MAKALAH
ILMU DASAR KEPERAWATAN II
TERAPI FARMAKOLOGI PADA SYSTEM URINARIA Dosen Pengampu : Apt. Hamdayani Damanik,S.Farm
Oleh : Kelompok 2
1. Annisa Fransiska Putri (2022-01-14201-148) 2. Dinae (2022-01-14201-155)
3. Erika Puspita Dewi (2022-01-14201-162) 4. Lia (2022-01-14201-169)
5. Nova (2022-01-14201-176)
6. Sri Wialda Sari (2022-01-14201-183) 7. Yessi Gasela (2022-01-14201-190)
KELAS 1D
YAYASAN EKA HARAP
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PALANGKA RAYA TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan kemudahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah tetang “Terapi Farmakologi Pada System Urinaria”.
Pada kesempatan ini pula,kami mengucapkan terimakasih kepada Apt.
Hamdayani Damanik,S.Farm selaku dosen mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II dan seluruh teman anggota kelompok 2 yang bersedia bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap bahwa makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan sesuai dengan kata orang bijak, tidak ada yang sempurna dalam hidup. Oleh karena itu, kritik dan saran dari segala pihak kami terima dengan senang hati.
Palangka Raya,17 Juni 2023
KELOMPOK 2
DAFTAR ISI
Hlm
COVER……… i
KATA PENGANTAR………. ii
DAFTAR ISI……… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………. 4
1.2 Rumusan Masalah ……… 5
1.3 Tujuan Penulisan ………... 5 BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Definisi Terapi Farmakologi Pada Sistem
Urinaria………
6 2.2 Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Sistem
Urinaria………...
7
2.3 Terapi Farmakologi Pada Sistem Urinaria Serta Golongan Obat………..………
10 2.4 Cara Mencegah Terjadinya Penyakit Pada Sistem
Urinaria………
15 2.5 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat Pada Penyakit Sistem
Urinaria………
19
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan………... 20
3.2 Saran………. 20
DAFTAR PUSTAKA……… 21
Hlm
Gambar 1………….……… 7
Gambar 2………. 9
Gambar 3………….……… 11
DAFTAR GAMBAR BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Farmakologi berasal dari bahasa Yunani, yang memiliki dua makna, kata pharmakon yang berarti "obat", dan logos yang berarti "belajar". Sehingga dapat didefinisikan secara sederhana bahwa farmakologi merupakan studi kedokteran atau belajar mengobati (Michael,Norman, & Carol, 2017).
Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kerja obat sehingga
menimbulkan efek dan lebih menekankan manfaat serta berbagai risiko dari penggunaan obat saat berinteraksi dengan senyawa kimia dan sistem biologi.
Interaksi ini terbagi menjadi dua jenis yaitu fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik.
Farmakokinetik adalah cabang ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang perjalanan obat mulai sejak diminum hingga keluar melalui organ ekskresi di tubuh manusia. Proses farmakokinetik dimulai dari penyerapan (absorpsi), lalu tersebar melalui ke seluruh jaringan tubuh melalui darah (distribusi), selanjutnya dimetabolisi dalam organ-organ tertentu terutama hati (biotransformasi), lalu sisa atau hasil metabolisme ini dikeluarkan dari
tubuh dengan eksreksi (eliminasi) dan selanjutnya
disingkat menjadi ADME.Farmakokinetika juga mempelajari berbagai faktor yang mempengaruhi efektivitas obat.Konsep farmakokinetika penting diaplikasikan dalam rangka pengembangan obat baru Aplikasi konsep farmakokinetika digunakan untuk menentukan besarnya dosis dan interval pemberian obat untuk individu sehingga diperoleh terapi yang rasional yang meliputi cara bagaimana obat digunakan,berapa besarnya dosis dan interval pemberian,lama penggunaan,serta lama pengobatan.
Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia selular dan mekanisme kerja obat. Respons obat dapat menyebabkan efek fisiologis primer atau sekunder atau kedua-duanya. Efek primer adalah efek yang diinginkan dan efek sekunder atau kedua-duanya. Efek primer adalah efek yang diinginkan dan efek sekunder bisa diinginkan atau tidak diinginkan.
