• Tidak ada hasil yang ditemukan

Majalah Kesehatan Masyarakat Aceh (MaKMA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Majalah Kesehatan Masyarakat Aceh (MaKMA)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

288

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TERHADAP ISPA PADA BALITA DI SOLONG, KLATAK, BANYUWANGI

Siti Nur Alfatihana

Fakultas Kesehatan Masyarakat, PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi

Alamat Korespondensi: Jl. Alfamart, Kebaman RT01/RW09, Srono, 68471, Kabupaten Banyuwangi / alfatihana2397@gmail.com / +6289635442601

ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru yang berlangsung sampai 14 hari. Kejadian ISPA di Indonesia terbilang masih banyak dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya. Perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan (Knowledge, Attitude, Practice). Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan menggunakan instrumen lembar pre dan post test. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu balita terhadap ISPA pada balita, mulai dari definisi, penyebab ISPA, gejala ISPA, dampak kepada balita, dan penangangan ISPA pada balita. Pre dan post test diberikan kepada peserta sosialisasi yang berjumlah 28 ibu balita. Kurangnya pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor risiko yang ikut berperan dalam timbulnya ISPA yang mencakup hygiene yang kurang baik perorangan maupun lingkungan dan pola pemberian makanan. Hasilnya membuktikan bahwa ibu balita di Lingkungan Solong sudah memiliki pengetahuan baik tentang ISPA pada balita.

Kata Kunci: ISPA, Balita, Pengetahuan Ibu

http://ojs.serambimekkah.ac.id/index.php/makma

MaKMA Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020. Hlm 288-294 E-ISSN: 2621-8178 P-ISSN: 2654-5934

Majalah Kesehatan Masyarakat Aceh (MaKMA)

Riwayat Artikel

Diterima : 26 Juli 2020 Disetujui : 15 September 2020 Dipublikasi : 30 Oktober 2020

(2)

289 DESCRIPTION OF MOTHER’S KNOWLEDGE TOWARDS ARI IN TODDLER, IN SOLONG, KLATAK, BANYUWANGI

ABSTRACT

Acute Respiratory Tract Infection (ARI) is an infection of the respiratory tract from the nose to the lung bubble, along with surrounding organs such as: sinus, middle ear space and lung membrane that lasts up to 14 days. The incidence of ARI in Indonesia is still a lot due to many factors that influence it. Human behavior is influenced by three main factors, namely knowledge, attitudes and actions. This research was descriptive observational by using instruments pre and post test sheets. The aim of the study was to find out the description of mothers' knowledge of ARI in infants, starting from definitions, causes of ARI, symptoms of ARI, impact on children under five, and control of ARI in infants. Pre and post tests were given to participants of the socialization, which amounted to 20 mothers of children under five. Lack of maternal knowledge is one of the risk factors that play a role in the emergence of ARI which includes poor personal hygiene and the environment and feeding patterns. The results prove that mothers of children under five in Solong Environment already have good knowledge about ARI in infants.

Keywords: URI, Toddler, Mother’s Knowledge

(3)

290 PENDAHULUAN

Di Indonesia ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) atau ARI (Accute Respiratory Tract Infection) terutama Pneumonia merupakan penyebab dari 15%

kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 922.000 balita1. ISPA pada tahun 2016 masih menjadi penyebab kematian balita yang presentasenya mengalami kenaikan 1%. Pada tahun 2017 penemuan angka ISPA pada balita naik menjadi 965.559 kasus2. Jawa Timur pada tahun 2015 memiliki target cakupan penemuan ISPA 100% tetapi hanya tercapai 80,5%

saja3. Target penemuan sasaran ISPA pada tahun 2016 diturunkan menjadi 70%, pada nyatanya telah mencapai target yaitu 79,61%. Target penemuan kasus ISPA pada tahun 2017 masih 70%, target ini telah dicapai oleh Jawa Timur yaitu penemuan sasaran mencapai 80%3,4,5. Jumlah penderita ISPA di Banyuwangi pada tahun 2015 yang telah dilaporkan oleh Puskesmas sebesar 3.708 penderita.

Pada tahun 2016 penderita ISPA yang telah dilaporkan sebesar 2.989 penderita6,7. Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya8. Balita memiliki risiko terkena masalah kesehatan yang tinggi karena pada masa ini balita melakukan aktivitas yang terhitung banyak. Aktivitas yang dilakukan balita mulai aktivitas di dalam ruangan (indoor) sampai di luar ruangan (outdoor). Salah satu cara melindungi anak dari masalah kesehatan sekaligus cara agar anak berkembang dengan optimal perlu dilakukan stimulasi tumbuh kembang terhadap anak yang dilakukan oleh ibu dan keluarganya. Faktor ibu sangat penting sekali dalam pertumbuhan anak.

Perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan (Knowledge, Attitude, Practice). Dasar dari suatu terjadinya suatu perilaku adalah pengetahuan seseorang.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, setelah individu melakukan penginderaan (panca indera manusia) terhadap suatu objek tertentu9. Pengetahuan ibu balita mengganbarkan perilaku apa yang diterapkan kepada anaknya.

Angka kejadian ISPA di Lingkungan Solong termasuk rendah yaitu 58 penderita. Hal ini berdasarkan data Profil Kesehatan Banyuwangi tahun 2016.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru yang berlangsung sampai 14 hari10. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi di Indonesia yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi11. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya kasus ISPA pada balita adalah pengetahuan orang tua yang masih rendah tentang pencegahan ISPA, serta sikap orang tua yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan (Hasliana, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu balita tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

METODE

Penelitian ini menggunakan metode observasional menggunakan instrumen pre dan post test pada saat sosialisasi ISPA oleh sekelompok mahasiswa Kesehatan Masyarakat pada tanggal 07 Juli 2018 di Posyandu Manggis

(4)

291 di Lingkungan Solong, Klatak. Pertanyaan

pre dan post test berjumlah 10 pertanyaan tentang ISPA. Pre test diberikan sebelum sosialisai dimulai, sedangkan post test deiberikan setelah sosialisasi diberikan.

Pre dan post test diberikan kepada peserta sosialisasi yang berjumlah 28 ibu balita.

Hasil dari pemberian pre dan post test menunjukkan yang tertib mengisi lembar keduanya adalah 20 ibu balita. Jadi penghitungan hasil hanya dilakukan pada 20 ibu balita saja.

HASIL

Lembar pre dan post test terdapat 10 pertanyaan dengan masing-masing memiliki pilihan jawaban dari a sampai c.

Usia responden yaitu ibu balita yang menjadi responden adalah 21 – 47 tahun yang memiliki balita yang bertempat tinggal di Lingkungan Solong, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Komposisi dari 10 pertanyaan:

a. Pertanyaan 1: Pengertian ISPA b. Pertanyaan 2 dan 3: Penyebab

ISPA

c. Pertanyaan 4: Gejala ISPA d. Pertanyaan 5: Bahaya ISPA

e. Pertanyaan 6 sampai 10:

Penaanganan ISPA Keterangan Tabel [1]:

a. Angka positif (+) pada kolom selisih berarti pengetahuan ibu balita mengalami kenaikan.

b. Angka negatif (-) kolom selisih berarti pengetahuan ibu balita menurun.

Nilai pertanyaan masing-masing 10 poin jika benar dan 0 poin jika salahatau tidak di jawab. Hasil jawaban masing-masing pertanyaan:

a. Pertanyaan 1: 20 responden menjawab benar

b. Pertanyaan 2: 20 responden menjawab benar

c. Pertanyaan 3: 1 responden menjawab salah dan 19 responden menjawab benar

d. Pertanyaan 4: 1 responden tidak menjawab dan 19 responden menjawab benar

e. Pertanyaan 5: 2 responden menjawab salah dan 18 responden menjawab benar

f. Pertanyaan 6: 1 responden menjawab salah dan 19 responden menjawab benar

g. Pertanyaan 7: 2 responden menjawab salah dan 18 responden menjawab benar

h. Pertanyaan 8: 20 responden menjawab benar

i. Pertanyaan 9: 20 responden menjawab benar

j. Pertanyaan 10: 20 responden menjawab benar

Hasil dari penilaian pre test dan post test oleh 20 responden ibu balita adalah terdapat responden telah yang mengalami kenaikan nilai yaitu 3 ibu (15%), sedangkan yang mengalami penurunan yaitu 2 ibu (10%). Namun terdapat 15 ibu balita (75%) yang memiliki nilai yang sama pada pre test dan post test.

Adapun responden yang menyatakan bahwa masih belum mengetahui definisi ISPA yang benar.

PEMBAHASAN

Pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang secara ilmiah dan mendasari dalam mengambil keputusan rasional dan efektif dalam menerima perilaku baru yang akan menghasilkan persepsi yang positif (Handayani A, 2009). Menurut Nursalam13 mengemukakan bahwa untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang

(5)

292 dimiliki oleh seseorang dapat dibagi

menjadi tiga tingkat yaitu:

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <56%

Hasil pemberian pre dan post test adalah telah terangkum dalam Tabel [1].

Responden yang berjumlah 20 ibu balita rata-rata memiliki pengetahuan yang baik.

