• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PERSETUJUAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "LEMBAR PERSETUJUAN "

Copied!
59
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Tujuan umum

Tujuan khusus

Deteksi keberadaan telur cacing kremi pada kuku tukang batu bata di Lubuk Alung Pariaman. Untuk mengetahui jenis telur cacing kremi pada kuku tangan tukang batu bata di Lubuk Alung Pariaman menurut kelompok umur. Untuk mengetahui persentase positif telur soil-transmitted helminth yang ditemukan pada paku tukang batu bata di Lubuk Alung Pariaman menurut lama pengerjaan.

Untuk mengetahui jenis telur cacing cacing yang ditularkan melalui tanah pada kuku tukang batu bata di Lubuk Alung Pariaman berdasarkan jenis kelamin. Untuk mengetahui prosentase positif telur cacing cacing tanah yang ditemukan pada kuku tukang batu bata di Lubuk Alung Pariaman berdasarkan memakai APD dan tidak memakai APD. Untuk mengetahui jenis telur cacing cacing yang ditularkan melalui tanah pada kuku tukang batu bata di Lubuk Alung Pariaman.

Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya para pekerja pembuatan batu bata, tentang bahaya infeksi telur cacing cacing tanah yang ditularkan melalui tanah.

TINJAUAN PUSTAKA

  • Ascaris lumbricoides
  • Trichuris trichiura
  • Necator americanus dan ancylostoma duodenale
  • Strongyloides stercoralis
  • Proses pembuatan batu bata
  • Pengertian
  • Tujuan
  • Macam – macam personal hygiene

Cacing ini ditemukan secara kosmopolitan (di seluruh dunia), terutama di daerah tropis, dan sangat erat kaitannya dengan higiene dan sanitasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak, malabsorpsi dapat terjadi, memperparah malnutrisi karena kurangnya makanan untuk cacing dewasa. Infeksi paling sering terjadi di ruangan yang hangat dan lembab, dengan kebersihan yang buruk.

Infeksi cacing tambang merupakan salah satu infeksi kecacingan yang penting pada manusia dan tersebar luas terutama di daerah tropis dan subtropis di Asia, termasuk Indonesia. Jika jumlah telur cacing tambang rendah, sampel feses dipekatkan menggunakan eter atau teknik formal. Nematoda ini licin seperti benang tanpa rongga mulut, berukuran 5-10 mm, telurnya mirip dengan telur cacing gelang, tidak memiliki siklus paru.

Batu bata merupakan bahan bangunan yang sudah dikenal sejak lama dan telah digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan. Bentuk batu bata umumnya berupa prisma (balok) tegak dengan penampang persegi panjang, ada juga batu bata berlubang, jenis batu bata ini biasanya digunakan untuk dinding peredam suara. Proses pembuatan batu bata melewati beberapa tahapan, antara lain ekstraksi bahan baku, pengolahan bahan, pencetakan, pengeringan, pembakaran, pendinginan, dan pemilihan (seleksi).

Sebelum membuat bata merah, tanah liat harus diaduk rata, yang disebut dengan dusting, dengan menambahkan sedikit air. Selanjutnya, cetakan dikeluarkan dan batu bata mentah yang muncul dari cetakan dibiarkan di bawah sinar matahari. Proses penjemuran batu bata akan lebih baik jika dilakukan secara bertahap, agar panas matahari tidak langsung jatuh ke atasnya maka perlu dipasang penutup plastik.

Jika proses pengeringan terlalu cepat, dalam artian panas matahari terlalu menyengat, nantinya akan menimbulkan keretakan pada batu bata. Hal ini dapat mengurangi resiko penyebaran telur cacing melalui tangan, karena mencuci tangan dengan sabun dan air dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu dari permukaan kulit secara mekanis dan secara signifikan mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan yang lain. parasit pada kedua tangan (Waqiah, 2010). Sehingga saat anda memakan makanan, telur cacing yang menempel di bawah kuku yang panjang dan kotor akan ikut tertelan bersama dengan makanan yang anda makan.

Telur STH selain masuk melalui kaki juga dapat masuk melalui tangan, jika pekerja yang kontak langsung dengan tanah tidak menggunakan sarung tangan maka secara tidak langsung akan menelan telur cacing. Oleh karena itu penggunaan sarung tangan sangat penting bagi pekerja untuk menghindari infeksi telur cacing.