Salah satu contoh dari obat dengan efek primer dan sekunder adalah difenhidramin (Benadryl), suatu antihistamin.
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dapat digunakan oleh tubuh.Zat- zat yang tidak digunakan oleh tubuh akan larut dalam air dan dikeluarkan dalam bentuk urin (air kemih/air seni).Sistem urinaria dalam tubuh terdiri dari ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra (Wibawa, 2016).Ginjal mengeluarkan secret urine,ureter yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih,kandung kemih yang bekerja sebagai penampung dan uretra yang menyalurkan urine dari kandung kemih.Umumnya, urine yang sehat dan normal berwarna kuning pucat hingga kuning keemasan. Warna itu berasal dari zat yang disebut dengan urokrom. Namun terkadang, makanan dan obat tertentu dapat mengubah warna urine .Adanya masalah pada sistem urinaria atau saluran kemih tidak hanya ditandai dengan perubahan warna urine.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa definisi terapi farmakologi pada sistem urinaria?
2) Penyakit apa yang sering terjadi pada sistem urinaria?
3) Apa terapi farmakologi pada sistem urinaria serta golongan obat?
4) Cara mencegah terjadinya penyakit pada sistem urinaria?
5) Peran perawat dalam pemberian obat pada pasien gangguan sistem urinaria?
1.3 Tujuan Penulis
Kegiatan pembelajaran ini diharapkan agar mahasiswa mampu.
1. Mampu mengetahui definisi sistem urinaria.
2. Mengetahui penyakit pada urinaria.
3. Mengetahui terapi farmakologi pada sistem urinaria serta golongan obat dan cara mencegah terjadinya penyakit pada sistem urinaria.
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam pemberian obat pada pasien dengan gangguan sistem urinaria.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI TERAPI FARMAKOLOGI PADA SISTEM URINARIA
Terapi farmakologi pada sistem urinaria yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk diagnosa,pencegahan dan penyembuhan penyakit-penyakit yang terjadi pada sistem urinaria.Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologis.
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dapat digunakan oleh tubuh.Zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh akan larut dalam air dan dikeluarkan dalam bentuk urin (air kemih/air seni).Sistem urinaria dalam tubuh terdiri dari ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra (Wibawa, 2016).Ginjal mengeluarkan secret urine,ureter yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih,kandung kemih yang bekerja sebagai penampung dan uretra yang menyalurkan urine dari kandung kemih.Umumnya, urine yang sehat dan normal berwarna kuning pucat hingga kuning keemasan. Warna itu berasal dari zat yang disebut dengan urokrom. Namun terkadang, makanan dan obat tertentu dapat mengubah warna urine.
2.2 PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA SISTEM URINARIA 1. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di bagian mana pun dari sistem urinaria, mulai dari ginjal hingga saluran kemih.
Wanita berisiko lebih besar terkena ISK dari pada pria karena jarak antara lubang saluran kemih dan anus pada wanita lebih dekat. infeksi saluran kemih merupakan penyakit infeksi yang paling banyak terjadi di pelayanan kesehatan di seluruh dunia.Infeksi saluran kemih yang terbanyak disebabkan akibat pemasangan kateter.Infeksi sering terjadi setelah pemasangan kateter urin,dan setiap hari kateter yang terpasang meningkatan 5% bakteri dalam urine (Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Durasi pemasangan kateter merupakan faktor resiko dominan infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter.
2. Batu Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan sebuah organ yang berongga di abdomen bagian dasar,bagian tersebut berfungsi menyimpan cairan urin dan cairan limbah yang dihasilkan oleh organ ginjal.Kandung kemih juga merupakan salah satu bagian dari saluran kencing.
Batu kandung kemih (urolithiasis) adalah kondisi ketika terbentuk batu di sistem urinaria, seperti batu ginjal, batu ureter, atau batu
kandung kemih.Ukuran batu umumnya bervariasi. Semakin besar ukuran batu yang terbentuk, semakin besar pula risiko batu tersebut menyumbat aliran urine dan menimbulkan penyakit.
