tidur dengan bantal tinggi c) Makan tidak terlalu banyak d) Konsultasi dengan dokter
apabila ada kelainan asma 6) Oedema a) Meningkatkan periode istirahat
dan berbaring dengan posisi miring kiri
b) Meninggikan kaki bila duduk c) Meningkatkan asupan protein d) Menganjurkan untuk minum 6-8
gelas sehari untuk membantu diuresis natural
e) Menganjurkan ibu untuk cukup berolah raga.
7) Perubahan libido a) Informasikan pada pasangan bahwa masalah ini normal dan diengaruhi oleh hormon ekstrogen dan tau kondisi psikologis
b) Menjelaskan pada ibu dan suami untuk mengurangi frekuensi hubungan seksual selama masa kritis
c) Menjelaskan pada keluarga perlu pendekatan dengan
memberikan kasih sayang pada ibu
(Rahayu Widiarti and Yulviana, 2022)
7. Standar Asuhan Kehamilan (10 T) dan Pemeriksaan ANC Berdasarkan PMK Nomor 21 Tahun 2021
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil yang kemudian disebut pelayanan antenatal (ANC) terpadu adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga sebelum mulainya proses persalinan yang komprehensif dan berkualitas. Pelayanan ini bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil untuk memperoleh pelayanan antenatal yang komprehensif dan berkualitas sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan pengalaman yang bersifat positif serta melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. Pengalaman yang bersifat positif adalah pengalaman yang menyenangkan dan memberikan nilai tambah yang bermanfaat bagi ibu hamil dalam menjalankan perannya sebagai perempuan, istri dan ibu.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan masa hamil adalah cakupan K1 (kunjungan pertama).
Sedangkan indikator untuk menggambarkan kualitas layanan adalah cakupan K4-K6 (kunjungan ke-4 sampai ke-6) dan kunjungan selanjutnya apabila diperlukan.
a. Kunjungan pertama (K1) K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar.
Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke-8.
b. Kunjungan ke-4 (K4) K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar selama kehamilannya minimal 4 kali dengan distribusi waktu: 1
kali pada trimester ke-1 (0-12 minggu ), 1 kali pada trimester ke-2 (>12 minggu-24 minggu) dan 2 kali pada trimester ke-3 (>24 minggu sampai kelahirannya).
c. Kunjungan ke-6 (K6) K6 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar, selama kehamilannya minimal 6 kali dengan distribusi waktu: 1 kali pada trimester ke-1 (0-12 minggu ), 2 kali pada trimester ke-2 (>12 minggu-24 minggu), dan 3 kali pada trimester ke-3 ( >24 minggu sampai kelahirannya). Kunjungan antenatal bisa lebih dari 6 (enam) kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan.Ibu hamil harus kontak dengan dokter minimal 2 kali, 1 kali di trimester 1 dan 1 kali di trimester 3.
Pelayanan ANC oleh dokter pada trimester 1 (satu) dengan usia kehamilan kurang dari 12 minggu atau dari kontak pertama, dokter melakukan skrining kemungkinan adanya faktor risiko kehamilan atau penyakit penyerta pada ibu hamil termasuk didalamnya pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pelayanan ANC oleh dokter pada trimester 3 (tiga) dilakukan perencanaan persalinan, termasuk pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan rujukan terencana bila diperlukan.
Standar pelayanan antenatal meliputi 10T, yaitu:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA) d. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri)
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus difteri (Td) bila diperlukan
g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama masa kehamilan
h. Tes laboratorium: tes kehamilan, kadar hemoglobin darah, golongan darah, tes triple eliminasi (HIV, Sifilis dan Hepatitis B,) malaria pada daerah endemis. Tes lainnya dapat dilakukan sesuai indikasi seperti gluko-protein urin, gula darah sewaktu, sputum Basil Tahan Asam (BTA), kusta, malaria daerah non endemis, pemeriksaan feses untuk kecacingan, pemeriksaan darah lengkap untuk deteksi dini talasemia dan pemeriksaan lainnya.
i. Tata laksana/penanganan kasus sesuai kewenangan.
j. Temu wicara (konseling) dan penilaian kesehatan jiwa. Informasi yang disampaikan saat konseling minimal meliputi hasil pemeriksaan, perawatan sesuai usia kehamilan dan usia ibu, gizi ibu hamil, kesiapan mental, mengenali tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas, persiapan persalinan, kontrasepsi pascapersalinan, perawatan bayi baru lahir, inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif. Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memiliki vaksin tetanus difteri dan/atau pemeriksaan laboratorium, fasilitas pelayanan kesehatan dapat berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas untuk penyediaan dan/atau pemeriksaan, atau merujuk ibu hamil ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang dapat melakukan pemeriksaan tersebut.
