• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN ISLAM TERHADAP HARTA DAN SISTEM EKONOMI GLOBAL

N/A
N/A
Ray Sukma

Academic year: 2023

Membagikan "PANDANGAN ISLAM TERHADAP HARTA DAN SISTEM EKONOMI GLOBAL"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN ISLAM TERHADAP HARTA DAN SISTEM EKONOMI GLOBAL Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Manajemen Syariah”

Dosen Pengampu : Achmad Robith Saifun Nawan

Disusun Oleh :

1. Guruh Ray Sukma Nugroho 22403201 2. Nur Rizky Amanda 22403187

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) KEDIRI

2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Tiada untaian kata yang patut saya hadirkan Allah SWT yang melimpahkan serta nikmatNya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pandangan Islam Terhadap Harta Dan Sistem Ekonomi Global”.

Sholawat dan salam kasih saya sampaikan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang nanti-nantikan Syafaat kelak di Yaumul Qiyamah. Ungkapan yang disampaikan terima kasih tidak lupa saya sampaikan kepada semua yang telah memberikan dukungan yang baik atas makalah ini.

Terkait dengan referensi dan penulisan makalah ini, kemungkinan saja ada kesalahan dan kekurangan, oleh karena kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Akhir kata dengan segala puji dan syukur kehadirn Allah SWT dan makalah makalah ini memberikan Ilmu Pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kediri, 19 september 2023

Penyusun

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI………... ii

BAB I. PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Rumusan Masalah……….. 2

C. Tujuan Masalah……….. 2

BAB II. PEMBAHASAN...………... 3

A. Pengertian Harta……….. 3

B. Konsep Harta Dalam Ekonomi Islam……….. 4

C. Landasan Pokok Manusia Pembangunan……… 6

D. Allah Membeda-bedakan Hartta Diantara Hambanya Sebagai Ujian………. 9

E. Pengunaan Harta Dalam Islam………... 10

BAB III. PENUTUP………... 13

A. Kesimpulan……….... 13

DAFTAR PUSTAKA………. 15

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini, sehingga oleh para ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan ke dalam salah satu ad-daruriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas, agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Atas dasar itu, mempertahankan harta dari segala upaya yang dilakukan orang lain dengan cara yang tidak sah, termasuk ke dalam kelompok yang mendasar dalam Islam.

Sekalipun seseorang diberi Allah memiliki harta, baik banyak atau sedikit, tidak boleh berlaku sewenang-wenang dalam menggunakan hartanya itu. Kebebasan seseorang untuk memiliki dan memanfaatkan hartanya adalah sebatas yang diperbolehkan oleh syara’. Oleh sebab itu, dalam pemilikan dan penggunaan harta, disamping untuk kemaslahatan pribadi, juga harus dapat memberikan manfaat dan kemaslahatan pada orang lain. Inilah di antara fungsi sosial dari harta itu, karena suatu harta sebenarnya adalah milik Allah yang dititipkan ke tangan-tangan manusia.1

Manusia tidak memiliki harta secara mutlak karena harta sebagai titipan sehingga dalam pandangan tentang harta, terdapat hak-hak orang lain. Konsekuensi logis dari hal itu adalah adanya kewajiban bagi manusia untuk mengeluarkan sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan ibadah lainnya.

Penggunaan harta dalam ajaran Islam harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allah dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.

Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka membantu sesama manusia.

Hak-hak orang lain yang terdapat di dalam harta seseorang inilah yang disebut dengan hak masyarakat yang berfungsi sosial untuk kesejahteraan sesama manusia.

Rasulullah saw juga melarang membuang- buang harta yang mengandung pengertian

1 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), H. 12

(5)

2

bahwa sekalipun seseorang telah memiliki harta yang berlimpah, tidak boleh dan tidak berhak ia membuang hartanya secara percuma, karena di dalam harta itu terkait dan tersangkut hak-hak orang lain yang memerlukannya.

Kepentingan pribadi juga diperhatikan disamping memperhatikan kepentingan umum, maka berlakulah ketentuan-ketentuan diantaranya karena pemilikan manfaat berhubungan dengan hartanya, maka pemilik (manfaat) boleh memindahkan hak miliknya kepada orang lain, misalnya dengan cara menjualnya, menghibahkannya, dan sebagainya.