Penyakit kandung kemih ini dapat diderita oleh anak-anak sampai dengan lansia, mulai dari kandung kemih ringan sampai kandung kemih kronik, untuk kasus penyakit kandung kemih ringan,kandung kemih akan membaik dengan sendirinya, namun sebagian
permasalahan kerap berulang sehingga memerlukan penyembuhan jangka panjang. Kandung kemih pula bisa menimbulkan komplikasi yang serius seperti terjadinya peradangan ginjal.
3. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah kondisi ketika fungsi otot atau saraf pada kandung saluran kemih mengalami gangguan, sehingga tidak dapat mengendalikan proses buang air kecil.Penyakit ini bisa membuat mengompol, terlebih saat batuk atau bersin. Inkontinensia urine sering terjadi pada lansia, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang lebih muda juga mengalaminya.
Faktor penyebab terjadinya inkontinensia urine salah satunya adalah melemahnya otot dasar panggul yang menyangga kandung kemih, kontraksi abnormal pada kandung kemih, obat diuretik, obat penenang terlalu banyak, radang saluran kemih dan faktor psikologis seperti depresi (Untari, 2019).
4. Uretritis
Uretritis adalah peradangan yang menyebabkan pembengkakan pada uretra, yaitu saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh. Peradangan pada uretra dapat menimbulkan nyeri atau sulit buang air kecil.Kondisi ini sering kali disebabkan oleh infeksi bakteri di saluran kemih. Uretritis dapat menyebabkan rasa nyeri dan sulit buang air kecil dan keinginan untuk lebih sering buang air kecil.
5. Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah kelainan ginjal yang menyebabkan kadar protein di dalam urine meningkat. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah kecil di ginjal yang berfungsi untuk menyaring limbah dan kelebihan air dari darah. Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya riwayat infeksi dan peradangan.
6. Sindrom Nefritik
Sindrom nefritik adalah peradangan yang menyebabkan pembengkakan pada ginjal. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri panggul, buang air kecil lebih sering dan terasa nyeri, urine tampak keruh atau kemerahan, sakit pinggang atau perut, serta pembengkakan di wajah dan kaki. Jika tidak segera diobati, sindrom nefritik dapat menyebabkan gagal ginjal.
7. Gagal Ginjal
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu menyaring darah dan membuang cairan serta zat limbah tubuh. Ketika mengalami gagal ginjal, seseorang akan mengalami beberapa gejala, seperti berkurangnya jumlah urine, pembengkakan di kaki, sesak napas,
lemas, hingga pucat. Kerusakan ginjal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari efek samping obat-obatan, cedera berat pada ginjal, dehidrasi, hingga penyakit tertentu, seperti hipertensi dan diabetes yang tidak ditangani dengan baik.
2.3 TERAPI FARMAKOLOGI PADA SISTEM URINARIA SERTA GOLONGAN OBAT
1.Terapi Farmakologi Serta Golongan Obat Pada Penyakit ISK(Infeksi Saluran Kemih)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. jika tidak diterapi dengan baik, ISK dapat menyebabkan komplikasi berupa infeksi ascenden dan dapat menyerang organ ginjal. Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk terapi ISK diantaranya adalah antibiotik golongan sefalosporin dan kuinilon. Seftriakson dan cefotaxim adalah obat antibiotik beta-laktam golongan sefalosporin generasi ketiga berspektrum luas yang efek kerjanya dapat mencapai sistem saraf pusat,keduanya dapat digunakan secara intravena ataupun intramuskuler.
Dalam 1 gram seftriakson intravena terdapat sekitar 60-140 µg/mL seftriakson dalam serum. Obat golongan ini dapat melakuan penetrasi ke dalam jaringan, cairan tubuh, cairan serebrosinal serta dapat menghambat bakteri pathogen gram negatif dan positif. Seftriakson memiliki waktu paruh selama 7-8 jam, sedangkan cefotaxim 2-4 jam.Seftrikason dan cefotaxim dapat disuntikkan setiap 12-24 jam dalam dosis 15-50 mg/kg/hari. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar puncak dalam serum darah 1-2 jam setelah dilakukan injeksi intra muscular.Cara kerja seftriakson dan cefotaxim analog dengan penisilin yakni menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara menghambat transpeptidasi peptidoglikan dan mengaktifkan enzim autoloitik dalam dinding sel yang menyebabkan rudapaksa sehingga bakteri mati.
