• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ILMU FIQIH SOLAT FARDHU

N/A
N/A
Noor Aflah

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH ILMU FIQIH SOLAT FARDHU"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ILMU FIQIH SOLAT FARDHU

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Fiqih Dosen Pengampu: Muhamad Ichrom, SHI, MS

Disusun oleh :

Muhammad Noor Aflah (2108046034) Rofaniyati (2108046064) Fanny Widalaprita (2108046066)

MATEMATIKA MURNI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN WALISONGO SEMARANG

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah segala Puji syukur kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia berupa iman, akal, dan kesehatan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW,semoga syafaatnya bisa kita dapatkan kelak. Alhamdulillah, makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu dengan judul “ Solat Fardhu ”.

Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memberi masukan, dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah.

Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian.

Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menambah referensi keilmuan kepada pembaca.

Semarang , 25 September 2022

Kelompok 5

(3)

DAFTAR ISI

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(5)

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Salat dan Salat Fardhu 1.1 Pengertian salat

Pengertian shalat dari bahasa Arab As-sholah, sholat menurut Bahasa / Etimologi berarti Do‟a dan secara terminology/istilah, para ahli fiqh mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam., yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepadaNya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesaranNya atau mendhohirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau keduaduanya.6 Sebagaimana perintah-Nya dalam surah al- Ankabut ayat 45:

اَََم ُمَلْعَي ُ ااَو ۗ ُرَََبْكَأ ِ اا ُرْكِذَََلَو ۗ ِرَََكْنُمْلاَو ِءا َََشْحَفْلا ِنَع ٰىَهْنَت َة َل اََصلا انِإ ۖ َة َل اََصلا ِمِقَأَو ِباَََتِكْلا َنِم َكََْيَلِإ َيِحوُأ اَََم ُلََْتا

َنوُعَن ْصَت

bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.7 Dari beberapa pengertaian diatas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara‟.

1.2 Pengertian salat fardhu

Salat fardhu yaitu solat dengan status fardhu yaitu wajib dilaksanakan, dan kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah satu rukun islam.

2.Macam-macam Solat Fardhu dan Waktu Pelaksanaanya 2.1 Fardhu ‘Ain

Fardhu 'Ain yakni yang diwajibkan kepada individu. Yang termasuk dalam solat ini adalah a. Sholat lima waktu

(6)

Ini merupakan jenis sholat fardhu (wajib) yang dikerjakan sebanyak lima kali dalam sehari bagi setiap umat muslim/mukallaf, kecuali bagi mereka yang berhalangan dikarenakan sebab-sebab tertentu seperti datangnya haid pada wanita.

Perintah untuk mengerjakan sholat lima waktu bermula dari peristiwa penting Tahun Baru dalam Islam yaitu isra’ dan mi’raj yang dialami oleh Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam yang terjadi pada tanggal 27 Rajab 621 M, atau sekitar 3 tahun sebelum hijrah.

Dari Annas bin Malik ra

Telah difardhukan kepada Nabi SAW sholat pada malam beliau diisra`kan 50 sholat. Kemudian dikurangi hingga tinggal 5 sholat saja. Lalu diserukan, “Wahai Muhammad, perkataan itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima sholat ini sama bagi mu dengan 50 kali sholat.“(HR Ahmad, An-Nasai dan dishahihkan oleh At-Tirmizy).

Dalam sebuah hadist Rasulullah sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda yang artinya:

“Amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah sholat. Jika sholatnya baik maka baiklah seluruh amalannya dan jika buruk maka buruklah seluruh amalannya.” (HR.

Thabraani)

Dan sebelum Rasulullah wafat pun, beliau berpesan:

“Jagalah sholat, jagalah sholat dan berlaku baiklah terhadap budak-budak yang kamu miliki.” (HR.

Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).

Pembagian waktu sholat fardhu adalah sebagai berkut:

1) Sholat Subuh, merupakan bagian dari sholat lima waktu yang dikerjakan di permulaan hari, yaitu menjelang terbit fajar hingga sebelum terbit matahari. Sholat ini dikerjakan sebanyak 2 rakaat.

