• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYIMPANGAN SOSIAL LGBT DALAM PANDANGAN ISLAM

N/A
N/A
Dona Putri

Academic year: 2023

Membagikan "PENYIMPANGAN SOSIAL LGBT DALAM PANDANGAN ISLAM"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENYIMPANGAN SOSIAL LGBT DALAM PANDANGAN ISLAM

( MAKALAH HUKUM ISLAM )

DOSEN PENGAJAR : MAHIPAL., S.H., M.H.

Disusun oleh : ( Kelompok 2 ) 1. Adilah Rahman 010120070 2. Cantika ramadanti 010120062 3. Cindy Pricillia Amanda 010120084 4. Dona putri purwinarto 010120081 5. Erika Hotmauly Rumapea 010120089 6. Febri Billiandro Sartono 010120118 7. Riana Yuni Hafsah 010120111 8. Siti Aminah 010120080 9. Sofi aldini septiani 010120097 10. Syarifah faizah 010120096

KELAS CD

(2)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penyimpangan Sosial LGBT dalam Pandangan Islam” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Mahipal., S.H., M.H. pada Mata Kuliah Hukum Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Penyimpangan Sosial LGBT dalam Pandangan Islam”

bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mahipal, S.H., M.H. , selaku Dosen Mata Kuliah Hukum Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 10 Juni 2021

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar belakang ... 1

B.Tujuan penulisan ... 2

C.Rumusan masalah... 2

D.Manfaat penulisan ... 3

BAB II PEMBAHASAN ... 4

A.Pengertian LGBT ... 4

B.Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya LGBT jika ditinjau dari sudut pandang kriminologi ... 5

C.Pandangan Islam terhadap LGBT ... 6

D.Hukum dan Hukumannya bagi para Pelaku LGBT ... 8

BAB III PENUTUP ... 11

A.Kesimpulan ... 11

B.Saran ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT dari jaman diciptakanya manusia pertama didunia yaitu Nabi Adam as yang disusul oleh kehadiran Siti Hawa. Adam dan Hawa diciptakan dengan memiliki jenis kelamin atau gender yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Pada kodratnya, manusia memang diciptakan beserta jenis kelaminya karena manusia hidup berpasang-pasangan begitupun dengan makhluk hidup lainnya yang hidup di muka bumi ini. Mereka hidup, tumbuh dan berkembang secara berpasang-pasangan dimana pasangan tersebut akan saling membutuhkan satu sama lainnya terutama dalam hal berkembang biak atau memiliki keturunan.

Jaman semakin berkembang pesat, mulai dari teknologi, hukum dan peradaban manusia pun ikut berkembang. Namun perkembangan ini masih saja ada perubahan yang mengarah pada hal buruk terutama didalam peradaban manusia yang tidak sesuai dengan ajaran atau keturunan dari masamasa sebelumnya. Saat ini manusia sudah tidak malu lagi melakukan perbuatan yang tercela, wanita menjual kemaluanya, para pria melakukan bisnis prostitusi, bahkan apa yang terjadi pada kaum Sodom ketika jaman Nabi Luth as yakni homoseksualitas kini sudah menjadi hal yang biasa. Di Belanda negara yang lebih maju dari kita pun homoseksual sudah menjadi budaya mereka dengan dikeluarkannya hukum politik atas perkawinan antara kaum gay atau lesbian.

Homoseksual merupakan perbuatan asusila yang sangat menyimpang dan menunjukkan pelakunya seorang yang mengalami penyimpangan psikologis dan tidak normal. Berbicara tentang homoseksual di negara-negara maju, maka kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Di negara-negara tersebut kegiatannya sudah dilegalkan dan yang lebih menyedihkan lagi, bahwa 'virus' ini ternyata juga telah mewabah di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Masalah homoseksual dan lesbian di Indonesia kini memasuki babak-babak yang semakin menentukan. Sebagai sebuah negeri Muslim terbesar, Indonesia menjadi ajang pertaruhan penting perguliran kasus ini. Anehnya, hampir tidak ada organisasi dan tokoh umat yang serius menanggapi masalah ini. Padahal, ibarat penyakit, masalahnya sudah semakin kronis, karena belum mendapatkan terapi yang serius.

Homoseksual adalah ras ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama, Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu.

