• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH DISKUSI SEMESTER GANJIL 2023-2024: Intervensi Klinis

N/A
N/A
Yuli Rahayu

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH DISKUSI SEMESTER GANJIL 2023-2024: Intervensi Klinis"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MATA KULIAH PSIKOLOGI KLINIS

MAKALAH DISKUSI SEMESTER GANJIL 2023 - 2024

“ Intervensi Klinis “ Dosen pengampu :

Sitti Syawaliah Gismin, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun oleh : Kelompok 2

Viona Mutmainnah (4522091011) Yoksan Miron Niktao (4522091232)

Bayu Sapuad Pranea (4522091128)

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Klinis tentang “Intervensi”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhirkata kami berharap semoga makalah tentang Psikologi Klinis “Intervensi” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, Oktober 2023

Kelompok 2

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB I PENDAHULUAN... 4

1.1. Latar Belakang...4

1.2. Rumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan... 4

BAB II PEMBAHASAN... 5

2.1. Pengertian Intervensi... 5

2.2. Tujuan Intervensi...5

2.3. Bentuk Intervensi Psikologi Klinis... 5

2.4. Metode Intervensi Psikologi Klinis...8

2.5. Peran Konselor dalam Memberikan Intervensi... 9

2.6. Intervensi dalam Setting Individu dan Kelompok... 12

BAB III PENUTUP...14

3.1. Kesimpulan... 14

3.2. Saran...14

DAFTAR PUSTAKA... 15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Intervensi atau intervening merupakan kata yang berasal bahasa Latin yang berarti

“coming between” artinya yang datang di antara. Intervensi berarti mengacu pada usaha untuk mengubah kehidupan yang sedang berjalan dengan cara tertentu. Perubahan itu bisa kecil atau besar, negatif atau positif. Orang-orang yang bekerja dalam profesi-profesi pemberi bantuan mememiliki intensi etik yang sama, yaitu melakukan segala hal yang dapat dilakukan demi keuntungan klien tanpa menimbulkan kerugian. Istilah intervensi sering digunakan di berbagai disiplin ilmu. Dalam dunia psikologi sendiri intervensi merupakan langkah yang di tempuh seorang psikolog setelah melakukan langkah-langkah assesmen. Istilah intervensi secara umum adalah upaya untuk merubah perilaku, pikiran dan perasaan seseorang. Intervensi tidak hanya dilakukan oleh psikolog dan dapat digunakan dalam berbagai bidang. Makalah ini akan membahas konsep dari intervensi meliputi definisi, tujuan, model dan metode intervensi serta peran konselor dan intervensi dalam settting individual dan kelompok.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian intervensi ? 2. Apa tujuan dari intervensi ? 3. Apa saja model dalam intervensi ? 4. Apa saja metode dalam intervensi ?

5. Bagaimana peran konselor dalam memberikan intervensi ? 6. Bagaimana intervensi dalam setting individual dan kelompok ? 1.3. Tujuan

Untuk mengetahui jawaban dari rumusan masalah guna menambah wawasan pengetahuan mata kuliah Psikologi Klinis.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Intervensi

Intervensi dalam bidang psikologi adalah upaya yang dilakukan untuk mengubah perilaku pikiran, atau perasan seseorang yang mana dalam perubahan tersebut diharapkan dapat berubah kearah yang lebih baik untuk dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. Yang dimaksud intervensi ialah ikut campurnya orang luar terhadap permasalahan yang dialami individu. Intervensi itu sendiri tidak hanya dilakukan oleh psikolog, namun dapat juga dilakukan oleh orang yang memang memiliki kemampuan atau keahlian di bidang tersebut.

2.2. Tujuan Intervensi

Pemecahan masalah; Memperbaiki pemecahan masalah; Pencegahan timbulnya adalah; dan Peningkatan kemampuan untuk lebih berbahagia (Markam, 2003; Nietzel, 1998; Korchin,1976).