Men-tasarruf-kan harta kepada yang lainnya dapat terjadi beberapa bentuk.

Diantaranya memindahkan hak milik dengan adanya imbalan dan memindahkan hak milik tanpa adanya imbalan seperti hibah.Pemberian dalam bahasa Arab disebut al-hibah. Kata ini merupakan mashdar dari kata wahaba yang berarti pemberian.2

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan harta?

2. Apakah yang dimaksud konsep harta dalam ekonomi Islam?

3. Apa landasan pokok manusia pembangunan?

4. Kenapa Allah membeda-bedakan harta diantara hambanya sebagai ujian?

5. Bagaimana penggunaan harta dalam Islam?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu harta.

2. Untuk mengetahui apa konsep harta dalam ekonomi Islam.

3. Untuk mengetahui landasan pokok manusia pembangunan.

4. Untuk mengetahui apakah Allah membeda-bedakan harta diantara hambanya sebagai ujian.

5. Untuk mengetahui penggunaan harta dalam Islam.

2 Helmi Karin, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), H. 73

(6)

3

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN HARTA

Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal yang menurut bahasa berarti condong, cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun manfaat.

Ada juga yang mengartikan dengan sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh manusia baik berupa benda yang tampak seperti emas, perak, binatang, tumbuhan, maupun yang tidak tampak, yakni manfaat seperti kendaraan, pakaian dan tempat tinggal. Oleh karena itu menurut etimologis, sesuatu yang tidak dikuasai manusia tidak bias dinamakan harta, seperti burung di udara, ikan di air, pohon di hutan, dan barang tambang yanga ada di bumi.

Adapun pengertian harta secara terminilogis, yaitu sesuatu yang diinginkan manusi berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu akan memberikannya atau menyimpannya.

Sedangkan menurut ulama Hanafiyah al-mal, yaitu:“Segala yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan, atau segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan.”

Menurut definisi ini, harta memiliki dua unsur, yaitu:

a. Harta dapat dikuasai dan dipelihara; sesuatu yang tidak disimpan atau dipelihara secara nyata tidak dapat dikatakan harta.

(7)

4

b. Dapat dimanfaatkan menurut kebiasaan; segala sesuatu yang tidak bermanfaat, seperti daging bangkai atau makanan yang basi tidak dapat disebut harta, atau bermanfaat tetapi menurut kebiasaan tidak diperhitungkan manusia, seperti satu biji gandum, segenggam tanah dan sebagainya. Hal itu tidak disebut harta sebab terlalu sedikit hingga zatnya tidak bias dimanfaatkan kecuali jika disatukan dengan hal lain.

Dan menurut Jumhur ulama (selain ulama Hanafiyah), al-mal yaitu:“Segala sesuatu yang mempunyai nilai dan dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusak atau melenyapkannya,”

Dalam kandungan kedua definisi tersebut terdapat perbedaan esensi harta. Menurut jumhur ulama, harta tidak saja bersifat materi melainkan termaksud manfaat dari suatu benda. Akan tetapi ulama Hanafiah berpendirian bahwa yang dimaksud dengan harta hanya yang bersifat materi, adapun manfaat termaksud dalam pengertian milik. Manfaat yang dimaksud pada pembahasan ini adalah faedah atau kegunaan yang dihasilkan dari benda yang tampak, seperti mendiami rumah atau mengendarai kendaraan. Adpun harta atau amwal menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 2, adalah banda yang dapat dimiliki, dikuasai, diusahakan, dan dialihkan, baik benda berwujud maupun tidak berwujud, baik benda yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, baik benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak, dan hak yang mempunyai nilai ekonomis.3

B. KONSEP HARTA DALAM EKONOMI ISLAM

Sikap Islam terhadap harta, merupakan bagian dari sikapnya terhadap kehidupan dunia. Dan sikap Islam terhadap dunia adalah sikap pertengahan yang seimbang. Islam tidak memihak kepada orang-orang yang menolak dunia secara keseluruhan, juga tidak memihak kepada kelompok yang menjadikan dunia sebagai sembahannya dan diperbudak oleh harta. Islam mengambil sikap pertengahan diantara kedua sikap tersebut yakni memandang dunia sebagai tempat menanam (amal) dan jalam menuju akhirat.