2) Sholat dzuhur, wajib (fardhu) ini dikerjakan mulai tergelincirnya matahari hingga masuk waktu ashar. Sholat ini dikerjakan sebanyak 4 rakaat.

3) Sholat ashar, waktu pengerjaan sholat wajib ini adalah pada saat bayangan suatu benda melebihi panjang benda itu sendiri atau dua kali lebih panjang dari benda itu sendiri. Sholat ashar

dikerjakan sebanyak 4 rakaat.

4) Sholat magrib, diawali pada saat terbenamnya matahari hingga datangnya waktu sholat isya’.

Sholat magrib dikerjakan sebanyak 3 rakaat.

(7)

5) Sholat isya’, dikerjakan sebanyak 4 rakaat yang pelaksanaanya dimulai ketika cahaya merah (syafaq) di langit Barat telah menghilang hingga terbitnya fajar shadiq keesokan harinya.

Sholat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan dan ketentuannya, sehingga apabila tertinggal salah satu darinya, maka hakikat sholat tersebut tidak mungkin tercapai dan sholat itu pun dianggap tidak sah menurut syara`. Menurut Sayyid Sabiq, yang termasuk rukun sholat ada 9 macam, yaitu:

1) Niat, hal ini berdasarkan kepada firman Allah SWT:

ِةَمّيَقلا ُنْيِد َكِلَذَوَةوَكَزلااوُت ْؤُيَوَةوَلاصلااوُمْيِقُيَوَءآَفَنُخ َنْيّدلا ُهَل َنْيِصِل ْخُم ااوُدُبْعُيِلَ للِااوُرِم ْوُااَمَو

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (al-Bayyinah: 98).

2) Takbiratul Ihram, hal ini berdasarkan hadist dari Ali RA berikut:

مرادلا هاور) ميلستلا اهليلحتو ،ريبكتلا اهميرحتو ،روهطلا ةلصلا حاتفم :لاق ملسو هيلع ا ىلص يبنلا نأ يلع نع

Artinya: Dari Ali RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, kunci sholat bersuci, pembukaannya membaca takbir dan penutupannya adalah membaca salam. (HR. Ad-Darimi).

Takbiratul ihram ini hanya dapat dilakukan dengan membaca lafadz Allahu Akbar.

3) Berdiri pada saat mengerjakan sholat fardhu, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

،ادعاقف عطتست مل نإف ،امئاق لص :لاقف ؟ةلصلا نع ملسو هيلع ا ىلص يبنلا تلأسف ،ريساوب يب تناك :لاق نيسح نب نارمع نع يراخبلا هاور) بنج ىلعف عطتست مل نإف

Artinya: Dari Imran bin Husain RA berkata, aku menderita penyakit ambien, lalu aku bertanya kepada Nabi SAW mengenai cara mengerjakan sholat yang harus aku lakukan, Nabi SAW bersabda, “Sholatlah dalam keadaan berdiri, jika engkau tidak mampu, maka laksanakan dalam keadaan duduk, jika engkau tidak mampu melakukannya, maka kerjakanlah dalam keadaan berbaring”. (H.R. Bukhari).

4) Membaca al-Fatihah

Ada beberapa hadits shahih yang menyatakan kewajiban membaca surat al-Fatihah pada setiap rakaat, baik pada saat mengerjakan sholat fardhu maupun sholat sunnah. Diantaranya:

ملسم هاور) باتكلا ةحتافب أرقي مل نمل ةلص ل ملسو هيلع ا ىلص يبنلا هب غلبي تماصلا نب ةدابع نع

Artinya: Dari Ubadah bin Shamit RA, Nabi SAW bersabda, “Tidak sah sholat seseorang yang tidak membaca surah Fatihatul-Kitab”. (H.R. Muslim).

(8)

Dalam Mazhab Syafi`i, basmalah merupakan satu ayat dari pada surah al-Fatihah, maka membaca bismillah hukumnya adalah wajib.

5) Ruku’, kefardhuanya telah diakui secara ijma`, berdasarkan firman Allah SWT:

َن ْوُحِلْفُت ْمُكالَعَلَرْيَخلااوُلَعْفاو ْمُكابَراوُدُبْعاَواوُدُجْساَواوُعَك ْرَااوُنَمأ َنْيِذالااَهُيَأَي

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (QS. al-Hajj: 77).

