MAKALAH
ESCAPE AND AVOIDANCE & CHAINING
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah: Psikologi Behaviorisme Dosen Pengampu: Otih Jembarwati, S. Psi, MA.
Disusun oleh:
1. Embun Bunga Harum Cendana (2004046045)
PROGRAM STUDI TASAWUF & PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmhat dan karunia-Nya. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Teknik Perubahan Perilaku Metode Escape and Avoidance dan Chainning” dengan tepat waktu.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Khususnya kepada Ibu Otih Jembarwati, S. Psi, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Behaviorisme. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan penulis. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran senatiasa kami terima demi penyempurnaan makalah ini.
Jepara, 10 Oktober 2021
Penyusun,
3
Daftar Isi
Kata Pengantar ...2
Daftar Isi ...3
BAB I PEMBUKAAN ...4
1. Latar Belakang ...4
2. Rumusan Masalah ...4
3. Tujuan Penulisan ...4
BAB II PEMBAHASAN ...5
1. Metode Escape and Avoidance ...5
2. Metode Chaining ...7
BAB III PENUTUP ...10
1. Kesimpulan ...11
2. Saran ...11
Daftar Pustaka ...12
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang stimulus dan respon. Perilaku dibagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur berdasarkan pengetahuan, afektif berdasarkan sikap dan psikomotor berdasarkan tindakan. Perilaku terbentuk karena adanya proses kematangan dari proses interaksi dengan lingkungan. Perubahan dapat terjadi setiap saat karena merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dikendalikan. Dalam proses pembentukan atau perubahan perilaku terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yang berasal dari dalam diri itu sendiri antara lain susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar. Perilaku manusia merupakan pencerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut dan sebagainya yang dipengaruhi atau dibentuk dari faktor-faktor dalam diri manusia.
Faktor lingkungan juga berperan dalam perkembangan perilaku manusia. Terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosial budaya. Perilaku manusia kerap kali mengalami perubahan, bentuk perubahanmya pun sangat bervariasi sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli. Artinya perubahan perilaku manusia memiliki variasi berdasarkan dari pemahaman para ahli.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Itu Escape and Avoidance?
2. Apa Itu Chaining?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memberikan pengetauan kepada pembaca dan penulis mengenai teknik perubahan perilaku Escape and Avoidance.
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca dan penulis mengenai teknik perubahan perilaku Chaining.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Escape and Avoidance
Escape and avoidance merupakan strategi berupa perilaku menghindar atau melarikan diri dari suatu situasi. Escape merupakan tingkah laku yang dimunculkan untuk mengakhiri stimulus yang bersifat aversif atau tidak menyenangkan. Sebagai contoh kita akan buru-buru untuk mencari tempat berteduh agar tidak kehujanan. Di dalam perilaku escape, kejadian perilaku mengakibatkan penghentian dari suatu aversive stimulus yang telah siap muncul ketika perilaku terjadi. Dengan kata lain, orang lepas dari aversive stimulus dengan berperilaku tertentu, dan perilaku itu diperkuat.
Di sisi lain avoidance merupakan tingkah laku yang dimunculkan untuk mencegah munculnya stimulus yang bersifat aversif atau tidak menyenangkan. Sebagai contoh, ketika hujan turun disaat kita akan pulang sekolah, dan kita memilih untuk tidak langsung pulang melainkan menunggu hujan berhenti. Tingkah laku menunggu hujan berhneti disebut avoidance, dimana kita menghindari kehujanan. Di dalam perilaku avoidance, kejadian perilaku mencegah munculnya aversive stimulus. Dengan kata lain, orang menghindari aversive stimulus dengan berperilaku tertentu, dan perilaku itu diperkuat. Jadi escape and avoidance bertujuan untuk memperkuat tingkah laku melalui hilangnya stimulus yang bersifat aversif
Pada umumnya tingkah laku avoidance muncul setelah individu memiliki pengalaman escape. Sebagai contoh saat kita bertemu seseorang yang sangat cerewet. Setelah beberpa menit mendengarkan pembicaraannya kita menghindar dengan alasan harus menyelesaikan suatu tugas. Kemudian dilain kesempatan kita menghindari bertemu dengan orang tadi supaya tidak perlu mendengarkan pembicaraannya yang panjang. Teori dari avoidance yakni Two- Process Theory of Avoidance. Teori ini menyatakan bahwa ada 2 proses yang berperan dalam tingkah laku avoidance, yakni takut terhadap conditional stimulus atau proses clasical conditioning dan menghindar dari conditional stimulus atau operant conditioning.