8. Pelayanan Antenatal Terintegritas
Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan komprehensif dan berkualitas yang dilakukan secara terintegrasi dengan program pelayanan kesehatan lainnya. Tujuan khusus ANC terpadu adalah:
a. Memberikan pelayanan antenatal terpadu, termasuk konseling kesehatan, dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI.
b. Pemberian dukungan emosi dan psikososial sesuai dengan keadaan ibu hamil pada setiap kontak dengan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis dan interpersonal yang baik.
c. Menyediakan kesempatan bagi seluruh ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu minimal 6 kali selama masa kehamilan.
d. Melakukan pemantauan tumbuh kembang janin.
e. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.
f. Melakukan tata laksana terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini mungkin atau melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada.
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas, dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus mampu melakukan deteksi dini masalah gizi, faktor risiko, komplikasi kebidanan, gangguan jiwa, penyakit menular dan tidak menular yang dialami ibu hamil serta melakukan tata laksana secara adekuat (termasuk rujukan apabila diperlukan) sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan bersih dan aman.
a. Program Gizi
Gizi Seimbang pada Ibu Hamil Gizi seimbang pada ibu hamil sangat perlu diperhatikan karena ibu hamil harus memenuhi kebutuhan gizi untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janinnya. Ibu hamil harus mengonsumsi beraneka ragam makanan dengan jumlah dan proporsi yang seimbang.
1) Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada Ibu Hamil Ibu hamil rentan menderita anemia karena adanya peningkatan volume darah selama kehamilan untuk pembentukan plasenta, janin dan cadangan zat besi dalam ASI. Kadar Hb pada ibu hamil menurun pada trimester I
dan terendah pada trimester II, selanjutnya meningkat kembali pada trimester III. Penurunan kadar Hb pada ibu hamil yang menderita anemia sedang dan berat akan mengakibatkan peningkatan risiko persalinan, peningkatan kematian anak dan infeksi penyakit. Upaya pencegahan anemia gizi besi pada ibu hamil dilakukan dengan memberikan 1 tablet setiap hari selama kehamilan minimal 90 tablet, dimulai sedini mungkin dan dilanjutkan sampai masa nifas.
2) Penanggulangan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil
Penanggulangan ibu hamil KEK seharusnya dimulai sejak sebelum hamil bahkan sejak usia remaja putri. Upaya penanggulangan tersebut membutuhkan koordinasi lintas program dan perlu dukungan lintas sektor, organisasi profesi, tokoh masyarakat, LSM dan institusi lainnya.
b. Program Pengendalian Malaria Strategi pelayanan terpadu Pengendalian malaria dalam antenatal adalah pemeriksaan (skrining) malaria pada kunjungan pertama antenatal dan pemberian kelambu berinsektisida terhadap semua ibu hamil yang tinggal di kabupaten/kota endemis tinggi malaria.
Sedangkan untuk ibu hamil yang tinggal di kabupaten/kota endemis rendah dilakukan selektif pada ibu hamil yang memiliki gejala dan :
1) tinggal di desa endemis tinggi malaria (desa merah), 2) ada riwayat berkunjung/tinggal di daerah endemis malaria
1 (satu) bulan terakhir,
3) pernah sakit malaria dalam 2 tahun terakhir.
Program pengendalian Malaria dengan pelayanan ibu hamil untuk daerah endemis tinggi malaria, pada kunjungan pertama (K1) ANC semua ibu hamil dilakukan:
1) Pemberian kelambu berinsektisida
2) Skrining darah malaria (RDT/mikroskopis) 3) Pemberian terapi pada ibu hamil positif malaria c. Program Pengendalian Tuberkolusis (TBC)
Manifestasi klinis TBC pada kehamilan umumnya sama dengan wanita yang tidak hamil yaitu manifestasi umum dari TBC paru. Semua wanita hamil harus diskrining anamnesis untuk diagnosis TBC. Apabila dari hasil anamnesis ibu hamil terduga menderita TBC, dilakukan kerjasama dengan program TBC untuk penegakan diagnosis dan tata laksana lebih lanjut.
