• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH 5. BRONFENBRENNER DAN ALBERT BANDURA (Metode pengembangan Sosial Emosional)-3

N/A
N/A
amelia lestarii

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH 5. BRONFENBRENNER DAN ALBERT BANDURA (Metode pengembangan Sosial Emosional)-3"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL

Teori Bronfenbrenner Dan Albert Bandura

Dosen Pengampu:

Dita Lestari, M.Psi Psikologi

Disusun oleh kelompok 5:

Fely Junika (2223250029) Fariyanti Qoirika (2223250034) Lathifahtul Harmi (2223250035) Apriska Nursalingga (2223250040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU 2024/2025

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamiin. Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pengembangan Sosial Emosional.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Metode Pengembangan Sosial Emosional, Bunda Dita Lestari, M.Psi Psikologi yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat belajar mengenai Teori Bronfenbrenner dan Albert Bandura. Sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu, kami juga mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak lain yang telah ikut membantu dalam penulisan makalah ini meski tidak dapat disebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan kami. Untuk itu, masukan dan saran yang membangun akan sangat membantu agar ke depannya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.

Bengkulu, Agustus 2024 Kelompok 5

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...4

A. Latar belakang...4

B. Rumusan masalah...4

C. Tujuan...4

BAB II PEMBAHASAN...5

A. Teori Bronfenbrenner...5

B. Teori Albert Bandura... 8

BAB III PENUTUP...12

A. Kesimpulan...12

B. Saran...12

DAFTAR PUSTAKA...13

(4)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Perkembangan sosial emosional adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat interaksi anak dengan orang lain di mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat luas. Dapat di pahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat di pisahkan satu sama lain. Dengan kata lain membahas perkembangan emosi harus bersinggungan dengan perkembangan sosial begitu pula sebaliknya membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional sebab keduanya berhubungan dalam bingkai kejiwaan yang utuh. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Hurlock yang menyebutkan bahwa perkembangan sosial emosional adalah perkembangan perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dimana anak melatih untuk peka terhadap rangsangan-rangsangan sosial.

Oleh karena itu, ada beberapa teori ahli yang membahas terkait perkembangan sosial emosional dan yang akan kita bahas kali ini adalah mengenai teori Bronfenbrenner dan Albert Bandura.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori Bronfenbrenner terkait perkembangan sosial emosional anak usia dini?

2. Bagaimana teori Albert Bandura terkait perkembangan sosial emosional anak usia dini?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui teori Bronfenbrenner terkait perkembangan sosial emosional anak usia dini.

2. Untuk mengetahui teori Albert Bandura terkait perkembangan sosial emosional anak usia dini.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. TEORI BRONFENBRENNER

Teori ekologi perkembangan anak diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, seseorang ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat.1 Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan akan membentuk perilaku individu tersebut. Lingkungan tempat tinggal anak akan menggambarkan efek dari lingkungan yang bervariasi. Brofenbrenner menyebutkan adanya lima sistem lingkungan berlapis yang saling berkaitan, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem.

Satu hal yang terpenting dalam teori ekologi perkembangan Brofenbenner adalah bahwa pengkajian perkembangan anak dari lingkup manapun, harus berpusat pada anak, artinya pengalaman hidup anak yang dianggap menjadi penggerak utama bagi perkembangan karakter dan habit nya di kemudian hari. Masing-masing lingkup dalam teori Bronfenbrenner tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut:

a. Microsystem (Mikrosistem)

Mikrosistem merupakan lingkungan yang paling dekat dengan pribadi peserta didik yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan hal- hal lain yang sehari-hari ditemui oleh peserta didik. Dalam mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan kelompok sosial tersebut. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam aturan ini, tetapi individu bahkan ikut aktif membangun aturan pada mikrosistem ini.

1Bronfenbrenner, “Ecology of the Family As A Context for Human Development Research Perspectives”, Developmental Psychology, 22 Juni 1986.