Alasan penggunaan intervensi klinis didasarkan pada tiga dasar, yaitu:

Amelorasi adalah menolong orang atau system sosial untuk menanggulangi masalah-masalah yang telah terjadi. Seperti menangani orang yang sedang mengalami rasa cemas atau merasakan kegagalan.

Prevensi meliputi usaha-usaha untuk meramalkan masalah-masalah sebelum berkembang, seperti

ketika merencanakan pembangunan suatu pusat rekreasi agar masyarakat sekitar tidak bertindakkriminal.

Pengembangan ialah usaha untuk membantu orang meningkatkan keterampilan pribadi, relasi,

dan lingkungan hidupnya. Lebih meningkatkan kualitas hidup daripada menyelesaikan masalah.

Bentuk intervensi klinis: psikoterapi, rehabilitasi. psikososial dan preventif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tentang intervensi adalah iisu seperti sikap dan ekspektasi klien dan trapis, orientasi teoritis klien dan kedalam kategori manakah klien dimasukkan.

(6)

2.3. Bentuk Intervensi Psikologi Klinis 1. Psikoterapi

a. Definisi

Psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan (treatmen) terhadap permasalahan yang sifatnya emosional, dimana seorang terapis secara sengaja membina hubungan profesional dengan klien, dengan tujuan menghilangkan, mengubah, atau memperlambat simtom dan menghilangkan pola perilaku terganggu, serta meningkatkan perkembangan pribadi ke arah yang positif (Frank, dalam Nietzel, 1998).

Psikoterapi (Frank, dalam Phares 1992) adalah interaksi terencana antara seseorang yang terlatih (memiliki kewenangan sosial untuk melakukan terapi) dengan klien/ penderita, dimana interaksinya berusaha meringankan penderitaan klien dengan komunikasi simbolik (kata

&/aktivitas).

b. Tujuan

treatment terhadap masalah emosional:

menghilangkan, mengubah, memperlambat simtom

memahami pola perilaku yang terganggu

meningkatkan pertumbuhan & perkembangan pribadi yang positif.

c. Karakteristik dalam Psikoterapi

Minimal terdiri atas 2 partisipan, salah satunya seorang yang terlatih ahlimengatasi problem psikologis dan masalah lain yang terkait.

Hubungan yang ada bersifat psikoteraupetik, terjadi secara alamiah

& bertujuan sesuai kaidah/ metode psikologi tertentu untuk perubahan yang diharapkan klien.

Metode yang digunakan berdasar adanya teori terkait dengan masalah-masalahpsikologis & keluhan spesifik klien.

Berdasar pendekatan teoritik, terapis menggunakan teknik-teknik tertentu.(Nietzel, 1998).

d. Teknik dalam Psikoterapi

Membantu mengembangkan insight yaitu membantu klien memahami masalahyang sebenarnya dialami & mencari penyebabnya. Misal: Psikoanalisa – analisamimpi.

Mengurangi ketidaknyamanan emosional yaitu membantu klien menstabilkanemosinya, mengurangi distress, dan menguatkan emosi positif klien.

(7)

Adapun alur dari tekhnik psikoterapi sebagai berikut :

- mengenali & mengekspresikan emosi

- mengendalikan emosi – mengarah pada perilaku yang bermanfaat

- rekonstruksi emosi yang dimiliki (tambah info, modifikasi tujuan)

- memunculkan emosi-pikiran-perilaku yang serasi

- memodifikasi emosi yang menjadi sebab perilaku maladaptif.

- Menyediakan informasi baru yaitu sisi edukatif dalam psikoterapi menambahwawasan, merubah cara pandang.

- Memberikan tugas-tugas di luar sesi terapi transfer perubahan positif ke dalam dunia nya. Misal: mempelajari keterampilan baru (di luar sesi terapi perilaku-kognittif).

