PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KAJIAN PUSTAKA
Kajian tentang Kemampuan Bina Diri Menggosok Gigi
Dalam penelitian ini keterampilan yang akan diajarkan kepada siswa autis adalah menyikat gigi yang termasuk dalam keterampilan dasar. Menyikat gigi merupakan salah satu keterampilan dasar yang dimiliki anak autis untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Gerakan menyikat gigi horizontal dan pendek merupakan cara yang sederhana dan baik (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mencermati pendapat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa menyikat gigi merupakan keterampilan penting yang harus dimiliki anak autis. Teknik menyikat gigi yang paling mudah adalah horizontal dan pendek, karena cocok untuk anak autis. Alat-alat yang diperlukan untuk menyikat gigi adalah sikat gigi, pasta gigi, wadah penampung obat kumur, handuk dan cermin.
23 1) Ambil sikat gigi dan pasta gigi 2) Oleskan pasta gigi pada sikat gigi 3) Sikat gigi depan. Kegiatan pelatihan menyikat gigi pada siswa autis dengan memperhatikan berbagai hal dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelatihan yang diberikan sehingga hasil pelatihan akan optimal.
Kajian tentang Metode TEACCH
Hasil tes kemampuan menyikat gigi tahap 2 awal Subjek D ditunjukkan pada Tabel 6 di bawah ini.
Kajian Penelitian yang Relevan
Kerangka Pikir
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
- Tempat dan Waktu Penelitian
- Tempat Penelitian
- Waktu Penelitian
- Subjek Penelitian
- Definisi Operasional Variabel
- Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
- Validitas Instrumen
- Teknik Analisis Data
Data hasil tes kemampuan menyikat gigi subjek D pada baseline tahap 1 dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi Penelitian
Rerata kemampuan menyikat gigi Subjek D Tahap 1 pada awal sebesar 55,825% dan termasuk dalam kategori rendah. Rata-rata kemampuan menyikat gigi subjek D pada tahap intervensi sebesar 69,5% dan masuk dalam kategori cukup. Rerata kemampuan menyikat gigi subjek D pada awal tahap 2 sebesar 76,6% dan masuk dalam kategori baik.
Deskripsi Subjek Penelitian
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data penelitian yang disajikan pada bab ini menggambarkan kemampuan subjek dalam menyikat gigi pada tahap awal (baseline fase 1), kemampuan subjek pada saat intervensi (fase intervensi), dan kemampuan subjek setelah diberikan intervensi (baseline fase 2). . . Peneliti juga dibantu oleh mahasiswa PLB sebagai rekan peneliti untuk menyelesaikan lembar tes kinerja kemampuan menyikat gigi. Peneliti juga dibantu oleh mahasiswa PLB sebagai rekan peneliti untuk menyelesaikan lembar tes kinerja kemampuan menyikat gigi.
Sedangkan pada sesi ketiga, hasil tes kemampuan menyikat gigi mencapai tingkat pencapaian yang sama dengan sesi sebelumnya yaitu 57,5%. Selain itu peneliti juga dibantu oleh mahasiswa PLB sebagai asisten peneliti dalam menyelesaikan lembar tes kemampuan menyikat gigi. Pada sesi 2, kemampuan subjek dalam menyikat gigi mencapai tingkat pencapaian yang sama dengan sesi sebelumnya yaitu 65%.
Sedangkan hasil tes kemampuan menyikat gigi subjek pada sesi keempat dan kelima mencapai tingkat kinerja yang sama yaitu 75%. Selain itu peneliti juga dibantu oleh mahasiswa PLB sebagai asisten peneliti untuk mencatat hasil tes kinerja kemampuan menyikat gigi pada lembar tes. Sedangkan hasil tes kemampuan menyikat gigi subjek, pada sesi ketiga mencapai tingkat kinerja yang sama dengan sesi pertama yaitu 77,5%.
Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan grafik 4 terlihat bahwa kemampuan subjek D dalam menyikat gigi dalam tiga sesi pada tahap awal 2. Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa skor pencapaian kemampuan subjek D dalam menyikat gigi mengalami peningkatan. dari baseline fase 1, intervensi dan baseline fase 2. Baseline fase 1 dilakukan dalam 3 sesi, fase intervensi dilakukan dalam 5 sesi dan baseline fase 2 dilakukan dalam 3 sesi.
Meskipun peningkatan skor tidak terjadi secara signifikan, namun terlihat grafik dari awal tahap 1 hingga baseline tahap 2 menunjukkan peningkatan ke arah positif dengan hasil yang lebih baik. Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, analisis kondisi terdiri dari panjang kondisi, arah tren, tingkat persistensi, tingkat pembalikan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan menyikat gigi subjek mengalami perubahan ke arah positif.
Analisis antar kondisi pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan kondisi baseline 1 dengan kondisi intervensi dan kondisi intervensi dengan baseline 2. Analisis antar kondisi mempunyai beberapa komponen antara lain jumlah variabel yang berubah, perubahan arah tren dan pengaruhnya, perubahan stabilitas dan pengaruhnya, perubahan level data, dan tumpang tindih data. Penjelasan analisis kondisi baseline 1 ke intervensi dan intervensi ke baseline 2 ditinjau dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut. Berdasarkan tabel diatas terlihat banyaknya variabel yang berubah dari kondisi baseline 1 ke kondisi intervensi dan dari kondisi intervensi ke baseline 2 adalah salah satu variabel yaitu kemampuan menyikat gigi.
Perubahan arah dan pengaruh pada kondisi baseline 1 menunjukkan arah ke atas dan pada kondisi intervensi juga mengarah ke atas sehingga pengaruhnya positif. Hal ini dapat dijelaskan karena tingkat kemampuan menyikat gigi subjek dapat meningkat setelah diberikan intervensi berupa penggunaan metode TEACCH. Perubahan stabilitas dan pengaruh dari kondisi dasar 1 ke kondisi intervensi stabil ke stabil, sehingga pengaruhnya positif.
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui overlap data antara kondisi baseline 1 dengan kondisi intervensi sebesar 0%. Berdasarkan analisis di dalam dan di antara kondisi yang telah diuraikan di atas, terlihat bahwa persentase skor yang diperoleh subjek pada tes kemampuan menyikat gigi tahap dasar 2 lebih baik dibandingkan dengan skor persentase yang diperoleh subjek pada tes kemampuan menyikat gigi tahap dasar 1. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode TEACCH memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan menyikat gigi pada siswa autis di Sekolah Autisme Dian Amanah Yogyakarta.
Pembahasan Penelitian
Jadi dengan menggunakan metode TEACCH subjek akan lebih mudah dalam memahami materi pelatihan menyikat gigi. Pelatihan menyikat gigi dengan metode TEACCH dilakukan sebanyak lima kali selama fase intervensi yang dilakukan selama dua minggu. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa kemampuan menyikat gigi subjek meningkat selama intervensi.
Penerapan prinsip metode TEACCH pada tahap intervensi sangat bermanfaat bagi subjek untuk meningkatkan kemampuan menyikat gigi. Setelah berlatih menyikat gigi dengan prinsip metode TEACCH, kemampuan menyikat gigi Anda meningkat. Selain itu, jadwal yang ditampilkan dalam rangkaian gambar juga sangat membantu subjek dalam melakukan aktivitas menyikat gigi, terutama dalam menentukan langkah selanjutnya yang akan diambil.
Sistem kerja yang diwujudkan dengan tempat mengumpulkan dan menyimpan peralatan sikat gigi juga membantu subjek. Adanya tempat untuk mengambil dan meletakkan kembali peralatan yang digunakan membuat aktivitas menyikat gigi menjadi lebih terstruktur sehingga subjek mudah mengikuti petunjuk yang diberikan. Penggunaan setting visual yang terbatas, jadwal yang divisualisasikan dan sistem kerja yang dapat dipahami secara visual sangat membantu subjek dalam melatih giginya.