Ruku’ dikatakan sempurna jika dilakukan dengan cara membungkukkan tubuh, dimana kedua tangan dapat mencapai dan memegang kedua lutut.

6) Bangkit dari ruku’ dan berdiri lurus (i’tidal) disertai thuma’ninah.

7) Sujud

Anggota-anggota sujud adalah kening, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua telapak kaki.

8) Duduk yang terakhir sambil membaca tasyahud.

9) Memberi salam

Mayoritas ulama berpendapat bahwa memberi salam yang pertama adalah wajib, sedangkan salam yang kedua hukumnya adalah sunnah. Ibnu Munzir mengatakan para ulama berijma’

bahwa seseorang dibolehkan mengucapkan satu kali salam saja ketika dalam sholatnya.

Para ulama mazhab yang empat berbeda pendapat dalam menetapkan rukun sholat. Namun dari pendapat Imam Mazhab Yang Empat dapat dilihat bahwa ada beberapa hal yang mereka sepakati wajib dikerjakan dalam sholat, yaitu:

1) Takbiratul ihram 2) Berdiri

3) Membaca al-Fatihah 4) Ruku.

5) Sujud

6) Membaca salam 7) Tertib

b. Sholat Jum’at

(9)

Hukum sholat Jum’at adalah wajib dengan dasar Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma. Adapun dalil dari Al-Qur’an adalah firman Allah yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan

tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jum’ah:

9)

Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk menunaikannya. Padahal perintah –dalam istilah ushul fiqh– menunjukkan kewajiban. Demikian juga larangan sibuk berjual-beli setelah ada panggilan sholat, menunjukkan kewajibannya; sebab seandainya bukan karena wajib, tentu hal itu tidak dilarang.

Sedangkan dalil dari Sunnah, ialah sabda Rasulullah,

َنيِلِفاَغْلا ْنِم انُنوُكَيَل امُث ْمِهِبوُلُق ىَلَع ُ اا انَمِت ْخَيَل ْوَأ ِتاَعُمُجْلا ْمِهِعْدَو ْنَع ٌماَوْقَأ انَيِهَتْنَيَل

“Hendaklah satu kaum berhenti dari meninggalkan sholat Jum’at, atau kalau tidak, maka Allah akan mencap hati-hati mereka, kemudian menjadikannya termasuk orang yang lalai.” (HR. Imam Muslim dalam Shahih-nya, kitab Al Jum’ah, Bab At Taghlith Fi Tarki Al Jum’ah, no.1422)

Hal ini dikuatkan lagi dengan kesepakatan (Ijma) kaum muslimin atas kewajibannya, sebagaimana hal itu dinukil para ulama, diantaranya: Ibnu Al Mundzir, Ibnu Qudamah dan Ibnu Taimiyah.

1) Orang-orang yang Diwajibkan Melaksanaka Sholat Jum’at

Syaikh Al Albani berkata, “Sholat Jum’at wajib atas setiap mukallaf, wajib atas setiap orang yang baligh, berdasarkan dalil-dalil tegas yang menunjukkan sholat Jum’at wajib atas setiap mukallaf dan dengan ancaman keras bagi meninggakannya.”

Sholat Jum’at diwajibkan kepada setiap muslim, kecuali yang memiliki udzur syar’i, seperti budak belian, wanita, anak-anak, orang sakit dan musafir, berdasarkan hadits Thariq bin Syihab dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda,

ٌضيِرَم ْوَأ ّيِبَص ْوَأ ٌةَأَرْما ْوَأ ٌكوُلْمَم ٌدْبَع ًةَعَبْرَأ الِإ ٍةَعاَمَج يِف ٍمِلْسُم ّلُك ىَلَع ٌبِجاَو ّقَح ُةَعُمُجْلا

“Sholat Jum’at wajib bagi setiap muslim dalam berjama’ah, kecuali empat: hamba sahaya, wanita, anak-anak atau orang sakit.”

