PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan adalah penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh seseorang, tujuan penelitian yang relevan adalah penelitian yang menggunakan objek kajian atau teori yang hampir sama. Penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Fatmawati U (2016) dengan judul disertasi Penelitian Sistem Sapaan Bugis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) bentuk sapaan dalam bahasa Bugis sangat berbeda dalam bentuk kata dasar lengkap dan tidak lengkap, kata turunan, dan frase. Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fitri Amilia (2016) dengan judul Salam Gelar Keagamaan Masyarakat Madura Jember: Kajian Sosiolinguistik dengan Pendekatan Sosial Budaya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua jenis gelar keagamaan. sistem sapaan yaitu sistem sapaan genetik atau kekerabatan dan sistem sapaan.judul agama usaha atau motivasi.
Penelitian sapaan lain yang dilakukan oleh Wibowo (2015) berjudul Dinamika Bentuk Sapaan Sebagai Refleksi Sikap Linguistik Bahasa Indonesia, penelitian ini memperoleh hasil berupa pemetaan bentuk sapaan yang digunakan oleh masyarakat, latar penggunaan, bentuk sapaan dalam masyarakat, dan aktualisasi dan dinamika penggunaan bentuk sapaan dalam masyarakat bahasa Indonesia. Penelitian tentang sapaan juga pernah dilakukan oleh Tri Pujiati (2018) dengan judul Menggunakan Bentuk Sapaan Berdasarkan Perspektif Gender Bagi Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Pamulang: Kajian Soisopragmatik. bro‖ atau “bang”, untuk menyapa dosen adalah “Pak” atau “ibu”, sapa satpam dengan kata “pak”, sapa OB dengan sapaan “Pak” atau “Mas”, (2) bentuk sapaan yang digunakan dari mahasiswi ketika menyapa usianya dengan sapaan. Penelitian lain yang mengkaji sapaan dilakukan oleh Nurhayati dengan judul penelitian (2015) Sapaan Pribadi dan Sapaan Suku Mamuju: Kajian Norma Sosial Budaya sebagai hasil penelitian.
Teori
- Linguistik
- Bahasa
- Sosiolinguistik
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan kajian interdisipliner bahasa yang digunakan dalam lingkungan. Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti mempelajari tentang bahasa yang digunakan pada daerah tertentu atau dialek tertentu. Sosio adalah masyarakat dan linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa Jadi ilmu sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa yang berkaitan dengan kondisi sosial (Sumarsono 2004:1).
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti ilmu yang mempelajari bahasa yang berkaitan dengan kondisi sosial tertentu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa yang menitikberatkan pada kelompok sosial dan variabel linguistik. Berdasarkan dimensi kajian bahasa yang berfokus pada kumpulan asumsi kedua (bahwa bahasa dipandang sebagai seperangkat perilaku yang ditransmisikan secara budaya oleh sekelompok individu), kajian bahasa dalam masyarakat memiliki dua variabel utama.
Pranata sosial yang ada dalam masyarakat antara lain : pranata keluarga, pendidikan, agama, ekonomi dan politik. Demikianlah dimensi kajian bahasa yang harus diperhatikan ketika mengkaji penggunaan bahasa yang sebenarnya dalam masyarakat. Berdasarkan pendapat para ahli, penulis menyimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa, yang membahas penggunaan bahasa terkait dengan fenomena sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat.
Kerangka Pikir
Ada pula sapaan yang bersifat kedaerahan yang berbeda bentuk tetapi memiliki kesamaan makna sebagai contoh sapaan daerah Bugis yang sama dalam pengertian bahasa Indonesia yaitu ambe' dan indo. Dalam bahasa Indonesia, ambe' berarti ayah atau bapak, sedangkan indo berarti ibu. Sapaan lain yang memiliki perbedaan dalam hal nilai dan norma budaya yang berlaku di masyarakat yang menunjukkan status sosial seseorang.
Berdasarkan pendapat ahli, penulis menyimpulkan bahwa sapaan merupakan ekspresi dan identitas dalam penggunaannya, seperti menasihati dan merujuk orang lain dalam acara interaksi sosial. Baik itu bahasa Indonesia yang menjadi tolak ukur bahasa penghubung yang digunakan masyarakat Indonesia, bukan hanya bahasa Indonesia yang mengharuskan penggunanya untuk memperhatikan letak aplikasi bahasa. Bahasa daerah juga hadir dalam penggunaannya yang mengharuskan pemakai bahasa untuk melihat letak dan kondisi penggunaannya. Bahasa dan interaksi tidak dapat dipisahkan dalam aktivitas manusia.
Demografi juga menentukan kondisi sosial masyarakat yang mempengaruhi proses relasional penggunaan bahasa antara satu orang dengan orang lain. Kondisi sosial juga meliputi sistem politik, strata dan norma yang berlaku pada masyarakat daerah tertentu dan termasuk penggunaan bahasa. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, saat menyapa seseorang harus memperhatikan situasi dan kondisi saat sapaan itu digunakan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Subjek Penelitian
Jenis Dan Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data
Wawancara dapat dilakukan dengan menyiapkan lembar wawancara berdasarkan pedoman agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan tidak hanya itu, pedoman ini juga didasarkan pada teori-teori yang berkaitan dengan masalah. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak sistematis dengan pertanyaan yang tidak kaku sehingga data yang diperoleh lebih lengkap. Proses wawancara tidak mensyaratkan penggunaan bahasa Indonesia baku, melainkan bahasa yang dapat dipahami oleh narasumber, baik bahasa Indonesia yang bercampur dengan dialek Bugis maupun penggunaan bahasa Bugis itu sendiri.
