• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEADERSHIP OF THE HEAD OF ISLAMIC HIGH SCHOOL MIFTAHUL ULUM SUMBERJATI BUNGBARUH VILLAGE KADUR DISTRICT PAMEKASAN REGENCY KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH ALIYAH MIFTAHUL ULUM SUMBERJATI DESA BUNGBARUH KECAMATAN KADUR KABUPATEN PAMEKASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "LEADERSHIP OF THE HEAD OF ISLAMIC HIGH SCHOOL MIFTAHUL ULUM SUMBERJATI BUNGBARUH VILLAGE KADUR DISTRICT PAMEKASAN REGENCY KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH ALIYAH MIFTAHUL ULUM SUMBERJATI DESA BUNGBARUH KECAMATAN KADUR KABUPATEN PAMEKASAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 19

KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH ALIYAH MIFTAHUL ULUM SUMBERJATI DESA BUNGBARUH KECAMATAN

KADUR KABUPATEN PAMEKASAN

LEADERSHIP OF THE HEAD OF ISLAMIC HIGH SCHOOL MIFTAHUL ULUM SUMBERJATI BUNGBARUH VILLAGE

KADUR DISTRICT PAMEKASAN REGENCY

Zainal Abidin

Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan Jl. PP. Al-Falah Sumber Gayam Kadur

zai082334040798@gmail.com, 082334040798

Abstract

The leadership model is a form of fashion, example, or form of the process of influencing others, followers, or subordinates. The leadership model can also be interpreted as a form of the process of influencing, directing, moving, and motivating subordinates to achieve common organizational goals.

However, the reality is that at Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati, it is not known or research has been carried out on the extent of the implementation of leadership, so that it can be formulated and a complete formulation of a moral, mental, knowledge, and leadership skill process can be made to be implemented. In collecting data, the researcher used several research tools/instruments, namely;

observation, interview and documentation. The results of this study are the leadership model used in this institution is a continuum leadership model, namely a leadership model that collaborates between autocratic and democratic. Autocratic used in terms of quick decision making, satisfaction for himself and a sense of security for his subordinates. And the democratic way used in receiving suggestions, opinions and even criticism from subordinates. Implementation of the leadership model in this institution, the principal always motivates, directs, mobilizes, strengthens emotional relationships with his subordinates.

Keywords: leadership model; islamic high school

Abstrak

Model kepemimpinan adalah bentuk mode, bentuk contoh, atau bentuk rupa dari proses mempengaruhi orang lain, pengikut, atau bawahan. Model kepemimpinan juga bisa diartikan sebagai bentuk dari proses mempengaruhi, mengarahkan, menggerakkan, serta memotivasi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi bersama. Namun kenyataannya di Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati belum diketahui atau belum diadakan penelitian sejauh mana pelaksanaan kepemimpinannya, sehingga dapat diformulasikan dan dapat dibuat sebuah rumusan yang utuh dari sebuah proses moral, mental, pengetahuan, dan keterampilan kepemimpinan untuk dilaksanakan.

Dalam pengumpulan data, Peneliti menggunakan beberapa alat/ instrument penelitian yaitu; observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun hasil penelitian ini adalah model kepemimpinan yang dipakai di lembaga ini adalah model kepemimpinan kontinum yaitu model kepemimpinan yang mengolaborasikan antara otokratis dan

(2)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 20 demokratis. Otokratis yang dipakai dalam hal pengambilan keputusan cepat, kepuasan bagi dirinya dan rasa aman bagi bawahannya. Dan cara demokratis yang dipakai dalam hal menerima saran, pendapat bahkan kritikan dari bawahan. Implementasi dari model kepemimpinan di lembaga ini, kepala sekolah senantiasa memotivasi, mengarahkan, menggerakkan, memper-erat hubungan emosional dengan bawahannya.

Kata kunci: model kepemimpinan; madrasah aliyah

PENDAHULUAN

Persoalan kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik untuk dibicarakan, karena hal tersebut sangat penting didalam kehidupan manusia.

Kepemimpinan juga senantiasa memberikan penjelasan bagaimana menjadi pemimpin yang baik, sikap dan gaya yang sesuai dengan situasi kepemimpinan tersebut, dan dapat pula dimulai dari mana saja ia akan diteropong.

Baik sebagai ilmu maupun seni, kepemimpinan telah menempuh perjalanan panjang. Belakangan ini makin diyakini bahwa kepemimpinan adalah sebuah lembaga modernis, teori-teori dan temuan-temuan baru yang menunjang konsepsi pemimpin dan kepemimpinan makin memperkaya khasanah.

Kepemimpinan oleh banyak pakar, peneliti, pengamat, dan praktisi dipandang sebagai misteri. Penelitian, diskusi, observasi, dan perenungan terus dilakukan untuk mencari penjelasan atas esensi sesungguhnya dari kepemimpinan. Minat dalam kepemimpinan semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman.

Banyak dan beragamnya cabang ilmu yang tergamit serta menjelaskan tentang kepemimpinan dalam “Ilmu Kepemimpinan” membuat kepemimpinan itu sendiri selalu menarik untuk dibahas dan menjadi fokus penelitian dan diskusi.

Manusia merupakan makhluk paling sempurna diantara makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Mengapa dikatakan demikian? karena manusia diciptakan dengan dilengkapi akal pikiran (otak) untuk berfikir, menentukan jalan yang baik, dan menbedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena itulah manusia merupakan ciptaan Allah yang paling mengagumkan.

