• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA PESANTREN DALAM KONTEKS

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "LEMBAGA PESANTREN DALAM KONTEKS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

63 PERAN DAN UPAYA KUA SUNGAI PANDAN DALAM

MEMINIMALISIR PERNIKAHAN DINI (IMPLEMENTASI REVISI UU NO.1 TAHUN 1974 KE-UU NO.16 TAHUN 2019

TENTANG PERKAWINAN) Haji Rifqah, Budi Saputra, dan Nur Nisa Abstrak:

The role and efforts of the KUA Sungai Pandan in minimizing early marriage are steps that must be taken to implement the revision of Law No.1 Year 1974 to Law No.16 Year 2019 concerning the age limit for marriage. This research was a qualitative descriptive study. The source of the data was obtained from respondents and informants, namely the results of an interview with the Head of KUA Sungai Pandan and with the Judge of the Amuntai Religious Court. The data collection method used interview and documentation techniques. The data obtained were then analyzed using the analytical descriptive method. That was a method of solving problems that were investigated by describing or illustrating circumstances. The results of this study can be concluded that the Sungai Pandan KUA in carrying out its role and efforts to minimize early marriage with several ways: first, by socializing the age limit for marriage according to Law No. 16, Year 2019 to Law No.1 Year 1974 concerning Marriage; second, by means of counseling and guidance to couples who want to get married and to teenagers who have not planned to get married; third, by preventing early marriage by providing direction and understanding to the calon pengantin (prospective believer) about the age limit for marriage;

and fourth, by rejecting early marriage. This is done if the couple who wants to get married is not yet 19 years old. If there is a

Haji Rifqah adalah dosen tetap STAI Rakha Prodi Hukum Keluarga.

Budi Saputra dan Nur Nisa adalah mahasiswa STAI Rakha Prodi HK

(2)

64

refusal, there are 2 alternative options, namely being able to register again after the age limit has arrived or continues with the current condition by applying for a marriage dispensation permit to the Religious Court.

Kata kunci:

Role, Efforts, Minimalized, and Early Marriage.

A. Pendahuluan

Perkawinan merupakan ibadah yang sakral yang dilakukan oleh pasangan suami dan isteri dan merupakan ibadah terpanjang yang pertanggungjawabannya langsung di hadapan Allah SWT Perkawinan dilaksanakan untuk menyempurnakan agama dan diharapkan bisa membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Perkawinan juga merupakan ikatan yang kuat, kokoh, dan agung, yang harus dijalankan suami dan isteri dengan baik dan benar. yang tidak boleh dipermainkan, sehingga tercipta keluarga yang bahagia, kekal sampai maut memisahkan dan sampai kesorganya kelak. Menikah merupakan dambaan hampir semua orang, karena dengan menikah maka sempurnalah agama seseorang, diharapkan dengan menikah tercapailah tujuan hidup yang sebenarnya, dengan menikah maka hidup akan lebih terarah, bisa menghindarkan dari perbuatan zina, serta hidup akan lebih berwarna dan penuh makna.

Dalam menjalani biduk rumah tangga tidak segampang yang dipikirkan dan tidak semulus yang dibayangkan, karena dalam perjalanan rumah tangga, pasti akan mengalami riak gelombang dan berbagai cobaan yang akan dilalui oleh pasangan suami isteri, maka kedewasaan sikap dan kematangan dalam berfikir akan membantu mengatasi berbagai rintangan yang dilalui. Diantara prinsip-prinsip perkawinan, disebutkan bahwa setiap pasangan yang akan menikah harus sudah matang jiwa dan raganya, matang disini berarti pasangan tersebut siap lahir bathin dalam menjalani biduk rumah tangga, siap dari segi materi dan siap dari segi umur. Kesiapan para pasangan dalam mengarungi

(3)

65 biduk rumah tangga, sangat diperlukan bagi seseorang yang ingin menikah, karena seberapa siap seseorang menikah sangat menentukan ketika dia menghadapi masalah dalam rumah tangga, pasangan yang sudah dewasa dari segi umur dan pemikiran akan lebih mudah mengatasi berbagai permasalahan yang akan mereka lalui nanti.

Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan seseorang dalam membina rumah tangga tidak mutlak ditentukan dari segi umur yang sudah dewasa, atau pekerjaan yang sudah mapan, tapi dikembalikan lagi kepada para pasangan yang menjalaninya. Tidak menutup kemungkinan bahwa yang sudah dewasa sekalipun bisa saja tidak sanggup menyelesaikan berbagai permasalahan dalam rumah tangga, bahkan yang mempunyai materi yang cukup pun belum tentu memberikan kebahagian bagi pasangan dalam menjalani rumah tangga.

Di Indonesia saat ini menurut UU No. 16 Tahun 2019 Adalah hasil dari revisi atas UU no.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, yang didalamnya membuat aturan baru bahwa seseorang boleh menikah harus sudah berumur 19 tahun baik laki-laki maupun perempuan, yang sebelumnya 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laku-laki.

Peraturan ini memberikan batasan bahwa usia menikah diberi batasan minimal 19 tahun, yang diusia tersebut diharapkan para pasangan yang ingin menikah sudah dirasa cukup siap dalam mengarungi biduk rumah tangga. Berbeda dengan BKKBN yang tetap menyarankan menikah diusia ideal yaitu 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki- laki. Diusia tersebut dianggap sangat siap untuk menikah, bagi perempun sangat siap untuk hamil dan melahirkan, dan bagi si laki-laki sangat siap untuk bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup anak dan isteri.

Akan tetapi implementasi dari revisi UU No.1 Tahun 1974 ke UU No.16 tahun 2019, ternyata mempunyai dampak yang besar terhadap peningkatan pengajuan dispensasi nikah di Pengadilan Agama, dikarenakan ternyata masih banyak masyarakat yang ingin menikah dibawah usia 19 tahun. Padahal diumur di bawah 19 tahun mereka mungkin belum atau baru lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), di

(4)

66

masa mereka seharusnya menikmati bangku perkuliahan, atau merasakan masa remaja tanpa harus disibukkan berumahtangga.

Di era modern saat ini ternyata masih banyak pasangan yang memutuskan untuk menikah diusia dini, dengan berbagai alasan yang melatar belakanginya. Padahal menikah diusia dini banyak mendatangkan kemudharatan dan banyak mendatangkan permasalahan.

Karena biasanya mereka belum matang dalam berfikir, belum matang dalam bertindak serta belum siap dalam menyelesaikan masalah, yang pada akhirnya bisa berujung kepada perceraian. Menurut penulis peran dan upaya KUA (Kantor Urusan Agama) sangat diperlukan dalam meminimalisir kelonjakan kasus terhadap meningkatnya kasus pengajuan dispensasi nikah. KUA sebagai penyuluh agama Islam harus berupaya memberikan penyuluhan hukum dibidang perkawinan, khususnya tentang implementasi UU No.16 Tahun 2019 tentang perkawinan bahwa menikah itu seharusnya minimal sudah berumur 19 tahun.

Kadang-kadang masyarakat tidak mengerti dan tidak faham bahwa menikah tidak harus terburu-buru, biarlah anak menlanjutkan sekolahnya dulu, baru dinikahkan. Kecuali memang keinginan menikah datang dari anak yang bersangkutan, maka seharusnya orang tua bisa memberikan nasehat yang baik serta mengingatkan anak bahwa menikah harus matang secara fisik dan siap secara mental.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptip analistis, yaitu suatu penelitian yang memaparkan, menggambarkan dan mengklarifikasi secara objektif dari data-data yang telah dikaji kemudian menganalisisnya. Deskriptif adalah memberikan penjelasan tentang peran dan upaya KUA dalam meminimalisir pernikahan dini dikecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Kantor Urusan Agama sebagai responden, dan Hakim Pengadilan Agama sebagai informan. Sedangkan

(5)

67 objek dalam penelitian ini adalah peran dan upaya Kantor Urusan Agama Sungai Pandan dalam meninimalisir pernikahan dini di Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Data yang digali dalam penelitian adalah peran dan upaya yang dilakukan KUA Sungai Pandan dalam meminimalisir pernikahan dini.