- Mengembangkan keyakinan, harapan & ekspetansi terhadap perubahan

keterampilan terapis baik secara performa & rasional meyakinkan klien bahwaterapi akan efektif mengatasi masalahnya

- Keterampilan terapis meningkatkan harga diri klien, untuk mampu melakukan perubahan. Mendukung katarsis mendukung klien mengekspresikan emosi yang sebenarnya & membiarkan emosi yang terpendam diungkapkan dengan mudah/tanpa hambatan selama sesi terapi.

e. Level dalam Psikoterapi

Psikoterapi Suportif

Tujuan: memperkuat perilaku penyesuaian diri yang sudah baik, memberidukungan psikologis bagi klien.

Psikoterapi Re-edukatif

Tujuan: mengubah cara pikir &/ perasaan klien agar klien dapat berfungsi lebihefektif. mengkaji ulang keyakinan, mendidik agar memiliki pemahaman baru.

Psikoterapi Rekonstruktif.

Tujuan: mengubah seluruh kepribadian klien yaitu menggali ketidaksadaran,

analisa defens yang patologis, memberi pemahaman pada klien tentang prosestak sadar.

(8)

Behaviorial & Cognitive-Behaviorial Therapist

Phenomenological/ Experiental Therapist 2. Rehabilitasi Psikososial

Alternatif intervensi yang berusaha memberikan informasi bagi keluarga/pasien mengenai masalah/gangguan yang dialami; membantu pasien memahami,

mengurangi/mencegah munculnya masalah terkait dengan situasi sosial; atau membantu pasien menormalkan/mengoptimalkan kembalikualitas hidup mereka terutam di lingkungan sosial.

Contoh rehabilitasi psikososial:

Melatihkan coping stress pada mantan pecandu narkoba; terapi okupasi pada penderita skizofreniaresidual; melatihkan pada keluarga penderita skizofrenia mengenali simtom psikotik.

3. Intervensi Preventif

Caplan (1964), membagi level (3) pencegahan pada masalah kesehatan mental:

a. Pencegahan Tersier adalah usaha mencegah konsekuensi jangka panjang ataupun jangka pendekdari keparahan gangguan yang dialami penderita.

b. Pencegahan Sekunder adalah usaha pencegahan pada kelompok individu beresiko (high risk population). Level ini akan efektif apabila: menangani faktor pengetahuan pada kelompok resiko tertinggi pada gangguan secara spesifik;

penanganan pada kelompok beresiko yang paling mudahdijangkau.

Tujuan: memberikan pengetahuan kepada kelompok beresiko, screening awal, imunisasi/ vaksinasi. Misal: pembinaan reproduksi sehat pada calon TKW, imunisasi polio pada balita.

c. Pencegahan Primer adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi/

membatasi laju timbulnyagangguan dengan melakukan modifikasi lingkungan atau memperkuat individu agar terhindar menjadi resiko tinggi. Subjeknya komunitas umum.

Tujuan: Melawan faktor resiko (counteracting risk factor) dan memperkuat faktor pengaman (reinforcing protective factor). Misal: Konseling pra-nikah, penyuluhan anti-flu burung.

(9)

Lima metode dalam level pencegahan primer:

Meningkatkan kelekatan yang aman & mengurangi kekerasan dalam rumah tangga.

Mengajarkan keterampilan kognitif & sosial.

Merubah lingkungan menjadi lebih mendukung berkembangnya perilaku adaptif.

Meningkatkan keterampilan dalam mengelola stres :

-Mengurangi stressor lingkungan

-Membantu individu mengatasi stres lebih efektif

Mempromosikan pemberdayaan kelompok masyarakat, dengan membantu masyarakat mengendalikan & mengurangi resiko berkembangnya gangguan mental (perubahan sosial)

Misal: mengatasi kemiskinan 2.4. Metode Intervensi Psikologi Klinis

Intervensi dalam Psikologi dapat berbentuk intervensi individual, intervensi kelompok, intervensi komunitas, intervensi organisasi maupun sistem. Metode yang digunakan dalam intervensi dapat berbentuk :

a. Psikoedukasi : psikoedukasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan/atau keterampilan sebagai usaha pencegahan dari munculnya dan/atau meluasnya gangguan psikologis di suatu kelompok, komunitas atau masyarakat serta kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman bagi lingkungan (terutama keluarga) tentang gangguan yang dialami seseorang setelah menjalani psikoterapi.