Pembicaraan manusia sebagai khalifah mengacu kepada gambaran tugas yang seharusnya diperankan yang harus diembannya. Manusia merupakan sosok makhluk

(3)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 21 multidimensi yang bersifat unik. Lebih lagi tatkala dikaitkan dengan peran manusia sebagai makhluk yang berpotensi untuk menimbulkan masalah dan kemampuannya menyelesaikan masalah.

Manusia diciptakan sebagai master peace yang seindah-indah dan sesempurna- sesempurnanya ciptaan (Ahsani Taqwim). Begitu sempurnanya sehingga manusia ditamsilkan sebagai gambaran Tuhan (Imago Dei) (Toto Tasmara, 2006; 161). Bahkan, para malaikat tidak memiliki potensi yang diberikan Allah kepada manusia. Hal ini tersirat dari kisah kosmos teologis tentang bagaimana Allah menciptakan Adam dengan tujuan untuk menjadi pemimipin dimuka bumi. Sebagaimana firman Allah Qs.

Al-baqarah ayat : 30-31 (Depag RI, 2004;07) yang artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang- orang yang benar!"

Pada sikap dan tanggapan Malaikat tersebut, dapat ditangkap isyarat yang memberitahukan akan adanya kehidupan baru. Eksistensi manusia sangat berbeda dengan keberadaan makhluk-makhluk lainnya, karena memiliki berbagai kelebihan berupa kemampuan berpikir, dan mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Sementara eksistensi malaikat berpangkal-tolak dari teori seperti itu, yaitu eksistensi malaikat dari asal-usul penciptaan dan watak dasarnya. Sebuah teori yang tidak dapat dipergunakan untuk menjelaskan kelebihan tertentu dari perkembangan kehidupan anak cucu Adam dalam fase kehidupan baru.

(4)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 22 Manusia sebagai khalifah, dituntut untuk mampu mengembangkaan dimensi- dimensi kemanusiaan yang ada pada dirinya yaitu kepribadian yang matang, kemampuan sosial yang menyejukkaan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketakwaan yang mendalam (Samsul Nizar dan Mohammad Syaifuddin, 2010; 185).

Sesungguhnya khalifah merupakan proses alamiah yang disebabkan tidak adanya keabadian dalam kehidupan didunia. Begitu juga kepemimpinan bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dari waktu ke waktu kepemimpinan selalu diperhatikan dan dibutuhkan manusia, karena adanya keterbatasan dan kelebihan- kelebihan tertentu pada manusia.

Disatu pihak manusia terbatas kemampuannya untuk memimpin. Pada pihak lain ada orang yang mempunyai kemampuan untuk memimpin, disinilah timbulnya kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan.

Dewasa ini pengertian kepemimpinan dalam sejumlah kajian memiliki nuansa social budaya lebih kuat. Hal tersebut didasari pencitraan sosiologis terhadap organisasi yang dilihat dari sistem sosial yang memiliki dimensi sosial budaya.

Kepemimpinan tidak lagi dipahami secara organik tetapi merupakan dimensi organisasi yang mempunyai kontribusi untuk membangun budaya organisasi yang sehat.

Secara umum kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok menerima pengaruh tersebut untuk mencapai tujuan (Abdul Aziz Wahab, 2008; 132).

Secara khusus kepemimpinan di sekolah mempunyai penekanan pada pentingnya posisi kepemimpinan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas sekolah. Berbagai kutipan tersebut menekankan adanya dimensi sosial budaya dalam kepemimpinan.

Dimana kepemimpinan berlangsung interaksi individu atau kelompok (siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, masyarakat dan karyawan). Muara besar dari interaksi

(5)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 23 tersebut adalah terbentuknya budaya organisasi sekolah yang kuat sehingga pendidikan dapat berlangsung secara efektif dan efisien (Mulyadi, 2010; 04).

Atiqullah (2009; 68-69) berpendapat, Kepemimpinan dalam Islam tidaklah absolut dan otoriter tapi sebagai aktivitas mempengaruhi orang lain agar bekerja dengan ikhlas (ikhlas beramal) untuk tujuan organisasi. Menurut Islam (yang merujuk pada Al-Quran) kepemimpinan bukanlah otoritas yang sewenang-wenang dan berubah-ubah, tetapi kepemimpinan adalah otoritas yang diterapkan kepada seorang individu yang secara taat mengikuti prinsip-prinsip yang digariskan dalam Al-Quran dan Sunnah rasul Muhammad SAW.

Dari definisi diatas dapat diambil pemahaman, bahwa seorang pemimpin harus berpedoman dengan prinsip-prinsip kepemimpinan yang telah tertera dalam Al-Qur’an dan sunah rasul, serta ikhlas dalm tugas kepemimpinannya untuk mencapai tujuan organisasi.

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas pertama, mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu, memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan, untuk mencapai tujuan manajer dan untuk memperoleh manfaat bersama (Abd. Wahab dan Umiarso, 2011; 89-90).

Jadi seorang pemimpin harus mempunyai keberanian dan pengalaman dalam mempengaruhi orang lain. Sehingga tujuan organisasi mudah untuk didapatkan dan bisa diambil manfa’at bersama. Dalam aspek ini, berarti kepemimpinan merupakan aspek dinamis dari pemimpin, yaitu mengacu pada tindakan-tindakan atau perilaku yang ditampilkan dalam melakukan serangkaian pengelolaan, pengaturan, dan pengarahan untuk mencapai tujuan (A. Halim dkk., 2005; 77-78).

