• Tidak ada hasil yang ditemukan

Law, Development & Justice Review

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Law, Development & Justice Review"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

Di Indonesia, tanggung jawab sosial perusahaan sudah menjadi kewajiban hukum. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, baik sukarela maupun wajib.

Kesimpulan

Buku

Jurnal

Ade Yuliany Siahaan, Suhaidi, Sunarmi, Jelly Leviza, “Analisis Yudisial Peran Pemerintah Dalam Implementasi Corporate Social Responsibility”, Jurnal Hukum USU, Vol.6, No.3, April 2018. Dewa Ayu Putu Shandra Dewi, I Nyoman Nurjana, Sihabudin “Kewajiban Hukum Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Peraturan Perundang-undangan Indonesia”, Jurnal Magister Kenotariatan Fakultas Brawijaya, diakses pada 20 September 2019.

Tinjauan Yuridis Kedudukan Pengemudi Transportasi Online Dalam Perjanjian Kemitraan Dengan Perusahaan Penyedia

Aplikasi Transportasi Online

Metode Penelitian

Pendekatan hukum empiris digunakan untuk menggambarkan realitas hukum di masyarakat mengenai kedudukan hukum antara pengemudi angkutan online dengan perusahaan penyedia aplikasi dalam perjanjian kemitraan dan menganalisis bagaimana praktik pelaksanaan perjanjian kemitraan dengan hak-hak pengemudi angkutan online. 140 memberikan informasi tentang bagaimana kedudukan hukum pengemudi angkutan online dalam perjanjian kemitraan yang ada saat ini dan apa yang seharusnya.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

  • Kedudukan Hukum Pengemudi Transportasi Online dan Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi Dalam Kontrak Kemitraan
  • Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Dalam Industri Transportasi Online dan Dampaknya Terhadap Hak-Hak Mitra Pengemudi

Dalam perjanjian kemitraan yang dibuat oleh calon mitra pengemudi dengan perusahaan aplikator, unsur kompetensi para pihak telah terpenuhi. Dampak lainnya adalah status hukum pekerjaan yang dilakukan oleh mitra pengemudi dalam perjanjian kemitraan sebagian merupakan pekerjaan informal (freelance).

Simpulan

Hal ini bertentangan dengan asas konsensualisme yang menekankan pada kesepakatan atau kehendak bebas para pihak yang membuat perjanjian mengenai penentuan isi substantif perjanjian. Bahkan para mitra pengemudi belum mendapatkan keseimbangan dan kesetaraan dalam memenuhi perlindungan hukum atas hak-haknya dalam perjanjian kemitraan.

Antara Ratna Sarumpaet dan Ahmad Zahid Hamidi: Konsep Penahanan Indonesia Salah?

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kedua penahanan tersebut sebenarnya dilakukan di dua negara berbeda dan untuk kejahatan berbeda serta sistem hukum berbeda. Perampasan kemerdekaan akan dilakukan, “...dalam hal keadaan menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan/atau mengulangi tindak pidana” (lihat Pasal 21 ayat KUHAP ) .

Kesimpulan

Terlebih lagi, “Penyidik… berwenang memindahkan suatu jenis penahanan ke jenis penahanan yang lain…” (Pasal 23 ayat (1) KUHAP). Oleh karena itu, apabila semua kekhawatiran dapat dijamin tidak ada, namun masih dalam tahanan, maka dapat disimpulkan bahwa alasan penahanan satu-satunya adalah kalimat yang mendahului klausa tersebut, yaitu “dalam hal terjadi keadaan yang menimbulkan kekhawatiran”. Padahal yang dilakukan sebenarnya bukan lagi penahanan, melainkan sudah kembali pada asas semula yakni perampasan kemerdekaan yang merupakan pelanggaran melawan hukum yaitu tindak pidana yang diatur dalam Pasal 333 KUHP.

Dalam Bingkai Otonomi Daerah (Antara Harapan dan Kenyataan)

Sebagai Contoh Provinsi Gorontalo dan Provinsi Aceh

Konsep pembentukan Perda yang bernuansa syariah sejalan dengan otonomi daerah

Oleh karena itu, pengertian peraturan daerah bernuansa syariah yang berstatus otonomi biasa relatif bertentangan dengan undang-undang pemerintah daerah sebagaimana disebutkan di atas. Sebab menurut UU Pemda yang berlaku saat ini, urusan keagamaan tidak bisa diatur oleh pemerintah daerah dan menjadi kewenangan mutlak pemerintah pusat. Untuk memperjelas permasalahan mengenai konsep peraturan daerah yang bernuansa syariah, perlu dipahami makna yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Penutup

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa undang-undang yang dibuat secara tidak benar, atau undang-undang yang tidak dibuat oleh pihak yang berhak, atau undang-undang yang tidak diterima oleh masyarakat, atau undang-undang yang tidak adil, bukanlah undang-undang. 182 sesuai dengan semangat pembangunan otonomi daerah yang memperhatikan kepentingan umum dan ketentuan hukum yang berlaku. Samsul Wahidin, Hukum Pemerintahan Daerah, PENDULUM Otonomi Daerah Dari Masa ke Masa, Perpustakaan Mahasiswa, Yogyakarta.