Seftriakson dan cefotaxim mempunyai berat molekul 400-450, dapat larut
dalam air serta relatif stabil terhadap perubahanan pH dan suhu. Seftriakson dieksresikan melalui saluran empedu, sehingga tidak diperlukan penyesuaian dosis pada gagal organ ginjal. Cefotaxim diekskresikan 60-90% melalui ginjal. Sefalosporin menyebabkan sensitisasi dan menimbukan berbagai reaksi hipersensitivitas termasuk anafilaksis, demam, kemerahan di kulit, granulositopenia dan anemia hemolotik.Siprofloksasin termasuk antibiotik golongan kuinolon generasi kedua sedangkan ofloksasin adalah generasi pertama yang berspektrum luas. Siprofloksasin dan ofloksasin memiliki daya antibakteri terhadap gram negatif lebih kuat dibandingkan bakteri gram positif.
2. Terapi Farmakologi Serta Golongan Obat Pada Penyakit Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih didefinisikan sebagai penyakit saluran kemih yang ditandai dengan adanya batu didalam pelvis ginjal, ureter, kandung kemih atau uretra (Saeed et al., 2020; Thakore & Liang, 2022).Prosedur diagnostik perlu dilakukan untuk penegakan diagnosa penyakit batu saluran kemih, seperti pemeriksaan laboratorium hematologi dan differential count,ureum kreatinin, pH dan urin lengkap.Kejadian obstruksi akibat batu saluran kemih akan memunculkan tanda dan gejala seperti nyeri, mual muntah, hemturi dan demam. Namun yang paling sering muncul yaitu nyeri yang diakibatkan oleh peningkatan tegangan luminal dan hidronefrosis yang menyebabkan pelepasan prostaglandin sehingga mengakibatkan nyeri kolik dan meningkatkan angka mordibita .Oleh karena itu diperlukan manajemen yang sesuai untuk
penanganan nyeri.
Berdasarkan guideline dari The Urological Association of Asia Clinical Guidline for Urinary Stone Disease dan European Association of Urology penanganan utama untuk manajemen nyeri adalah dengan pemberian analgesik golongan Non Steroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAID).
Pemberian tablet atau supositoria NSAID ini dapat membantu mengurangi peradangan dan resiko nyeri berulang. Pemberian obat analgetik golongan NSAID disebutkan lebih baik dibandingkan dengan golongan opioid serta memiliki lebih sedikit efek samping (Taguchi et al., 2019) Hal ini juga sesuai dengan EAU Guidelines on Urolithiasis yang menyebutkan bahwa terapi pertama pada pasien dengan nyeri kolik yaitu obat NSAID.NSAID lebih efektif dibandingkan dengan golongan opioid serta penggunaanya cenderung dalam jangka pendek (Türk et al., 2017; Taguchi et al., 2019). Berdasarkan temuan lain juga disebutkan bahwa pemberian analgesik golongan NSAID dibandingan golongan opioid tidak memiliki perbedaan dalam mengurangi rasa nyeri dilihat dari waktu lama pemberian durasi 30 dan 60 menit,namun pasien yang dirawat dengan pemberian analgesik golongan NSAID akan lebih sedikit memiliki efek samping pemberian analgesik seperti mual, muntah dan efek samping lainnya. Pemberian NSAID bekerja dari awal obstruksi, vasodilatasi glomerulus yang menyebabkan peningkatan haluaran urin meningkatkan tekanan intra ureteral yang menghasilkan sintesis prostaglandin didinding ureter, kontraksi otot polos dan nyeri.