Pengamatan langsung yang dilakukan peneliti dapat dilakukan dengan mencatat informasi terkait sapaan Puang. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, aktivitas, objek, perbuatan, peristiwa atau kejadian, waktu, emosi. Tujuan penelitian observasi adalah untuk menyajikan gambaran yang realistis tentang perilaku atau peristiwa, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu memahami perilaku manusia dan untuk evaluasi yaitu untuk mengukur aspek-aspek tertentu dan memberikan umpan balik atas pengukuran tersebut.
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah melalui pengamatan dan observasi dimana pengamat atau peneliti benar-benar terlibat dalam kehidupan sehari-hari responden. Peneliti yang mengumpulkan data dengan jujur menyatakan kepada sumber data bahwa ia akan melakukan penelitian agar mereka yang diteliti mengetahui kegiatan peneliti dari awal sampai akhir. Namun pada titik tertentu, peneliti juga tidak jujur atau terselubung dalam pengamatannya, untuk menghindari data yang dicarinya adalah data yang masih bersifat rahasia.
Ada kemungkinan jika peneliti mengatakannya dengan jujur, peneliti tidak akan mendapatkan data otentik dari percakapan yang dilakukan oleh sumber data. Observasi merupakan bentuk alami dari pengumpulan data karena peneliti dapat mengamati secara otentik peristiwa atau percakapan yang terjadi di tempat observasi. Lembar observasi merupakan pemetaan yang dilakukan oleh peneliti setelah dilakukan observasi langsung agar data yang diperoleh dapat diolah ke tahap selanjutnya.
Instrumen di atas dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi data yang akan diperoleh peneliti.
Teknik Analisis Data
Pewawancara : Ya, ro ko, vaporpuanie na ya, misalnya orang yang berpangkat kan karena kita lebih tua pangkatnya, walaupun masih muda. Ya kenapa Anumi itunria biasanya difau maneng (maksudnya bercerita lain dengan menyebut nama orangnya) atau kita bertemu dengan orang yang tidak kita kenal namanya mappuang mibahang taue. Kami mau bicara, kami tidak tahu namanya, jadi kami hanya mengatakan "e dari manaki puang" ya, benar aro ha, enna kuisseng ngi asengna, jadi mappuangnga.
Wawancara yang dilakukan dengan informan ketiga berlangsung cukup lama dengan waktu wawancara yang cukup lama, dikarenakan wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dengan mencampurkan bahasa dan bahasa Bugis yang tercampur dalam proses wawancara.. informan ketiga dilakukan sebanyak dua kali, selama wawancara pertama adalah pada Jumat sore 14 Agustus 2018 pukul 18.24 WITA dan wawancara kedua dilanjutkan minggu berikutnya yaitu Jumat malam 24 Agustus 2018 pukul 18.33 WITA. Dia tidak mengerti bahwa kata puang, sapaan puang lebih rendah dari karaeng, sebenarnya puang lebih tinggi dari karaeng jika kita mendalami kata puang karena itu yang biasa kita rasakan orang Bulo-Bulo. Narasumber : Tapi ada yang sapa Puang di daerah lain, tapi sebenarnya dari situlah mereka berasal.
Nara Sumber: Di sini digunakan kata puang, setiap kali kita menegur seseorang yang kita anggap terhormat, berarti orang itu lebih tua dari kita dan orang itu dikenal sebagai orang keturunan terhormat di tempat ini. Ada juga orang yang ditemui, orang yang suka maju tapi sebenarnya tidak pantas disebut puang, tidak semuanya. Jadi orang yang di bawahnya, orang ini tidak bisa semuanya disebut puang, tidak sembarang orang kalau asalnya puang. jadi, misalkan misalnya ifuang lalu.
Selanjutnya "..Di olo dena na sembarangan taue makkada puang." Dari pernyataan tersebut memiliki arti dan makna yang mengatakan bahwa tidak semua orang dipanggil dengan puang sapaan dan sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Demikian juga yang dikatakan oleh informan kedua “..di olo romai kata puang menurut anu adalah keturunan yang tinggi, abbattireng lo, matanre abbatengna matanre caritanna afolenengna..” dari wawancara kedua ini penulis dapat menginterpretasikan dari responden kata, yaitu mantan puang adalah orang berpangkat tinggi. Sehingga dapat diartikan bahwa seseorang hanya menyebut kata puang ketika sedang berhadapan dengan orang yang bersangkutan, dan berbeda ketika sedang tidak berhadapan dengan orang yang dimaksud, atau sedang berada di tempat lain, sehingga ketika terjadi percakapan. sapaan puang harus mengikuti nama orang atau orang yang bersangkutan.
Lanjut responden “… kami bertemu dengan orang yang namanya tidak kami ketahui adalah Mappuang Mi Jahang Taue. Kami ingin berbicara kami tidak tahu namanya jadi kami hanya mengatakan “e dari manaki puang” ya ro atas aro ha , enna kuisseng ngi asengna so mappuangnga.. mappuang saja atau pakai sapaan puang saja Berdasarkan percakapan dan hasil wawancara dapat diketahui bahwa menggunakan sapaan puang bukan berarti orang yang tidak memiliki darah atau keturunan bangsawan dari puang, serta arti kata adalah seseorang yang kita kenal sebelumnya.
Salam puang juga digunakan untuk orang yang tidak kita kenal sebelumnya dan diketahui berada di tempat sapaan tersebut, yaitu sapaan tertinggi yang sering digunakan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap orang lain. Seseorang menyebut kata puang hanya pada saat berhadapan dengan orang tersebut dan berbeda dengan saat tidak berhadapan dengan orang tersebut atau berada di tempat lain, maka ketika terjadi percakapan harus menggunakan sapaan puang.
HASIL DAN PEMBAHASAN