Adapun sumber data dalam penelitian ini terbagi kepada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau pihak pertama. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dan observasi terhadap Kepala KUA Sungai Pandan. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau sumber yang mempermudah proses penelitian data primer.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah, pertama, wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab untuk memperoleh data yang berkaitan dengan topik pembahasan secara langsung dengan mengungkap pertanyaan-pertanyaan kepada responden. Kedua, dokumentasi, yaitu mengkaji beberapa sumber data yang diperoleh secara tidak langsung yang masih berhubungan dengan topik pembahasan. Dalam teknik pengolahan data, ada beberapa langkah yang penulis lakukan dalam rangka mengolah data, yaitu:

pertama, reduksi yaitu merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Langkah–langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis, mengkategorikan kedalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan- kesimpualan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Kedua, display data yaitu bertujuan untuk mempermudah dalam melihat gambaran keseluruhan untuk mengambil kesimpulan yang tepat mengenai data, maka karena itu agar dapat melihat gambaran keseluruhannya dari penelitian itu diusahakan membuat ringkasan. Ketiga, verifikasi data yaitu

(6)

68

merupakan tinjauan terhadap catatan yang telah dilakukan di lapangan.

Sedangkan penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Penarikan kesimpulan sebenarnya hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Dalam hal pengambilan kesimpulan dan verifikasi dapat pula diartikan mencari pola, model, tema hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul dan sebagainya untuk dibuat sesuatu keputusan sementara. Kemudian dilakukan verifikasi yaitu melakukan pengecekan ulang lapangan yang memungkinkan ditemukan data baru mengenai masalah tersebut. Setelah itu pengambilan kesimpulan dengan menggunakan teknik khusus menuju kepada kesimpulan yang bersifat umum. Metode analisis data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah metode dekriptif analisistis. Penelitian dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan.

C. Hasil Temuan dan Pembahasan

Peran dan upaya yang dilakukan KUA Sungai Pandan dalam meminimalisir pernikahan dini (Implementasi revisi UU no1 tahun 1974 ke-UU no. 16 tahun 2019 tentang perkawinan), dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Sosialisasi Batasan Usia Menikah (Implementasi revisi UU No.1 Tahun 1974 ke-UU No. 16 tahun 2019 tentang perkawinan)

Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat Kecamatan Sungai Pandan bahwa batasan usia menikah sekarang bukan lagi 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan, akan tetapi kedua-duanya harus berumur 19 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Sosialisasi dilakukan baik secara formal maupun informal oleh KUA Kecamatan Sungai Pandan dengan bekerjasama dengan BKKBN Kab.HSU, secara formal dilakukan dengan mengadakan seminar kesekolah-sekolah, yang tujuan sosialisasinya kepada anak remaja dan sosialisasi kepada

(7)

69 masyarakat dengan bekerjasama dengan aparat desa setempat, dengan sasaran para ibu yang memiliki anak remaja. Selanjutnya sosialisasi dilakukan secara informal yaitu melalui majelis ta’lim dan yasinan ibu-ibu tentang sosialisasi batasan usia menikah menurut UU Perkawinan No.16 Tahun 2019 jo No.1 tahun 1974. Sosialisasi ini telah sesuai dengan arahan dan fokus Kementerian Agama Kabupaten Hulu Sungai Utara untuk mengajak seluruh Kantor Urusan Agama (KUA) di Kabupaten Hulu Sungai Utara untuk lebih giat mensosialisasikan batas usia menikah sesuai dengan UU No. 16 Tahun 20191.

Sosialisasi ini diperlukan sebagai implementasi perubahan atas pasal 7 ayat (1) Undang-undang Perkawinan dari UU No. 1 tahun 1974 menjadi UU No. 16 tahun 2019, yang telah menaikkan usia minimal kawin perempuan dari 16 tahun menjadi 19 tahun2. Maka dengan demikian usia perkawinan antara laki-laki dan perempuan sama-sama harus berusia 19 tahun untuk bisa melaksanakan perkawinan. Maka dari perubahan Undang-undang tersebut Kantor Urusan Agama turut serta mensosialisasikan tentang perubahan batasan usia menikah dari 16 tahun perempuan dan 19 tahun laki-laki, menjadi menjadi 19 tahun baik untuk mempelai laki-laki maupun perempuan.

Mensosialisasikan UU No.16 Tahun 2019 sebagai perubahan atas UU No.1 1974 merupakan salah satu dari peran dan upaya Kantor Urusan Agama Kecamatan Sungai Pandan dalam meminimalisir pernikahan dini. Sosialisasi dilakukan bertujuan untuk: Pertama, mencegah perkawinan di bawah umur, sehingga upaya meminimalisir pernikahan dini akan tercapai. Kedua, memberikan pengarahan bahwa

1 Rima, 2020, “Tekan Pernikahan Usia Dini, Kemenag HSU Giat Sosialisasi Batas Usia Nikah”, https://kalsel.kemenag.go.id/berita/540173/

Tekan-Pernikahan-Usia-Dini-Kemenag-HSU-Giat-Sosialisasi-Batas-Usia- Nikah, diakses 15 oktober 2021

2 Citra Umbara, 2020, Perkawinan & Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara.

(8)

70

menikah lebih baik ketika dilaksanakan pada saat usia lebih matang.

