• Tidak ada hasil yang ditemukan

LITERASI: Sebuah - Nanopdf.com

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "LITERASI: Sebuah - Nanopdf.com"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

Di awal tulisan ini, penulis mengulas beberapa definisi literasi sebagai bahan curah pendapat untuk memahami hakikat literasi. Pada bagian berikut, makalah ini memuat tinjauan kajian dari dua perspektif berbeda: 1) literasi sebagai proses kognitif, dan 2) literasi sebagai praktik sosial. Psikolog eksperimental melihat literasi sebagai studi yang berkaitan dengan pengkodean teks yang melibatkan proses perseptual (fonologis dan grafis), struktur kata (morfologis) dan keterampilan menulis teknis (ejaan). Mereka melihat literasi sebagai kerangka analisis konseptual yang tidak terpisahkan dari studi sosial, termasuk studi antropologi sosial, sosiologi dan sosiolinguistik.

Para sarjana menggambarkan keaksaraan sebagai kemampuan individu; sedangkan fakta yang lebih akurat adalah bahwa literasi adalah pencapaian sosial. Pada metafora pertama, literasi sebagai adaptasi, Scribner (1984) menempatkan literasi sebagai konsep yang menekankan nilai pragmatis agar seseorang dapat bertahan hidup di lingkungan. Metafora lain, literasi sebagai kekuatan, menekankan hubungan antara literasi dan pencapaian kelompok atau komunitas tertentu.

Simposium Internasional Literasi yang diadakan di Persepolis Iran mendorong pemerintah di semua negara untuk mempertimbangkan literasi sebagai instrumen perubahan dan pembebasan manusia. Pada metafora ketiga, literasi sebagai penyelamat dan sebagai bentuk harga diri, literasi dikaitkan dengan fenomena yang menempatkan orang-orang terpelajar pada kehormatan tertentu.

Literasi sebagai Proses Kognisi

Sementara David Barton, Mary Halimton, Roz Ivanic, Allan Luke dan Brain V Street dan Scribner mempertahankan pandangannya bahwa literasi adalah studi interdisipliner yang mencakup berbagai bidang studi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 664 orang berusia 65 tahun ke atas, mereka menyimpulkan bahwa literasi berkaitan erat dengan fungsi kognitif pada semua domain kognitif pada orang tua yang berpendidikan baik. 1975) telah mengungkapkan bahwa kemampuan membaca kata sangat berkorelasi dengan kecerdasan umum pada orang dewasa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. 2012) mengungkapkan bahwa literasi kesehatan sangat berkorelasi dengan kemampuan kognitif yang cair dan mengkristal.

Kemampuan cairan adalah kemampuan kognitif yang terkait dengan pemrosesan informasi aktif di mana pengetahuan sebelumnya relatif tidak membantu. Kemampuan kognitif ini meliputi kecepatan pemrosesan, memori kerja, penalaran induktif, memori jangka panjang, dan memori prospektif. Sementara itu, kemampuan mengkristal (kemampuan verbal) merupakan kemampuan kognitif yang tersimpan dalam memori jangka panjang atau latar belakang pengetahuan umum.

Bertentangan dengan apa yang telah dipahami selama ini, Langer (1987) tidak melihat keaksaraan sebagai seperangkat keterampilan; beliau menekankan bahwa literasi adalah aktivitas – cara berpikir. Orang membaca, menulis, berbicara, dan berpikir tentang ide dan informasi nyata untuk mengekspresikan dan memperluas apa yang mereka ketahui. Dalam buku berjudul “Literacy, Language, and Learning: The Nature and Consequences of Reading and Writing,” Olson menekankan bahwa literasi bukanlah.

Masalahnya adalah apa yang literasi lakukan pada orang, bukan apa yang literasi lakukan pada orang. Selain Olson, Scribner dan Cole (1978) juga menolak tesis bahwa literasi mempengaruhi kemampuan kognitif secara umum. Dari sebuah penelitian yang dilakukan pada orang-orang Vai (Liberia), mereka menyimpulkan bahwa tidak ada bukti bahwa menulis meningkatkan kemampuan mental secara umum.

Namun, tidak sedikit pandangan yang meyakini bahwa literasi memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan kognitif.