Psikoedukasi dapat berbentuk:

Pelatihan

Non Pelatihan

b. Konseling psikologi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu mengatasi masalah baik soaial personal, pendidikan atau pekerjaan yang berfokus pada pengembangan potensi positif yang dimiliki klien. Istilah untuk subyek yang mendapatkan layanan Konseling Psikologi adalahklien

c. Terapi Psikologi adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyembuhan dari gangguan psikologis atau masalah kepribadian dengan menggunakan prosedur

(10)

2.5. Peran Konselor dalam Memberikan Intervensi

Konselor adalah seorang tenaga professional yang melakukan konseling/penyuluhan, danbertugas memberi masukan untuk memecahkan masalah klien.

Selain itu konselor juga mempunyai peran dalam memberikan intervensi, yaitu : 1. Memberikan Relasi Bantuan

Dalam memberikan relasi bantuan, seorang konselor harus memiliki empati secara akurat. Empati sendiri terdiri dari dua tahapan utama, yaitu kemampuan untuk merasakan secara akurat dunia klien, mampu melihat sesuatu menurut pandangan klien, serta kemampuan secara verbal berbagai pemahaman dengan klien. Dalam mengembangkan rasa empati, tahapan pertama yang harus dilakukan adalah memberikan perhatian yang baik, yang mengartikan bahwa konselor ingin memahami dunia perasaan klien. Selain itu konselor juga dituntut mampu mengembangkan penghargaan yang positif, yaitu penghargaan terhadap bagaimana klien melihat dunia. Namun penghargaan yang positif, terkadang disalah artikan. Oleh karena itu dalam menunjukkan penghargaan yang positif bisa dengan mengapresiasi klien sebagai individu yang unik.

Hal lain dalam membangun relasi bantuan adalah perlunya keiklhlasan, keaslian, atau kesungguhan. Dalam istilah Rogers, sering disebut sebagai kongruensi, yaitu suatu kondisi yang merefleksikan kejujuran, transparansi dan keterbukan kepada klien.

Yang dilakukan demi terciptanya relasi dan berkomunikasi yang baik, dan akan terlaksana jika secara pribadi konselor dapat bekerja sama dengan klien, bertemu secara pribadi, dan menjadi dirinya sendiri, bukan menyangkal dirinya. Dijelaskan pula bahwa keterbatasan dalam mengekspresikan diri dan melibatkan diri dalam merespon perasaan klien dapat menyebabkan beberapa masalah.

2. Memperhatikan Klien

Dalam memperhatikan klien, hal pertama yang perlu diperhatikan oleh konselor adalah cara berkomunikasi. Terdapat tiga hal utama yang di perhatikan saat berkomunikasi , yaitu ekspresi wajah, posisi badan, dan respon verbal. Bentuk komunikasi ini akan memberikan sinyal bagi klien apakah

(11)

tingkat penerimaan, persetujuan, penolakan atau pengabaian, dan berhubungan dengan penguatan tingkah laku. Perhatian dalam berkomunikasi adalah sangat penting. Sebab, jika klien mengungkapkan, tetapi konselor tidak menanggapinya secara serius, maka klien tidak akan pernah meneruskan permasalahannya. Hal ini juga menunjukkan bahwa prilaku konselor dapat berkontribusi terhadap rasa aman klien, dan peningkatan rasa aman pada saat klien mengungkapkan masalahnya dapat menjadi suatu fenomena penguatan diri sendiri bagi klien.

