• Tidak ada hasil yang ditemukan

Layanan Konseling Behavioristik untuk Mengembangkan Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Pendidikan Inklusi di SMAN 99 Jakarta

N/A
N/A
kholifah Lindiani

Academic year: 2024

Membagikan "Layanan Konseling Behavioristik untuk Mengembangkan Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Pendidikan Inklusi di SMAN 99 Jakarta"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh :

Kholifah Lindiani_ 2001015193

SEMINAR PROPOSAL

Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Bimbingan dan Konseling I 2024

LAYANAN KONSELING BEHAVIORISTIK DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN

INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DALAM PENDIDIKAN INKLUSI

DI SMAN 99 JAKARTA

(2)

BAB 1

Menurut Gillin dan Gillin interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok.

Pada Remaja Madya ABK, interaksi sosial seringkali diwarnai oleh kesulitan dalam membentuj dan memper ahankan hubungan dengan teman sebaya atau orang dewasa. usia remaja madya 15- 17 tahun.

Latar Belakang

Latar Belakang Penelitian

Sapon- Shepin mengungkapkan pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan ysng mengsyaratkan anak

berkebutuhan khusus belajar disekolah-sekolah terdekat dikelas biasa bersama-sama tema seusianya.

(3)

Fokus = Layanan konseling behavioristik dalam menumbuhkan kemampuan interaksi Sosial siswa ABK dalam Pendidikan Inklusi di SMAN 99 Jakar a

fokus dan Sub fokus Penelitian

Sub Fokus Penelitian=

1. interaksi sosial 2. Siswa ABK 3. Pendidikan Inklusi

Bagaimana permasalahan interaksi sosial ABK secara umum pada Remaja Madya?

1.

Bagaimana permasalahan interaksi sosial siswa ABK di SMAN 99 Jakar a

2.

per anyaan penelitian

(4)

Tujuan penelitian

Untuk mengetshui permasalahan interaksi sosial pada siswa ABK di SMAN 99 Jakar a

1.

Bagaimana permasalahan interaksi sosial siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMAN 99 Jakar a?

2.

Manfaat penelitian

Teoritis 1.

Peneliti memberikan pemahaman tentang konsep dan teori Interaksi Sosial siswa ABK dan membantu pengembangan model pendidikan ABk, Lingkungan interaksi yang baik

2. Praktis

Membantu pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan yang

mendukung per umbuhan dan perkembangan holistik bagi semua siswa , tanpa memandang keberadaan disibilitas

(5)

BAB 2

Kajian Pustaka

Menurut Gillin dan Gillin, ” Interaksi sosial merupakan

hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-peorangan, antara kelompok-

kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia” (dalam Soekanto,2006)

Interaksi Sosial Siswa ABK Dalam Sekolah Inklusi

Interaksi Sosial

Interaksi Sosial

Penger ian 1.

Ciri-ciri 2.

Syarat 3.

Bentuk 4.

Jenis-jenis 5.

(6)

Anak Berkebutuhan Khusus

Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak.

Heward,2022) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisk. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.

Interaksi sosial anak Berkebutuhan Khusus

Upaya untuk meminimalisir adanya kehidupan yang terasing bagi anak berkebutuhan khusus adalah melalui sekolah inklusif. Di sekolah inklusif, anak berkebutuhan khusus ber emu, belajar bersama, dan berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus lainnya dan anak normal. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok

(7)

Pendidikan Inklusi

Sejarah perkembnan pendidikan inklusof didunia pada mulanya diprakarsai dan diawali dari negara-negara Scandinavia (denmark, Norwegia, Swedia). Di Amerika Serikat pada tahun 1960-an oleh Presiden Kennedy mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar Biasa Ke Scandinavia untuk mempelajari Mainstreaming dan Least restrictive environment, yang ternayat cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat.

Prinsip penyelengaraan pendidikan Inklusif

Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu

1.

Prinsip Kebutuhan Individual 2.

Prinsip kebermaknaan 3.

Prinsip kebermaknaan 4.

Peinsip Keterlibatan 5.

(8)

Pendekatan Behavioral

Gerald Corey (1988:197) menyatakan bahwa konseling behavioral adalah konseling

yang berurusan dengan perubahan tingkah laku kearah yang lebih adatif ser a

studinya terbatas pada pengamatan dan perubahan tingkah laku. Pada hakikat

manusia, teori dan pendekatan behavior ini menganggap bahwa pada dasarnya

manusia bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkunagna dengan kontrol

yang terbatas, hidup dalam alam deterministik dan sedikit berperan aktif dalam

menentukan mar abatnya

(9)

BAB 3

Metodologi Penelitian

tentang tahapan atau prosedur penelitian untuk mengetahui program layanan Bimbingan dan

Konseling dalam menumbuhkan kemampuan

interaksi sosial siswa Anak Berkebutuhan Khusus pada sekolah inklusi.

Alur penelitian

SMAN 99 Jakar a. Jl. Cibubur II, Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Kotamsya Jakar a Timur,

Provinsi DKI Jakar a, Kode Pos 13720 Pada Bulan Oktober- Maret 2023/2024

Tempat dan Waktu

(10)

Halaman 10

Latar Penelitian

Penelitian ini berkaitan dnegan fenomena di lingkungan sekolah SMAN 99 Jakar a ber ujuan memberikan pendidikan yang setara bagi semua siswa, termasuk siswa ABK. Namun, seringkali siswa ABK menghadapi tantangan dalam berinteraksi sosial, yang dapat mempengaruhi pengalaman belajar dan perkembangan sosial mereka.Teori pengembangan sosial, seper i teori Vygotsky, menekankan peran penting interaksi sosial dalam perkembangan kognitif dan sosial anak

Metode & Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana penelitian kualitatif Bogdan dan Taylor menjelaskna bahwa metodologi penelitian kualitataif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deksriptif berupa kata-kata ter ulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati.

(11)

Halaman 10

Peran Peneliti

sebagai perencana, pengumpul data, penganalisis, hingga akhirnya sebagia pencetus peneltian. Pada penelitian kualitatif menekankan bahwa peneliti sendiri atau dengan bantuan ornag lain yang merupakan alat pengumpul data utama (Moeleong.Peneliti tidak hanya berperan sebagai pengambil data, pengilah data, dan penemu data hasil penelitianSehingga hasilnya akan lebih akurat dan valid karena semakin banuka subjek percaya dengan peneliti tersebut.

Data dan sumber data

1.Sumber Data Primer

2.Sumber Data Sekunder

Teknik dan prosedur Pengumpulan Data

Observasi 1.

Wawancara 2.

Dokumentasi 3.

Data dan sumber data

Reduksi Data 1.

Penyajian Data 2.

Kesimpulan

Data dan sumber data 3.

Kreadibilitas,Keteralihan,

Kebergantungan, Kepastian

(12)

Murad Naser | Universitas Fauget | Ekonomi | 2025

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait