PENDAHULUAN
Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
- Sifat Penelitian
- Sumber Data
- Alat Pengumpul Data
- Analisis Data
Definisi Operasional
TINJAUAN PUSTAKA
Pemerintah Daerah
Pemberlakuan otonomi daerah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Perubahan Kedua Tahun 2000 dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang yang khusus dibentuk untuk mengatur daerah, yaitu UUD 1945. Otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 angka (5) adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 angka (6) yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut peraturan perundang-undangan. prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, UUD 1945 memberikan landasan yang kuat bagi penyelenggaraan otonomi daerah. Pembentukan sistem otonomi daerah merupakan amanat yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Perubahan Kedua Tahun 2000, untuk dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang khusus dibuat untuk mengatur pemerintahan daerah. Sistem otonomi daerah sendiri secara garis besar diuraikan dalam Pasal 18 untuk diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
Kewenangan Otonomi Daerah Sesuai dengan dasar hukum yang mendasari otonomi daerah, pemerintah daerah dapat melaksanakan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang ditetapkan dengan undang-undang menjadi urusan pemerintah pusat. Artinya, penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tetap berdasarkan pada undang-undang pemerintah pusat.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Urusan moneter dan fiskal nasional adalah kebijakan ekonomi makro, seperti pencetakan uang dan penetapan nilai mata uang, penetapan kebijakan moneter, pengendalian peredaran uang, dan lain-lain; dan f. Daerah diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang berpotensi dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan berpotensi untuk dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Memilih Gubernur dan Wakil Gubernur apabila terjadi kekosongan untuk melanjutkan sisa masa jabatan.
Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian gubernur kepada Presiden melalui Menteri untuk mendapat persetujuan pengangkatan dan/atau pemberhentian. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah Provinsi mengenai rencana perjanjian internasional di Daerah Provinsi; Menyetujui rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah provinsi; dan J.
Prinsip kedaulatan rakyat yang ada (pra amandemen) dilaksanakan melalui MPR yang merupakan perwujudan seluruh rakyat, pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat dan yang diakui sebagai lembaga tertinggi negara dengan kekuasaan yang tidak terbatas. . . Dalam menjalankan fungsi pengawasannya, DPRD berhak meminta keterangan kepada penyelenggara negara, penyelenggara negara, atau warga negara tentang suatu hal yang perlu ditangani untuk kepentingan negara, bangsa, pemerintahan, dan pembangunan. Kewenangan DPRD untuk mengawasi pelaksanaan peraturan daerah tertuang dalam Pasal 42 huruf c UU No. 12 Tahun 2008 sehubungan dengan perubahan kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tanpa rincian lebih lanjut mengenai batas wilayah dan tata caranya. kontrol.
Badan Usaha Milik Daerah
BUMD dalam dua bentuk Perumda dan Perseroda, penggunaan istilah perusahaan daerah berubah menjadi BUMD. Menteri Dalam Negeri, sesuai dengan instruksi Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1990, telah memerintahkan kepada para pengurus daerah untuk mengubah bentuk perusahaan daerah menjadi perusahaan umum daerah (Perumda) atau perusahaan umum daerah (Perseroda). Pada tahun 1998, BUMD tepatnya berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 3 Tahun 1998 tentang bentuk badan hukum BUMD dibagi menjadi dua bentuk yaitu perusahaan daerah dan perusahaan saham gabungan, sehingga konsep perusahaan daerah muncul lagi. dan dilihat dari penggunaan istilahnya, Permendagri Nomor 3 Tahun 1998, Perusahaan Daerah digolongkan sebagai bentuk BUMD.
Jika kita bandingkan peraturan perundang-undangan yang satu dengan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait dengan BUMD, tidak dapat dipungkiri masih terdapat aturan yang berbeda dalam penafsiran BUMD dan beberapa penjelasan sudah tidak relevan lagi dengan UU No. 23 Tahun 2014. Masih terdapat BUMD yang belum siap mengganti pengurus perusahaan daerahnya dengan mekanisme BUMD sesuai UU No. 23 Tahun 2014, karena masih menggunakan mekanisme perusahaan daerah berdasarkan UU No. 5 Tahun 1962, selama Undang-Undang ini tidak berlaku lagi. Peraturan terbaru yang terkait langsung dengan peraturan BUMD adalah UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Bagi pengurus BUMD yang berbentuk perseroan terbatas juga tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 23 Tahun 2014, peraturan pelaksanaan dan/atau turunan dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 masih berlaku, antara lain Permendagri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Badan Usaha Milik Negara; Permendagri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah; Permendagri Nomor 2 Tahun 2007 tentang organ dan pegawai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM); Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah; dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1990 tentang perubahan bentuk BUMD menjadi dua bentuk Perumda dan Perseroda. Sedangkan pendirian BUMD didasarkan pada kebutuhan daerah dan kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk.