Sebagaimana ungkapan di dalam QS Al-Imran ayat 148, yang artinnya: “Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di Akhirat”.

3 Marina, Maharani Dewi, Ayutrialni Verina, Konsep Harta dan Kepemilikan Dalam Prespektif Islam, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 9, No. 1 (2023), Hal. 5

(8)

5

Juga di dalam QS Al-Baqarah ayat 201, yang artinnya:“Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di Akhirat dan peliharalah kami dari siksa di akhirat”. Sedangkan dari hadis, salah satunya ialah: Anas berkata, bahwa doa yang sering dibaca oleh Nabi saw adalah: “Ya Allah, berikanlah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari api neraka”. (HR.

Bukhari Muslim).

Islam mempunyai pandangan yang pasti tentang harta dan ekonomi, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pemilik mutlak harta: segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini adalah Allah swt. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relatif, sebatas untuk menjalankan amanah mengelola dan memanfaatkannya sesuai dengan ketentuan-Nya. Maka, tidak diperbolehkan bagi manusia untuk menyibukkan dirinya dengan harta tanpa melibatkan pemilik aslinya. Wajib bagi manusia (yang mengemban amanat harta) terikat dengan instruksi pemiliknya serta tunduk terhadap arahan-aranah-Nya.

b. Status harta yang dimiliki manusia adalah :

a) Harta sebagai titipan, karena memang manusia tidak mampu mengadakan benda dari tiada. Pencipta awal dari segala sesuatu adalah Allah swt

b) Harta sebagai perhiasan hidup. Harta memungkinkan manusia dapat menikmatinnya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia mempunyai kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai, dan menikmati harta.

c) Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini, utamanya menyangkut cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. Harta itu bukan sesuatu yang buruk dan bukan pula siksaan, akan tetapi ia merupakan nikmat dari Allah yang dengannya Ia menguji pemiliknya: apakah bersyukur atau kufur. Karena itu Allah menyebut harta dengan “fitnah” yaitu ujian dan cobaan, seperti pengujian terhadap keaslian emas.

(9)

6

d) Harta sebagai bekal ibadah, untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan muamalat di antara manusi, seperti zakat, infaq dan sedekah.

e) Harta sebagai rizki yang baikdan kenikmatan di tangan orangorang yang baik. Sesungguhnya Islam membolehkan bersenangsenang dengan kebaikan dan perhiasan dunia, karena hal itu merupakan sarana untuk mencapai kebaikan itu sendiri.

f) Cara perolehan atau kepemilikan harta. Harta dapat diperoleh melalui berbagai macam cara antara lain melalui usaha yang halal dan sesuai dengan aturan Allah swt. Dalam pengkajian terhadap hukum syara’ menunjukkan bahwa sebab-sebab kepemilikan terdiri atas lima perkara, yaitu:

1. Bekerja (produksi atau usaha yang baik). Islam senantiasa mengajak untuk berusaha dan bekerja dan Islam memberikan peringatan dari sikap putus asa dan rasa malas.

2. Mendapatkan harta (Warisan).

3. Usaha sendiri (untuk menyambung hidup).

4. Harta pemberian Negara.

5. Harta yang diperoleh tanpa adanya upaya (saling menolong yang halal atau santunan).4

C. LANDASAN POKOK MANUSIA PEMBANGUNAN

Pemikiran pembangunan membahas tentang unsur yang paling menentukan berhasilnya pembangunan muncul pendapat bervariasi,ada yang menyatakan harus tersedianya sumber daya alam yang cukup,namun kenyataan menunjukkan negara yang tidak memiliki sumber daya alam yang cukup tetap mengalami kemajuan.

Setiap pembangunan yang aktualisasikan melalui pendidikan selalu berurusan dengan manusia.karena manusia dapat di didikdan membangun. Immanuel kantmenyatakan”bayi bisa jadi manusia jika berada di tengah-tengah manusia”.oleh karena itu pembangunan harus diarahkanpada pembangunan manusianya.