(6)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 24 Sebuah organisasi tak lepas dari peran seorang pemimpin, untuk itu bisa dikatakan suksesnya sebuah organisasi tergantung seberapa kapasitas seorang pemimpinnya. Organisasi akan berkembang jika seorang pemimpin mampu mewujudkan tujuan organisasi menjadi kenyataan (Imam Suprayogo, 2010; 12).

Pemimpin sejati yang menggerakkan kita. Mereka menciptakan keadaan, suasana dan semangat. Kita merasakan impian kita tumbuh dan dipertajam. Pemimpin- pemimpin itu membuat potensi atau hal-hal yang baikdari diri kita muncul kepermukaan. Dalam bahasa yang lebih ilmiah, kita menyebutkan bahwa pemimpin merumuskan visi bersama, menggerakkan orang bersamanya dan menghasilkan transformasi karena mereka menerima kepercayaan dari banyak pihak, terutama dari mereka yang mengikutinya. Hal inilah yang dapat kita garis bawahi.

Pekerjaan besar utama seorang pemimpin sejati adalah mendapatkan kepercayaan dari mereka yang ada disekitarnya. Sehingga seorang pemimpin sejati akan merasa dirinya harus lebih matang dalam bidang pengetahuan dan pengalamannya. Selain itu seorang pemimpin juga harus senantiasa menampilkan perilaku baik dan bijaksana, sopan santun dan wibawa. Karena hal tersebut akan mempermudah interaksi atau hubungan antara pemimpin dengan para bawahannya, baik didalam atau diluar sekolah karena pemimpin bukan hanya didalam sekolah tetapi diluar sekolahpun seorang pemimpin tetap diperhatikan perilakunya sebagai teladan.

Seorang pemimpin yang baik harus mampu berhubungan baik dengan anggota lain dalam kelompok, harus menjadi atau setidaknya tampak sebagai seseorang yang mempunyai integritas, yang dapat mengilhami kelompoknya dengan cita-cita, dan tidak boleh hanya mementingkan kebutuhan sendiri. seorang pemimpin besar mengabdi pada sesuatu dari luar dirinya sendiri; seorang pemimpin yang benar-benar hebat tidak mengabdi pada sesuatu pun kecuali “Tuhan”. Yang paling penting, seorang pemimpin menciptakan atau membangkitkan dalam diri para pengikutnya semacam makna yang membimbing dirinya sendiri-bersifat dangkal ataupun mendalam, konstruktif ataupun destruktif (Danah Zohar dan Ian Marshall, 2022; 227).

(7)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 25 Dengan demikian seorang pemimpin akan terlihat berpengetahuan yang tinggi, berpengalaman, dan berwibawa dihadapan para bawahannya. Namun tanpa melupakan atau melaksanakan hubungan emosional yang tinggi dengan bawahan/anggota untuk menjalin relasi serta persaudaraan yang sangat erat.

Kepala sekolah harus mampu membaca, mengetahui, dan memahami rencana- rencana yang paling penting dari sekolah yang dipimpinnya. Selanjutnya dia harus bisa dan bersedia menerapkan rencana operasional tersebut secara periodik untuk memungkinkan sekolah mempraktikkan elemen-elemen terpenting dari masing- masing rencana pokok tersebut.

Pada sisi lain, kepala sekolah yang baik memberikan perhatian serius dan kontinyu terhadap perilaku stafnya. Dengan cara itu dia bisa melaksanakan misi sekaligus memperhatikan perilaku komunitas sekolah yang ada disekelilingnya, sambari mencari celah peluang yang bisa dimanfaatkan (Sudarman Danim, 2010; 210).

Kepemimpinan kepala sekolah sangat berbeda dengan kepemimpinan kiai.

Keputusan-keputusan kepala sekolah yang dapat merugikan siswa acapkali justru berubah mengundang demonstrasi. Para siswa tidak ragu-ragu memprotes kepala sekolah ketika mereka merasa dirugikan (Mujammil Qamar, tt.; 34).

Oleh karena itu Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati merupakan suatu lembaga pendidikan yang mempunyai seorang pemimpin yang telah mampu memotivasi para bawahannya dalam keilmuan ataupun pengetahuan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi siswa.

Hal tersebut terlihat dari eratnya hubungan emosional antara kepala sekolah, guru dan siswa. Dan juga bisa dilihat dengan adanya perkumpulan (koloman) bagi para guru yang diadakan setiap malam jum’at legi, satu bulan sekali. Dan juga bisa dilihat dari adanya istighasah bersama yang melibatkan semua siswa, yang diadakan setiap hari Jum’at, yang ditempatkan di Masjid dan diisi dengan tahlil bersama serta ceramah yang berisi nasehat dari kepala sekolah kepada para siswa. Dan juga bisa dilihat dari baca

(8)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 26 yasin bersama setiap bel masuk dan shalat berjama’ah (Mohammad Siddiq, 2013;

wawancara).

Namun kenyataannya di Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati belum diketahui atau belum diadakan penelitian sejauh mana pelaksanaan kepemimpinannya, sehingga dapat diformulasikan dan dapat dibuat sebuah rumusan yang utuh dari sebuah proses moral, mental, pengetahuan, dan keterampilan kepemimpinan untuk dilaksanakan.

Berdasarkan kontek penelitian tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Kepemimpinan Kepala Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati Desa Bungbaruh Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan”.

Dalam kajian terdahulu terdapat suatu hasil penelitian yang berjudul

“Kepemimpinan Dan Manajemen” (Suatu Analisis Terhadap Pembentukan Akhlak karimah Dalam Kepemimpinan IPNU Cabang Pamekasan), yang ditulis/diteliti oleh Mahdi (2004). Dalam hasil penelitian tersebut, dari segi pembahasan peneliti membahas tentang proses kepemimpinan dan manajemen, serta hasil pelaksanaan keduanya terhadap pembentukan akhlak karimah. Dan dari segi tempat penelitian, peneliti menghkhususkan pada suatu organisasi yang didalamnya terdapat suatu ikatan pelajar nahdlatul ulama’ (IPNU).