3. Mengelola Sesi Konseling

Hal ini dapat dilakukan dengan meletakkan agenda untuk mengikuti dunia klien. konselor harus menstrukturkan konseling dengan menjelaskan bagaimana konseling akan dilakukan, batasan-batasan, peran, serta tujuan yang diharapkan, termasuk masalah kerahasiaan. Setelah hal ini jelas, maka pekerjaan konseling dapat dimulai. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mengundang klien untuk berbicara,misal tentang alasan-alasannya, dan dari alasan-alasan ini mungkin akan mengindikasikan harapan-harapan atau hasil yang diinginkan melalui konseling.

Dalam hal ini konselor mempunyai peran penting sebagai pendorong atau penyemangat klien untuk berbicara. Konselor juga harus menentukan fokus apa saja yang harus diperhatikan saat wawancara, seperti pada wawancara yang pertama kali harus berfokus kepada perasaan klien atau dinamika interpersonal, maka konselor akan menggunakan jawaban-jawaban klien dalam rangka mendapatkan gambaran tentang perasaan klien, menjelaskan hubungan, dan dalam mengkomunikasikan pemahaman konselor.

Selanjutnya, dalam sesi yang kedua konselor dapat melakukan wawancara dengan fokus isi pada identifikasi data, menyampaikan masalah, setting kehidupan klien saat ini, riwayat keluarga, riwayat pribadi, deskripsi klien selama wawancara, kesimpulan dan rekomendasi. Dalam sesi-sesi berikutnya, wawancara hendaknya sudah mengarah kepada wawancara terapeutik dan dilakukan dengan menggunakan data-data yang sudah dimiliki. Sedangkan dalam mengakhiri wawancara, dijelaskan bahwa bila mengakhiri wawancara

(12)

yang satu ke yang lain.

4. Merespon Konten Kognitif

Dalam merespon isi kognitif, konselor harus memahami alternatif yang dihadirkan klien dan merespon terhadap alternatif tersebut secara tepat.

Memahami alternatif, berarti mengidentifikasi secara tepat jenis isi yang dihadirkan klien, dan alternatif- alternatif yang dapat direspon.

Dalam merespon, juga banyak tipe yang bisa dijadikan stimulus terhadap isi kognitif,yaitu ide yang disetujui, organisasi dan suatu hal. Untuk membedakan stimulus, konselor dapat mengggunakan melalui diam, aktivitas verbal secara minimal, pernyataan kembali, dan pemeriksaan.

5. Merespon Konten Afektif

Komunikasi yang merefleksikan dengan emosi atau perasaan dapat dideskripsikan sebagai seluk beluk yang berkaitan dengan afektif. Namun demikian, beberapa pesanmungkin dapat berisi konten kognitif dan afektif, dan ketika ini terjadi maka pesan- pesan afektif tidak dapat dilihat berdasar atas kata-kata yang diucapkan oleh klien.

Sedangkan pesan-pesan perasaan mungkin diekspresikan melalui nonverbal, seperti nada vokal, kecepatan bicara, posisi tubuh, dan atau isyarat badan. Isyarat verbal maupun nonverbal selalu berasosiasi dengan emosi.

Walaupun demikian, sekalipun konselor tidak bisa merasakan perasaan klien, konselor dapat menduga apa yang sebenarnya dirasakan oleh klien. Konselor harus mampu memahami perasaan klien. Untuk itu konselor dituntut untuk lebih menyadari serta sensitif terhadap tanda-tanda verbal maupun nonverbal dari eleman-elemen komunikasi klien.

6. Mengkonseptalisasikan Masalah dan Mensetting Tujuan

Hal ini menegaskan bahwa hakekat konseling adalah membantu memenuhi kebutuhan khusus klien, dengan kata lain konseling harus berorientasi kepada kebutuhan khusus klien, bukan berorientasi kepada masalah. Sebab, ketika seorang konselor hanya berorientasi kepada masalah berarti konseling tersebut masih bersifat permukaan (artifisial), belum dilakukan secara mendalam sesuai akar permasalahan. Sedangkan akar permasalahan adalah adanya kebutuhan- kebutuhan khusus yang tidak terpenuhi oleh klien. Diasumsikan, apabila kebutuhan khususnya terpenuhi, maka masalahnya sendiri akan terselesaikan.