Literasi sebagai Praktek Sosial

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari seperti pergi ke pasar, mengendarai mobil, menggunakan peralatan rumah tangga bahkan menggunakan teknologi terkini, diperlukan kemampuan membaca dan memahami tulisan. Konsep keaksaraan ini disebut juga keaksaraan fungsional – keaksaraan yang menekankan keefektifan seseorang dalam melaksanakan tugas sehari-hari, baik untuk diri sendiri, anggota keluarga maupun masyarakat. Literasi adalah alat yang sering digunakan untuk menentukan kelas sosial; orang yang bisa membaca dan menulis dianggap sebagai kelompok kelas yang lebih tinggi daripada kelompok yang tidak bisa membaca dan menulis.

Orang yang tidak bisa membaca dan menulis akan sulit bahkan tidak mungkin mengakses kekuatan ekonomi dan politik. Orang yang melek huruf (pandai membaca dan menulis) seringkali ditempatkan pada posisi yang lebih terhormat daripada orang yang tidak bisa membaca dan menulis. Dalam berbagai masyarakat berbasis agama, kemampuan membaca dan menghafal kitab suci agama, seperti Alquran, Injil, dan agama lain, selalu membuat seseorang lebih dihormati.

Ini adalah buku yang sempurna, tidak diragukan lagi,” adalah sebuah ayat yang dikutip dalam Al-Qur'an. Menghafal Al-Qur'an—secara harfiah memasukkan kata-kata Al-Qur'an ke dalam otak Anda dan menjadikan ayat-ayat itu bagian dari diri Anda—merupakan proses literasi dan kesucian. Mereka mengumpulkan data dari 1.091 anak Belanda asli, 753 anak dari lingkungan bekas kolonial Belanda dan 580 anak dari lingkungan Mediterania.

Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa anak-anak imigran (bukan penduduk asli Belanda) tertinggal dari rekan-rekan pribumi mereka dalam semua tugas, meskipun perbedaan pemahaman tugas tertulis relatif kecil. Untuk kedua kelompok anak asli dan pendatang, struktur faktor latar belakang yang sama ternyata mempengaruhi kinerja literasi mereka. Mereka menemukan bahwa tingkat dan status etnis secara konsisten merupakan faktor prediktif untuk decoding kata (penafsiran kode), skor membaca, dan copywriting.

Selain itu, status sosial ekonomi mempengaruhi literasi, dan variabel gender mempengaruhi keterampilan menulis.

Emergent Literasi (Literasi Dini)

Sulzby, (1989), Sulzby & Teale (1991) Teale & Sulzby (1986) menjelaskan bahwa literasi yang muncul mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dianggap sebagai pendahulu kemunculan dan pengembangan format membaca dan menulis konvensional. Dari perspektif lain, literasi yang muncul dipandang menyiratkan bahwa tidak ada pemisahan yang jelas antara membaca dan membaca nyaring (Lonigan, 2000). Emerging Literacy merupakan proses pengembangan kemampuan membaca anak yang dimulai sebelum mengenal lambang huruf.

Ketika seorang anak kecil memperlakukan buku sebagai mainan, memperhatikan gambar-gambar dalam buku, bertindak seperti seseorang (berpura-pura) membaca buku, dan menceritakan kepada orang lain tentang isi buku, maka literasi baru justru tumbuh. Kualitas sikap dan perilaku anak terhadap buku berkembang secara signifikan melalui interaksi sosial dengan orang lain yang dekat dengannya. Para peneliti telah banyak meneliti bacaan darurat seperti Doake (1985), Holdaway (1979), Otto (1991) dan Sulzby (1991) dan menyatakan bahwa perilaku pura-pura membaca adalah cara anak-anak mengeksplorasi literasi sebagai aktivitas bahasa yang holistik. .

Sebelum anak-anak mulai memperhatikan menulis, mereka telah mengintegrasikan pengetahuan tentang simbol alfabet ke dalam sistem makna yang ada di otak mereka menggunakan isyarat visual (misalnya Untuk beberapa anak, langkah pertama pengenalan literasi yang muncul dilakukan di rumah dan diselesaikan di taman kanak-kanak gabungan dan sekolah). ; sedangkan bagi sebagian lainnya tahapan perkembangan literasi yang baru lahir terjadi di tempat penitipan anak atau PAUD, taman kanak-kanak dan sekolah, kemudian mendapat penguatan di lingkungan keluarga. Menurut Graves et al. ), untuk semua anak-anak yang muncul literasi adalah waktu bagi mereka untuk memperoleh berbagai temuan tentang bunyi bahasa, bentuk kata dan penggunaan buku.