Sedangkan tentang hukum musafir, para ulama masih berselisih sebagai orang yang tidak diwajibkan sholat Jum’at, dalam dua pendapat, yaitu,

Pertama. Musafir tidak diwajibkan sholat Jum’at. Demikian ini pendapat jumhur Ulama (Bidayat Al Mujtahid Wan Nihayah Al Muqtashid, karya Ibnu Rusyd Al Qurthubi, Cetakan Kesepuluh, Tahun 1408 H, Dar Al Kutub Al ‘Ilmiyah, Bairut, hlm. 1/157), dengan dasar bahwa Rasulullah shallallahu

(10)

‘alaihi wa sallam dalam seluruh safarnya tidak pernah melakukan sholat Jum’at, padahal bersamanya sejumlah sahabat Beliau. Hal ini dikuatkan dengan kisah haji Wada, sebagaimana disampaikan oleh Jabir bin Abdillah dalam hadits yang panjang.

“Lalu beliau mendatangi Wadi dan berkhutbah. Kemudian Bilal beradzan, kemudian iqamah dan sholat Dhuhur, kemudian iqamah dan sholat Ashar, dan tidak sholat sunnah diantara keduanya..”

(Potongan hadits riwayat Muslim dalam Shahih-nya, kitab Al Hajj, Bab Hajat An Nabi, no. 2137) Kedua. Wajib melakukan sholat Jum’at. Demikian ini pendapat madzhab Dzahiriyah, Az Zuhri dan An-Nakha’i. Mereka berdalil dengan keumuman ayat dan hadits yang mewajibkan sholat Jum’at dan menyatakan, tidak ada satupun dalil shahih yang mengkhususkannya hanya untuk muqim.

Dari kedua pendapat tersebut, maka yang rajih adalah pendapat pertama, dikarenakan kekuatan dali yang ada. Pendapat inilah yang dirajihkan Ibnu Taimiyah, sehingga setelah menyampaikan perselisihan para ulama tentang kewajiban sholat Jum’at dan ‘Ied bagi musafir, ia berkata, “Yang jelas benar adalah pendapat pertama. Bahwa hal tersebut tidak disyari’atkan bagi musafir, karena

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bepergian dalam banyak safar, telah berumrah tiga kali selain umrah ketika hajinya dan berhaji haji wada bersama ribuan orang, serta telah berperang lebih dari dua puluh peperangan, namun belum ada seorangpun yang menukilkan bahwa Beliau melakukan sholat Jum’at, dan tidak pula sholat Id dalam safar tersebut; bahkan Beliau sholat dua raka’at saja dalam seluruh perjalanan (safar)nya.” Demikian juga, pendapat ini dirajihkan Ibnu Qudamah dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.

Demikian juga orang yang memiliki udzur yang dibenarkan syar’i, termasuk orang yang tidak diwajibkan menghadiri sholat Jum’at. Orang yang mendapat udzur, tidak wajib sholat Jum’at, tetap wajib menunaikan sholat sholat Dhuhur, bila termasuk mukallaf. Karena asal perintah hari

Jum’atadalah sholat Dhuhur, kemudian disyari’atkan sholat Jum’at kepada setiap muslim yang mukallaf dan tidak memiliki udzur, sehingga mereka yang tidak diwajibkan sholat, Jum’at masih memiliki kewajiban dalam Dzuhur.

2) Waktu Melaksanakan Sholat Jum’at

Waktu sholat Jum’at dimulai dari tergelincir matahari sampai akhir waktu sholat Dhuhur. Inilah waktu yang disepakati para ulama, sedangkan bila dilakukan sebelum tergelincir matahari, maka para ulama berselisih dalam dua pendapat.

Pertama. Tidak sah. Demikian pendapat jumhur Ulama dengan argumen sebagai berikut:

 Hadits Anas bin Malik, ia berkata,

(11)

“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat Jum’at ketika matahari condong (tergelincir).” (HR. Bukhori).

 Hadits Salamah bin Al Aqwa, ia berkata,

“Kami sholat Jum’at bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika tergelincir matahari, kemudian kami pulang mencari bayangan (untuk berlindung dari panas).” (HR. Muslim).