Ketiga, agar orang tua melakukan pengontrolan terhadap pergaulan anak remaja, supaya tidak terjadi pernikahan dini.

Dalam upaya mencegah maraknya pernikahan usia dini selain KUA, BKKBN juga berperan dalam meminimalisir pernikahan dini, dengan menjalankan program Generasi Berencana (GenRe) yang bertujuan menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Melalui GenRe, remaja dieduaksi soal pendewasaan usia pernikahan, sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan, berkarier dalam pekerjaan, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi. Program GenRe menyasar sekolah, kampus dan masyarakat melalui pendirian Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) dengan pemberdayaan teman sebaya (peer group) sebagai pendidik Sebaya (peer educator) dan konselor sebaya (peer conselor), selain itu, BKKBN melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) memberikan penguatan peran orang tua atau keluarga yang memiliki remaja dalam pengasuhan kepada anak remajanya BKKBN bahkan sudah meluncurkan situs yang bernama www.siapnikah.org. yang mengukur kesiapan remaja menuju gerbang pernikahan. Situs ini memiliki beragam konten, termasuk tentang persiapan diri untuk mengasuh anak. Situs ini bertujuan untuk menjadi rujukan bagi generasi muda dalam mempersiapkan diri sebelum pernikahan, maupun bagi keluarga muda yang ingin belajar ilmu pengasuhan anak. Misi utamnya adalah: “Membangun keluarga berkualitas yang bercirikan tenteram, mandiri dan bahagia3.

Sosialisasi tentang batasan usia menikah 19 tahun bagi laki-laki maupun bagi perempuan, memang sangat perlu untuk dilakukan oleh KUA Kecamatan sungai Pandan, dengan bekerja sama dengan BKKBN

3 CNN Indonesia, 2020 “BKKBN Nilai Pernikahan Dini sebagai Bencana Nasional”, https://www.cnnindonesia.com/gaya- hidup/20200703183717-289-520695/bkkbn-nilai-pernikahan-dini- sebagai-bencana-nasional. diakses 5 November 2021

(9)

71 kabupaten/kecamatan serta bekerjasama dengan kepala desa sekecamatan Sumgai Pandan. Hal itu dilakukan untuk menjalankan peran dan melakukan berbagai upaya dalam rangka meminimalisir pernikahan dini, walaupun tidak bisa dipungkiri dengan adanya revisi undang-undang perkawinan yang mengatur tentang pembatasan usia menikah ini, terjadi kelonjakan yang siginifikan akan kasus pendaftaran pernikahan dini.

2. Memberikan Penasehatan dan Bimbingan

Penasehatan dan bimbingan tidak hanya diberikan kepada pasangan yang ingin menikah, namun juga diberikan kepada para remaja yang belum berencana menikah, yaitu dengan mengadakan kursus pranikah berupa seminar kepada para remaja disekolah-sekolah bersama dengan KUA-KUA lain Sekabupaten HSU. Program ini memang sudah diprogramkan oleh kemenag HSU yang ditindaklanjuti oleh seluruh KUA disetiap kecamatan. Sehingga tujuan meminimalisir pernikahan dini dapat tercapai, karena para remaja sudah dibekali dengan baik tentang pernikahan yang baik dan ideal. Pernikahan yang baik dan ideal salah satunya adalah menikah diusia yang tepat yaitu minimal 19 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki4.