6 Sebagai contoh cahaya laser yang merupakan stimulus netral telah dipasangkan dengan unconditional stimulus berupa setruman, yang kemudian akan menghasilkan unconditional respon berupa rasa takut. Sehingga cahaya laser menjadi conditional stimulus dan rasa takut menjadi conditional respon. Ini adalah proses clasical conditioning. Kemudian tikus menemukan cara untuk menghindari setruman yakni dengan melompati batas penghalang.
Sehingga cahaya laser menjadi stimulus atau tanda bahwa akan ada setruman. Sehingga tikus akan segera melompati batas penghalang ketika melihat laser. Akibatnya rasa takut yang dia rasakan pun berkurang. Melompati batas penghalang merupakan tingkah laku yang akan diperkuat, karena mendapatkan negative reinforcement yakni berkurangnya rasa takut. Ini adalah proses operant condotioning.
Ada banyak cara yang kebanyakan orang tidak mengetahui cara penerapan dari escape and avoidance conditioning dengan hasil perilaku yang tidak diinginkan diperkuat. Sebagai contoh, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa guru dari seseorang yang mengalami hambatan perkembangan sering kali tidak mengetahui bagaimana cara memperbaiki masalah tersebut melalui escape conditioning. Masalah perilaku yang dialami seseorang yang mengalami hambatan perkembangan seringkali memungkinkan mereka untuk melarikan diri dari situasi- situasi tertentu.
Kekurangan kedua dari escape and avoidance conditioning adalah pembentukan yang disengaja dari pengkondisian stimulus aversive kepada individu yang memberikan respon melarikan diri atau menghindar. Contohnya, ketika seorang pelatih berteriak, megkritik, dan mengejek atletnya, kemungkinan si atlet akan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menghindar atau melarikan diri dari amarah pelatih, tapi mereka kemungkinan juga menghindar dari pelatih, yakni dengan berhenti menjadi atlet. Bahkan jika pelatihan menjadi sangat aversive, bisa saja beberapa anggota tim mungkin keluar dari olahraga seutuhnya.
Contoh lain misalnya, beberapa guru memberikan hukuman yang berlebihan, mengubah diri, ruang kelas, hingga alat-alat pembelajaran yang digunakan. Situasi ini mungkin saja membuat siswa menjadi menghindari guru, sekolah, bahkan buku hingga pada akhirnya mengakibatkan siswa gagal dalam memajukan akademis. Jelas, ini menjadi konsekuensi yang sangat tidak menguntungkan dari escape dan avoidace conditioning. Kekurangan lain dari escape
7 conditioning adalah banyak situasi mempertahankan perilaku yang tidak diinginkan dari guru dan pengasuh lainnya.
Pedoman keberhasilan dari penggunaan Escape and Avoidance Conditionig. Peraturan berikut dapat diamati oleh siapa saja yang menggunakan escape and avoidance conditioning:
a. Memberikan pilihan antara mempertahankan perilaku pada escape atau prosedur avoidance, tergantung mana yang lebih disukai.
b. Target perilaku sebaiknya ditentukan terlebih dahulu oleh escape conditioning sebelum digunakan dalam prosedur avoidance.
c. Selama kondisi menghindar, stimulus peringatan harus berupa sinyal stimulus aversive yang akan datang.
d. Escape and avoidance conditioning, seperti hukuman, harus digunakan dengan hati-hati.
Karena prosedur ini melibatkan stimulus aversive, yang mana dapat menghasilkan efek yang berbahaya, seperti ketakutan, penyerangan, kecenderungan untuk menghindar bahkan melarikan diri dari segala yang berhubungan dengan prosedur tersebut.
e. Penguatan positif untuk respons target sebaiknya digunakan dalam mengkombinasikan dengan escape and avoidance conditioning. Ini tidak hanya membantu memperkuat perilaku yang diinginkan, tetapi juga untuk menetralkan efek samping yang tidak diinginkan.
f. Seperti prosedur yang telah dijelaskan, individu yang bersangkutan hendaknya diberi tahu apa yang terbaik untuk pemahamannya tentang kemungkinan efek. Seperti dengan semua prosedur ini, bagaimanapun petunjuk tidak diperlukan untuk escape and avoidance conditioning bekerja.
2.2 Chaining
Menururt Macmillan (1973) teknik chaining merupakan rantai perilaku yang terdiri dari unit komponen perilaku. Setiap unit komponen perilaku tersebut diberikan booster. Stimulus dan respon sangat berpengaruh terhadap perilaku anak. Pada teknik ini anak dilatih untuk mampu menguasai tugas sampai akhir secara bertahap. Anak juga dilatih untuk menggabungkan unit stimulus-respon secara kompleks. Martin dan Pear (2002) menjelaskan bahwa chaining ialah hubungan stimulus-respon yang membentuk perilaku yang kompleks.
Perilaku tersebut membentuk sebuah rantai yang dihubungkan oleh tautan. Perilaku dibagi
8 menjadi unit perilaku sederhana yang dapat dengan mudah dikuasai oleh anak. Anak harus menguasai setiap unit perilaku harus agar dapat membentuk sebuah perilaku yang kompleks.
Apabila suatu unit belum dikuasai, latihan dan penguatan berulang diperlukan bagi anak untuk menguasai unit perilaku.
Berdasarkan deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa teknik chaining merupakan perunahan perilaku yang membentuk rantai perilaku yang berurutan. Perilaku kompleks dibagi menjadi unit-unit perilaku sederhana yang dapat dengan mudah dikuasai secara mudah oleh anak. Pada teknik ini, anak dilatih untuk menguasai suatu tugas secara bertahap dan diberikan stimulus-respon di setiap tahapan perilaku. Keberhasilan dalam menguasai tugas pertama menjadi tolak ukur untuk melaksanakan tugas selanjutnya. Jika anak masih belum berhasil pada tugas pertama, ia akan diberikan latihan berulang sampai mampu menyelesaikan tugas tersebut. Kemampuan yang dicapai anak pada satu tahap akan diperkuat untuk memotivasi anak menguasai tugas berikutnya.
Beberapa respon secara bersamaan dalam satu urutan dengan memberikan dukungan yang digunakan untuk membangkitkan suatu perilaku digambarkan dalam teknik chaining.
Sedangkan Rantai perilaku ialah perilaku kompleks yang terdiri dari banyak perilaku dan terjadi bersamaan secara berurutan. Dalam suatu kegiatan terdapat perilaku yang harus dilakukan secara berurutan. Rantai perilaku ini terdiri dari beberapa komponen stimulus- respons yang terjadi secara bersamaan dalam sebuah rangkaian yang berurutan.
Karena inilah, rangkaian perilaku sering disebut dengan “Sebuah rantai stimulus-respon”.
Urutan Rangsangan Diskriminatif (Sequence of discriminative stimuli dengan simbol SDs), discriminative stimuli (SD) dan Response (R). Hal ini sesusai dengan apa yang dijelaskan Garry Martin dalam bukunya. Pengertian dari paparan tersebut dapat dibuat sebuah skema seperti berikut ini:
SD1 R1 SD2 R2 SD3 R3 … SD7 R7 S+
Komponen pada rantai stimulus-respon dapat diiilustrasikan juga seperti berikut:
SD1 → R1 SD2 → R2 SD3 → R3 SD4 → R4
SD5 → R5 → reinforcment
9 Sebagaimana yang telah dilihat, dukungan digunakan untuk membangkitkan suatu perilaku dan transfer kontrol stimulus digunakan untuk menekan sinyal dan memunculkan perilaku yang terjadi dengan adanya stimulus diskriminatif (SD) terkait. Prosedur ini sering digunakan untuk mengembangkan diskriminasi sederhana, di mana respons terjadi dengan adanya SD.