Undang-undang nomor 23 tahun 2014 juga menjelaskan bahwa bentuk hukum BUMD terdiri dari Perumda dan Perseroda. Perumda adalah BUMD yang seluruh modalnya dimiliki oleh satu daerah dan tidak terbagi atas saham. Modal Perseroda terdiri dari saham, dalam hal pemegang saham suatu perusahaan daerah terdiri dari beberapa daerah dan bukan daerah, salah satu daerah menjadi pemegang saham mayoritas.
Perseroda dapat dibubarkan dan kekayaan Perseroda yang dibubarkan menjadi hak daerah dan dikembalikan ke daerah. Pembubaran Perusahaan Daerah dan penunjukan likuidatornya ditetapkan dengan Peraturan Daerah Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah dan mulai berlaku setelah mendapat persetujuan dari instansi yang lebih tinggi. Kewajiban likuidasi oleh likuidator dilakukan kepada Pemerintah Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah dan yang memberikan pembebasan tanggung jawab atas pekerjaan yang telah diselesaikan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bentuk Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bentuk pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara terhadap pengelolaan air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi dilakukan melalui berbagai kegiatan pertemuan di DPRD dengan mitra kerja dan atau masyarakat. melalui Rapat Kerja (Raker), Dengar Pendapat (RDP) dan Dengar Pendapat Umum (RDPU), dimana pejabat di daerah diundang untuk meminta informasi, pendapat dan saran (right to ask), menerima, meminta dan memperoleh informasi dari pejabat/pihak terkait (hukum interpelasi), para pihak -meminta pihak-pihak tertentu untuk melakukan penyelidikan atau penyidikan (hak angket) dan mengeluarkan nasihat tentang tindakan preventif dan represif kepada pejabat yang berwenang. Peran DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam mengawasi pengelolaan air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi ditemukan beberapa permasalahan dalam pengelolaan air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum Provinsi Sumatera Utara yaitu masalah dengan masalah kualitas air, masalah kontribusi peningkatan pendapatan asli daerah, masalah tarif air. Kendala pelaksanaan pengawasan DPRD Provinsi Sumatera Utara terhadap Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara adalah kendala internal yaitu terdiri dari SDM DPRD; Kurangnya keahlian anggota DPRD di bidang tertentu yang diawasi; Ada komunikasi yang kadang tidak berpihak dengan faksi lain.
Batasan eksternal adalah: Sulit dan lambat untuk bertemu dengan manajer proyek dan pelaksana proyek; Kurangnya data tambahan.
Saran
Kemampuan fungsi pengawasan perlu ditingkatkan, karena tujuan dari fungsi pengawasan adalah untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan peraturan daerah khususnya dalam pelaksanaan pengawasan pengelolaan air minum oleh Perusahaan Daerah Propinsi Sumatera Utara. Kepemimpinan Pimpinan Daerah (Pola Kegiatan, Kekuasaan dan Perilaku Pimpinan Daerah dalam Menjalankan Otonomi Daerah), Jakarta: Sinar Grafik. Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Sinar Grafik Nomensen Sinamo, 2012, Hukum Tata Negara merupakan Kajian Kritis.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Dewan Pertimbangan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Privatisasi dan Privatisasi PDAM Tirtanadi Kota Medan”, melalui http://www.yaogiedwart.blogspot.com, diakses pada tanggal 14 Juni 2017 pukul 22:58 WIB. Metode Penelitian Hukum Empiris dan Normatif”, melalui http://www. idtesis.com, diakses pada tanggal 12 Juni 2017 pukul 20:16 WIB.
Dewan menuduh Gubernur melanggar Perda Kenaikan Tarif”, melalui http://m.harian88.com, diakses pada Jumat, 22 September 2017, pukul 15.54 WIB Barnz Simatupang. DPRD Sumut tidak memberikan rekomendasi kenaikan tarif air Tirtanadi”, melalui http://patrolinews.com, diakses pada Jumat, 22 September 2017, pukul 16.11 WIB.