Pada wanita hamil terduga TB perlu dilakukan juga Tes HIV.
Ibu hamil yang sakit TBC, harus segera diberi pengobatan OAT untuk mencegah penularan dan kematian. Amikasin, Streptomisin, Etionamid/Protionamid TIDAK DIREKOMENDASIKAN untuk pengobatan tuberkulosis pada ibu hamil.
d. Program Pengendalian HIV, Sifilis Dan Hepatitis B
Penularan vertikal HIV, Sifilis dan hepatitis B dapat terjadi dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Upaya kesehatan masyarakat untuk mencegah penularan ini dimulai dengan skrining pada ibu hamil terhadap HIV,Sifilis dan Hepatitis B pada saat pemeriksan antenatal (ANC) pertama pada trimester pertama. Tes skrining menggunakan tes cepat (rapid tes ) HIV, tes cepat sifilis ( TP rapid ) dan tes cepat HBsAg.
Tes cepat ini relatif murah, sederhana dan tanpa memerlukan keahlian khusus sehingga dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan ( pemberi layanan langsung ). Skrining HIV, sifilis dan hepatitis B pada ibu hamil dilaksanakan secara bersamaan dalam paket pelayanan antenatal terpadu. Secara program nasional upaya pengendalian terhadap ketiga penyakit infeksi menular langsung ini disebut Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan hepatitis B dari Ibu ke Anak (PPIA).
Kebijakan dalam pelaksanaan PPIA diintegrasikan dalam layanan KIA sebagai berikut :
1) PPIA merupakan bagian dari program nasional pengendalian HIV, IMS, Hepatitis B dan prgram kesehatan ibu dan anak.
2) Pelaksanaan kegiata PPIA diintegrasikan pada layanan KIA, Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan remaja di setiap jenjang pelayanan kesehatan dengan ekspansi secara bertahap dn melibatkan peran non pemerintah, LSM dan komunitas.
3) Setiap perempuan yang datang ke layanan KIA-KB dan remaja mendapat layanan kesehatan diberi informasi tentang PPIA.
4) Di setiap jenjang pelayanan KIA, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan tes HIV, sifilis dan hepatitis B kepada semua ibu hamil minimal 1 kali sebagai bagian dari pemeriksaan laboratorium rutin pada waktu pemeriksaan antenatal pada kunjungan 1 (K1) hingga menjelang persalinan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada kunjungan pertama trimester 1.
5) Daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang mampu/berwenang melakukan tes HIV, Sifilis dan Hepatitis B tersebut tetap dilakukan dengan cara :
a) Merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan yang memadai;
b) Melakukan on the job training bagi tenaga kesehatan (pemberi pelayanan kesehatan langsung );
c) Pelimpahan wewenang kepada tenaga kesehatan lain yang terlatih dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan setempat.
d) Setiap ibu hamil yang positif HIV, atau Sifilis atau Hepatitis B wajib diberikan tatalaksana sesuai standar meliputi pemberian terapi, pertolongan persalinan di fasilitas pelayanan keshatan, konseling menyusui dan konseling KB.
e) Perencanaan ketersediaan logistik (obat dan reagen) dilaksanakan secara berjenjang mulai dari Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota sampai Provinsi dan berkoordinasi dengan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.
f) Pencatatan valid berdasarkan nomor induk kependudukan (NIK)
g) Monitoring, evaluasi, pembinaan dan pengawasan teknis serta umpan balik PPIA sebagai upaya kesehatan masyarakat.
6) Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Pada masa kehamilan program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular terkait ada 3 penyakit, yaitu:
a) Antenatal dengan Riwayat Hipertensi Hipertensi selama kehamilan tidak hanya melibatkan perempuan yang hipertensi saat hamil, tetapi juga perempuan yang mengalami hipertensi sebelum kehamilan. Pada ibu hamil dilakukan skrining untuk menentukan stratifikasi faktor risiko hipertensi pada kehamilan dan rencana penanggulangannya. Rekomendasi tata laksana hipertensi pada kehamilan merujuk pada PNPK komplikasi kehamilan.
b) Antenatal dengan Riwayat Diabetes Hiperglikemia yang terdeteksi pada kehamilan
harus ditentukan klasifikasinya yaitu diabetes melitus tipe 2 dengan kehamilan atau Diabetes mellitus gestasional
c) Antenatal dengan Riwayat Talasemia Setiap pasangan dengan riwayat keluarga talasemia, dan berencana memiliki anak dianjurkan untuk melakukan skrining. Pada kehamilan,penjaringan atau skrining utama ditujukan pada ibu hamil saat pertama kali kunjungan ANC. Jika ibu merupakan pembawa sifat atau ”carrier”
talasemia, maka skrining kemudian dilanjutkan pada ayah janin dengan teknik yang sama. Jika ayah janin normal maka skrining janin (pranatal diagnosis) tidak disarankan. Jika ayah janin merupakan pengidap atau ”carrier” talasemia maka disarankan mengikuti konseling genetik dan jika diperlukan melanjutkan pemeriksaan skrining pada janin (pranatal diagnosis).
Pemeriksaan bayi baru lahir tidak umum dilakukan tetapi dapat dilakukan bila kedua orangtuanya adalah pembawa sifat talasemia.
Untuk pasangan dengan yang salah satunya
“carrier”, atau keduanya “carrier” atau salah satunya penyandang atau keduanya penyandang diberikan edukasi komprehensif tentang kondisi yang mungkin dialami oleh anak yang akan dilahirkan. Diagnosis Prenatal adalah kegiatan pemeriksaan yang bertujuan mendiagnosis janin apakah menderita talasemia mayor/minor/ normal. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada janin dari pasangan yang keduanya adalah pembawa sifat talasemia.
Pada kasus ini selain anamnesis dan pemeriksaan fisis, pemeriksaan laboratorium tahap awal yang dapat dilakukan adalah:
a) Pemeriksaan darah: Haemoglobin, Hematokrit, MCV, MCH, dan
b) Bila tidak ada fasilitas cell counter dapat dilakukan pemeriksaan Haemoglobin, Hematokrit, dan morfologi sediaan merah dengan sediaan hapus (hitung sel darah merah) untuk secara manual menghitung MCV dan MCH
7) Program Kesehatan Jiwa
Ibu hamil yang sehat mentalnya merasa senang dan bahagia, mampu menyesuaikan diri terhadap kehamilannya sehingga dapat menerima berbagai perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, dan dapat tetap aktif melakukan aktivitas sehari-hari.
Masalah atau gangguan kesehatan jiwa yang dialami oleh ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap ibu hamil tersebut, tetapi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janinnya saat didalam kandungan, setelah melahirkan, bayinya, masa kanak dan masa remaja. Beberapa masalah dan gangguan kesehatan jiwa pada ibu hamil yang dapat terjadi antara lain:
a) Stres
b) Gangguan Kecemasan Menyeluruh c) Gangguan Panik
d) Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD) e) Gangguan Bipolar
f) Gangguan Somatoform
g) Gangguan Stres Paska Trauma
h) Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan NAPZA
i) Gangguan Depresi
j) Gangguan Skizofrenia Pemeriksaan kesehatan jiwa pada ibu hamil yang dapat dilaksanakan saat melaksanakan kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan primer sebagai berikut:
Melaksanakan skrining (deteksi dini) masalah kesehatan jiwa pada ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan melalui wawancara klinis. Jangan lupa menanyakan faktor risiko gangguan kesehatan jiwa, riwayat masalah kesehatan jiwa yang pernah dialami dan penggunaan NAPZA. Pemeriksaan kesehatan jiwa pada ibu hamil minimal dilakukan pada trimester pertama dan trimester ketiga. Apabila pada trimester pertama ditemukan masalah/gangguan jiwa, maka akan dievaluasi setiap kunjungan.
Jika gangguan jiwa tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan primer, segera merujuk ke RS atau ahli jiwa di wilayah kerja fasilitas pelayanan kesehatan primer.