Sedangkan dalam penelitian yang saya teliti, dari segi pembahasan saya membahas tentang model, implementasi, serta bentuk keberhasilan dari kepemimpinan. Sedangkan dari segi tempat, saya mengkhusukan pada suatu lembaga pendidikan yaitu Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati yang notabennya lebih formal dan cakupannya lebih luas.

Oleh karena itu sangat jelas perbedaan dari dua penelitian diatas. Dari segi pembahasan saudara Mahdi membahas tentang kepemimpinan dan manajemen dalam pembentukan akhlak karimah, sedangkan saya membahas tentang model kepemimpinan. Sedangkan dari segi tempat, saudara Mahdi mengambil suatu ikatan

(9)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 27 dari suatu organisasi yaitu Ikatan Pelajar Nahdlatu Ulama’ (IPNU) dan saya mengkhususkan pada lembaga pendidikan yaitu Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati yang berada dibawah naungan Pondok Pesantren.

Berdasarkan paparan tentang beberapa penelitian terdahulu tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini;

Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan penelitian terdahulu

No Penulis Judul Persamaan Perbedaan 1 Saiful Amin Kepemimpinan

Dan Manajemen

Sama-sama mengkaji tentang

kepemimpinan

Mengkaji tentang

Akhlak dan

organisasi

Penelitian ini akan mendukung serta mengembangkan hasil penelitian di atas, yang akhirnya akan melahirkan teori baru yaitu model kepemimpinan kontinum yakni perpaduan model demokratis dan model otoriter. Teori baru tersebut diharapkan akan mampu menjadi solusi bagi kepala madrasah dan masyarakat dalam kepemimpinan kepala madrasah.

Dengan demikian maka beberapa hal yang dijadikan fokus permasalahan adalah pertama, bagaimana model kepemimpinan di Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati?, kedua, bagaimana implementasi kepemimpinan di Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati?, ketiga, apa saja bentuk keberhasilan kepemimpinan di Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati?.

Pengertian Model Kepemimpinan

(10)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 28 Manusia merupakan makhluk paling sempurna diantara makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Mengapa dikatakan demikian? karena manusia diciptakan dengan dilengkapi akal pikiran (otak) untuk berfikir, menentukan jalan yang baik, dan menbedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena itulah manusia merupakan ciptaan Allah yang paling mengagumkan.

Dengan otak tersebutlah manusia terlahir sebagai khalifah di muka bumi. Tugas selanjutnya adalah menggali potensi kepemimpinannya yang bertujuan memberikan pelayanan serta pengabdian yang diniatkan semata-mata karena amanah Allah, yaitu dengan cara memainkan perannya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin) (Toto Tasmara, 2006; 162-163).

Sebagaimana pula Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi :

َكُّب َر َلاَق َﻨِإ َو آمِِّدلا ُۗكِسْفَي َو اَهْيِف ُۗدِسْفُّي ْنَم اَهْيِف ُۗلَعْجَتَا آ ْوُۗلَق ُۗ ةَفْيِلَخ ِضْرَ ْلْا ىِف ٌلِعاَج ِِّىنِإ ِةَكِئ لآَمْلِل

,َء

( َن ْوُۗمَلْعَت َلَاَم ُۗمَلْعَا يِِّنِا َلاَق َكَل ُۗس ِِّدَقُۗن َو َكِدْمَحِب ُۗحِِّبَسُۗن ُۗنْحَن َو ۳۰

)

Yang artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata, “mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mucikan Engkau?”Tuhan berfirman, “sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Depag RI, 2004; 07).

Sebagaimana hadist Rasul yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar (Moh. Faiz al-Math, 1995; 167):

,هتيعر نع لوئسم وهو عار ساﻨلا ىلع ىذلا مظعلْا ماملإاف هتيعر نع لوئسم مكلكو عار مكلك يهو هدلوو اهجوز تيب لها ىلع لوئسم وهو هتيب لها ىلع عار لجرلاو

دبعو ,مهﻨع ةلوؤسم

.هتيعر نع لوؤسم مكلكو عار مكلكف لَأ ,هﻨع لوؤسم وهو اهديس لام ىلع عار لجرلا

Yang artinya: “Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Seorang Imam yang memimpin orang banyak adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Seorang

(11)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 29 suami adala pemimpin dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Seorang istri adalah pemimpin dalam menata rumah tangga dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Seorang hamba adalah pemimpin dalam menjaga harta tuannya dan ia bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Ingatlah, kamu sekalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Model adalah bentuk mode, bentuk rupa, atau bentuk contoh (Windy Novia, 2008; 452). Jadi, model lebih luas dari pada pola artinya pola bagian dari model. Model bisa dikatakan sebagai suatu bentuk dari suatu yang dilaksanakan, sehingga sesuatu itu bisa diketahui rupa dan modenya.

Jika berbicara mengenai kepemimpinan, seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang dapat memadukan atau mengolaborasikan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, serta kecerdasan spiritual. Dan mengenai kecerdasan spiritual dalam persepektif sejarah, kepemimpinan spiritual telah dicontohkan dengan sangat sempurna oleh Nabi Muhammad SAW.

Secara umum kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok menerima pengaruh tersebut untuk mencapai tujuan (Abdul Aziz Wahab, 2008; 132).

