• Tidak ada hasil yang ditemukan

linguistik forensik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "linguistik forensik"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

Jika melihat konteks internasional, para ahli bahasa forensik telah berbuat banyak untuk mengungkap berbagai kasus kemanusiaan. Dalam buku ini, berbagai kasus dan konflik bahasa di perkebunan kelapa sawit tidak dipaparkan secara spesifik, kecuali sebagai pelengkap aspek terkait linguistik forensik. Selain WebCorp yang dipelopori oleh Andrew Kehoe dan Antoinette Renouf, tinjauan terhadap beberapa perangkat lunak untuk mendukung studi linguistik forensik akan dibahas dalam volume mendatang.

Olsson (2008:10) menekankan fungsi awal penelitian linguistik forensik sebagai bidang penelitian pendukung dalam menganalisis pernyataan dan pengakuan saksi dan tersangka. Tujuan penulisan buku ini adalah untuk membantu mengembangkan kajian bahasa forensik di Indonesia dan mengangkat peran ahli bahasa ke tingkat yang lebih strategis. Secara singkat, buku ini bertujuan untuk memperkenalkan kajian dan konsep linguistik forensik beserta metode analisisnya.

Selain itu, beberapa contoh investigasi dan studi kasus berdasarkan konsep linguistik forensik dalam kerangka multidisiplin akan dijelaskan pada setiap bab. Singkatnya, ahli bahasa yang tidak mengadopsi pendekatan multidisiplin yang menggunakan linguistik sebagai landasannya akan kesulitan menguasai linguistik forensik secara keseluruhan. Mirip dengan analisis linguistik forensik, yang menjadikan contoh-contoh linguistik dalam tindak pidana sebagai objek kajiannya dan bahasa kejahatan atau bahasa yang berkaitan dengan kejahatan tersebut sebagai bahan linguistik forensik.

Selain itu, kajian linguistik forensik juga dapat dikembangkan untuk kasus-kasus ekstrim seperti terorisme yang melibatkan perang asimetris.

SIDIK LINGUISTIK (LINGUISTIC FINGERPRINT) DAN PROFILISASI

Pembahasan mengenai konsep sidik jari linguistik salah satunya dibahas oleh Olsson dalam bukunya yang berjudul Forensic Linguistics.

PENULIS/ PELAKU KEJAHATAN

Perbedaan ini memberi kesan bahwa kajian sidik jari linguistik dapat dijadikan sebagai bahan identifikasi awal yang dapat dipelajari pola kebahasaannya lebih lanjut. Konsep sidik jari linguistik harus dikembangkan dalam berbagai ranah kebahasaan dan harus didukung dengan proses analisis investigasi kriminal yang intensif dan akurat. Pada hakekatnya ciri-ciri kebahasaan pelaku akan terlihat dengan melakukan analisis mendalam terhadap materi kebahasaan yang berkaitan dengan pelaku.

Konsep sidik jari linguistik10 juga berkaitan dengan gaya bahasa seseorang11, pola pilihan kata, gaya frasa dan kalimat, baik pada tataran teks maupun tuturan langsung. Penulis melihat sikap analitis Olsson sedikit sembrono, tanpa memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan pengembangan konsep sidik jari linguistik. Faktanya, sidik jari linguistik dapat ditemukan dalam berbagai bentuk ciri gaya bahasa para pelaku, baik individu maupun kelompok.

Kajian tentang ciri-ciri kebahasaan pada alur dan tahapan kebahasaan yang berbeda pada dasarnya sangat berorientasi pada identifikasi 14 pelaku melalui ciri kebahasaan dan gaya bahasa tertentu pelakunya. 15 SIDIK JARI BAHASA (LINGUISTIC FINGERPRINT) Seringkali kita dihadapkan pada situasi dimana data bahasa atau simbol yang ditinggalkan oleh si pembunuh atau pelaku serupa dengan yang pernah ditangkap oleh pelaku lainnya. Teknik sidik jari linguistik sebenarnya cukup beragam dan mudah disesuaikan tergantung situasi dan kondisi penelitian.

Mengumpulkan sidik jari linguistik secara terpisah dari data aslinya, namun tetap dalam keadaan runtut untuk memudahkan proses penelitian linguistik forensik. Sidik jari linguistik adalah data atau bukti bahasa yang membantu mengumpulkan ciri-ciri khusus pelaku yang tidak terduplikasi. Tentukan ciri-ciri fonologis spesifik pelakunya. Ini akan menjadi sidik jari linguistik yang penting dalam mengidentifikasi pelaku.