Penasehatan dan pembinaan yang diberikan kepada yang ingin menikah dan yang belum berencana menikah, merupakan salah satu peran dan upaya Kantor Urusan Agama melalui penyuluh agama Islam dalam meminimalisir terjadinya pernikahan dini. Seminar tersebut berisi arahan serta nasehat kepada setiap remaja yang ingin menikah atau belum berencana menikah, tentang batasan umur menikah menurut UU perkawinan, tentang pendewasaan usia dan kematangan usia jika ingin melaksanakan perkawinan, tentang hak dan kewajiban suami-isteri dan

4 Hafazatul Insani, Peran dan Upaya KUA Sungai Pandan Dalam Meminimalisir Pernikahan Dini (Implementasi Revisi Uu No.1 Tahun 1974 Ke- Uu No.16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan) Hasil wawancara dengan Ketua KUA Sungai Pandan Oleh Budi Saputra Mahasiswa STAI Rakha Amuntai, 15 Juli 2021

(10)

72

juga memberikan bekal yang perlu dipersiapkan sebelum membina rumah tangga. Memberikan penasehatan dan bimbingan tentang pernikahan dini memang sudah semestinya dilaksanakan oleh Kantor Urusan Agama, karena Kantor Urusan Agama merupakan unit kerja terdepan sekaligus sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama yang secara langsung membina dan memberikan pelayanan kepada masyarakat di tingkat kecamatan. Hal ini merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan, karena itu Aparatur KUA dituntut memiliki kemampuan yang tinggi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Langkah Kantor Urusan Agama melewati B4 (Badan Penasehatan, Pembinaan dan pelestarian Perkawinan) dalam meminimalisir pernikahan dini dengan menyelenggarakan kursus pra nikah tidak hanya untuk calon penganten namun sudah diperluas cakupannya dengan memberikan peluang kepada seluruh remaja usia menikah sebagai peserta, merupakan langkah yang patut diapresiasi, karena pada dasarnya urgensi kursus pranikah adalah untuk meminimalisir angka pernikahan dini dan perceraian, serta dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga serta mengurangi angka kekerasan rumah tangga 5.

Kantor Urusan Agama bekerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dalam melaksanakan kursus pra nikah atau kursus calon pengantin (SUSCATIN) terebut, agar upaya meminimalisir pernikahan dini dapat tercapai lebih luas dan bisa lebih maksimal, karena cakupannya lebih luas dan pelaksanaannya lebih terarah dengan baik. Kegiatan kursus pra nikah sangat berperan penting dalam membangun mental dan moral kepada mereka. Agar nantinya mereka lebih siap untuk melangsungkan pernikahan, karena anak yang menikah usia dini umumnya rentan untuk bercerai disebabkan keadaan emosionalnya belum stabil dan mentalnya belum siap untuk menghadapi sebuah pernikahan. Kursus pra nikah atau kursus calon

5 Ibid

(11)

73 penganten (SUSCATIN) yang diberikan Kantor Urusan Agama (KUA) sangat bagus untuk dilakukan oleh para pasangan sebelum menikah.

Karena ketika suscatin diikuti dengan baik oleh pasangan maka akan baik hasilnya, khususnya bagi pasangan yang menikah di bawah umur6. 3. Pencegahan Pernikahan Dini

Pencegahan pernikahan dini adalah salah satu peran dan upaya meminimalisir pernikahan dini yang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama Sungai Pandan, yaitu dengan memberikan arahan dan pemahaman kepada catin (calon penganten) bahwa pernikahan dini sebaiknya dicegah atau ditunda dulu sampai memasuki usia yang matang untuk melaksanakan pernikahan. Ketika pernikahan ditunda hingga usia matang catin (calon pengantin) yakni minimal 19 tahun, maka dianggap akan lebih siap untuk membina rumah tangga. Penundaan pelaksanaan pernikahan merupakan salah satu pencegahan yang dilakukan oleh KUA Sungai Pandan dalam meminimalisir akan terjadinya hal-hal yang menjadi problem dalam mengarungi bahtera rumah tangga dan menjauhkan dari segala dampak negatif yang akan terjadi apabila melaksanakan pernikahan dini7.

Pencegahan terhadap pernikahan dini harus terus dilakukan, karena dampak yang terjadi sering kali berdampak negatif, karena belum matangnya dalam menghadapi sebuah permasalahan didalam berumah tangga, yang mana dampak negatif tersebut bertentangan dengan tujuan serta hikmah pernikahan, yakni untuk mendirikan rumah tangga yang damai dan tentram, dan juga bertentangan dengan dasar-dasar pernikahan yang terdapat di dalam kompilasi Hukum Islam pasal 3,

6 Ibid

7 Hafazatul Insani, Peran dan Upaya KUA Sungai Pandan Dalam Meminimalisir Pernikahan Dini (Implementasi Revisi Uu No.1 Tahun 1974 Ke- Uu No.16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan) Hasil wawancara dengan Ketua KUA Sungai Pandan Oleh Budi Saputra Mahasiswa STAI Rakha Amuntai, 15 Juli 2021

(12)

74

yakni: “Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah”8. Maka dari tujuan perkawinan tersebut Kantor Urusan Agama kecamatan Sungai pandan selalu berupaya melakukan pencegahan terhadap pernikahan dini, agar tujuan dari diselenggarakannya perkawinan para pasangan bisa tercapai yakni sakinah, mawaddah dan rahmah.