Gambar 2.1 Cacing dewasa Ascaris lumbricoides  (sumber : muslim 2015)
Gambar 2.1 Cacing dewasa Ascaris lumbricoides (sumber : muslim 2015)

METODE PENELITIAN

  • Populasi
  • Sampel
  • Persiapan Alat
  • Persiapan Bahan
  • Prosedur pengambilan sampel
  • Prosedur pemeriksaan telur cacing pada kuku secara

Data hasil investigasi telur cacing Soil Transmitted Helminth pada kuku tukang bata diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis menggunakan uji frekuensi dengan rumus. Berdasarkan hasil investigasi telur cacing Soil Transmitted Helminth pada paku tukang batu bata di Lulung Alung Pariaman, diperoleh hasil sebagai berikut. Berdasarkan tabel 4.4 di atas, distribusi frekuensi hasil Soil Transmitted Helminth berdasarkan lama bekerja menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja selama 1-5 tahun tertular sebanyak 0 orang (0%), yang bekerja selama 6-10 tahun tertular sebanyak 0 orang (0%), yang bekerja 6-10 tahun tertular 0 orang (0%) yang bekerja 11-15 tahun tertular 0 orang (0%) yang bekerja 16-20 tahun tertular 0 orang ( 0%).

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, distribusi frekuensi hasil soil-transmitted helminth berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa pekerja laki-laki (0%) terinfeksi dan pekerja perempuan terinfeksi sebanyak 0 pekerja. Berdasarkan tabel 4.6 di atas, distribusi frekuensi hasil Soil Transmitted Helminth berdasarkan penggunaan APD terlihat bahwa pekerja yang menggunakan APD tertular sebanyak 0 orang dan pekerja yang tidak menggunakan APD tertular sebanyak 0 orang (0%). Soil-transmitted helminth (STH) merupakan nematoda usus yang dalam siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk proses pematangan telurnya agar terjadi perubahan dari fase non infeksius ke fase infeksius (Natadisastra dan Agoes, 2009).

Telur cacing penular yang terdapat di tanah dapat menginfeksi manusia jika larva cacing menembus kulit atau secara tidak langsung menelan telur cacing (Permenkes RI, 2017). Berdasarkan hasil survey telur cacing soil-transmitted helminth pada 23 sampel kuku pabrik batu bata di Lubuk Alung Pariaman, ditemukan 23 orang (100%) pekerja tidak terinfeksi nematoda usus (Tabel 4.1). Pasalnya, tanah liat yang menjadi bahan dasar pembuatan batu bata ini diambil dari perbukitan yang tampaknya tidak terkontaminasi telur cacing tanah, karena jauh dari pemukiman penduduk.

Tidak ditemukan telur cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) pada sampel kuku karena tanah liat yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan batu bata merupakan lingkungan yang tidak cocok bagi berkembangnya cacing tambang. Responden memiliki kebiasaan mencuci tangan, membersihkan kuku dan mandi yang baik, hal ini dapat dikaitkan dengan tabel 4.1 terlihat bahwa tidak ditemukan telur cacing pada kuku responden. Hal ini dapat mengurangi risiko penyebaran telur cacing melalui tangan akibat mencuci tangan dengan sabun dan air yang lebih banyak.

Jadi kuku adalah jalur utama kontaminasi nematoda usus. Oleh karena itu, pemotongan kuku sangat penting untuk mencegah kemungkinan masuknya tanah liat yang merupakan salah satu habitat atau sumber penularan telur cacing STH. Berdasarkan hasil pemeriksaan telur cacing cacing tanah pada kuku pekerja batu bata di Lubuk Alung Pariaman sebanyak 23 sampel yang dilakukan pada bulan Februari – Juni 2020, dirangkum hasilnya sebagai berikut. Tidak ditemukan telur cacing soil-transmitted helminth pada kuku tukang batu bata di Lubuk Alung Pariaman (hasil negatif).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa tidak ada (0%) pekerja di pabrik batu bata yang terinfeksi soil-borne helminth dan 23 orang (100%) pekerja tidak terinfeksi. Persentase pengikatan hasil pemeriksaan pada sampel paku tukang bata dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat dilihat infeksi Ascaris lumbricoides 0 (0%), Trichuris trichiura 0 (0%), Ancylostoma duodenale dan Necator americanus 0 (0%) dan Strongyloides stercoralis 0 (0%).