Disinilah cara kerja NSAID yaitu mengontrol nyeri dengan menghambat sintesis prostaglandin serta mengurangi kontraksi ureter spastik atau mengurangi rasa sakit pada tingkat sistem saraf (Leng et al., 2022).
Penggunaan NSAID menyebabkan peningkatan risiko trombolitik kardiovaskuler, infark miokard dan stroke. Risiko ini meningkat dengan lamanya penggunaan pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler atau pada pasien yang memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Untuk mengurangi risiko tersebut pemberian analgesik pada pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskuler diberikan dengan dosis terendah dan sesingkat mungkin.
3.Terapi Farmakologi Serta Golongan Obat Pada Penyakit Sindrom Nefrotik.
Pengobatan sindrom nefrotik adalah untuk mengurangi atau menghilangkan proteinuria, memperbaiki hipoalbuminemia, mencegah dan mengatasi penyakit penyerta seperti infeksi, trombosis dan kerusakan ginjal pada gagal ginjal akut dan sebagainya. Jika tidak dilakukan terapi sedini mungkin maka akan menyebabkan kerusakan glomeruli ginjal sehingga mempengaruhi kemampuan ginjal menfiltrasi darah. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal akut ataupun kronik. (Kharisma 2017). Terapi Antibiotik, terapi ini digunakan jika pasien sindrom nefrotik mengalami infeksi, infeksi tersebut harus di atasi dengan adekuat untuk mengurangi morbiditas. Jenis antibiotik yang banyak dipakai yaitu golongan penisilin dan sefalosporin (Floege, 2015).
Obat-obatan dapat meliputi:
1.ACE inhibitor dan penghambat reseptor angiotensin (ARB). Ini menurunkan tekanan darah dan dapat digunakan pada penderita diabetes untuk melindungi ginjal.Kortikosteroid. Ini mungkin diresepkan untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan di dalam glomerulus. Mereka juga membantu mencegah sistem kekebalan Anda menyerang jaringan sehat.
2.Diuretik. Ini digunakan dengan hati-hati untuk mengurangi jumlah pembengkakan.Obat pengubah sistem kekebalan tubuh . Obat-obatan ini digunakan untuk menjaga sistem kekebalan tubuh agar tidak menyerang glomerulus.
3.Obat penurun kolesterol. Ini mungkin diresepkan jika kadar trigliserida dan kolesterol Anda tinggi.
4.Antikoagulan. Ini adalah obat pengencer darah dan dapat diresepkan jika penumpukan darah berkembang.
5.Antibiotik atau obat antivirus. Ini digunakan untuk mengobati penyebab infeksi yang mendasarinya.
4. Terapi Farmakologi Serta Golongan Obat Pada Penyakit Inkontinensia Secara umum penyebab inkontinensia urin disebabkan oleh perubahan anatomi dan fungsi organ pada lansia, melemahnya otot dasar panggul, menopause, kehamilan, pasca melahirkan, kegemukan, kurang aktivitas atau adanya infeksi saluran kemih. Faktor jenis kelamin sangat mempengaruh terhadap kejadian inkontinensia urine khususnya pada wanita yang dikarenakan menurunnya hormon esterogen pada lanjut usia, akan menyebabkan penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih (uretra) sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine.Farmakologi Serta Golongan Obat:
1. Anticholinergik/antimuskarinik, obat ini digunakan utuk meningkatkan kapasitas kandung kemih, mengurangi kontraksi involunter kandung kemih. Contohnya : darifenacin, fesoterodine, oxybutinin, patch, oxybutynin gel dll.
2.
Beta Agonist, obat ini berfungsi untuk menghambat kontraksi kandung kemih. Contohnya : mirabegron.3.
Esterogen (khusus wanita), berfungsi untuk memperkuat jaringan periurethral dan mengurangi peradangan akibat vaginitis atrofi.Contohnya : topikal, vaginal ring (estring).
4.