Kelola stres dengan baik dengan cara:
rekreasi, senam ibu hamil, jalan sehat, relaksasi, curhat dengan orang yang tepat, makanan berserat, berpikir positif, kurangi tuntutan diri sendiri, ekspresikan stres, duduk santai, tidak membandingkan
diri dengan orang lain, menghitung anugrah, melatih pernafasan, mendengarkan musik dan sebagainya.
Mempromosikan gaya hidup Ceria yaitu cerdas intelektual, emosional dan spiritual, empati dalam berkomunikasi yang efektif, rajin beribadah sesuai agama dan keyakinan, interaksi yang bermanfaat bagi kehidupan, asih, asah dan asuh tumbuh kembang dalam keluarga dan masyarakat. Dengan demikian fasilitas pelayanan kesehatan primer sedini mungkin mempersiapkan kondisi kejiwaan ibu hamil agar tetap sehat selama masa kehamilan, melahirkan bayi dan ibu yang sehat paska melahirkan.
Pelayanan Keguguran Keguguran merupakan kematian janin dalam kandungan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Ibu yang mengalami keguguran wajib mendapat pelayanan kesehatan asuhan pascakeguguran yang berupa pelayanan konseling dan pelayanan medis. Konseling dalam asuhan pasca keguguran dilakukan setidaknya untuk 3 (tiga) tujuan, yaitu: 1. Membantu perempuan mengambil keputusan terkait tatalaksana klinis yang sesuai dengan kebutuhannya 2. Memberikan dukungan psikososial kepada perempuan dan
mengidentifikasi adanya kebutuhan layanan psikososial lebih lanjut 3.
Membantu perempuan merencanakan kehamilan selanjutnya dan mengambil keputusan terkait penggunaan kontrasepsi pasca keguguran sesuai kebutuhannya Pelayanan konseling harus dilakukan baik sebelum dan sesudah pelayanan medis, meliputi: 1. Konseling dukungan psikososial; Selama konseling, petugas kesehatan perlu:
Melakukan penapisan masalah psikologis, seperti depresi dan ansietas
Mengidentifikasi perempuan dengan kondisi psikososial khusus
Menggali suasana perasaan perempuan, khususnya rasa berduka, kecemasan, dan rasa tertekan
Mengidentifikasi rencana tindak lanjut yang dibutuhkan (termasuk pemberian\
obat dan rujukan)
Memberikan dukungan emosional
Meminta persetujuan (informed consent) untuk pemberian layanan atau rujukan Konseling prapelayanan medis Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dan diputuskan oleh pasien terkait asuhan pasca keguguran yang akan ia terima. Hal yang pertama berkaitan dengan tata laksana klinis, khususnya evakuasi hasil konsepsi.
9. Konstipasi Dalam Kehamilan a. Definisi
Konstipasi adalah gejala defekasi yang tidak memuaskan, yang ditandai dengan buang air besar kurang dari 3x dalam 1 minggu atau kesulitan dalam evakuasi feses akibat feses yang keras. Konstipasi merupakan suatu gejala yang dialami seseorang akibat tidak lancarnya pencernaan namun bukan penyakit. Definisi konstipasi bersifat relatif bergantung pada konsistensi feses, frekuensi buang air besar (BAB) dengan disertai kelambatan pasase feses, dan kesulitan keluarnya feses.
Konstipasi adalah penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai kesulitan atau pengeluaran feses tidak tuntas, keras, kering, dan banyak (Evayanti, 2024).
Konstipasi merupakan keluhan sistem gastrointestinal yang umum dialami oleh ibu hamil. Kesulitan dan berkurangnya frekuensi defekasi yang ditandai dengan ketidaknyamanan, mengejan berlebihan, feses keras atau menggumpal, sensasi defekasi yang tidak tuntas, dan jarang merupakan karakteristik dari konstipasi. Konstipasi pada kehamilan berdampak pada kesehatan fisik, psikologis, dan sosial yaitu menyebabkan rasa tidak nyaman, persepsi citra tubuh yang negatif, gangguan psikologis seperti rasa frustasi dan suasana hati yang buruk, menurunkan kualitas hidup, dan bahkan meningkatkan risiko terjadinya hemoroid Faktor Yang mempengaruhi Konstipasi (Yanti and Chairiyah, 2022)
Menurut (Rahayu Widiarti and Yulviana, 2022) beberapa faktor yang mempengaruhi konstipasi, yaitu :
1) Rahim yang membesar;
Pembesaran Uterus menimbulkan sejumlah ketidaknyamanan normal pada kehamilan salah satunya konstipasi. Rahim yang membesar menekan colon dan rektum sehingga mengganggu ekskresi dan meningkatkan terjadinya konstipasi.