(5)

2 Di Indonesia, homoseksualitas ini sudah menyebar ke beberapa wilayah kota-

kota besar, perilaku menyimpang ini sudah sangat meresahkan seluruh elemen masyarakat khususnya yang ada di Indonesia. Bagaimana tidak, LGBT ini sudah merusak peradaban manusia dan menyalahi aturan yang sudah ditentukan dalam kodrat manusia. Tidak hanya merubah kodrat manusia, LGBT ini juga nantinya akan berimbas pada kejahatan baru atau kriminalitas dimana kejahatan ini jika dibiarkan akan berakibat buruk pada masa depan bangsa Indonesia. Kejahatan merupakan suatu fenomena yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda, maka tidak heran kalau dalam suatu peristiwa kejahatan akan terdapat berbagai komentar yang saling berbeda.

Dalam prakteknya kita mengetahui bahwa LGBT ini berusaha dan mendesak kepada pemerintah untuk segera melegalkan keberadaaya dengan cara aksi di ibu kota, ini sangatlah disayangkan melihat bahwa LGBT ini jelas sangat melanggar norma kemanusiaan karena telah melanggar kodrat manusia itu sendiri. Namun yang paling sangat disayangkan adalah peraturan perundang-undangan atau hukum yang mengatur dan melarang mengenai keberadaan LGBT ini belum diatur baik di undang-undang hukum pidana maupun di undang-undang lainnya.

Sudah sangat jelas jika LGBT ini berjuang untuk menegakkan komunitasnya di tanah air karena hukum kita pun lemah untuk melawannya, belum termasuk dukungan dari Internasional yang mendukung komunitas LGBT ini ditegakkan di Indonesia.

Fenomena yang terjadi di atas sudah sangat memprihatinkan dan menjadi buah bibir masyarakat Indonesia yang mayoritas umat Islam, mereka kini jauh lebih waspada terutama kepada anak-anak mereka yang harus dijaga agar tidak terpengaruhi oleh komunitas LGBT tersebut. Kaum muslim ini menganggap bahwa LGBT adalah pernyakit, namun semua penyakit itu pasti ada obatnya jadi LGBT dapat disembuhkan dengan syarat orang itu sudah siap dan mampu untuk menghadapinya.

B. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah kami ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa pengertian LGBT.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya LGBT jika ditinjau dari sudut pandang kriminologinya.

3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam terhadap LGBT.

4. Untuk mengetahui bagaimana Hukum dan hukumannya bagi para pelaku LGBT.

C. Rumusan masalah

1. Bagaiamana pengertian LGBT?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya LGBT jika ditinjau dari sudut pandang kriminologinya?

(6)

3 3. Bagaimana pandangan Islam terhadap LGBT?

4. Bagaimana Hukum dan hukumannya bagi para pelaku LGBT?

D. Manfaat penulisan

Dengan adanya penulisan makalah kami ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memperkaya pengetahuan kita semua khususnya dalam bidang pengetahuan Hukum Islam. Terlebih lagi dapat menambah wawasan serta menambah perbendaharaan karya-karya ilmiah yang membahas topik tentang LGBT Penyimpangan Sosial LGBT dalam Pandangan Islam ini.

(7)

4 BAB II

PEMBAHASAN A. Pengertian LGBT

LGBT merupakan sebuah singkatan dari LESBIAN,GAY,BISEX dan TRANSGENDER. Pengertian LGBT tersebut secara global akan kita bahas mengenal lebih jauh tentang dunia LGBT:

Lesbian : Orientasi seksual seorang perempuan yang hanya mempunyai hasrat sesama perempuan.

Gay :Orientasi seksual seorang pria yang hanya mempunyai hasrat sesama pria.

Bisex : Sebuah orientasi sexsual seorang Pria/Wanita yang menyukai dua jenis kelamin baik Pria/Wanita.

Transgender : Sebuah Orientasi seksual seorang Pria/Wanita dengan mengidentifikasi dirinya menyerupai Pria/Wanita (Misal:Waria).

Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) merupakan penyimpangan orientasi seksual yang bertentangan dengan fitrah manusia, agama dan adat masyarakat Indonesia.

Menurut wikipedia, lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan. Istilah ini juga merujuk kepada perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara spiritual. Bisa juga lesbian diartikan kebiasaan seorang perempuan melampiaskan nafsu seksualnya pada sesamanya pula. Sedangkan Gay adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Sedikit berbeda dengan bisexual.

(bisexual) adalah individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin baik pria ataupun wanita (kamuskesehatan.com).