Alpha-adrenergik antagonist (khusus pria), obat ini berfungsi untuk merelaksasikan otot polos uretra dan kapsul prostat. Contohnya : alfuzosin/uroxatral, doxazosin/cardura, prazonin/minipress dllJika tindakan diatas tidak berhasil maka bisa dilakukan prosedur operasi (Divisi Urologi, 2019), tujuan dari tindakan operasi yaitu memperkuat kemampuan otot dasar panggul dan saluran kemih. Adapun operasi yang sering dilakuakan oleh dokter pada penderita inkontiensia urin operasi pemasangan pita yaitu untuk mengobati inkontinensia urin akibat tekanan.
2.4 CARA MENCEGAH TERJADINYA PENYAKIT PADA SISTEM URINARIA
1.Infeksi Saluran Kemih(ISK)
Infeksi saluran kemih merupakan masalah kesehatan karena kebiasaan yang kurang baik dan bisa menjadi faktor terjadinya infeksi saluran kemih, seperti kurang menjaga personal hygiene yang baik khusunya pada sistem urogenitalia. Masalah kesehatan saluran kemih terutama pada remaja yang merupakan penduduk yang cukup rentan mengalami infeksi saluran kemih, sehingga tidak hanya kuratif tetapi juga perlu dilakukan preventif (Nursalam et al., 2021).Infeksi saluran kemih dikarenakan adanya gangguan keseimbangan antara patogen mikroorganisme yang menyebabkan infeksi disaluran kemih.Kurangnya menjaga kesehatan dan kebersihan area urogenitalia adalah salah satu faktor ketidaseimbangan tersebut.
Kebersihan diri merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan serta diimplementasikan untuk lebih menjaga kebersihan urogenitalia, supaya mencegah terjadinya infeksi saluran kemih. Masih banyak orang yang tidak mengatahui akan menjaga kebersihan dan ksehatan urogenitali yang baik dan benar. Hal ini karena kurangnya paparan informasi tentang infeski saluran kemih dan masih banyak pula orang terutama remaja yang mengabikan informasi mengenai sistem urogenitalia.
2. Penyakit Batu Saluran Kemih
Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit, dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan.
Besarnya angka kejadian dan kekambuhan penyakit batu saluran kemih terjadi akibat beberapa faktor, antara lain perubahan gaya hidup.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Colella (2005) yang menyatakan bahwa penyakit BSK disebabkan oleh banyak faktor dan yang paling kuat mempengaruhi adalah kebiasaan gaya hidup yang menjadi penyebab pembentukan batu adalah pekerjaan,diet,aktivitas/olahraga, pola makan dan minum.pencegahan terbentuknya Batu Saluran Kemih, yaitu:
a. Minum 3-4 liter perhari
b. Batasi minum teh, kopi, atau minuman bersoda.
c. Olahraga ringan minimal 2 kali seminggu selama 15 menit
d. Batasi makanan tinggi oksalat : bayam, tomat, seledri, gandum,kelapa,dan terigu.
e. Batasi konsumsi protein hewani : daging, ikan dan telur.
3.Penyakit Sindrom Nefrotik.
Sindrom nefrotik adalah kerusakan pada ginjal yang menyebabkan kadar protein di dalam urine meningkat. Tingginya kadar protein tersebut disebabkan oleh kebocoran pada bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah (glomerulus). Sindrom nefrotik merupakan salah satu jenis penyakit ginjal pada anak-anak maupun orang dewasa. Sulit untuk mencegah sindrom nefrotik yang penyebabnya belum diketahui (sindrom nefrotik primer). Namun untuk sindrom nefrotik yang muncul akibat penyakit lain, langkah pencegahannya adalah menjalani pengobatan terhadap penyakit tersebut. Misalnya, penderita diabetes perlu meminum obat pengontrol gula darah dari dokter, serta menjalani pola makan dan olahraga yang dianjurkan oleh dokter. mengontrol tekanan darah dan kolesterol, serta mengurangi protein dalam urin.
Tidak semua penyebab sindrom nefrotik dapat dicegah. Untuk mencegah kerusakan pada glomerulus:
Pastikan tekanan darah Anda dikalahkan dengan baik.
Jika Anda menderita diabetes, pastikan gula darah Anda terluka.