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya (Mulyadi, 2010; 01).

Kepemimpinan merupakan proses yang berisi rangkaian kegiatan yang melibatkan sekelompok orang yang dalam proses tersebut terjadi aktivitas mempengaruhi, memotivasi, menggerakkan, dan mengarahkan pikiran dan perasaan pihak lain kearah tujuan yang telah disepakati bersama (Imam Suprayogo, 2010; 257).

Kepemimpinan merupakan aspek dinamis dari pemimpin, yaitu mengacu pada tindakan-tindakan atau perilaku yang ditampilkan dalam melakukan serangkaian

(12)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 30 pengelolaan, pengaturan, dan pengarahan untuk mencapai tujuan (A. Halim dkk., 2005;

77-78).

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas : pertama, mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu, kedua, memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan, ketiga, untuk mencapai tujuan manajer dan untuk memperoleh manfaat bersama (Abd.

Wahab dan Umiarso, 2011; 89-90).

Dengan demikian, seorang pemimpin dituntut harus mampu mempengaruhi bawahannya dalam pelaksanaan program yang telah disepakati untuk mencapai tujuan organisasi. Sehingga manfa’at dari pelaksanaan tersebut bisa dirasakan bersama.

Secara khusus kepemimpinan di sekolah mempunyai penekanan pada pentingnya posisi kepemimpinan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas sekolah. Berbagai kutipan tersebut menekankan adanya dimensi sosial budaya dalam kepemimpinan.

Dimana kepemimpinan berlangsung interaksi individu atau kelompok (siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, masyarakat dan karyawan). Muara besar dari interaksi tersebut adalah terbentuknya budaya organisasi sekolah yang kuat sehingga pendidikan dapat berlangsung secara efektif dan efisien (Mulyadi, 2010; 04).

Dengan definisi tersebut, seorang pemimpin haru peka dalam melihat dan mengembangkan potensi yang ada di lingkungan sekolah. Sehingga budaya organisasi sekolah bisa terlaksana dengan baik, untuk menunjang pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien.

Kepemimpinan dalam Islam tidaklah absolut dan otoriter tapi sebagai aktivitas mempengaruhi orang lain agar bekerja dengan ikhlas (ikhlas beramal) untuk tujuan organisasi. Menurut Islam (yang merujuk pada Al-Quran) kepemimpinan bukanlah

(13)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 31 otoritas yang sewenang-wenang dan berubah-ubah, tetapi kepemimpinan adalah otoritas yang diterapkan kepada seorang individu yang secara taat mengikuti prinsip- prinsip yang digariskan dalam Al-Quran dan Sunnah rasul Muhammad SAW (Atiqullah, 2009; 68-69).

kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Dengan demikian model kepemimpinan adalah bentuk, jenis atau pola dari proses mempengaruhi atau membujuk orang lain / pengikut dalam mengambil langkah untuk mencapai tujuan bersama.

Macam-macam Model Kepemimpinan

Model kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada hakekat kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan keterampilan seseorang yang berbaur, kemudian membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda. Beberapa model yang menganut pendekatan ini adalah sebagai berikut (Abdul Wahab dan Umiarso, 2011; 97-110):

1. Model kepemimpinan Kontinum (Otokratis-Demokratis)

Model kepemimpinan ini adalah model kepemimpinan yang mengacu pada dua perilaku ekstrem yaitu perilaku otokratis dan perilaku demokratis. Perilaku otokratis dinilai bersifat negatif, ketika sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi, otoritas berada ditangan pemimpin karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfa’at, antara lain pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan.

(14)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 32 Perilaku demokratis adalah perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerja sama dan team work untuk mencapai tujuan, ketika si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya.

Namun, kenyataannya perilaku kepemimpinan ini tidak mengacu pada dua model perilaku kepemimpinan yang ekstrem diatas, tetapi memiliki kecenderungan yang terdapat diantara dua sisi ekstrem tersebut.

2. Model Kepemimpinan Ohio

Dalam kepemimpinannya, Universitas Ohio melahirkan teori dua faktor tentang gaya kepemimpinan, yaitu struktur inisiasi dan konsiderasi. Struktur inisiasi mengacu kepada perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan antara dirinya dengan anggota kelompok kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang ditetapkan dengan baik.

Adapun konsiderasi mengacu kepada perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal balik, rasa hormat, dan kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan anggota stafnya (bawahan).

Kedua faktor tersebut dalam implementasi mengacu pada empat kuadran, yaitu (a) model kepemimpinan yang rendah konsiderasi maupun struktur inisiasinya: (b) model kepemimpinan yang tinggi konsiderasinya maupun struktur inisiasinya: (c) model kepemimpinan yang tinggi konsiderasinya, tetapi rendah struktur inisiasinya: (d) model kepemimpinan yang rendah konsiderasinya, tetapi tinggi struktur inisiasinya.

3. Model Kepemimpinan Likert (Likert’s Management System)

Model kepemimpinan ini merupakan pengembangan dari model-model yang dikembangkan oleh Universitas Ohio, yaitu dari sudut pandang struktur inisiasi dan konsiderasi yang dikembangkan oleh Likert.

(15)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 33 4. Model kepemimpinan Managerial Gird

Dalam model kepemimpinan Managerial Gird, seorang pemimpin tidak dapat hanya memikirkan mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya, tanpa memperhitungkan faktor hubungan dengan bawahannya. Dengan demikian, seorang pemimpin dalam mengambil suatu sikap terhadap tugas, kebijakan-kebijakan yang harus diambil, serta proses dan prosedur penyelesaian tugas harus memperhatikan pola hubungan dengan staf atau bawahannya secara baik.