Pencegahan terhadap pernikahan dini memang sudah tepat dilakukan oleh KUA Kecamatan sungai Pandan, sebagai salah satu tugas yang harus dilaksanakan sebagai amanah dan tugas Negara, walaupun pada dasarnya KUA tidak bisa bekerja sendiri tapi harus bersinergi dengan semua pihak, baik itu dengan pemerintah daerah, dinas-dinas terkait dan juga masyarakat secara umum, karena mustahil bisa terlaksana dengan baik pencegahan perkawinan anak usia dini tanpa ada keterkaitan dengan semua kalangan. Pencegahan mutlak dilakukan agar pernikahan bisa dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, yaitu masing-masing pasangan minimal sudah berusia 19 tahun.

4. Penolakan Pendaftaran Pernikahan Dini

KUA Sungai Pandan akan melakukan penolakan jika ada pasangan yang datang ke KUA bagi mereka yang tidak dapat memenuhi persyaratan batas umur minimal seseorang menikah menurut undang- undang, yakni minimal 19 tahun. Jika ada yang mendaftar nikah di bawah usia 19 tahun, maka ada dua alternatif pilihan yang diberikan yaitu: bisa datang lagi nanti setelah batasan umur telah sampai atau tetap dilanjutkan dengan syarat harus mengajukan izin dispensasi nikah ke Pengadilan Agama dengan membawa surat penolakan dari KUA

8 RI, Mahkamah Agung, 2011, Himpunan Peraturan Peruundang- Undangan Yang Berkaitan dengan Kompilasi Hukum Islam serta pengertian dan pembahasannya, https://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/assets/resource/

ebook/23.pdf

(13)

75 Sungai Pandan” (Hafazatul Insani; 2021). Setelah data dan berkas diverifikasi oleh KUA, maka bisa dilihat jika perkara usia calon mempelai tidak memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam perundang- undangan yang berlaku, yakni salah satu syarat tersebut adalah setiap catin (calon Pengantin) harus berusia 19 tahun baru bisa melaksanakan pernikahan, maka KUA akan menolak. Akan tetapi jika pasangan pengantin bersikeras ingin tetap melaksanakan pernikahan, maka KUA akan membuatkan surat penolakan sebagai pengantar untuk pengajuan bagi yang hendak maju kepengadilan untuk memomohon dispensasi nikah. Ketika pihak yang berkepentingan maju kepengadilan untuk sidang, dan hasil penetapan dari majelis mengizinkan dan memberikan dispensasi nikah kepada mereka, maka KUA tidak bisa menolak untuk menikahkan, akhirnya pernikahan yang sering disebut pernikahan dini pun terjadi9.

Dispensasi nikah adalah pemberian izin kawin oleh Pengadilan kepada calon suami/istri yang belum berusia 19 tahun untuk melangsungkan perkawinan dan diajukan kepada Pengadilan Agama yang berwenang. Dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (Buku II) dijelaskan bahwa permohonan dispensasi kawin diajukan kepada Pengadilan Agama yang yurisdiksinya meliputi tempat tinggal orang tua atau anak yang dimohonkan dispensasi perkawinannya. Dispensasi nikah adalah jalan yang harus ditempuh oleh para pasangan muda, sebagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap catin (calon pengantin) sesuai dengan Dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun. Maka jika masih tetap ingin melaksanakan pernikahan, maka harus melewati tahapan selanjutnya, yakni mengikuti sidang di Pengadilan Agama untuk mendapatkan surat

9 Wildan Mohammad, “Dispensasi Nikah atau Legalisasi Pernikahan Dini”, 2021, https://news.detik.com/kolom/d-5634269/dispensasi-nikah- atau-legalisasi-pernikahan-dini. diakses 13 November 2021

(14)

76

dispensasi nikah. Sesuai dengan Undang-undang perkawinan 16 tahun 2019 pasal 7 ayat 2 yakni: “Dalam hal terjadi penyimpangan terhadap ketentuan umur sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), orang tua pihak pria dan/atau orang tua pihak wanita dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup.” Yang dimaksud “penyimpangan”

adalah hanya dapat dilakukan melalui pengajuan permohonan dispensasi oleh orang tua salah satu pihak dari calon mempelai kepada pengadilan agama10.