Inilah yang dikenal dari para salaf, sebagaimana dinyatakan Imam Asy-Syafi’i; “Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar Umar, Utsman dan para imam setelah mereka, sholat setiap Jum’at setelah tergencilir matahari.”

Kedua. Sah, sholat Jum’at sebelum tergelincir matahari. Demikian pendapat Imam Ahmad dan Ishaq, dengan argumen sebagai berikut:

 Hadit Salamah bin Al-Aqwa, ia berkata:

َء ْيَفْلا ُعابَتَتَن ُعِج ْرَن امُث ُسْماشلا ْتَلاَز اَذِإ َمالَسَو ِهْيَلَع ُ اا ىالَص ِ اا ِلوُسَر َعَم ُعّمَجُن اانُك

“Kami sholat Jum’at bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika tergelincir matahari, kemudian kami pulang mencuri bayangan untuk (berlindung dari panas).” (HR Muslim).

 Hadits Sahl bin Sa’ad, ia berkata,

ِةَعُمُجْلا َدْعَب الِإ ىادَغَتَن َلَو ُليِقَن اانُك اَم

“Kami tidak tidur dan makan siang, kecuali setelah Jum’at.” (HR Bukhori).

 Hadits Jabir bin Abdillah ketika ia ditanya,

ُسْماشلا ُلوُزَت َنيِح اَهُحيِرُنَف اَنِلاَمِج ىَلِإ ُبَهْذَن امُث يّلَصُي َناَك َلاَق َةَعُمُجْلا يّلَصُي َمالَسَو ِهْيَلَع ُ اا ىالَص ِ اا ُلوُسَر َناَك ىَتَم

“Kapan Rasulullah sholat Jum’at, ia menjawab, “Beliau sholat Jum’at, kemudian kami kembali ke onta-onta kami, lalu menungganginya ketika matahari tergelincir.” (HR.

Muslim). Syaikh Al-Albani berkata, “Ini jelas menunjukkan, bahwa sholat Jum’at dilakukan sebelum tergelincir matahari.” (Al Ajwiba An Nafi’ah, op.cit 22)

Dari pendapat-pendapat tersebut, yang rajih adalah pendapat kedua, yaitu waktu sholat Jum’at adalah waktu Dzuhur, dan sah bila dilakukan sebelum tergelincir matahari, sebagaimana dirajjihkan Imam Asy Syaukani dan Syaikh Al Albani.

3) Syarat Sah Sholat Jum’at

 Dilakukan di tempat-tempat tertentu

(12)

 Diikuti setidaknya oleh 40 orang laki-laki

 Dilaksanakan pada waktu dzuhur

 Didahului dengan dua khutbah 4) Rukun Sholat Jum’at

Rukun-rukun sholat Jum’at tidak berbeda dengan rukunrukun sholat maktubah yang lain.

Para ulama’pun beragam dalam memformulasikan rukun-rukun sholat Jum’at tersebut. Rukun ini oleh Syafi’i dibagi kepada dua klasifikasi, fi’liyah dan qauliyah. Rukun fi’liyah merupakan sesuatu rukun yang sifatnya gerakan-gerakan tertentu oleh mushalli. Sedangkan rukun qauliyah adalah ucapan-ucapan tertentu dalam sholat.

Adapun rukun sholat Jum’at adalah sebagai berikut:

 Khutbah dua kali yang duduk diantara keduanya

 Sholat dua raka’at, dengan berjama’ah

Dalam melaksanakan khutbah terdapat rukun-rukun yang harus dilakukan yaitu :

 Memuji kepada Allah dengan melafadkan kata-kata pujian

 Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad

 Berwasiat kepada hadirin untuk taqwa

 Mendo’akan kepada semua orang mukmin

 Membaca al-Qur’an.

Syarat-syarat yang harus dilakukan khatib sebelum khutbah dilaksanakan adalah:

 Sudah masuk waktunya

 Mendahulukan dua khutbah sebelum sholat Jum’at

 Berdiri dalam khutbah

 Duduk diantara kedua khutbah, serta tenang

(13)

 Suci dari hadats dan najis pada pakaian, badan dan tempat

 Diucapkan dalam bahasa Arab (dalam rukun khutbah)

2.2 Fardhu Kifayah

Fardhu Kifayah yakni yang diwajibkan atas seluruh muslim namun akan gugur dan menjadi sunnat bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim yang lain. yang termasuk dalam solat ini adalah:

a. Sholat Jenazah

Salah satu kewajiban seorang muslim dengan saudara muslim lainnya adalah sholat jenazah.