Contoh Kasus Metode Chaining:
Dalam sebuah kegiatan terdapat perilaku yang harus dilakukan secara berurutan. Sebuah contoh saja saat ingin memakan permen, maka harus ada tindakan yang dilakukan secara berurutan.
a. Mengambil permen dari dalam tas b. Mengeluarkan 1 pak permen c. Mengambil sebuah permen d. Menyobek bungkusnya
e. Memasukkan permen ke mulut
Terdapat 3 metode belajar dalam rantai stimulus-respon a. Metode total task presentation
Mencoba semua langkah dari awal sampai akhir, kemudian dilanjutkan dengan seluruh percobaan sampai semua langkah dikuasai.
b. Metode forward chaining
Forward chaining adalah metode pelacakan ke depan, yang dimulai dengan sekumpulan fakta dan di akhiri dengan kesimpulan. Langkah pertama diajarkan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan denga langkah kedua dan begitu seterusnya.
c. Metode backward chaining
Backward chaining merupakan metode pelatihan intensif pada anak dengan kemampuan rendah. Metode ini dilakukan secara terbalik, dimaana langkah akhir lebih dulu dilakukan dan seterusnya.
Faktor yang mempengaruhi Behavioral Chaining
a. Melaksanakan Analisis: mengidentifikasi komponen-komponen pada tiap urutan akhir.
b. Consider Strategies for Independent Use of Prompts by Learners c. Consider Conducting a Preliminary Modeling Trial
d. Begin Training the Behavioral Chain
10 e. Consider Using Ample Social and other Reinforcers
f. Decrease Extra Assistance at Individual Steps as Quickly as Possible
11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Escape and avoidance merupakan strategi berupa perilaku menghindar atau melarikan diri dari suatu situasi. Pada umumnya tingkah laku avoidance muncul setelah individu memiliki pengalaman escape. Ada banyak cara yang kebanyakan orang tidak mengetahui cara penerapan dari escape and avoidance conditioning dengan hasil perilaku yang tidak diinginkan diperkuat.
Kekurangan kedua dari escape and avoidance conditioning adalah pembentukan yang disengaja dari pengkondisian stimulus aversive kepada individu yang memberikan respon melarikan diri atau menghindar.
Teknik chaining merupakan perunahan perilaku yang membentuk rantai perilaku yang berurutan. Beberapa respon secara bersamaan dalam satu urutan dengan memberikan dukungan yang digunakan untuk membangkitkan suatu perilaku digambarkan dalam teknik chaining. Karena inilah, rangkaian perilaku sering disebut dengan “Sebuah rantai stimulus- respon”. Terdapat 3 metode belajar dalam rantai stimulus-respon. Yakni metode total task presentation, forward chaining dan backward chaing.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwasannya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik saran dan masukan dari para pembaca yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan untuk lebih baiknya makalah kami kedepannya.
12
Daftar Pustaka
http://journal.poltekkesdepkes-sby.ac.id/index.php/KEP/article/viewFile/469/388
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPAUD/article/download/15328/9344
http://repository.unika.ac.id/15215/4/08.92.0059%20Ratih%20Perwitasari%20BAB%20III.pdf
https://www.academia.edu/23112955/MAKALAH_PSIKOLOGI_KONSEP_PERILAKU_MANUS IA
https://www.science.org/doi/abs/10.1126/science.130.3385.1338
https://www.researchgate.net/profile/J-
Overmier/publication/17155992_Overmier_JB_Seligman_ME_Effects_of_inescapable_shock_u pon_subsequent_escape_and_avoidance_responding_J_Comp_Physiol_Psychol_63_28-
33/links/0deec5169fcab40c72000000/Overmier-JB-Seligman-ME-Effects-of-inescapable-shock- upon-subsequent-escape-and-avoidance-responding-J-Comp-Physiol-Psychol-63-28-33.pdf
https://www.totalspectrumcare.com/tips-to-decrease-escape-and-avoidant-behaviors/
https://pediaa-com.cdn.ampproject.org/v/s/pediaa.com/what-is-the-difference-between-escape- conditioning-and-avoidance-
conditioning/amp/?usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D&_js_v=a6&_gsa=
1#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&csi=0&share=https%3A%2F%2Fpediaa.
com%2Fwhat-is-the-difference-between-escape-conditioning-and-avoidance-
conditioning%2Famp%2F%23referrer%3Dhttps%3A%2F%2Fwww.google.com%26csi%3D0