Pendewasaan usia perkawinan menjadi penting karena untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera suami istri harus benar-benar siap dan matang baik fisik/biologis, psikis maupun sosial ekonomi. Dengan kata lain, seorang calon suami/istri usianya harus cukup dewasa, sehat jasmani rohani serta sudah mempunyai kemampuan mencari nafkah. Tujuan dari pendewasaan usia perkawinan adalah untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada generasi muda agar di dalam merencanakan keluarga calon suami/istri untuk benar-benar mempertimbangkan hal-hal yang sangat berkaitan dalam kehidupan berkeluarga serta kesiapan fisik, mental dan sosial ekonomi.

Pendewasaan usia perkawinan diharapkan dapat berdampak positif pada terkendalinya jumlah dan kuantitas sekaligus peningkatan kualitas penduduk Indonesia. Semakin muda umur perkawinan seseorang, maka potensi masa reproduksinya akan lebih panjang karena lebih lama masa yang dilewatkan dalam ikatan perkawinan. Semakin panjang masa reproduksi seorang perempuan berdampak pada tingginya potensi fertilisasi. Diharapkan remaja bisa menjadi bagian dari penduduk usia produktif yang mempunyai kesempatan menjadikan dirinya untuk berkarier dan berprestasi. Pendewasaan usia pernikahan bertujuan untuk

10 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (Buku II), Revisi 2013 (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, 2013), hal. 230-231.

(15)

77 membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera, karena suami dan isteri harus benar-benar siap dan matang baik fisik/biologis, psikis maupun sosial ekonomi, dengan kata lain seorang calon suami/isteri harus cukup dewasa, sehat jasmani dan rohani serta sudah mempunyai kemampuan mencari nafkah. Pernikahan pada usia muda mengandung resiko kematian akibat kehamilam/persalinan baik bagi ibu maupun anaknya11.

Kantor Urusan Agama Sungai Pandan serta masyarakat dan utamanya lagi orang tua harus bersinergi dalam mengantisipasi kasus pernikahan dini, dengan memberdayakan anak dengan informasi, keterampilan, dan meningkatkan akses serta kualitas pendidikan formal buat anak, sehingga anak dapat memiliki gambaran tentang resiko yang dihadapi pernikahan dini dengan menimbang maslahat dan mafsadatnya pernikahan dini tersebut. Karena pada dasarnya menikah itu haruslah memiliki kematangan emosi dan kesiapan fisik serta mental bagi seseorang untuk menjaga kelangsungan pernikahan. Sesuai dengan undang-undang no 16 tahun 2019 tentang pokok perkawinan telah menetapkan batasan umur bagi laki-laki dan perempuan untuk melangsungkan pernikahan.

D. Kesimpulan

Peran dan upaya KUA Sungai Pandan dalam meminimalisir pernikahan dini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: Pertama, Sosialisasi batasan usia menikah (UU No 16, Tahun 2019 jo UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan). Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat Kecamatan Sungai Pandan bahwa batasan usia menikah sekarang bukan lagi 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan, akan tetapi kedua-duanya harus berumur 19 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Sosialisasi dilakukan baik secara formal

11 BKKBN, 2015, Menjadi Remaja GenRe (Generasi Berencana) Ditinjau Dari “Youth Wellbeing Index’’,” Cet Pertama, Buku 4 Seri GenRe (Jakarta: Direktorat Bina Ketahanan Remaja (BKKBN), hlm. 50

(16)

78

maupun informal oleh KUA Kecamatan Sungai Pandan dengan bekerjasama dengan BKKBN Kab. HSU. Secara formal dilakukan dengan mengadakan seminar kesekolah-sekolah, yang tujuan sosialisasinya kepada anak remaja dan sosialisasi kepada masyarakat dengan bekerjasama dengan aparat desa setempat, dengan sasaran para ibu yang memiliki anak remaja. Selanjutnya sosialisasi dilakukan secara informal contohnya melalui majelis ta’lim dan yasinan ibu-ibu tentang sosialisasi batasan usia menikah menurut UU Perkawinan No.16 Tahun 2019 jo No.1 tahun 1974. Kedua, Penasehatan dan bimbingan.