Lelang Eksekusi Hak Tanggungan

Suharto

Namun lembaga penjaminan yang disebutkan terakhir lebih disukai oleh perbankan, karena nilai agunan berupa tanah dan/atau bangunan mempunyai cakupan agunan yang relatif stabil dibandingkan lembaga lainnya. Lembaga Hak Tanggungan merupakan pengganti Lembaga Perkreditan dan Perkreditan Bank yang sebenarnya merupakan produk hukum yang diamanatkan dalam Pasal 51 UU No. terjaminnya hak jaminan yang kuat yang dapat dikenakan atas hak atas tanah yaitu hak tanggungan. 1 Sony Harsono, Sambutan Menteri Agraria/Ketua BPN pada seminar hak tanggungan atas tanah dan hal-hal yang berkaitan dengan tanah, Fakultas Hukum UNPAD, Bandung, 1996, hal. 33.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Pelaksanan Eksekusi Hak Tanggungan

3 Burhan Sidabariba, Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Memerlukan Perlindungan Hukum Para Pihak), Jakarta, Papas Sinar Sinanti, 2019 Halaman 181. 192 mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan dan debitur harus dengan sukarela melepaskan Hak Tanggungan tersebut. obyek. Burhan Sidabariba, Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Memerlukan Perlindungan Hukum Para Pihak), Jakarta, Papas Sinar Sinanti, 2019 Halaman 181.

Nasabah Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah

Latar Belakang Masalah

Lembaga keuangan mikro syariah termasuk dalam pembiayaan syariah dalam kategori Industri Keuangan Non Bank (IFN) syariah yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencakup berbagai sektor, mulai dari perusahaan asuransi syariah, dana pensiun syariah, lembaga pembiayaan syariah. , dan lembaga keuangan syariah khusus, lembaga dan lembaga keuangan mikro (LKM) syariah. Lembaga keuangan mikro syariah adalah LKM yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah, dan kegiatannya tidak berupa simpanan, melainkan berupa pembiayaan. Lembaga keuangan mikro syariah harus mengacu pada fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dalam menjalankan aktivitasnya.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan menjamin perlindungan hukum bagi pengguna jasa lembaga keuangan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 208 Dengan adanya lima permasalahan pokok tersebut maka diterbitkanlah Peraturan OJK Nomor 01/POJK.07/2013 Tahun 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan. 209 atau manajemen, peraturan OJK juga mengatur pengawasan perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.

Kesimpulan dan Saran

OJK memantau kepatuhan penyedia jasa keuangan terhadap penerapan ketentuan perlindungan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung. 210 komunikasi dengan nasabah lembaga keuangan mikro syariah dan masyarakat luas sehingga; OJK, "Frequently Asked Questions Otoritas Jasa Keuangan", https://www.ojk.go.id/id/Pages/Frequently-Asked-Questions-OJK.aspx, diakses pada 27 Juni 2019 pukul 20.27 WIB. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5394).

Hak Guna Usaha (HGU) Hapus Karena Diterlantarkan

Studi Kasus HGU PT Bali Anacardia/BA di Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

Kronologis kepemilikan tanah HGU No.1/Suma Timur oleh PT BA

Pada tahun 1989, PT BA mendapat kepercayaan dari pemerintah melalui Departemen Pertanian, untuk mengembangkan wilayah Indonesia Timur khususnya lahan marginal dengan Proyek Pengembangan Kawasan Khusus (P2WK) dengan tanaman jambu mete (jambu monyet). HGU PT BA lahir pada tanggal 31 Desember 2017 dan telah diterbitkan sertifikat HGU No. Perusahaan atas inisiatif pendiri PT BA (Bapak Tori) telah mengembangkan industri penanaman modal asing hulu dan hilir bersama mitra usaha yang mempunyai teknologi tinggi untuk mengolah limbah kilt Mede menjadi Bahan Pengisi Inhibitor pada Industri Otomotif bersama Mitra Jepang ( NEC & HONDA).

Proses Penetapan HGU No.1/Sumba Timur atas nama PT BA sebagai Tanah Telantar

Pada tahun 2011, PT BA mulai dinyatakan sebagai tanah terlantar, kemudian pada tahun 2013, Kepala BPN mengeluarkan surat keputusan HGU No. 1/Sumba Timur ditandai sebagai lahan terlantar. BA mengirimkan surat kepada Kepala Daerah BPN Provinsi NTT perihal: Penggunaan tanah HGU No. 1 PT BA di Sumba Timur yang berisi : 1. PT BA mengajukan permohonan selama 2 tahun untuk diberikan kesempatan mengolah dan mempersiapkan penggunaan tanah HGU No.1.