(6)

Karakteristik individu dan karakteristik lingkungan akan terlibat dalam proses interaktif yang terjadi, sehingga membentuk sebuah karakter dan habit tertentu. Keluarga terutama orangtua dan lingkungan sekolah merupakan orang terdekat dalam kehidupan setiap individu, sehingga keluarga mempunyai pengaruh besar pada pembentukan karakter dan habit seseorang.

b. Mesosystem (Mesosistem)

Mesosistem mencakup interaksi di antara mikrosistem di mana masalah yang terjadi dalam sebuah mikrosistem akan berpengaruh pada kondisi mikrosistem yang lain.2 Misalnya hubungan antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya, serta hubungan keluarga dengan tetangga. Dalam hubungannya dengan proses pendidikan, tentunya pengalaman apapun yang didapatkan oleh anak di rumah akan ikut mempengaruhi kondisi anak di sekolah baik secara langsung maupun tidak. Sebagai contoh, ada tidak nya dukungan atau perhatian keluarga terhadap kebutuhan pendidikan tentunya akan mempengaruhi kinerja peserta didik di sekolah. Sebaliknya, dukungan sekolah dan keluarga akan mempengaruhi seberapa jauh peserta didik akan menghargai pentingnya pengetahuan.

c. Exosystem (Ekosistem)

Ekosistem adalah sistem sosial yang lebih besar di mana anak tidak terlibat interaksi secara langsung, akan tetapi dapat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Sebagai contoh, jam kerja orangtua bertambah yang menyebabkan anak kehilangan interaksi dengan orang tuanya sehingga kurangnya

2Bronfenbrenner, U., Morris, P. A., The Ecology of Developmental Processes. In W. Damon (Series Ed.) & R. M. Lerner (Vol. Ed.), Handbook of Child Psychology: Vol. 1: Theoretical Models of Human Development. New York: Wiley, 1998.

(7)

keterlibatan orang tua dalam pola asuh tersebut tentunya mempengaruhi perkembangan anak. Lingkup dari lingkungan lain yang secara tidak langsung menyentuh pribadi anak akan tetapi berpengaruh besar adalah koran, televisi, dokter, keluarga besar, dan lain sebagainya.

d. Macrosystem (Makrosistem)

Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan anak. Lapisan makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, nilai masyarakat secara umum, dan lain sebagainya, di mana individu berada. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapisan makrosistem tersebut akan berpengaruh pada keseluruhan interaksi di semua lapisan. Misalnya, jika kebudayaan masyarakat menggariskan bahwa orang tua bertanggung jawab untuk membesarkan anak- anaknya, maka hal tersebut akan mempengaruhi struktur di mana orang tua akan menjalankan fungsi psikoedukasinya. Menurut Berk, budaya yang dimaksud dalam subsistem ini adalah pola tingkah laku, kepercayaan, dan semua produk dari sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi.3

e. Chronosystem (Kronosistem)

Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta caranya mempengaruhi perkembangan dan perilaku.4 Contohnya seperti perkembangan teknologi dengan produk-produk turunannya, seperti internet dan gadget, membuat peserta didik mahir, nyaman, dan terbiasa menggunakannya untuk pendidikan maupun hiburan. Demikian halnya dengan maraknya fenomena

3Berk. Child Development (5th ed.). (Boston: Allyn and Bacon. 2000). hlm. 321.

4Sigit Purnama, “Elementsof Child-Friendly Environment: The Effort to Provide an Ant-I Violence Learning Environment”, Indonesian Journal of Islamic Early Childhood Education, Vol.

1 No. 1, December 2016, hlm. 131- 140.

(8)

wanita karir akibat industrialisasi, telah mengubah kehidupan keluarga. Perhatian ibu terhadap anak menjadi berkurang.

Kronosistem meliputi keterpolaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan hubungan antar manusia.