Lalu bagaimana dengan Transgender? Masih menurut wikipedia, transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Transgender adalah perilaku atau penampilan seseorang yang tidak sesuai dengan peran gender pada umumnya.

Seseorang yang transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual, biseksual maupun aseksual. Dari semua definisi diatas walaupun berbeda dari sisi pemenuhan seksualnya, akan tetapi kesamaanya adalah mereka memiliki kesenangan baik secara psikis ataupun biologis dan orientasi seksual bukan saja dengan lawan jenis akan tetapi bisa juga dengan sesama jenis.

(8)

5 Walaupun kelompok LGBT mengklaim keberadaannya karena faktor genetis dengan teori “Gay Gene” yang diusung oleh Dean Hamer pada tahun 1993. Akan tetapi, Dean sebagai seorang gay kemudian meruntuhkan sendiri hasil risetnya. Dean mengakui risetnya itu tak mendukung bahwa gen adalah faktor utama/yang menentukan yang melahirkan homoseksualitas. Perbuatan LGBT sendiri ditolak oleh semua agama bahkan dianggap sebagai perbuatan yang menjijikan, tindakan bejat, dan keji (republika.co.id, 26/01/2016).

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya LGBT jika ditinjau dari sudut pandang kriminologi

Menurut Romli Atmasasmita, tinjauan tentang kejahatan dapat dilihat dari sudut yuridis (legal definition of crime) maupun kriminologis. Kejahatan menurut yuridis (legal definition of crime) adalah rumusan kejahatan dalam arti sempit, yaitu definisi kejahatan sebagaimana diatur oleh undang-undang. Sedangkan kejahatan menurut konsep kriminologis adalah pandangan kejahatan dalam arti luas, yaitu yang menghendaki tidak hanya batasan kejahatan dalam pengertian undang-undang saja melainkan juga pengertian kejahatan dalam arti sosiologis dan psikologis (non legal definition of crime).

Kejahatan dapat timbul dari berbagai faktor, dimana bila didasarkan pada teori kriminologi, penyebab orang melakukan perbuatan jahat ialah dikarenakan adanya faktor:

1. Faktor Human Calculating, dimana orang melakukan kejahatan karena telah memperhitungkan untung dan ruginya melakukan perbuatan tersebut. Aliran ini merupakan aliran klasik atau sering disebut juga dengan ajaran Hedonistic Psychology.

2. Faktor lingkungan, dimana orang melakukan kejahatan karena adanya pengaruh dari lingkungan. Aliran ini merupakan aliran positivisme ilmu.

3. Faktor bakat dan lingkungan, dimana faktor bakat (bawaan lahir) dan lingkungan bersama-sama mempengaruhi seseorang melakukan perbuatan jahat.

Aliran ini merupakan aliran kombinasi antara aliran klasik dan positivisme ilmu.

Dalam terjadinya penyebaran virus dan komunitas LGBT yang sudah sangat meresahkan masyarakat dan negara ini perlu tindakan yang tegas dan serius dari semua elemen masyarakat, karena faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam hal penyebaran virus dan komunitas LGBT ini sehingga ketika suatu komunitas ini dibiarkan begitu saja maka tidaklah heran jika komunitas ini akan terus berkembang dan akan terus mencari korban yang akan menjadi bagian dari mereka. Dengan dukungan dari kerabat, teman,

(9)

6 pergaulan yang berada dilingkungan yang negatif, seseorang akan mudah terjun bahkan terperosok kedalam komunitas lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

C. Pandangan Islam terhadap LGBT

Dalam Islam LGBT dikenal dengan dua istilah, yaitu Liwath (gay) dan Sihaaq (lesbian). Liwath (gay) adalah perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki dengan cara memasukan dzakar (penis)nya kedalam dubur laki-laki lain. Liwath adalah suatu kata (penamaan) yang dinisbatkan kepada kaumnya Luth ‘Alaihis salam, karena kaum Nabi Luth ‘Alaihis salam adalah kaum yang pertama kali melakukan perbuatan ini (Hukmu al- liwath wa al-Sihaaq, hal. 1). Allah SWT menamakan perbuatan ini dengan perbuatan yang keji (fahisy) danmelampui batas (musrifun). Sebagaimana Allah terangkan dalam al Quran yang artinya :

“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (TQS. Al ‘Araf: 80 – 81)

Sedangkan Sihaaq (lesbian) adalah hubungan cinta birahi antara sesama wanita dengan image dua orang wanita saling menggesek-gesekkan anggota tubuh (farji’)nya antara satu dengan yang lainnya, hingga keduanya merasakan kelezatan dalam berhubungan tersebut.

