• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lorem Ipsum (500 Kata)

N/A
N/A
Maxwell Arabil

Academic year: 2023

Membagikan "Lorem Ipsum (500 Kata)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Lorem Ipsum (500 Kata)

Di bawah langit senja yang dibakar jingga, angin merayap di antara rerimbun bambu, membisikkan rahasia pada dedaunan yang berbisik satu sama lain. Di kejauhan, adzan magrib bersahutan, memanggil jiwa-jiwa yang tersesat dalam hiruk pikuk dunia untuk kembali pada ketenangan sholat.

Di sudut desa yang sunyi, Amira, gadis desa bermata hazel dan rambut sehitam malam, duduk di teras gubuk sederhana miliknya. Tangannya yang lentik dengan cekatan menjahit kain perca, menyulap potongan warna-warni menjadi sebuah bed cover indah. Jarinya menari lincah, mengikuti irama detak jantungnya yang selaras dengan denyut alam.

Amira tak sekadar menjahit kain. Ia menjahit kisah. Setiap jahitan

menorehkan cerita, tentang impiannya yang setinggi bintang, tentang cinta yang tersimpan di balik senyum ibunya, tentang duka yang dibungkus rapat agar tak melukai orang-orang terkasih. Setiap benang yang terjalin adalah doa, harapan, dan cinta yang ia tuangkan kepada dunia.

Matahari perlahan tenggelam, meninggalkan semburat ungu dan biru di cakrawala. Burung-burung beterbangan pulang ke sarang, meninggalkan desir sayap yang syahdu. Amira meletakkan jarinya, membiarkan kain perca itu beristirahat sementara ia bangkit, menuju sumur di belakang gubuk.

Air segar membasuh wajahnya, menghapus lelah dan penat. Amira menengadah ke langit, menatap bintang-bintang yang mulai bertebaran.

Setiap bintik cahaya itu bagaikan janji, harapan yang berkelap-kelip di kegelapan. Ia memejamkan mata, berbisik pada semesta, memohon kekuatan untuk meraih mimpi-mimpi yang bertebaran di benaknya seperti bintang-bintang itu.

Malam beranjak semakin dalam. Lampu minyak di teras gubuk berkerlap lembut, menemani Amira yang kembali melanjutkan jahitannya. Kain perca di tangannya berubah wujud menjadi bantal berbentuk bulan, dengan hiasan bintang-bintang dari manik-manik kecil. Ia tersenyum, merasa telah menangkap secuil keindahan malam dalam karyanya.

Suara ketukan pelan di pintu menyentak Amira dari lamunannya. Ia membuka pintu dan mendapati sosok Pak Tua, tetangganya yang

bijaksana. Pak Tua tersenyum, matanya berkilau seperti bintang, "Bunga tidurmu sungguh cantik, Amira. Bolehkah aku memilikinya?"

(2)

Amira ragu-ragu. Bantal itu adalah wujud mimpinya, harapannya untuk suatu hari bisa melihat dunia yang lebih luas. Namun, melihat mata Pak Tua yang penuh kekaguman, ia tak tega menolak. "Ambillah, Pak.

Semoga ia membawa mimpi indah untukmu."

Pak Tua mengucapkan terima kasih dengan hangat. Ia beranjak pergi, bantal bulan dipeluk erat di tangannya. Amira menatap kepergiannya, lalu kembali pada kain perca yang tersisa. Ada sedikit kesedihan, tapi juga perasaan lega. Ia tahu, mimpinya akan terus hidup, mungkin bukan dalam wujud bantal bulan, tapi dalam jahitan-jahitan berikutnya, dalam doa-doa yang ia bisikkan pada semesta.

Malam bergulir, detak jangkrik mengiringi Amira yang kembali menjahit.

Jarinya menari, menyulam kisah baru, kisah tentang keberanian, tentang melepaskan, tentang percaya bahwa mimpi takkan pernah padam

meskipun ditiup angin kencang sekalipun. Dan di bawah langit yang dipenuhi bintang, Amira terus menjahit, menjahit harapan, menjahit impian, menjahit hidupnya sendiri.

(500 kata)

Mohon maaf, saya menyadari ada sedikit ketidaksesuaian dengan informasi lokasi Anda saat ini. Namun, saya harap cerita ini tetap bisa memberikan hiburan dan inspirasi

Referensi

Dokumen terkait