2) Peningkatan kadar progesterone;
Progesterone berpengaruh pada relaksasi otot polos yang menyebabkan penurunan tonus dan motilitas uterus. Penurunan pada
tonus menimbulkan perpanjangan waktu transisi yang akan makin lama seiring dengan berkembangnya kehamilan. Penurunan motilitas usus menyebabkan sisa makanan lebih lama berada di usus sehingga meningkatkan penyerapan air dan feses menjadi keras.
3) Asupan cairan tidak adekuat;
Cairan sering kali tidak dianggap sebagai salah satu nutrien, tetapi air meningkatkan peranan penting selama masa hamil. Air membantu pencernaan dengan melarutkan makanan dan membantu trasportasi makanan.
4) Diet serat tidak cukup;
Serat makanan (diatery fiber) adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat terdiri dari dua golongan, yaitu serat larut air dan serat tidak larut air. Serat tidak larut air adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang banyak terdapat dalam dedak beras, gandum, sayuran, dan buah-buahan.
Serat golongan ini dapat melancarkan defekasi sehingga mencegah konstipasi.
5) Suplemen zat besi;
Obat-obatan, obat juga dapat memengaruhi proses defekasi seperti penggunaan obat-obatan antidepresan, antikolinergik, antasid, psikotropika, kodein, obat tekanan darah tinggi, laksatif, atau antasida yang terlalu sering, terutama obat yang digunakan ibu hamil yaitu tablet besi yang dapat menyebabkan konstipasi, karena memiliki efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi.
6) Kebiasaan defekasi yang buruk
Kebiasaan buruk seperti menunda waktu Buang Air Besar (BAB) akan membuat akumulasi feses yang lebih lama dalam usus sehingga penyerapan air meningkat yang mengakibatkan feses lebih keras dan padat. Seringnya mengacuhkan keinginan untuk buang air besar akan menyebabkan mulainya siklus BAB yang buruk. Setelah
beberapa lama sering menunda, secara psikologis tubuh akan menghentikan keinginan untuk BAB.
b. Penatalaksanaan Konstipasi
Penatalaksanaan non farmakologi pada konstipasi adalah meningkatkan asupan serat dan cairan, serta aktifitas fisik yang cukup.
Hindari makan porsi besar 3 kali sehari tetapi makanlah dengan porsi kecil dan sering. Hindari ketegangan psikis seperti stres dan cemas.
Jangan menahan rasa ingin buang air besar karena akan memperbesar resiko konstipasi.
Penatalaksanaan farmakologi pada konstipasi adalah dengan pemberian obat pencahar (laxatives). Secara umum golongan obat pencahar terbagi atas: bulking agents, pelunak tinja (stool softeners), pencahar minyak mineral (lubricant laxatives), pencahar bahan osmotik (osmotic laxatives) dan pencahar perangsang (stimulant laxatives).
Terapi farmakologi pada wanita hamil diberikan jika penatalaksanaan non farmakologi tidak berhasil. Pemberiannya hanya bila benar-benar diperlukan dan tidak untuk jangka panjang. Penggunaan laksative dapat berbahaya dan menyebabkan dehidrasi oleh sebab itu penggunaannya harus dikonsultasikan terlebih dahulu pada tenaga kesehatan.
B. Teori Evidence Based Midwifery (EBM) pada Ibu Hamil Konstipasi
1. Hubungan Pola Aktivitas Fisik Dengan Konstipasi Pada Ibu Hamil Trimester III (Hartinah, Karyati and Rokhani, 2019)
Selama masa kehamilan, tubuh seorang wanita akan mengalami banyak perubahan. Baik perubahan fisik, mood, maupun hormonal.