Pengetahuan seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan, budaya12. Nilai yang didapatkan oleh ibu balita sudah tergolong baik dalam pengetahuannya. Minimal skor nilai yang didapat adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 100. Hasilnya membuktikan bahwa ibu balita di Lingkungan Solong sudah memiliki pengetahuan baik tentang ISPA pada balita.

Pada penelitian yang berjudul “ Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Atas Pada Balita Di Puskesmas Ulee Kareng” menjelaskan bahwa adanya kecenderungan presentase antara pengetahuan ibu dengan terjadinya ISPA pada balita, semakin baik pengetahuan ibu maka semakin rendah tingkat kejadian ISPA pada balita. Namun dalam penelitian Riana (2008), kurangnya pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor risiko yang ikut berperan dalam timbulnya ISPA yang mencakup hygiene yang kurang baik perorangan maupun lingkungan dan pola pemberian makanan.

1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih terbilang kurang dalam pengambilan data karena lama waktu pengambilan data kurang.

Responden juga masih belum sepenuhnya mengetahui definisi ISPA yang benar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan:

1. Pengetahuan ibu balita tentang stunting sudah baik, akan tetapi definisi dari stunting sendiri ada

beberapa yang belum

memahaminya.

2. Skor dari penilaian pre test dan post test baik.

Saran:

1. Petugas kesehatan setempat lebih memberikan sosialisasi tentang definisi ISPA secara luas.

2. Ibu balita sebaiknya menyebarkan pengetahuan tentang ISPA pada balita kepada anggota keluarga lain agar anggota keluarga lain dapat memahami apa itu ISPA.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. 2016.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta

2. Kementerian Kesehatan RI. 2018.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta

3. Dinas Kesehatan Jawa Timur.

2016. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2015. Surabaya.

4. Dinas Kesehatan Jawa Timur.

2017. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2016. Surabaya 5. Dinas Kesehatan Jawa Timur.

2018. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2017. Surabaya 6. Dinas Kesehatan Banyuwangi.

2016. Profil Kesehatan Banyuwangi Tahun 2015.

Banyuwangi.

(6)

293 7. Dinas Kesehatan Banyuwangi.

2017. Profil Kesehatan Banyuwangi Tahun 2016.

Banyuwangi.

8. Andriani, Dr. Merryana dan Prof.

Dr. Bambang W. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.

Jakarta: Kencana

9. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.

Kesehatan Masyarakat Ilmu &

Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

10. Depkes RI. 1991. Bimbingan

Keterampilan Dalam

Penatalaksanaan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut Pada Anak.

Jakarta.

11. Oetama, Saiful. 2016. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Atas Pada Balita Di Puskesmas Ulee Kareng.

12. Wawan, A dan Dewi. 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia.

Yogyakarta: Nuha Medika

13. Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika

(7)

294 LAMPIRAN

Tabel [1] Hasil Penilaian Pre dan Post Test Responden ke- Pre test Pos Test Selisih

1 100 100 0

2 100 100 0

3 100 100 0

4 100 100 0

5 100 100 0

6 100 100 0

7 90 90 0

8 100 100 0

9 100 100 0

10 60 90 30

11 90 100 10

12 100 90 -10

13 100 100 0

14 100 100 0

15 100 90 -10

16 100 100 0

17 90 100 10

18 100 100 0

19 100 100 0

20 100 100 0

Rata-rata 96,5 98

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dapat diimplementasikan dari kegiatan inovasi yang diusulkan yaitu mengajak masyarakat untuk mencegah masalah kesehatan melalui kegiatan penyuluhan yang

Setelah mendapat kontrol dari beberapa variabel kovariat dalam analisis multivariabel [Tabel.2] tingkat partisipasi dalam masyarakat tetap tidak berpengaruh secara

Disarankan kepada pihak karyawan atau penjamah serta pengelola rumah makan/warung nasi khususnya untuk dapat meningkatkan dan menjaga lebih baik lagi sanitasi dasar

Perilaku mencuci tangan dengan sabun, adalah bagian dari program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang merupaka pilar ke dua. Meskipun sederhana tapi

Dari hal tersebut penulis ingin mengangkat menjadi pokok permasalahan yang berjudul “Analisis SWOT dalam Mengatasi Kelemahan dan Kekurangan Rumah Sakit Siloam Tahun 2019” METODE

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,114, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara body image dengan status gizi remaja putri di SMP Negeri 1

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Kolesterol Pada Orang Dewasa Di Puskesmas Batoh Kota Banda Aceh Tahun 2021 Sumber : Data primer Diolah Tahun 2021 Dari tabel di atas diketahui

Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata siswa laki-laki SMPN 3 Kalipuro memiliki sikap yang buruk dan setuju dengan sikap seks bebas dari pada siswa perempuan.. [Tabel.2] Hasil