4 Muthmainnah, Konsep Harta Dalam Pandangan Ekonomi Islam, Bilancia, Vol. 10, No. 1 (Januari-Juni 2016). H.

145.

(10)

7

Islam sebagai pedoman kehidupan mengatur dengan sangat jelas setiap aspek kehidupan. Demikian pula halnya dengan mekanisme ekonomi, islam dengan sangat tegas menjelaskan norma dan nilai dasar yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam aplikasi ekonomi perspektif islam. Norma dan nilai dasar islam itu sendiri selanjutnya membentuk teori dasar ekonomi islam yang tersusun dalam rancangan bangun ekonomi manusia.

Menurut Dr. Emil Salim 1987 menyatakan bahwa pembangunan harus didasarkan atas prinsip moral dan memuat pokok-pokok sebagai berikut:

1. Pembangunan adalah ibadah kepada Allah swt sehingga perkembangan setiap penglihatan dan perilaku harus bersumber pada pengabdian diri kepada Allah swt.

2. Pembangunan memuat kegiatan mengejar kemajuan lahiriah seperti sandang pangan, pemenuhan kebutuhan dan laian-lain seperti pendidikan kebebbasan, keahlian.

3. Dalam melaksanakn pembangunan manusia memiliki tanggung jawab selaku pengelola dimuka bumi, sehingga perbuatan dapat diperhitungkan.

4. Pembangunan tertuju pada pembentukan manusia seutuhnya yang memuat ciri keselarasan hubungan antara manusia dengan masyarakat lingkungannya.

5. Pembangunan adalah pembebasan dari berbagai hambatan perbuatan manusia seperti kemiskinan,ketidaktahuan,ketidakadilan,ketidak bebasan dan ketimpangan sosial agara tercapai kualitas dan martabat manusia setinggi-tingginya.

Landasan pokok manusia pembangunan diantaranya yaitu :

1. Tauhid Uluhiyyah : keyakinan bahwa Allah swt lah yang berkuasa atas segala-galanya. Manusia hanya menerima titipan dalam pengelolaan harta, 2. Tauhid Rububiyyah : adalah keyakinan bahwa yang mengatur dan memberi rezki ialah Alah swt. Oleh sebab itu, sebagai manusia harus berusaha dan berdoa seoptimal mungkin. Khilafah, bahwa manusia ditempatkan dimuka bumi memiliki tugas dan tanggung jawab dalam memakmurkannya.

(11)

8

3. Tazkiyah adalah bahwa manusia harus mensucikan harta yang dimilikinyan dengan berzakat, infak dan sedekah. Pengelolaan harta meski dengan cara-cara yang baik dan bersumber dari kehalalan.

4. Al- falah adalah bahwa sukses yang diraih hendaknya menjadi pembuka dan melapngkan jalan nya ke akhirat.

Allah Membeda-bedakan Harta diantara Hamba-Nya Sebagai Ujian Harta bukan sebagai ukuran untuk menilai seseorang. Mulia atau hinanya seseorang tidak dinilai dari harta yang dimilikinya. Harta hanyalah kenikmatan dari Allah sebagi fitnah atau ujian untuk hambanya apakah dengan harta tersebut mereka akan bersyukur atau akan menjadi kufur.”Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Allah menguji seseorang dengan perasaan takut terhadap musuh, musibah, kelaparan, dan kekurangan, serta kekurangan harta. dalam ayat ini memberi pengertian bahwa iman tidak menjamin seseorang untuk mendapatkan rezki yang banyak, kekuasaan dan tidak ada rasa takut. Bagi seseorang yang mempunyai kesempurnaan iman maka tiap musibah akan semakin membersikan jiwanya. Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak- anakmu itu sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang bsar.

Harta merupakan proses penghidupan seseorang dan sebagai sarana untuk mencapai segala keinginan dan hasrat duniawi. Untuk mendapatkan harta manusia rela menanggung kesusahan dan kesulitan, namun hukum syara mengharuskan manusia untuk mencari harta halal dan mendorong manusia untuk berhemat. Begitu pula untuk memelihara harta, mereka bersedia susah payah namun hawa nafsunya saling bertempur dengan hati nuraninya sendiri dimana syariat mewajibkan penyisihan atas harta dimana ada hak-hak tertentu yang harus dikeluarkan untuk zakat, nafkah lainnya, baik untuk anak dan instri,dll.

Adapun fungsi harta dalam pendistribusian sesuai dengan syariant adalah nilai yang patut diupayakan oleh pemilik harta. contohnya seperti golongan orang kaya dan angkuh dengan hartanya dan tidak mau mengakui kerasulan nabi.

(12)

9

Sebahagian kamu memakan harta sebahagia yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan jnganlah kamu membawa harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian dari pada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa.

Pelapaangan rezeki yang diberikan Allah tidak berkaitan dengan keimanan serta kekufuran seseorang, seperti firman Allah :

Allah meluaskan rizki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki.

Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia. Padahal kejidupan didunia itu dibandingkan dengan kehidupan diakhirat hanyalah kesenangan.

Allah melapangkan rezeki bagi siapapun yang dia kehendaki diantara para hambanya yang pandai mengumpulkan harta dan mempunyai kemudahan dalam mendapatkan harta dimana hal ini pada hakikatnya, kenikmatan dunia jika dibandingkan dengan kenikmatan diakhirat hanyalah sedikit dan akan cepat hilang. Oleh sebab itu, mereka yang berharta didunia tidak berhak untuk membanggakan da menyombongkan bagian dari dunia yang diberikan Allah kepada mereka.5

D. ALLAH MEMBEDA-BEDAKAN HARTA DIANTARA HAMBA-NYA SEBAGAI UJIAN

Allah Membeda-bedakan Harta diantara Hamba-Nya Sebagai Ujian Harta bukan sebagai ukuran untuk menilai seseorang. Mulia atau hinanya seseorang tidak dinilai dari harta yang dimilikinya. Harta hanyalah kenikmatan dari Allah sebagi fitnah atau ujian untuk hambanya apakah dengan harta tersebut mereka akan bersyukur atau akan menjadi kufur.”Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Allah menguji seseorang dengan perasaan takut terhadap musuh, musibah, kelaparan, dan kekurangan, serta kekurangan harta. dalam ayat ini memberi pengertian bahwa iman tidak menjamin seseorang untuk mendapatkan rezki yang banyak, kekuasaan dan tidak ada rasa takut. Bagi seseorang yang mempunyai kesempurnaan iman maka tiap

5 Murlita, Tri Evriani Nova, Anton Febri, Landasan Pokok Manajemen Bisnis Syariah, Journal of Educational and Language Research, Vol. 1, No, 7 (Februari 2022). H.1132

(13)

10

musibah akan semakin membersikan jiwanya. Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak- anakmu itu sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang bsar.

Harta merupakan proses penghidupan seseorang dan sebagai sarana untuk mencapai segala keinginan dan hasrat duniawi. Untuk mendapatkan harta manusia rela menanggung kesusahan dan kesulitan, namun hukum syara mengharuskan manusia untuk mencari harta halal dan mendorong manusia untuk berhemat. Begitu pula untuk memelihara harta, mereka bersedia susah payah namun hawa nafsunya saling bertempur dengan hati nuraninya sendiri dimana syariat mewajibkan penyisihan atas harta dimana ada hak-hak tertentu yang harus dikeluarkan untuk zakat, nafkah lainnya, baik untuk anak dan instri,dll.

Adapun fungsi harta dalam pendistribusian sesuai dengan syariant adalah nilai yang patut diupayakan oleh pemilik harta. contohnya seperti golongan orang kaya dan angkuh dengan hartanya dan tidak mau mengakui kerasulan nabi. Sebahagian kamu memakan harta sebahagia yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan jnganlah kamu membawa harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian dari pada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa. Pelapaangan rezeki yang diberikan Allah tidak berkaitan dengan keimanan serta kekufuran seseorang, seperti firman Allah :

Allah meluaskan rizki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki.

Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia. Padahal kejidupan didunia itu dibandingkan dengan kehidupan diakhirat hanyalah kesenangan.

Allah melapangkan rezeki bagi siapapun yang dia kehendaki diantara para hambanya yang pandai mengumpulkan harta dan mempunyai kemudahan dalam mendapatkan harta dimana hal ini pada hakikatnya, kenikmatan dunia jika dibandingkan dengan kenikmatan diakhirat hanyalah sedikit dan akan cepat hilang. Oleh sebab itu, mereka yang berharta didunia tidak berhak untuk membanggakan da menyombongkan bagian dari dunia yang diberikan Allah kepada mereka.6

E. PENGGUNAAN HARTA DALAM ISLAM

6 Murlita, Tri Evriani Nova, Anton Febri, Landasan Pokok Manajemen Bisnis Syariah, Journal of Educational and Language Research, Vol. 1, No, 7 (Februari 2022). H.1133

(14)

11

Semua orang senang dengan yang namanya harta,tak terkecuali,siapapun dia allah menghadirkan rasa senang pada manusiaterhadap harta,dalam semua bentuknya. Sedangkan di dalam Al-quran menyebutkan kata al-mal( harta ) tidak kurang dari 86 kali, penyebutan berulang- ulang terhadap susuatu di dalam Al-quran menunjukan adanya perhatian khusus dan penting terhadap sesuatu itu. Harta merupakan bagian penting dari kehidupan yang tidak dipisahkan dan selalu di upayakan oleh manusia dalam kehidupannya terutama di dalam islam. Islam memandang keinginan manusia untuk memperoleh, memiliki, dan memanfaatkan harta sebagai sesuatu yang lazim, dan urgen. harta diperoleh, dimiliki, dan dimanfaatkan manusia untuk memenuhi hajat hidupnya, baik yang bersifat materi maupun non materi. Manusia berusaha sesuai dengan naluri dan kecendrungan untuk mendapatkan harta. Sebagaimana Allah menyatakannya,”Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia, terhadap apa yang diinginkan,berupa perempuan-perempuan ,anak-anak,harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emasdan perak,kuda pilihan,hewan ternak,dan sawah ladang.itulah kesenanganhidup diduniadan disisi allahlah tempat kembali yang baik”(Ali Imran :14).

Al-quran memandang harta sebagi sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada khaliqnya, bukan tujuan utama yang dicari dalam kehidupan. Dengan keberadaan harta, manusia diharapkan memilki sikap derma yang memperkokoh sikap kemanusiaannya. Jika sikap ini berkembang, maka akan mengantarkan manusia ke derajat yang mulia, baik disis tuhan maupun terhadap sesama manusia. Hakikat hak milik diantaranya:

a. Allah adalah pencipta dan pemilik harta yang hakiki, didalam ayat-ayat al quran, Allah swt kadang-kadang menisbatkan dalam ayat-ayat al quran kepemilikan harta itu langsung kepada Allah swt. “ dan berikannlah kepada mereka, sebagian harta Allah yang telah dia berikan kepada kalian”. ( al- Nur : 33) Allah swt langsung menisbatkan (menyandarkan) harta kepada dirinya yang berarti harta milik Allah.

Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata “ min ma lillah”.yang bermakna Allah merupakan pemilik mutlaq atas seluruh harta yang ada didunia.

b. Harta adalah sebagai fasilitas bagi kehidupan manusia Allah adalah pemilik mutlaq harta yang kemudian menganugrahkannya kepada umat manusia. Penganugrahan dari Allah ini dalam rangka memberikan fasilitas bagi kelangsungan kehidupan manusia. Allah memberikan segalanya kepada manusia termasuk harta kekayaan yang ada di muka bumi. Seperti firman allah “dialah Allah yang telah menciptakan apa saja yang ada dimuka bumi buat kalian semuanya”. (QS Al-bagaroh:29).

Status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:

(15)

12

1) Harta sebagai amanah (titipan) dari allah swt. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.

2) Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan.manusia memiliki kecendrungan yang kuat untuk memiliki,menguasai,dan menikmati harta.