Tetap up-to-date dengan vaksin yang membantu mencegah infeksi umum. Ini terutama berlaku jika Anda bekerja atau tinggal di sekitar orang yang menderita hepatitis dan infeksi virus lainnya.
Habiskan semua antibiotik sesuai resep. Jangan hentikan antibiotik Anda karena Anda mungkin merasa lebih baik. Dan, jangan menyimpannya untuk nanti.
4. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab utama kematian.Namun demikian penyakit ini dapat dihindari melalui upaya pencegahan yang meliputi :
a)Mengendalikan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan juga penyakit jantung dengan lebih baik. Penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit sekunder akibat dari penyakit primer yang mendasarinya. Oleh sebab itulah, perlunya mengendalikan dan mengontrol penyakit primer agar tidak komplikasi menjadi gagal ginjal.
b). Mengurangi makanan yang mengandung garam adalah salah satu jenis makanan dengan kandungan natrium yang tinggi.
Natrium yang tinggi bukan hanya bisa menyebabkan tekanan darah meningkat, namun juga akan memicu terjadinya proses pembentukan batu ginjal.
c). Minumlah banyak air setiap harinya. Air adalah salah satu komponen makanan yang diperlukan tubuh agar bisa terhindar dari dehidrasi. Selain itu, air juga bisa berguna dalam membantu untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh dana kan membantu mempertahankan volume serta konsentrasi darah.Selain itu air juga bisa berguna dalam memelihara sistem pencernaan dan membantu mengendalikan suhu tubuh.
d). Jangan menahan buang air kecil. Penyaringan darah merupakan salah satu fungsi yang paling utama yang dimiliki ginjal. Disaat proses penyaringan berlangsung, maka jumlah dari kelebihan cairan akan tersimpan di dalam kandung kemih dan setelah itu harus
segera dibuang.Walupun kandung kemih mampu menampung lebih banyak urin, tetapi rasa ingin buang air kecil akan dirasakan di saat kandung kemih sudah mulai penuh sekitar 120 – 250 ml urin. Sebaiknya jangan pernah menahan buang air kecil. Hal ini akan berdampak besar dari terjadinya proses penyaringan ginjal.
5. Penyakit Inkontinensia Urine
Pencegahan inkontinensia urine meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder dengan rehabilitasi pasca pembedahan yang baik. Pencegahan primer disarankan pada pasien-pasien dengan faktor risiko tinggi inkontinensia urine. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
Modifikasi gaya hidup: menjaga berat badan ideal, tidak merokok
Mengurangi konsumsi alkohol, kafein, minuman berkarbonasi
Modifikasi diet: diet tinggi serat untuk mencegah konstipasi Melakukan latihan fisik otot dasar pelvis, termasuk pada kehamilan, misalnya dengan pilates, yoga, atau senam kegel
Pencegahan sekunder pada pasien yang telah mengalami inkontinensia meliputi perawatan yang baik agar tidak terjadi perburukan. Bladder diary dapat mendeteksi perkembangan klinis. Bladder retraining dan latihan otot pelvis juga dapat membantu memperbaiki kualitas hidup.
Kebersihan daerah genitalia perlu dijaga agar tidak terjadi infeksi berulang. Apabila pasien menggunakan kateter
secara berkepanjangan, kateter perlu dirawat dan diganti secara berkala.
2.5 PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM URINARIA
Perawat adalah orang bertugas membantu mengatasi penderitaan pasien dan berupaya agar penyakit pasien tidak lebih parah,sehingga perawat diharapkan tidak melakukan kesalahan dalam prosedur perawatan kepada pasien.Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan, perawat berwenang melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada pasien sesuai dengan resep (UU Keperawatan, 2014).