Tentu semua dapat menyebabkan timbulnya bermacam-macam keluhan dan masalah pada kehamilan trimester III diantaranya yaitu sering berkemih, varises, susah buang air besar (konstipasi), wasir, sesak nafas, bengkak dan kram pada kaki, gangguan tidur (mudah Lelah), nyeri perut bawah, dan heartburn. Salah satunya keluhan yang paling sering dikeluhkan yaitu konstipasi atau susah buang ari besar. Konstipasi dapat
terjadi selama kehamilan dikarenakan berbagai hal, salah satunya faktor pemicu adalah pola aktivitas fisik. Selama masa kehamilan penurunan pola aktivitas fisik akan berdampak terhadap gerak peristaltik usus sehingga proses transit makanan akan lama dan terjadi konstipasi.
Era dimana tekhnologi semakin canggih banyak wanita hamil yang semakin bermalas malasan dan cenderung lebih sering menggunakan alat elektronik untuk membantu melakukan aktivitas rumah tangga sehari-hari. Dengan demikian banyak wanita hamil cenderung lebih suka berdiam diri dan bermalas-malasan untuk melakukan aktivitas maupun olahraga. Pada dasarnya wanita hamil banyak memerlukan aktivitas fisik atau olahraga untuk menjaga stamina dan kebugaran selama kehamilan lalu untuk mempersiapkan ibu secara fisik maupun mental untuk menghadapi persalinan dengan optimal.
Penelitian tentang hubungan pola aktivitas fisik dengan konstipasi pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Gribig Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus 2017 dengan uji statistic Kendall Tau di peroleh nilai p (0.0001). Kesimpulan : Ada hubungan pola aktivitas fisik dengan konstipasi pada ibu hamil trimester III.
2. Pengaruh Senam Hamil Terhadap Penurunan Kejadian Konstipasi Pada Ibu Hamil Trimester III (Yantiningsih and Rihardhini, 2023)
Peningkatan hormon progesterone pada awal kehamilan dan akhir kehamilan kurangnya konsumsi serat, kurangnya aktivitas fisik menurunkan kerja usus masa hamil, adanya peningkatan kadar hormone progesterone juga menurunkan peristaltic sistem pencernaan, kurangnya mengkonsumsi air putih kurang dari 10 gelas sehari, penyakit wasir dan diduga factor lain seperti konsumsi suplemen zat besi dan kalsium masa kehamilan meningkatkan resiko konstipasi. Hasil penelitian penyebab kontipasi ibu hamil yaitu pola makan sejumlah 74%, Posisi jongkok saat buang air besar (42%), olah raga 48% dan kebiasaan menunda buang air besar sejumlah (52%).
Aktivitas fisik diduga sebagai salah satu pemicu terjadinya konstipasi karena aktifitas yang rendah menurunkan gerak peristaltic sehingga memperlambat mekanisme fases menuju rectum dan penyerapan cairan yang tinggi menyebabkan feses menjadi kering dan mengeras. Senam hamil merupakan aktivitas fisik yang dapat memberikan manfaat kesehatan bagi ibu hamil. Selama trimester III, konstipasi sering terjadi karena adanya perubahan hormonal dan tekanan dari rahim yang membesar. Salah satu manfaat senam hamil adalah merangsang pergerakan usus dan meningkatkan sirkulasi darah ke area perut dan panggul.
Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam senam hamil dapat merangsang sistem pencernaan dan mempercepat proses pengeluaran limbah dari tubuh. Dalam konteks ini, senam hamil dapat membantu melawan konstipasi dengan cara meningkatkan kecepatan pergerakan Selain itu, senam hamil juga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas tidur ibu hamil. Stres dan kurang tidur dapat mempengaruhi fungsi pencernaan dan memperburuk gejala konstipasi.
Dengan melakukan senam hamil, ibu hamil trimester III dapat merasa lebih rileks dan tidur lebih nyenyak, yang pada gilirannya dapat membantu mengurangi konstipasi.
3. Konsumsi yogurt untuk penanganan konstipasi pada ibu hamil trimester III (Evayanti, 2024)
Penyebab terjadinya konstipasi cukup beragam salah satunya, perubahan pola makan pada masa hamil juga berperan untuk terjadinya konstipasi. Ketidaknyamanan mual muntah pada tri