Pada dasarnya model ini relatif lebih rinci dalam menggambarkan kecenderungan kepemimpinan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwasanya model ini merupakan pandangan yang berawal dari pemikiran yang relatif sama dengan model sebelumnya, yaitu seberapa otokratis dan demokratisnya kepemimpinan dari sudut pandang perhatiannya pada orang dan tugas.

5. Model kepemimpinan Kontingensi Fieldler

Dalam teori kontingensi (kemungkinan), variabel-variabel yang berhubungan dengan kepemimpinan dalam pencapaian tugas merupakan suatu hal yang sangat menentukan pada gerak akselerasi pencapaian tujuan organisasi.

Gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja. Menurut model kepemimpinan ini, terdapat tiga variabel utama yang cenderung menentukan apakah situasi menguntungkan bagi pemimpin atau tidak. Ketiga variabel tersebut adalah hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota kelompok (hubungan pemimpin-anggota), kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanakan (struktur tugas) dan kekuasaan dan kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi).

6. Model kepemimpinan Situasional

Model ini merupakan teori yang menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman

(16)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 34 perilaku yang bermanfa’at yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional.

7. Model kepemimpinan Tiga Dimensi

Menurut model ini, kombinasi antara perilaku hubungan dengan perilaku tugas dapat saja sama, tapi hal tersebut tidak menjamin memilki efektivitas yang sama pula. Hal ini terjadi karena perbedaan kondisi lingkungan yang terjadi dan dihadapi oleh sosok pemimpin dengan kombinasi perilaku hubungan dan tugas yang sama tersebut memilki perbedaan.

Secara umum, dimensi efektivitas lingkungan terdiri dari dua bagian, yaitu dimensi lingkungan yang tidak efektif dan efektif. Masing-masing bagian dimensi lingkungan ini memiliki skala yang sama 1 sampai dengan 4. Untuk lingkungan yang tidak efektif skalanya bertanda negatif dan untuk lingkungan yang efektif skalanya bertanda positif.

8. Model kepemimpinan Combat

Model kepemimpinan ini diangkat dari strategi pertempu-ran yang sering kali digunakan para jenderal dalam peperangan. Dalam pertempuran, banyak hal yang tidak pasti, sama halnya dalam organisasi yang juga tidak memunculkan ketidak pastian. Oleh sebab itu, pertempuran yang banyak memunculkan tinda-kan- tindakan nekat yang kadang-kadang diperlukan dengan menyadari terjadinya kemungkinan keberhasilan yang gemilang atau bahkan kegagalan yang sempurna.

Adapun karekteristik dari model ini, sebagaimana yang di-deskripsikan oleh J. Salusu yang dikutip oleh Abd. Wahab dan Umiarso yaitu; seorang pemimpin harus bersedia menanggung risiko seperti halnya seekor kura-kura yang berani maju dengan memunculkan lehernya keluar, berusaha menjadi inovator dan untuk itu perlu secara terus-menerus belajar, segera bertindak karena tanpa bergerak seorang tidak bisa memimpin, memiliki harapan yang tinggi karena dengan mengharap organisasi beroleh lebih banyak, seorang pemimpin akan berhasil, paling tidak

(17)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 35 setengahnya, pertahankan sikap positif, selalu berpikir yang baik, angkatlah derajat setiap orang yang bekerja disekitar organisasi karena masing-masing mempunyai peranan yang berarti dalam kehidupan organisasi dan selalu berada didepan dan tidak menyuruh orang lain untuk maju lebih dulu.

9. Model Kepemimpinan Spiritual

Kepemimpinan Spiritual adalah model kepemimpinan yang tidak sekedar otoriter tetapi lebih pada uswatun hasanah/teladan denagn contoh konkret.

Dalam persepektif sejarah, kepemimpinan spiritual telah dicontohkan dengan sangat sempurna oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat Al-Ahdzab ayat 21; yang artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Depag RI, 2004; 421).

Dan juga dijelaskan dalam firman Allah dalam Qur’an surat Al-Shaf ayat 2- 3 (Depag RI, 2004; 552); yang artinya; “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?, Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.

Sebagaimana juga dicontohkan oleh Umar bin Abdul Aziz yang merupakan sosok pemimpin yang agung dengan kecerdasan spiritual tinggi. Dia selain sebagai khalifah (pemimpin negara) dan seorang ulama. Dia adalah pemimpin yang berhasil dalam memimpin negaradan masyarakat dalam bentuk yang seindah-indahnya.

Sesudah nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin, islam tidak pernah dipraktekkan dalam bentuknya yang murni dan hakiki, kecuali di masa pemerintahannya. Ia berhasil mengubah status quo dalam revolusi kepemimpinan serta mengubah negara menjadi “surga dunia” yang dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Negara tersebut telah mewujudkan kemakmuran, kerukunan, dan kedamaian lahir dan batin (Abdul Wahab dan Umiarso, 2011; 179).

(18)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 36 METODE PENELITIAN

Dari permasalahan di atas, metode penelitian yang pilih dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Deskriptif. Lokasi penelitian dipilih Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati Laok Desa Bungbaruh Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi nonpartisipan, wawancara, dan dokumentasi terhadap sejumlah sumber terkait. Analisis data dilakukan dengan beberapa langkah yakni data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/ verification (kesimpulan). Sedangkan untuk pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Model Kepemimpinan

Dalam rangka mengetahui model kepemimpinan di Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati Desa Bungbaruh Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan ini, perlu kiranya terlebih dahulu mendefinisi-kan model kepemimpinan itu sendiri. Model kepemimpinan terdiri dari dua kata yaitu “model” dan

kepemimpinan”. Model adalah bentuk mode, bentuk rupa, atau bentuk contoh (Windy Novia, 2008; 452). Jadi, model bisa diartikan bentuk dari sesuatu yang dilaksanakan, baik itu berupa mode, rupa, atau contoh. Sehingga diketahui sesuatu yang dilaksanakan dari bentuknya.

Secara umum kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok menerima pengaruh tersebut untuk mencapai tujuan (Abdul Aziz Wahab, 2008;

132).

Kepemimpinan merupakan aspek dinamis dari pemimpin, yaitu mengacu pada tindakan-tindakan atau perilaku yang ditampilkan dalam melakukan serangkaian

(19)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 37 pengelolaan, pengaturan, dan pengarahan untuk mencapai tujuan (A. Halim dkk., 2008; 77-78).

Dengan demikian model kepemimpinan adalah suatu bentuk dari proses mempengaruhi, mendorong, mengarahkan, menuntun, menggerakkan seseorang atau anggota kelompok untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama.

Model kepemimpinan yang diterapkan di lembaga ini adalah model kepemimpinan kontinum yaitu dalam rangka mempengaruhi bawahannya, kepala sekolah menggunakan dua cara yaitu otokratis yang dipakai dalam hal pengambilan keputusan cepat, kepuasan bagi dirinya dan rasa aman bagi bawahannya. Dan cara demokratis yang dipakai dalam hal menerima saran, pendapat bahkan kritikan dari bawahan.

Sebagaimana pendapat Abd. Wahab dan Umiarso (2011; 97-98) yang mengatakan bahwa model kepemimpinan kontinum adalah model kepemimpinan yang mengacu pada dua perilaku ekstrem yaitu perilaku otokratis dan perilaku demokratis. Perilaku otokratis dinilai bersifat negatif, ketika sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi, otoritas berada ditangan pemimpin karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfa’at, antara lain pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Perilaku demokratis adalah perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerja sama dan team work untuk mencapai tujuan, ketika si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Dengan demikian

(20)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 38 model kepemimpinan yang diterapkan di lembaga sudah sesuai dengan pendapat diatas.

2. Implementasi Model Kepemimpinan

Dalam Seorang pemimpin yang berorientasi pada tugas biasanya sangat menekankan pada tugas yang diemban oleh bawahan. Hal ini didasari asumsi bahwa tugas pemimpin adalah mendorong agar setiap anggota melaksanakan tugas masing- masing secara maksimal meski terkadang lupa aspek lainnya (Imam Suprayogo, 2010; 258). Dengan teori tersebut, implementasi dari model kepemimpinan di lembaga ini, kepala sekolah senantiasa memotivasi, mengarahkan, menggerakkan, mempererat hubungan emosional dengan bawahannya.

Seorang pemimpin harus selalu lebih mengetahui terhadap bawahannya, sebab dalam kehidupan organisasi diperlukan adanya kerja sama atau saling ketergantungan antara anggota kelompok. Pemimpin perlu berorientasi dengan bawahannya (Mulyadi, 2010; 16).

Dengan teori tersebut terbukti di lembaga ini, kepala sekolah senantiasa berorientasi dengan bawahannya, sehingga ia mengetahui apa yang diinginkan bawahannya.

Hal itu terbukti dengan adanya kolom malam jum’atan legi. Hal ini sebagai bentuk hubungan emosional antara kepala sekolah dengan para guru.

Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah senantiasa melibatkan para guru, meski wewenang tertinggi dan hak pengambilan keputusan berada sepenuhnya diatas kehendaknya.

Sebagaiman teori yang dikeluarkan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall (2002;

227) yaitu: Seorang pemimpin yang baik harus mampu berhubungan baik dengan anggota lain dalam kelompok, harus menjadi atau setidaknya tampak sebagai seseorang yang mempunyai integritas, yang dapat mengilhami kelompoknya dengan cita-cita, dan tidak boleh hanya mementingkan kebutuhan sendiri. seorang pemimpin besar mengabdi pada sesuatu dari luar dirinya sendiri; seorang pemimpin

(21)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 39 yang benar-benar hebat tidak mengabdi pada sesuatu pun kecuali “Tuhan”. Yang paling penting, seorang pemimpin menciptakan atau membangkitkan dalam diri para pengikutnya semacam makna yang membimbing dirinya sendiri-bersifat dangkal ataupun mendalam, konstruktif ataupun destruktif.

3. Bentuk Keberhasilan Model Kepemimpinan

Bentuk keberhasilan di Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Sumberjati desa Bungbaruh Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan ini, dapat di kategorikan kedalam empat bagian sebagai berikut:

a Pemimpin

Dalam pengambilan keputusan hendaknya pimpinan memberikan tempat kepada bawahan baik sebagai penimbang, partisipan, maupun sebagai informan (Mulyadi, 2010; 58).

Dengan teori tersebut kepala sekolah di lembaga ini yang telah melibatkan semua anggotanya dalam perngambilan keputusan. Sehingga ia merasa punya teman ketika ia harus memutuskan sesuatu yang harus cepat-cepat dilakukan, bebannya menjadi ringan karena punya teman dalam melaksanakan kepemimpinannya, dan merasa nyaman baik diluar maupun didalam sekolah karena hubungan emosional yang sangat tinggi.

b Anggota Kelompok/bawahan

Anggota kelompok merasa aman dan tentram dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak canggung untuk melontarkan ide-idenya. Dengan kata lain anggota kelompok merasa mempunyai peluang untuk ikut andil dalam keputusan.