Apabila di suatu daerah atau perkampungan ada orang yang meninggal dunia maka orang disekitarnya yang mengetahui terhadap kejadian tersebut diwajibkan untuk mengurusi jenazahnya sampai tertib mulai dari memandikan, mengkafani, mensholatkannya hingga menguburkan mayit tersebut. Apalagi mengenai mensholatkan jenazah yang memiliki hukum fardhu kifayah dalam arti apabila tidak ada yang melaksanakan maka semuanya berdosa. Akan tetapi bila ada diantaranya salah seorang yang mengerjakan maka gugurlah dosa tersebut. Namun bukan berarti sholat jenazah hanya cukup dilakukan satu orang saja karena pernyataan tersebut hanya sebagai penggugur kewajiban agar semuanya tidak terkena dosa, sebab lebih bagus apabila ada yang meninggal mayitnya disholatkan secara sama-sama berjamaah dengan muslim lainnya.

Secara teknis memang sholat jenazah ini berbeda dengan sholat pada umumnya yang dilakukan sehari-hari oleh umat muslim. Sholat jenazah dikerjakan dengan empat kali takbir Sholat tanpa ruku’

dan sujud serta tanpa adzan dan iqamat.

Adapun syarat-syarat sholat jenazah:

1) Sholat jenazah sama halnya dengan sholat lainnya, yaitu : haruslah menutup aurat, suci dari najis/

hadas besar dan kecil, suci badan maupun pakaian, dan tempatnya harus menghadap kiblat.

2) Sebelum melakukan sholat jenazah, mayit sudah dimandikan dan dikafani.

3) Letak jenazah atau mayit sebelah kiblat orang yang menyalatinya, terkecuali kalau sholat dikerjakan di atas kubur atau sholat ghaib.

Dan berikut rukun sholat jenazah:

1)

Niat, menyengaja melakukan sholat atas mayit dengan empat takbir, menghadap kiblat karena Allah. adapun

(14)

Lafadz Niat Sholat Jenazah Untuk Laki-laki : ىَلاَعَت ِلِ اًم ْوُمْأَم / اًماَمِا ِةَياَفِكْلا َض ْرَف ٍتاَرِبْكَت َعَبْرَا ِتّيَمْلااَذَه ىَلَع ىّلَصُا

Saya niat (mengerjakan) sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah karena menjadi makmum karena Allah Ta’ala.

Lafadz Niat Sholat Jenazah Untuk Perempuan : ىَلاَعَت ِلِ اًم ْوُمْأَم / اًمَمِا ِةَياَفِكْلا َض ْرَف ٍتاَرِبْكَت َعَبْرَا ِةَتّيَمْلا ِهِذَه ىَلَع ىّلَصُا

Saya niat sholat atas mayit perempuan ini empat kali takbir fardhu kifayah karena menjadi makmum karena Allah Ta’ala.

2)

Setelah membaca niat dilanjutkan dengan takbiratul ihram.

3)

Setelah takbir kedua, dilanjutkan membaca shalawat kepada baginda rasulullah saw.

ِلآ ىَلَعَو ٍدامَحُم ىَلَع ْكِراَبَو ،ٌديِجَم ٌديِمَح َكانِإ ،َميِهاَرْبِإ ِلآَو َميِهاَرْبِإ ىَلَع َتْيالَص اَمَك ،ٍدامَحُم ِلآ ىَلَعَو ٍدامَحُم ىَلَع ّلَص امُهاللا

ٌديِجَم ٌديِمَح َكانِإ ،َميِهاَرْبِإ ِلآَو َميِهاَرْبِإ ىَلَع َتْكَراَب اَمَك ،ٍدامَحُم

Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia. Dan berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia.