Berdasarkan tabel 4.3 di atas distribusi frekuensi hasil soil-transmitted helminth menurut kelompok umur, terlihat bahwa pada kelompok umur 20-25, 0 orang (0%) tertular, 0 orang pada kelompok umur 26- 30 tahun. , 31-35 tahun tertular 0 orang (0%), 36-40 tahun tertular 0 orang (0%), 41-45 tahun tertular 0 orang (0%), dan pada rentang usia 46 -50 terinfeksi oleh 0 orang (0%).

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi infeksi  telur cacing Soil Transmitted Helminth   berdasarkan kelompok umur pada sampel kuku pekerja pembuat  batu bata di Lubuk Alung Pariaman
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi infeksi telur cacing Soil Transmitted Helminth berdasarkan kelompok umur pada sampel kuku pekerja pembuat batu bata di Lubuk Alung Pariaman

Pembahasan

Hal ini karena sebagian besar pekerja merupakan kelompok keluarga atau usaha yang diwariskan secara turun-temurun oleh keluarganya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ifadah (2014) yang menyatakan bahwa pekerja biasanya masih dalam hubungan keluarga dan ada juga yang tidak.Karakteristik subyek berdasarkan penggunaan alat pelindung diri (APD) diperoleh hasil tidak pekerja menggunakan alat pelindung diri (APD). Hal ini juga didukung oleh penelitian Askrening (2018) yang menyatakan telur Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura diperoleh karena pola penyebaran infeksi Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura yang hampir sama yaitu hidup di tanah lembab yang terkontaminasi. dengan feses, penderita infeksi nematoda usus dan akan menyebabkan infeksi jika tidak langsung tertelan oleh tubuh.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2018) yang menyatakan bahwa daerah pedesaan yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian dan memiliki areal persawahan dan perkebunan yang luas merupakan tempat berkembang biak yang baik bagi cacing tambang. Menurut Safar (2009), cacing tambang tumbuh lebih baik pada tanah gembur, terutama di daerah pertanian dan di pesisir pantai dengan suhu optimum 28ºC –32ºC. Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa tidak ada responden yang menggunakan alat pelindung diri (APD) selama bekerja, namun tingkat kebersihan diri responden berdasarkan wawancara dan observasi pada saat pengambilan sampel sangat baik.

Menurut Yanti (2018), mencuci tangan yang benar akan mengurangi risiko infeksi cacing tambang akibat tangan dan kuku yang kotor. Kita mencuci tangan dengan sabun dan air pada lima waktu penting yaitu sebelum makan, setelah makan, setelah ke toilet, sebelum menyiapkan makanan dan setelah mencuci tempat tidur anak (Permenkes RI, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kieswari (2009) yang menyatakan bahwa risiko infeksi STH 0,049 kali lebih besar dari higiene perorangan yang buruk dibandingkan dengan higiene yang baik.

Dengan hasil tersebut, dapat digambarkan bahwa dengan senantiasa menjaga kebersihan diri, kita dapat mengurangi risiko infeksi STH pada tubuh manusia. Dan penelitian yang dilakukan oleh Sofiana, Sumarni dan Ipa (2011) yang menyatakan bahwa perilaku yang tidak bersih lebih besar kemungkinannya untuk tertular STH, sehingga terjadinya infeksi STH ditentukan oleh manusia itu sendiri. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat personal hygiene yang baik akan mengurangi terjadinya infeksi STH pada tubuh seseorang.

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2017), personal hygiene atau kebersihan lingkungan adalah upaya pengendalian faktor risiko kecacingan. Biasakan mencuci tangan setelah buang air besar, sebelum makan dan setelah melakukan aktivitas kerja.

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Gambar

Gambar 2.1 Cacing dewasa Ascaris lumbricoides  (sumber : muslim 2015)
Gambar 2.3 Telur Ascaris lumbricoides unfertile & fertile  (Sumber : atlas parasitologi kedokteran, 1994)
Gambar 2.2 Telur Ascaris lumbricoides fertile  (Sumber : atlas parasitologi kedokteran, 1994)
Gambar 2.6 : Cacing dewasa Trichuris trichiura  (sumber : prianto 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Miller (2014) dan Mathews (2016) menyatakan bahwa modal sosial berpotensi untuk dikembangkan oleh kelompok orang yang beraktivitas di perpustakaan karena: 1) di dalam