Dalam prosesnya, anak-anak mulai belajar bagaimana mengingat dan mengeja kata-kata saat mereka menjelajahi sistem alfabet. Anak-anak mulai belajar tentang buku dan bagaimana buku disusun untuk mendapatkan informasi dan menikmati cerita. Secara ringkas, ciri-ciri perilaku anak dan rentang usia dimana perilaku tersebut diamati dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Sedikit perhatian terhadap kandungan buku secara tematik (iaitu buku=buku) atau kandungan buku dilihat sebagai buku (cth buku=kereta api).

Information Literacy

Sepanjang tahun 1980-an, Breivik memperkenalkan model dan program literasi informasi yang sangat menginspirasi dalam berbagai seminar, lokakarya, dan artikel ilmiah. Ditegaskannya bahwa literasi informasi pada dasarnya bukanlah persoalan yang berkaitan dengan pendidikan pengguna perpustakaan (library education), tetapi lebih dekat dengan konsep proses pembelajaran, khususnya pembelajaran sepanjang hayat. Satu dekade kemudian, pada tahun 1998, Brevick memperluas pembahasannya tentang literasi informasi melalui bukunya yang berjudul Student Learning in the Information Age.

Secara umum literasi informasi didefinisikan oleh Humes (2003) sebagai kemampuan seseorang untuk memperoleh, mengevaluasi, mengatur dan menggunakan informasi dari berbagai sumber. Literasi informasi bukanlah literasi perpustakaan, yang menuntut seseorang untuk terampil dalam menggunakan koleksi dan layanan perpustakaan. Gilton menekankan bahwa literasi informasi lebih dari sekedar kemampuan mengakses informasi dan pengetahuan dengan menggunakan teknologi; Literasi informasi mencakup kualitas pengalaman belajar.

Owen (1996) dalam Langford (1998), mengungkapkan bahwa literasi informasi adalah kemampuan untuk menguji berbagai ide karena kita memiliki kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan informasi secara efektif. Ia kemudian memperluas cakupan literasi informasi dengan menambahkan bahwa dibalik peningkatan keterampilan belajar dan penelitian, literasi informasi berperan memberikan kemampuan atau kekuatan (empowering), untuk menemukan dan bertindak atas informasi tersebut. Literasi informasi adalah alat pemberdayaan pribadi untuk semua orang, bukan hanya anak-anak.

Lebih luas lagi, literasi informasi juga mencakup sikap dan integritas akademik seseorang terhadap informasi tersebut. Dalam format yang lebih formal, American Library Association (ALA) mendefinisikan literasi informasi sebagai seperangkat kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk mengenali kapan informasi dibutuhkan dan memiliki kemampuan menemukan informasi yang dibutuhkan secara efektif, mengevaluasi dan menggunakan. Namun dalam konteks yang lebih luas, literasi informasi mencakup keberhasilan seseorang dalam kehidupan yang lebih luas.

Prestasi akademik yang dicapai dengan dukungan literasi informasi merupakan tujuan antara, bukan tujuan akhir yang sebenarnya dari sebuah kehidupan.

Simpulan

Development of emerging literacy and early reading skills in preschool children: evidence from a latent variable longitudinal study. Learning: The Nature and Implications of Reading and Writing Cambridge University Press, http://www.books.google.com/books?isbn=0521319129. Ceci (ed.), Handbook of cognitive, social and neuropsychological aspects of learning disabilities (vol. 2). http://www.britannica.com/EBchecked/topic/343440/literacy.

Informal assessment of emergent reading behavior through observation of assisted and independent storybook interactions. 2007) Collaboration between librarians and teaching faculty to teach information literacy at One Ontario University: Experiences and Outcomes” Journal of Information Literacy, 1 (3),.

Referensi

Dokumen terkait

Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok koneksi meminta siswa untuk menunjukkan bahwa mereka dapat membuat hubungan antara beberapa gagasan dalam