Dalam model kepemimpinan kontinum yang ada di lembaga ini, tergambar partisipasi bawahan dalam membuat keputusan, mulai dari tidak ada peluang berpartisipasi sampai dengan akses berpartisipasi penuh (Sudarman Danim, 2010; 87).

(22)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 40 c Siswa

Siswa dipandang sebagai proses-proses sekolah. Konsekuensinya, kepala sekolah dan komunitas sekolah harus memahami karekteristik dan ekspektasi siswa, untuk menentukan program dan startegi yang sesuai kebutuhan dan harapan siswa (Raihani, 2010; 111).

Dengan memahami karekter dan kebutuhan siswa, akan mendukung terhadap prestasi siswa yang sangat tinggi. Khususnya ketika siswa hamper mau lulus.

Begitu juga di lembaga ini yang mayoritas output dari lembaga ini mayoritas mampu bersaing dengan lulusan sekolah lain yang lebih maju, untuk melanjutkan studinya diberbagai perguruan tinggi manapun, baik didalam maupun diluar daerah.

d Sarana dan prasarana

Kepala sekolah juga menunjukkan perhatiannya untuk meningkatkan fasilitas-fasiltas sekolah, seperti fasilitas mengajar, olah raga, kesenian, dan juga giat merenovasidan membangun sekolah (Raihani, 2010; 257).

Pengadaan sarana yang dibutuhkan seperti pengeras suara disetiap ruang kelas, TV, laptop, dan LCD Proyektor. Semua ini telah tercapai di lembag ini.

Hal itu sebagai bukti dari kepala sekolah, barwa ia juga memperhatikan pembangunan bangunan sekolah yang disebut dengan pembangunan fisik.

KESIMPULAN

Model kepemimpinan adalah bentuk dari proses mempengaruhi, mengarahkan, menggerakkan, serta memotivasi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi bersama.

1. Model kepemimpinan yang dipakai di lembaga ini adalah model kepemimpinan kontinum yaitu model kepemimpinan yang mengolaborasikan antara otokratis dan demokratis. Otokratis yang dipakai dalam hal pengambilan keputusan cepat,

(23)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 41 kepuasan bagi dirinya dan rasa aman bagi bawahannya. Dan cara demokratis yang dipakai dalam hal menerima saran, pendapat bahkan kritikan dari bawahan.

2. Implementasi dari model kepemimpinan di lembaga ini, kepala sekolah senantiasa memotivasi, mengarahkan, menggerakkan, memper-erat hubungan emosional dengan bawahannya. Hal yang demikian itu, bisa dilihat dari adanya baca yasin bersama yang dipimpin oleh satu orang siswa dengan menggunakan pengeras suara setiap bel masuk. Hal ini sebagai bentuk pelatihan kepemimpinan bagi siswanya.

Dan juga bisa dilihat dari adanya kolom malam jum’atan legi. Hal ini sebagai bentuk hubungan emosional antara kepala sekolah dengan para guru. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah tetap melibatkan para guru, meski wewenang tertinggi dan hak pengambilan keputusan berada sepenuhnya diatas kehendaknya.

3. Bentuk keberhasilan dari model kepemimpinan tersebut adalah bisa dilihat dari kenyamanan bagi pemimpin karena salu punya teman, rasa aman para bawahan, output siswa yang mampu bersaing dengan lulusan sekolah lain yang lebih maju, dan pengadaan sarana dan prasarana.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Atiqullah, Manajemen & Kepemimpinan Pendidikan Islam, Pamekasan : STAIN Pamekasan Press, 2009.

A Partanto, Pius, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: ARKOLA.

Buna’i. Metodologi Penelitian Pendidikan. Pamekasan: STAIN Press, 2006.

B. Milles, Matthew, A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI-Press, 2009.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan Al-Jumanatul Ali, TP :CV Penerbit J-ART, 2004.

Danim, Sudarman, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.

(24)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 42 Faiz, Moh. al-math, 1100 hadits terpilih, Jakarta: Gema Insani Press, Cet ke-29, 1995 Halim, A., Suhartini, Choirul Arif, Manajemen pesantren, Yogyakarta: PT. LKiS

Pelangi Aksara 2005.

Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif . Malang: UIN Maliki Press, 2008.

Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, Malang : UIN Maliki Press 2010.

Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Nizar Samsul, Syaifudin Muhammad, Isu-isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010.

Novia, Windi. Kamus Ilmiah Populer. TP: Wipress, 2008.

Qamar, Mujammil, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, PT: Gelora Aksara Pratama

Raihani, Kepemimpinan Sekolah Transformatif, Yogyakarta: LKiS, 2010.

Suparmoko, M. Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2009.

Suprayogo, Imam, Kepemimpinan Pengembangan Organisasi Team Bulding dan Perilaku Inovatif, Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010.

Suhartini, A. Halim, Choirul Arif, Manajemen pesantren, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2005.

Tasmara Toto, Spiritual Centered Leadership (Kepemimpinan Berbasis Spiritual), Jakarta: Gema Insani, 2006.

Wahab Abd, Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Dan Kecerdasan Spiritual, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011.

Wahab, Abdul Aziz, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung:

Alfabeta, 2008.

(25)

IDEALITA | Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Pamekasan 43 Zohar, Danah, Marshall Ian, SQ: Memanfa’atkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, Bandung:

Mizan Media Utama, 2002.

Gambar

Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan penelitian terdahulu

Referensi

Dokumen terkait