Adapun pendapat lain yang menjelaskan tentang Teori Perkembangan Ekologi Bronfenbrenner5 :

Sistem-sistem ini mencakup:

1. Mikrosistem: Ini adalah lingkungan tempat individu menghabiskan sebagian besar waktunya, seperti keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu tidak hanya menerima pengalaman pasif, tetapi juga aktif berinteraksi dengan orang lain dan turut membentuk lingkungan tersebut;

2. Mesosistem: Ini merujuk pada hubungan antar mikrosistem, seperti hubungan antara pengalaman dalam keluarga dan di sekolah, atau antara keluarga dan teman sebaya. Misalnya, komunikasi dan pengambilan keputusan yang baik baik di rumah maupun di kelas dapat memengaruhi inisiatif dan prestasi akademik anak;

3. Eksosistem: terjadi ketika pengalaman di lingkungan lain memengaruhi pengalaman individu dan guru dalam konteksnya

5 Nenny Ika Putri Simarmata., dkk., Psikologi Pendidikan, Yayasan Kita Menulis, 2023

(9)

sendiri. Contohnya adalah peran dewan sekolah atau pengawas taman dalam memengaruhi kualitas sekolah, taman, fasilitas rekreasi, dan perpustakaan, yang dapat memengaruhi perkembangan anak:

4. Makrosistem: Hal ini mengacu pada faktor budaya yang lebih luas seperti faktor etnis dan sosial ekonomi. faktor perkembangan anak. Budaya mencakup nilai-nilai dan norma- norma masyarakat, yang dapat sangat bervariasi, termasuk pandangan mengenai peran gender;

5. Kronosistem: Ini mengacu pada kondisi historis dalam perkembangan anak, seperti generasi pertama yang tumbuh dalam era disrupsi teknologi digital, revolusi seksual, dan ketidakteraturan kota. Dalam kronosistem ini, perhatian diberikan pada masalah seperti kemiskinan anak dan perubahan nilai-nilai dalam masyarakat. Dengan kata lain, kelima sistem lingkungan ini bekerja sama untuk membentuk pengalaman dan perkembangan individu dan guru dalam berbagai cara.

Berdasarkan penjelasan di atas, tampak betapa kompleksnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karakter dan habit setiap peserta didik. Meskipun demikian, perkembangan karakter dan habit peserta didik pada usia dini akan cenderung terpusat pada lingkungan mikrosistem. Perilaku anak akan berkembang ke arah negatif atau positif sangat bergantung pada dukungan lingkungan mikrosistem yang diberikan. Menurut Bronfenbrenner, dalam menelaah suatu masalah berdasar teori ekologi maka harus melibatkan aspek-aspek variable penjelas yang mewakili empat komponen, yaitu lingkup masalahnya, orang yang terlibat, proses, dan waktu.6 Pentingnya lingkungan ekologi dalam perkembangan anak, yang mencakup

6Tri, Na’imah,“Pendidikan Karakter (Kajian Dari Teori Ekologi Perkembangan)” dalam Prosiding Seminar Nasional Psikologi Islami, 21 April 2012. Hlm. 159-166

(10)

lingkungan mikro (keluarga, teman sebaya) dan makro (kebijakan pendidikan).

B. TEORI ALBERT BANDURA

Albert Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mundare Alberta, Kanada.7 Beliau merupakan salah satu psikolog aliran behaviorusme yang terkenal dengan eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan bahwa anak meniru perilaku agresif orang dewasa yang ada dilingkungan sekitarnya dengan serupa.8 Eksperimen Bobo Doll dilakukan dengan meletakkan anak kecil pada ruangan terpisah yang memiliki sekat kaca tembus pandang. Pada ruangan lainnya terdapat orang dewasa dengan boneka. Orang dewasa tersebut di posisikan sedemikian rupa agar dapat dilihat oleh anak yang telah ditempatkan pada ruangan disebelahnya. Berdasarkan skenario yang telah dirancang dalam jangka waktu tertentu orang dewasa tersebut akan melakukan tindakan-tindakan yang agresif terhadap boneka yang ada padanya. Tindakan tersebut seperti memukul, menendang, serta memperlakukan boneka dengan kasar. Setelah dijeda beberapa saat, anak yang berada pada ruangan yang bersekat kaca dipindahkan ke ruangan yang ditempati oleh orang dewasa dan bonekanya tadi.9 Pada awalnya tidak ada reaksi yang aneh pada anak, namun beberapa saat setelah itu anak mulai memunculkan perilaku-perilaku yang sama persis seperti yang dilakukan orang dewasa tadi terhadap boneka. Anak mulai memukul, menendang, dan memperlakukan boneka dengan kasar.10

7Noorlaila Isti’adah, F. Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan (R. Permana (Ed.)). Edu Publisher.