4)

Setelah takbir ke tiga, kemudian dilanjutkan membaca doa berikut ini :

ِجْللثلاَو ِءآَمْلاِب (اَه) ُهْلِسْغَاَو (اَه) ُهَلََخْدَم ْعّسَوَو (اَه) ُهَلُزُن ْمِرْكَاَو (اَه) ُهْنَع ُفْعاَو (اَه) ِهْيِفاَعَو (اَه) ُهْمَحْراَو (اَه) ُهَل ْرِفْغا لمهلللا (اَه) ِهِلْهَا ْنِم اًرْيَخ ًلْهَا َو (اَه) ِهِراَد ْنِم اًرْيَخ اًراَد (اَه) ُهْلِدْبَا و ِسَنلدلا َنِم ُضَيْبَ ْلا ُبْوللثلا ىاقَنُي اَمَك اَياَطَخْلا َنِم (اَه) ِهّقَنَو ِدَرَبْلاو

ِرانلا َباَذَعو ِرْبَقلا َةَنْتِف ِهِقَو (اَه) ِهِج ْوَز ْنِم اًرْيَخ اٍج ْوَزَو

“Ya Allah ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada

keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.”

(15)

5)

Selesai takbir ke-empat, maka membaca doa, berikut :

ًللِغ َانِبْوُلُق ىِف ْلَعْجَت َل َو ِناَمْيِ ْلاِب َنْوُقَبَس َنْيِذَللا ََانِناو ْخِ ِلَو (اَه) ُهَلَو اَنَل ْرِفْغاَو (اَه) ُهَدْعَب ََالنِتْْفََت َل َو (اَه) ُهَر ْجَا اَنْمِررْحَت َل لمُهلللا

ٌمْيِحَر ٌف ْوُءَر َكلنِإ اَنلبَر اوُنَمآ َنْيِذالِل

“Ya Allah, janganlah Engkau haramkan Kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah pada kami setelah kematiannya serta ampunilah kami dan dia, dan juga bagi saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian terhadap orang-orang yang beriman (berada) dalam hati kami. Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

6)

Salam 3. Keutamaan Solat Fardhu

1. Sholat adalah kewajiban utama

Pengertian sholat fardhu adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah satu rukun islam.

Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, kedudukan sholat masuk dalam rukun Islam (HR Muslim 106). Rukun berarti hal yang mutlak wajib dilakukan, dan jika tidak dikerjakan maka tidak ada yang bisa membantu menggugurkan rukun tersebut.

Saking pentingnya ibadah ini, para ulama sejak dahulu banyak yang berselisih tentang keislaman orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja, padahal ia mampu melaksanakannya. Ada ulama terdahulu yang mengkafirkan pelakunya, ada juga yang memasukannya kepada dosa besar yang amat besar.

2. Sholat merupakan pembeda antara muslim dan kafir.

Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda,

“Sesungguhnya batasan antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah sholat. Barangsiapa meninggalkan sholat, maka ia kafir” (HR Muslim no. 978)

Salah seorang tabi’in bernama Abdullah bin Syaqiq rahimahullah berkata, “Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali sholat.” (HR Tirmidzi)

(16)

3. Sholat penyebab tegaknya agama seseorang

sholat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan sholat.

Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah sholat.”(HR. Tirmidzi no. 2825. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)

4. Amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah sholatnya. Apabila sholatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila sholatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari sholat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan sholat sunnah?’ Maka sholat sunnah tersebut akan menyempurnakan sholat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” (HR. Abu Daud. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani

5. Penghapus dosa

6. Mencegah dari perbuatan keji dan mungkar

7. Menyelamatkan anggota-anggota sujud dari api neraka 8. Dipersiapkan pintu khusus saat memasuki surga 9. Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang salat

10. Allah SWT membanggakan orang yang salat di hadapan para malaikat 11. Amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT

DAFTAR PUSTAKA

11 Keutamaan Salat Fardu dan Amalan Rasulullah SAW (idntimes.com) Pengertian Shalat Fardhu Menurut Istilah Adalah : Sholat (selapan.com) BAB II.pdf (walisongo.ac.id)

(1) SHOLAT FARDU | Daniel Kang - Academia.edu

(17)

Referensi

Dokumen terkait