Perawat ikut bertanggung jawab dalam memastikan bahwa pemberian obat tersebut aman dan mengawasi efek dari pemberian obat tersebut pada pasien.Dalam melakukan pemberian obat perawat harus memperhatikan 7 hal yaitu benar klien, waktu, obat, rute, dosis, dokumentasi, dan informasi.Peran perawat cotohnya memberikan pengobatan yang setepat-tepatnya sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan mencegah terjadinya kejadian kecacatan atau komplikasi akibat infeksi saluran kemih. Pemberian Obat Antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Penggunaan obat antibiotik harus berdasarkan diagnosa yang benar agar pemilihan obat juga dapat sesuai dengan kondisi yang diderita oleh pasien. Interval pemberian obat antibiotik juga harus sesuai Misal dokter menganjurkan 3×/hari, maka perawat harus memberikan obat kepada pasien setiap 8 jam sekali.Jeda waktu dalam pemberian obat antibiotik dapat memengaruhi keefektifan dari obat tersebut. Obat antibiotik harus dikonsumsi sampai habis sesuai resep dokter. Hal ini bertujuan agar kadar antibiotik dalam darah tetap pada
kadar minimal agar tidak terjadi resistensi.Perawat berperan dalam memberikan edukasi pada pasien mengenai penggunaan antibiotik yang harus dikonsumsi sampai habis sesuai dengan resep dokter.
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN
Terapi farmakologi pada sistem urinaria yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk diagnosa,pencegahan dan penyembuhan penyakit- penyakit yang terjadi pada sistem urinaria. Sistem urinaria terdiri atas ginjal, kandung kemih, dan uretra.Ada beberapa penyakit yang terjadi di sistem urinaria mulai dari penyakit isk(infeksi saluran kemih),batu kandung kemih, inkontinensia urine, uretritis,sindrom nefrotik, sindrom nefritik dan gagal ginjal.
Penyakit tersebut masih bisa ditangani dengan terapi farmakologi.Terdapat beberapa cara agar tidak terjadinya penyakit pada sistem urinaria yaitu menjaga kebersihan area genital adalah cara yang paling utama mencegah terjadinya infeksi bakteri dan menerapkan pola hidup sehat menghindari terlalu banyak makan-makanan yang tidak sehat.Peran perawat dalam pemberian obat pada pasien gangguan sistem urinaria juga sangat penting.Perawat adalah orang yang mempengaruhi keselamatan pasien di rumah sakit, yang bertugas membantu mengatasi penderitaan pasien dan berupaya agar penyakit pasien tidak lebih parah, sehingga perawat diharapkan tidak melakukan kesalahan dalam prosedur perawatan kepada pasien. Salah satu peran perawat yang erat kaitannya dengan keselamatan pasien adalah perawat berwenang melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada pasien sesuai dengan resep.
3.2 SARAN
Jagalah kebersihan area genital dan lingkungan sekitar,konsumsi makanan yang sehat hindari terlalu sering hidup tidak sehat seperti merokok,minuman beralkohol dll.Segera konsultasikan dengan dokter jika mengalami gejala infeksi pada sistem urinaria. Ikuti instruksi dokter dengan tepat dan selesaikan seluruh regimen pengobatan dan jangan meminum obat yang tidak terjamin keamanannya untuk mengobati penyakit pada sistem urinaria.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, S. R., Andayani, A., Nugroho, H. K. A., & Wahid, H. (2019).
SENAM KEGEL YANG DIAWALI DENGAN DO’A TERHADAP INKONTINENSIA URINE PADA LANSIA ELDERLY. Jurnal Keperawatan Vol, 9(2).
humaeroh, A., & Sukmarini, L. (2022). Manajemen Nyeri Akut pada Pasien dengan Batu Ureter Level UVJ dan Batu Ginjal Dextra. Journal of Telenursing (JOTING), 4(2), 1012-1020.
National Institutes of Health (2020). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. The Urinary Tract & How It Works.
Rahmawati, O. N., & Suandika, M. (2023). Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Urin pada Ny. K dengan Infeksi Saluran Kemih di Ruang Ar- Rahman RSI Purwokerto: Nursing Care of Urinary Elimination Disorders in Mrs. K with Urinary Tract Infection in the Ar-Rahman Room RSI Purwokerto. Journal of Nursing Education and Practice, 2(3), 253-257 Triono, A., & Purwoko, A. E. (2012). Efektifitas antibiotik golongan
sefalosporin dan kuinolon terhadap infeksi saluran kemih. Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 12(1), 6-11.