2020

8Thobroni, M. (2015). Belajar & Pembelajaran Teori Dan Praktik (M. Sandra (Ed.)). Ar-Ruzz Media.

9Silahuddin, A. Peran Lingkungan Dalam Pembelajaran Meningkatkan Minat Baca Santri Siswa Pondok Pesantren Modern Nūrus-Sālām Prespektif Teori Kognitif Sosial Albert Bandura. I D A A R A T U L ‘ U L U M ( J U R N A L P R O D I M P I ), 2019, I(2), 218–231.

(11)

Albert Bandura menjelaskan ada 4 komponen penting dalam teori belajar sosial ini diantaranya:

a.Memperhatikan (attention): memperhatikan suatu perilaku/objek.

b.Menyimpan (retention) : proses menyimpan apa yang telah diamati untuk diingat.

c.Memproduksi gerakan motorik: menerjemahkan hasil pengamatan menjadi tingkah laku sesuai dengan model yang telah diamati.

d.Penguatan dan motivasi : dorongan motivasi untuk mengulang-ulang perbuatan yang ada supaya tidak hilang.11

Adapun pendapat lain yang mengatakan hal serupa, Menurut teori belajar sosial, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognisi dalam proses belajar dapat diringkas dalam empat tahap yaitu atensi/perhatian, retensi/mengingat, reproduksi gerak, dan motivasi12.

6. Atensi / Perhatian

Model tidak dapat ditiru apabila tidak diadakan pengamatan sehingga dapat dipersepsikan secara tepat

7. Retensi

Jadi seorang pengamat menyimpan tingkah laku model yang telah diamati di dalam ingatannya karena tingkah laku tersebut harus bisa diingat kembali.

8. Reproduksi

Gerak Pengamat mencoba untuk mengungkapkan ulang tingkah laku model yang diamatinya.

9. Penguatan dan Motivasi

Tingkah laku dicontoh sebagai tindakan-tindakan terpuji yang mempunyai motivasi untuk menirukan.

10Irham, M. Dan N. A. W. Psikologi Pendidikan Teori Dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran (R. K. Rtri (Ed.)). Ar-Ruzz Media. 2014

11Desmita. Psikologi Perkembangan. Pt Remaja Rosdakarya. 2016

12 Lestari, Ika. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN MANUSIA. Bogor:ERZATAMA KARYA ABADI.2018

(12)

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pada dasarnya teori belajar sosial menggambarkan perilaku manusia sebagai bentuk interaksi timbal balik yang berkelanjutan antara perilaku, kognitif, serta dampak dari lingkungan yang didapatkan melalui tahap mengamati dan meniru.

Teori kognitif sosial atau berpikir sosial memiliki definisi yaitu sebuah teori yang mengutamakan ide pokok pemikiran yang menganggap lingkungan adalah salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam pembelajaran manusia, karena kegiatan belajar yang dilakukan oleh manusia selalu terjadi di lingkungan sekitar.

Melakukan observasi aau pengamatan pada perilaku suatu individu lain, maka seseorang besar kemungkinan bisa mendapatkan banyak ilmu pengetahuan, skill (keterampilan), metode dalam mengerjakan suatu hal, ilmu spiritual agama, serta sikap baik yang bisa di tiru.

Orang-orang juga bisa melihat model dan menguji kelayakan perilaku karena perilaku yang di tunjukkan dan kemudian bertindak seperti keyakinan mereka tentang kapasitas mereka dan hasil norma dari cara mereka berperilaku.13 Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati secara langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar. Model belajar dan perkembangan Bandura mencakup tingkah laku, manusia dan kognisi, dan pengaruh lingkungan beroperasi secara interaktif. Tingkah laku dapat mempengaruhi kognisi, dan sebaliknya aktivitas kognitif individu dapat mempengaruhi lingkungan, pengaruh lingkungan dapat mengubah proses pikiran anak dan seterusnya.14

13Schunk, D.H. Teori-teori Pembelajaran Perspektif Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