3) Harta sebagai ujian keimanan.hal ini terutama menyangkut soal cara mendapatkan dan memanfaatkan harta.apakah sesuai dengan ajaran islam ataukah tidak (AlAnfaal:28)

4) Harta sebagai bekal ibadah ,yakni untuk melaksanakan perintahnyadan melaksanakan muamalah diantara sesama manusia, seperti melalui kegiatan zakat,infak dan sedekah (At-Taubah:41 ,60 dan li Imran:133- 134).

c. Allah menganugrahkan kepemilikan harta kepada manusia. Allah memberi manusia sebagian dari hartanya setelah manusia tersebut berupaya mencari kekayaan, maka jadilah manusia disebut” mempunyai” harta. Kepemilikan harta at dilakukan antara lain melalui usaha(akmal) atau mata pencarian (maisyah) yang halal sesuai dengan aturannya.banyak ayat al-quran dan hadis yang mendorong manusiabekerja mencari nafkah secara halal.7

7 Murlita, Tri Evriani Nova, Anton Febri, Landasan Pokok Manajemen Bisnis Syariah, Journal of Educational and Language Research, Vol. 1, No, 7 (Februari 2022). H.1134.

(16)

13 BAB 3 PENUTUP A. KESIMPULAN

Ada juga yang mengartikan dengan sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh manusia baik berupa benda yang tampak seperti emas, perak, binatang, tumbuhan, maupun yang tidak tampak, yakni manfaat seperti kendaraan, pakaian dan tempat tinggal. Oleh karena itu menurut etimologis, sesuatu yang tidak dikuasai manusia tidak bias dinamakan harta, seperti burung di udara, ikan di air, pohon di hutan, dan barang tambang yanga ada di bumi.

Islam tidak memihak kepada orang-orang yang menolak dunia secara keseluruhan, juga tidak memihak kepada kelompok yang menjadikan dunia sebagai sembahannya dan diperbudak oleh harta. Sebagaimana ungkapan di dalam QS Al-Imran ayat 148, yang artinnya: “Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di Akhirat”. Juga di dalam QS Al-Baqarah ayat 201, yang artinnya:“Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di Akhirat dan peliharalah kami dari siksa di akhirat”. Sedangkan dari hadis, salah satunya ialah: Anas berkata, bahwa doa yang sering dibaca oleh Nabi saw adalah: “Ya Allah, berikanlah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari api neraka”.

Pemikiran pembangunan membahas tentang unsur yang paling menentukan berhasilnya pembangunan muncul pendapat bervariasi, ada yang menyatakan harus tersedianya sumber daya alam yang cukup, namun kenyataan menunjukkan negara yang tidak memiliki sumber daya alam yang cukup tetap mengalami kemajuan. Harta hanyalah kenikmatan dari Allah sebagi fitnah atau ujian untuk hambanya apakah dengan harta tersebut mereka akan bersyukur atau akan menjadi kufur.”Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah- buahan.

Sebahagian kamu memakan harta sebahagia yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan jnganlah kamu membawa harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian dari pada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa. Allah

(17)

14

melapangkan rezeki bagi siapapun yang dia kehendaki diantara para hambanya yang pandai mengumpulkan harta dan mempunyai kemudahan dalam mendapatkan harta dimana hal ini pada hakikatnya, kenikmatan dunia jika dibandingkan dengan kenikmatan diakhirat hanyalah sedikit dan akan cepat hilang.

(18)

15

DAFTAR PUSTAKA

Helmi Karin, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993).

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010).

Marina, Maharani Dewi, Ayutrialni Verina, Konsep Harta dan Kepemilikan Dalam Prespektif Islam, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 9, No. 1 (2023).

Murlita, Tri Evriani Nova, Anton Febri, Landasan Pokok Manajemen Bisnis Syariah, Journal of Educational and Language Research, Vol. 1, No, 7 (Februari 2022).

Muthmainnah, Konsep Harta Dalam Pandangan Ekonomi Islam, Bilancia, Vol. 10, No. 1 (Januari- Juni 2016).

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan hasil kajian dari PwC pada tahun 2018 yang menyimpulkan bahwa ke depannya tren perekonomian dunia akan bergeser ke sektor digital Van Eeden & Chow, 2018 – yang mana sektor

· Exhibit at the Cohen Gallery: Residue · Errant Landscapes · Filmideo + Comunidad: Tiffany Joy Butler · The Missing Piece · HR Tip of the Month · Cohen Conversation with Artists