Analisis Hukum terhadap Penetapan HGU No.1/Sumba Timur Sebagai Tanah Telantar dan Upaya Hukumnya

Berdasarkan hasil penelitian data sekunder dengan menggunakan studi dokumen dan wawancara dengan pemilik PT BA (Z.4 Tahun 2010). Dalam melakukan penelitian yang dilakukan oleh Komite C, pemegang hak harus diikutsertakan sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat (1) huruf c Perkaban no 4 Tahun 2010. Mengenai prinsip kecermatan yang harus dilakukan oleh BPN dalam melakukan identifikasi dan penelitian Namun hasil prosesnya ada proses yang dilanggar adalah ketentuan Pasal 8 dan Pasal 11 Perkaban No. 4 tahun 2010.

Pasar Modal Syariah dalam Tinjauan Al Maqoshid Syariah

  • Saham
  • Jual beli saham
  • Pasar modal
  • Kriteria Pasar Modal Syariah

Oleh karena itu, seluruh ahli hukum Islam sepakat bahwa ketentuan pokok (nash) mengenai jual beli dalam Al-Qur’an bersifat umum. Oleh karena itu, secara umum dapat dikatakan bahwa jual beli saham diperbolehkan dalam arti tidak dilarang oleh hukum Islam. Larangan terhadap jual beli saham yang mengandung unsur perjudian (maysir/judi), yang terjadi melalui shortselling.5.

Indonesia Darurat Narkoba

Peran Hukum dalam Mengatasi Peredaran Gelap Narkoba)

Bagan 1. Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Pekerja Indonesia, Berdasarkan Kelompok Usia

Dari data yang tersaji di atas, diketahui bahwa kelompok umur 30 tahun ke bawah lebih besar kemungkinannya menjadi penyalahguna narkoba pada tahun 2009 hingga tahun 2017. Pada tahun 2017, penyalahguna narkoba pada kelompok umur 30 tahun ke bawah berjumlah 3%, sedangkan pada kelompok umur 30 tahun ke bawah berjumlah 3%. lebih tua dibandingkan dengan usia 30 tahun yang menjadi penyalahguna narkoba yaitu 2,8%.

Prevalensi Penyalah Guna berdasarkan sektor Pekerjaan

  • Metode Penulisan
    • Upaya dari BNN untuk menanggulangi Peredaran Ilegal Narkoba (contoh di BNNP Kalimantan Barat)
    • Pengertian dan Penggolongan Narkotika
    • Alasan Orang Menggunakan Narkoba dan Pengaruhnya Pada Kehidupan Alasan Orang menggunakan narkoba adalah untuk “Bersenang-Senang”, karena adanya
    • Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Peredaran Gelap Narkoba Pemberantasan narkotika dengan penggunaan sarana hukum pidana telah dilaksanakan

35 Tahun 2009, mengatur ada 3 jenis penggolongan Narkotika, yaitu; Narkotika Golongan I, Narkotika Golongan II, Narkotika Golongan III. 35 Tahun 2009, mengatur bahwa “dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk keperluan medis dan berdasarkan indikasi medis, dokter boleh memberikan narkotika golongan ini”, narkotika golongan II dilarang digunakan sebagai terapi. perlakuan. 35 Tahun 2009, mengatur bahwa “dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk keperluan medis dan berdasarkan indikasi medis, dokter dapat memberikan narkotika Golongan III”.

Pelanggaran Hak Tenaga Kerja Melalui Penahanan Ijazah Sebagai Jaminan

Pembahasan

  • Hak Pekerja/Buruh
  • Penahanan Ijazah Sebagai Jaminan

Pekerja/pekerja adalah setiap penduduk usia kerja yang melakukan kegiatan ekonomi, baik dalam hubungan kerja di suatu perusahaan maupun di luar hubungan kerja, seperti wiraswasta, pekerja keluarga, dan pekerja di sektor informal lainnya4. Pekerja atau pekerja adalah bagian dari angkatan kerja, yaitu pekerja yang bekerja dalam suatu hubungan kerja, atas perintah pemberi kerja.5 Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Pasal 1 Angka 3 menyatakan bahwa seorang pekerja/pekerja adalah setiap orang yang bekerja untuk menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Kewajiban pekerja/buruh adalah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas pimpinan menurut disiplin kerja dan dalam jam kerja yang ditentukan.

Simpulan

368 adalah perbuatan merampas barang milik orang lain baik sebagian maupun seluruhnya), dimana wewenang atas barang itu sudah ada pada pelakunya, namun wewenang itu terjadi secara sah. Objek penggelapan adalah penguasaan barang atau uang di bawah penguasaan seseorang, dimana barang/uang tersebut pada hakekatnya adalah milik orang lain. Maimun, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta, Pradnya Paramita, 2003 Darwan Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2002 Muhamad Azhar, Hukum Ketenagakerjaan, Jurusan HAN FH UNDIP, 2019.

Law, Development & Justice Review Indexed by

Referensi

Dokumen terkait