Data survei secara keseluruhan menunjukkan adanya perubahan kemampuan menyikat gigi dari tingkat ke tingkat. Namun rata-rata persentase skor kemampuan menyikat gigi pada kondisi baseline 2 lebih tinggi dibandingkan pada fase sebelumnya. Setelah dilakukan intervensi berupa latihan menyikat gigi sesuai metode TEACCH, peneliti juga mendapatkan kesimpulan lain.
Hal ini dikarenakan pada saat latihan subjek juga mempelajari kata-kata baru yang berkaitan dengan aktivitas menyikat gigi. Selain itu subjek juga belajar memahami perintah-perintah sederhana lainnya yang diberikan pada saat pelatihan menyikat gigi dengan menerapkan metode TEACCH. Berdasarkan pendapat ahli dan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode TEACCH berpengaruh efektif terhadap peningkatan kemampuan menyikat gigi siswa autis di Sekolah Autisme Dian Amanah.
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode TEACCH efektif dalam meningkatkan kemampuan menyikat gigi siswa autis di Sekolah Autisme Dian Amanah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor hasil tes menyikat gigi dari level 1 ke baseline 2. Pada baseline 1 subjek memperoleh skor sebesar 55,8%. Hal ini juga didukung dengan tidak adanya tumpang tindih data pada fase awal 1 dengan fase intervensi yaitu 0% yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode TEACCH yang digunakan terhadap kemampuan subjek dalam menyikat gigi.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dibuat, peneliti menyampaikan beberapa implikasi sebagai berikut: Bagi siswa, dengan menggunakan metode TEACCH dapat meningkatkan kemampuan pengembangan diri dalam menyikat gigi. Sebaiknya guru menggunakan metode TEACCH sebagai upaya meningkatkan kemampuan menyikat gigi siswa autis di Sekolah Autis Dian Amanah. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengungkap lebih jauh mengenai keefektifan metode TEACCH terhadap kemampuan menyikat gigi siswa autis pada jenjang dan sekolah lain sehingga hasilnya dapat digeneralisasikan.
Pengaruh metode simulasi cara menyikat gigi yang benar terhadap peningkatan pengetahuan siswa SD Sendangmulyo O3 Kedungmundu. Data yang tumpang tindih: Data titik A2 pada rentang B adalah 1. Lampiran 2. Implementasi prinsip metode TEACCH dalam pelatihan menyikat gigi pada anak autis. Sediakan tempat untuk berlatih menyikat gigi, buatlah batasan yang jelas dengan menggunakan permadani dimana siswa harus berdiri sambil menyikat gigi.
Jadwal yang dibuat menunjukkan langkah-langkah menyikat gigi dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Menyediakan tempat untuk menata peralatan yang digunakan untuk menyikat gigi secara berurutan dari kiri ke kanan. Pengorganisasian dilakukan dengan menyediakan wadah untuk mengambil peralatan menyikat gigi (sikat gigi dan pasta gigi) dan meletakkan kembali peralatan tersebut.
Alasan pemberian penguatan pada akhir kegiatan adalah karena pemberian mainan tidak dimungkinkan pada saat melakukan kegiatan menyikat gigi. Namun penguatan ini dapat mendorong siswa untuk unjuk gigi pada pertemuan berikutnya. Alat uji kinerja efektivitas pembelajaran pengembangan diri berbasis metode TEACCH untuk meningkatkan kemampuan menyikat gigi siswa.
PENUTUP
Implikasi Penelitian
Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kemampuan anak autis dengan menggunakan metode TEACCH dapat terus dikembangkan pada kegiatan pembelajaran lainnya. Bagi guru, metode TEACCH dapat dijadikan salah satu metode pilihan untuk digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan anak autis pada aspek lainnya.
Saran
Penggunaan alat bantu visual pada saat menyikat gigi dengan menggunakan setting tempat yang dibatasi atau dipisahkan secara visual, jadwal visual dan sistem kerja yang dapat dipahami secara visual. Komunikasi bermakna dilakukan dengan memperlihatkan gambar cara menyikat gigi disertai kata-kata yang diucapkan guru berdasarkan gambar yang ditampilkan.