Penasehatan dan bimbingan ini tidak hanya diberikan kepada pasangan yang ingin menikah, namun juga diberikan kepada para remaja yang belum berencana menikah, yaitu dengan mengadakan kursus pranikah berupa seminar kepada para remaja disekolah-sekolah bersama dengan KUA-KUA lain Sekabupaten HSU. Program ini memang sudah diprogramkan oleh kemenag HSU yang ditindaklanjuti oleh seluruh KUA disetiap kecamatan. Ketiga, Pencegahan pernikahan dini. Pencegahan dilakukan dengan memberikan arahan dan pemahaman kepada catin (calon penganten) bahwa pernikahan dini sebaiknya dicegah atau ditunda dulu sampai memasuki usia yang matang untuk melaksanakan pernikahan. Ketika pernikahan ditunda hingga usia matang catin (calon pengantin) yakni minimal 19 tahun, maka dianggap akan lebih siap untuk membina rumah tangga. Keempat, Penolakan akan pernikahan dini. Penolakan dilakukan jika pasangan yang mendaftar untuk menikah belum berumur 19 tahun, dengan memberikan 2 alternatif pilihan, yaitu bisa mendaftar lagi setelah batasan umur telah sampai atau tetap dilanjutkan dengan syarat harus mengajukan izin dispensasi nikah ke Pengadilan Agama.

(17)

79 DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, Menjadi Remaja GenRe (Generasi Berencana) Ditinjau Dari

“Youth Wellbeing Index’’,” Cet Pertama, Buku 4 Seri GenRe.

Jakarta: Direktorat Bina Ketahanan Remaja (BKKBN), 2015, Hafazatul Insani, Peran dan Upaya KUA Sungai Pandan Dalam

Meminimalisir Pernikahan Dini (Implementasi Revisi Uu No.1 Tahun 1974 Ke-Uu No.16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan) Hasil wawancara dengan Ketua KUA Sungai Pandan Oleh Budi Saputra Mahasiswa STAI Rakha Amuntai, 15 Juli 2021

Indonesia, CNN, “BKKBN Nilai Pernikahan Dini sebagai Bencana Nasional”, 2020. https://www.cnnindonesia.com/ gaya- hidup/20200703183717-289-520695 /bkkbn-nilai- pernikahan-dini-sebagai-bencana-nasional

Jenderal, Direktorat, Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (Buku II), Revisi 2013 Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, 2013.

Kurnia Wati, Reni, “Pemerintah Kapubaten HSU Terus Turunkan Angka Pernikahan Dini”, 2021. https://banjarmasin.

tribunnews.com/2021/09/22/pemerintah-kabupaten-hsu- terus-turunkan-angka-pernikahan-dini

Mohammad, Wildan, “Dispensasi Nikah atau Legalisasi Pernikahan Dini”, https://news. detik.com/kolom/d- 5634269/dispensasi-nikah-atau-legalisasi-pernikahan-dini Mulyadi, Wisono, Anjar Sri Ciptorukmi Nugraheni, “Akibat Hukum

Penetapan Dispensasi Perkawinan Anak di Bawah Umur (Studi Kasus di Pengadilan Agama Pacitan”, 2019.

https://jurnal.uns.ac.id/ privatlaw/article/view/19394.

(18)

80

RI, Mahkamah Agung, Himpunan Peraturan Peruundang-Undangan Yang Berkaitan dengan Kompilasi Hukum Islam serta pengertian

dan pembahasannya, 2011.

https://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/assets/resource/eb ook/23.pdf

Rima, “Tekan Pernikahan Usia Dini, Kemenag HSU Giat Sosialisasi Batas Usia Nikah”, 2020. https://kalsel.kemenag.go.id/berita /540173/Tekan-Pernikahan-Usia-Dini-Kemenag-HSU- Giat-Sosialisasi-Batas-Usia-Nikah

Umbara, Citra, Perkawinan & Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2020.

Referensi

Dokumen terkait

The story is set in the days of Japanese imperialism and revolves around the relationship between Minami sensei, a young Korean intellectual studying abroad at the University of

[r]