2012

14Santrock. John. W. Life Span Development, Dalas: University of Texas Press, 1995. hlm. 53

(13)

Albert Bandura mengatakan bahwa behaviorisme klasik memberikan pandangan yang terlalu terbatas tentang belajar, dan mereka menggunakan teori belajar sosial untuk membantu mempelajari aspek-aspek pembelajaran manusia yang tidak dapat diobservasi, seperti pikiran dan kognisi. Teori belajar sosial membedakan antara belajar dan perilaku yang diobservasi. Teori ini juga mengatakan bahwa banyak diantara yang dipelajari manusia terjadi melalui mengobservasi perilaku orang lain secara selektif dan menempatkannya dalam ingatan.15

Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Sosial16 : a. Kelemahan Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Teori belajar sosial Albert Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan perilaku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat individu yang menngunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku akan meniru tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima masyarakat.

b. Kelebihan Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Teori belajar sosial Albert Bandura lebih lengkap dari teori sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan erilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex atas stimulus, melainkan juga atas reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

15Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. Cet.Xlll. Jakarta: Rajawali Pres. 2013. h. 106

16 Lestari, Ika. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN MANUSIA. Bogor:ERZATAMA KARYA ABADI.2018

(14)

Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu, pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya perhatian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada perkembangan anak-anak faktor social dan kognitif.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

(15)

Bronfenbrenner menyimpulkan bahwa perkembangan pada seseorang anak dapat dipengaruhi oleh segala sesuatu yang terdapat di lingkungan sekitar mereka dan interaksi sosial yang ada di dalamnya. Dan teori Albert Bandura menyimpulkan bahwa peserta didik tidak hanya belajar melalui pengalaman langsung atau pengalaman sebelumnya tetapi juga melalui mengamati perilaku orang lain, serta melibatkan kognitif anak.

B. Saran

Kami menyadari bahwa kami sebagai penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Berk. 2000. Child Development (5th ed). Boston: Allyn and Bacon.

Bronfenbrenner. 1986. Developmental Psychology. “Ecology of the Family As A Context for Human Development Research Perspectives”.

(16)

Desmita. 2016. Psikologi Perkembangan. Pt Remaja Rosdakarya.

Irham, M. Dan N. A. W. 2014. Psikologi Pendidikan Teori Dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran (R. K. Rtri (Ed)). Ar-Ruzz Media.

Isti’adah, F, Noorlaila. 2020. Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan (R. Permana (Ed.)). Edu Publisher.

John, Santrock. 1995. Life Span Development, Dalas: University of Texas Press.

Lestari, Ika. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN MANUSIA. Bogor: ERZATAMA KARYA ABADI.2018

Morris, P. A, Bronfenbrenner, U. 1998. Handbook of Child Psychology: Vol. 1:

Theoretical Models of Human Development. The Ecology of Developmental Processes. In W. Damon (Series Ed.) & R. M. Lerner (Vol. Ed.). New York:

Wiley

Muhibbin, Syah. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pres.

Na’imah, Tri. 2012. Prosiding Seminar Nasional Psikologi Islami. “Pendidikan Karakter (Kajian Dari Teori Ekologi Perkembangan)”.

Nenny Ika Putri Simarmata., dkk., Psikologi Pendidikan, Yayasan Kita Menulis, 2023 Purnama, Sigit. 2016. Indonesian Journal of Islamic Early Childhood Education,

Vol. 1 “Elementsof Child-Friendly Environment: The Effort to Provide an Ant-I Violence Learning Environment”.

Schunk, D.H. (2012). Teori-teori Pembelajaran Perspektif Pendidikan.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

Silahuddin. 2019. Indonesian Journal of Islamic Early Childhood Education, Vol.

1 Peran Lingkungan Dalam Pembelajaran Meningkatkan Minat Baca Santri Siswa Pondok Pesantren Modern Nūrus-Sālām I D A A R A T U L ‘ U L U M ( J U R N A L P R O D I M P I ).

Thobroni, M. 2015. Belajar & Pembelajaran Teori Dan Praktik (M. Sandra (Ed.)). Ar-Ruzz Media.

Referensi

Dokumen terkait