25 BAHASA SIDIK JARI) realitas bukanlah suatu konstruksi yang homogen atau tunggal, melainkan terdiri dari berbagai aspek individual yang kompleks. Terkadang kita bisa mendapatkan sidik jari linguistik dari ucapan langsung, teks diary, surat, coretan di dinding, goresan di tubuh korban. Artinya, kita harus bersiap mengumpulkan sidik jari linguistik dari seluruh silsilah linguistik yang kita jumpai.

29 BAHASA SIDIK JARI (LINGUISTIC FINGERPRINT) Cocokkan segala bentuk kemungkinan dengan data dan bukti yang ditemukan. Melakukan proses pengenalan kontur fonologis dan tekanan setiap suku kata untuk menemukan tanda linguistik pelakunya.

PERILAKU LINGUISTIK KEJAHATAN

Perilaku berbahasa merupakan kecenderungan alami berbahasa seseorang, baik lisan maupun tulisan, yang terjadi terus-menerus dan cukup sulit diubah. Kajian tentang perilaku berbahasa mencakup seluruh tingkat kebahasaan, mulai dari aspek fonologis dan dialektologis pelaku berbahasa, gaya bahasa lisan dan tulisan, kecenderungan pilihan kata, tingkat kesantunan, hingga teks-teks yang ditinggalkan atau berkaitan dengan pelaku. Dan seterusnya. Penelitian ini dapat dikembangkan ke arah analisis linguistik forensik, dimana setiap pelaku kejahatan menunjukkan bentuk perilaku linguistik yang berbeda-beda.

Mulai dari pencopet di pasar, perampok, anggota mafia, pembunuh bayaran, pembunuh berantai, teroris, kelompok radikal, mafia hukum, koruptor, psikopat, sosiopat, dan pelaku kejahatan kerah putih. Tingkat kejahatannya bermacam-macam, penjahat pada setiap tingkat mempunyai perilaku kebahasaan yang berkaitan dengan perilaku kriminalnya.

CRIMINAL LINGUISTIC BEHAVIOR)

Secara umum, perilaku linguistik sistematis kejahatan kerah putih yang melibatkan unsur politik akan selalu menggunakan kata sandi dalam komunikasinya. 43 PERILAKU LINGUISTIK PIDANA mengaburkan informasi yang ingin mereka lindungi, namun inkoherensi ini mudah menimbulkan kecurigaan. Perilaku bahasa psikopat seorang pembunuh berantai umumnya menunjukkan tanda-tanda emosi dan orientasi yang ekstrim.

Kemampuan berbicara dengan sangat tenang di bawah tekanan, namun tanpa memilih kata yang mencerminkan empati, juga merupakan salah satu perilaku linguistik seorang psikopat. Selanjutnya, untuk memahami perilaku bahasa kriminal subjek, seorang ahli bahasa forensik harus memahami sifat dan karakteristik kejahatan yang dilakukan subjek. Perlu dipahami bahwa perbedaan motif kejahatan akan menyebabkan perbedaan perilaku berbahasa pelaku dan perbedaan modus operandi.

Model hubungan triangulasi motif kejahatan, perilaku kebahasaan dan modus operandi ini perlu dipahami dan dianalisis secara mendalam. Menganalisis perilaku linguistik kejahatan memerlukan kajian mendalam terhadap beberapa variabel konseptual seperti modus kejahatan linguistik dan modus operandi kejahatan. 49 PERILAKU LINGUISTIK PIDANA (CRIMINAL LINGUISTIC BEHAVIOR) bahasa dengan memanipulasi korban, menekan korban atau keluarga korban dengan ancaman, melegitimasi suatu kejahatan, menekan saksi, memutarbalikkan fakta, dan lain-lain.

Artinya dilakukan analisis pada tataran perilaku kriminal linguistik untuk mengetahui orientasi semantik pernyataan atau teks pelaku. Analisis perilaku kriminal linguistik memiliki struktur yang berkaitan dengan kata kunci bukti linguistik. Selain itu, upaya memahami pemikiran kriminal pelaku masih diperlukan untuk mengungkap perilaku kebahasaan tindak pidana.

51 PERILAKU LINGUISTIK PIDANA Dari seluruh metode konseptual analisis linguistik forensik yang telah diuraikan, Anda juga harus memahami bahwa keakuratan dan ketajaman analisis memerlukan pelatihan dan praktik yang berkelanjutan. Lebih lanjut, tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku linguistik kriminal yang dilakukan pelaku juga ada kaitannya dengan perilaku psikologis pelaku kejahatan tersebut. Ketika orang-orang seperti ini tertangkap, mereka selalu menunjukkan perilaku bahasa yang datar dan tenang dalam setiap ucapannya, bahkan saat mereka sedang disiksa.

Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mengungkap perilaku linguistik kejahatan secara lebih terukur, diperlukan pemahaman terhadap pemikiran kriminal pelaku. 53 PERILAKU LINGUISTIK PIDANA (CRIMINAL LINGUISTIC BEHAVIOR) diposisikan sebagai pembantu yang membuka arah analisis terhadap segala kemungkinan.

OTOPSI LINGUISTIK FORENSIK

Meneliti dan menggali pola kebahasaan yang mengandung unsur pidana dalam materi kebahasaan (kata benda, kerja, frasa, dan klausa yang mendukung tujuan pidana). Pada hakikatnya, otopsi linguistik forensik52 adalah proses penggalian sampel bahasa yang mengandung unsur kejahatan dari keseluruhan materi kebahasaan kejahatan tersebut (bukti bahasa kejahatan). Dalam konteks ini, pembedahan alat bukti kebahasaan sebagai proses otopsi ditujukan untuk mengungkap kandungan unsur-unsur suatu tindak pidana secara lebih rinci dan terukur melalui berbagai bentuk metode dan teknik pengujian kebahasaan.

FORENSIC LINGUISTIC AUTOPSY)

Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat disimpulkan atau diartikan sebagai proses penggalian pola kebahasaan yang mengandung unsur pidana dari seluruh alat bukti kebahasaan pidana yang diperoleh. Proses otopsi linguistik forensik dilakukan berdasarkan hasil analisis unsur tindak pidana pada data kebahasaan dan barang bukti. Pada hakikatnya, unsur-unsur tindak pidana dapat terkandung dalam materi kebahasaan yang berbeda-beda sesuai dengan motif dan cara tindak pidananya.

Pada tingkat kejahatan yang lebih tinggi, unsur-unsur kejahatan dalam materi bahasa juga dikembangkan atas dasar kepentingan taktis dan strategis kejahatan tersebut. Tanda penipuan harus mengandung unsur-unsur kejahatan, seperti motif dan bahasa manipulatif, yang merupakan bagian dari modus operandi kejahatan manipulasi. Kandungan unsur delik ini harus ditetapkan dan ditegaskan dalam tindakan dugaan penipuan beserta bahasa yang digunakan pelaku.

Konsep utama yang membedakan linguistik forensik dengan linguistik mikro dan makro adalah analisis unsur-unsur kejahatan dalam bahasa. Analisis unsur kejahatan dapat diterapkan pada pola pemilihan leksikon kemudian dibandingkan dengan konteks kejahatan kasus terkait. Hasil analisis terhadap unsur-unsur tindak pidana pada bagian individual konstruksi praktik kebahasaan yang menjadi bahan pembuktian kebahasaan menjadi dasar untuk diambilnya bagian tersebut.

Tujuan pemisahan ini adalah untuk memfokuskan proses eksplorasi analitis berdasarkan linguistik forensik terhadap klausul-klausul yang mengandung unsur pidana. Menganalisis signifikansi kejahatan yang terdapat dalam sampel Proses ini memerlukan perbandingan antara unsur kejahatan yang terdapat dalam sampel dengan variabel dan sifat kejahatan yang bersangkutan. Dari seluruh bukti kebahasaan, diambillah segala bentuk sampel atau sampel yang mempunyai unsur pidana.

Sampel yang diambil mungkin mewakili lebih dari satu unsur kejahatan. Hal ini menunjukkan hubungan antar unsur dan kompleksitas unsur kejahatan yang dapat muncul dalam satu contoh bukti bahasa post mortem. Selain itu telah kita bahas bahwa proses otopsi linguistik forensik didasarkan pada analisis unsur-unsur tindak pidana dalam materi forensik bahasa pidana atau lebih tepat disebut bukti linguistik. Mengolah sampel secara linguistik semaksimal mungkin dengan memperhatikan perubahan dan keadaan unsur pidana yang terkandung dalam sampel tersebut.

Setelah mengekstraksi klausul yang mengandung unsur pidana, selanjutnya dilakukan berbagai bentuk perlakuan analitis dan pengujian kebahasaan seperlunya. Hal ini dimaksudkan untuk menggali akar pola, sifat dan pemikiran terdalam tentang kejahatan yang tercermin dari unsur-unsur kejahatan yang terkandung dalam contoh materi forensik bahasa kejahatan.

Referensi

Dokumen terkait

2, June 2019 TABLE OF CONTENTS BUILDING ENVELOPE COMPONENT TO CONTROL THERMAL INDOOR ENVIRONMENT IN SUSTAINABLE BUILDING: A REVIEW 79-98 Abraham Seno Bachrun, Ting Zhen Ming,