(13)

2.6. Intervensi dalam Setting Individu dan Kelompok

a. Intervensi Individual

Plante (2005:275) mengemukakan bahwa intervensi individual merupakan metode yang terlatih dan metode yang paling umum dalam psikoterapi. Intervensi individual merupakan kegiatan psikoterapi yang melibatkan seorang ahli terapi yang menjadi penolong bagi kliennya yang mengalami masalah,tingkah laku, kualitas hidup, dan lain-lain. Psikoterapi individual digunakan untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan melibatkan interaksi antara seorang ahli terapi dan klien.

Sedangkan Pomerantz (2013:365) mengemukakan bahwa intervensi individual merupakan terapi yang berfokus pada hubungan interpersonal.

b. Intervensi Kelompok

Slamet dan Markan (2003:142) mengemukakan bahwa intervensi kelomok adalah memahami gangguan dalam relasi interpersonal dan mengurangi gangguan yang dialami dalamsetting kelompok. Anggota intervensi kelompok biasanya berkisar 5 sampai 10 anggota, keunggulan intervensi kelompok dibandingkan dengan intervensi individual adalah bahwa anggota kelompok dianggap mewakili suaru lingkaran interpersonal dengan lebih bik daripada hanya satu orang terapis, sehingga dapat lebih menjamin perbaikan hubungan interpersonal.

Menurut Kaplan,Sadock, dan Grebb (2010:419) terapi yang digunakan dalam intervensi kelompok ini menggunakan berbagai teknik dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok untuk membuat perubahan tersebut.

Pemiliha klien : untuk mennetukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli terapi memerlukan sejumlah besar informasi, yang digali dari wawancara.

Organisasi structural : ukuran terapi kelompok telah berhasil dengan anggota sedikitnya 3 orang sampai 15 orang, tetapi sebagian besar ahli terapi merasa bahwa 8 sampai 10anggota adalah ukuran yang optimal.

(14)

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Intervensi Psikologi Klinis adalah upaya yang dilakukan untuk mengubah perilaku pikiran, atau perasan seseorang yang mana dalam perubahan tersebut diharapkan dapat berubah kearah yang lebih baik untuk dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.

Yang dimaksud intervensi ialah ikut campurnya orang luar terhadap permasalahan yang dialami individu. Intervensi itu sendiri tidak hanya dilakukan oleh psikolog, namun dapat juga dilakukan oleh orang yang memang memiliki kemampuan atau keahlian di bidang tersebut. Betuk intervensi klinis meliputi psikoterapi, rehabilitasi psikososial dan preventif.

Sedangkan metode yang bisa dgunakan yaitu psikoedukasi, konseling dan terpi psikologi. Konselor sangat membantu dalam pelaksanaan dari intervensi , baik dalam setting individu dan kelompok.

3.2. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan terhadap pembuatan makalah ini dikarenakan terbatasnya wawasan penulis. Kritik dan saran yang membangun sangat berguna bagi penulis.

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan dengan sumber-sumber yang lebih terpercaya.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

HIMPSI. Kode Etik Psikologi. Jakarta: Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia.

Slamet,S Markam, Pengantar Psikologi Klinis,(Jakarta:2003),UI PRESS,hlm 135-144 Mappiare A,Pengantar Konseling dan Psikoterapi,(Jakarta: 2003), Rajawali Press, hlm 291 http://psikologishare.blogspot.com/2011/11/pengantar-intervensi-dalam-psikologi.html http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1960020119870

31- SUNARDI/karya_tls-

materi_ajar_pdf/STRATEGI_INTERVENSI_KONSELING.pdf

Referensi

Dokumen terkait