Hukum Sihaaq (lesbian) adalah haram. Berdasarkan dalil hadits Abu Said Al- Khudriy yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (no. 338), At-Tirmidzi (no. 2793) dan Abu Dawud (no. 4018) bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

ىَلِإ ُلُجَّرلا ُرُظْنَي َلا ىِف ِلُجَّرلا ىَلِإ ُلُجَّرلا ى ِضْفُي َلا َو ِةَأ ْرَمْلا ِةَر ْوَع ىَلِإ ُةَأ ْرَمْلا َلا َو ِلُجَّرلا ِةَر ْوَع

ِد ِحا َوْلا ِب ْوَّثلا ىِف ِةَأ ْرَمْلا ىَلِإ ُةَأ ْرَمْلا ى ِضْفُت َلا َو ٍد ِحا َو ٍب ْوَث

“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita melihat aurat wanita lain. Dan janganlah seorang laki-laki memakai satu selimut dengan laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita memakai satu selimut dengan wanita lain”

Terhadap pelaku homoseks, Allah swt dan Rasulullah saw benar-benar melaknat perbuatan tersebut. Al-Imam Abu Abdillah Adz-Dzahabiy -Rahimahullah- dalam Kitabnya “Al-Kabair” telah memasukan homoseks sebagai dosa yang besar dan beliau

(10)

7 berkata: “Sungguh Allah telah menyebutkan kepada kita kisah kaum Luth dalam beberapa tempat dalam Al-Qur’an Al-Aziz, Allah telah membinasakan mereka akibat perbuatan keji mereka. Kaum muslimin dan selain mereka dari kalangan pemeluk agama yang ada, bersepakat bahwa homoseks termasuk dosa besar”.

Hal ini ditunjukkan bagaimana Allah swt menghukum kaum Nabi Luth yang melakukan penyimpangan dengan azab yang sangat besar dan dahsyat, membalikan tanah tempat tinggal mereka, dan diakhiri hujanan batu yang membumihanguskan mereka, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hijr ayat 74:

ليِِّجِس ْنِم ًةَراَج ِح ْمِهْيَلَع اَن ْرَطْمَأ َو اَهَلِفاَس اَهَيِلاَع اَنْلَعَجَف

“Maka kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras”

Sebenarnya secara fitrah, manusia diciptakan oleh Allah swt berikut dengan dorongan jasmani dan nalurinya. Salah satu dorongan naluri adalah naluri melestarikan keturunan (gharizatu al na’u) yang diantara manifestasinya adalah rasa cinta dan dorongan seksual antara lawan jenis (pria dan wanita).

Pandangan pria terhadap wanita begitupun wanita terhadap pria adalah pandangan untuk melestarikan keturunan bukan pandangan seksual semata. Tujuan diciptakan naluri ini adalah untuk melestarikan keturunan dan hanya bisa dilakukan diantara pasangan suami istri.

Bagaimana jadinya jika naluri melestarikan keturunan ini akan terwujud dengan hubungan sesama jenis? Dari sini jelas sekali bahwa homoseks bertentangan dengan fitrah manusia.

Oleh karena itu, sudah dipastikan akar masalah munculnya penyimpangan kaum LGBT saat ini adalah karena ideologi sekularisme yang dianut kebanyakan masyarakat Indonesia. Sekularisme adalah ideologi yang memisahkan agama dari kehidupan (fash al ddin ‘an al hayah).

Masyarakat sekular memandang pria ataupun wanita hanya sebatas hubungan seksual semata. Oleh karena itu, mereka dengan sengaja menciptakan fakta-fakta yang terindera dan pikiran-pikiran yang mengundang hasrat seksual di hadapan pria dan wanita dalam rangka membangkitkan naluri seksual, semata-mata mencari pemuasan. Mereka menganggap tiadanya pemuasan naluri ini akan mengakibatkan bahaya pada manusia,

(11)

8 baik secara fisik, psikis, maupun akalnya. Tindakan tersebut merupakan suatu keharusan karena sudah menjadi bagian dari sistem dan gaya hidup mereka.

Tidak puas dengan lawan jenis, akhirnya pikiran liarnya berusaha mencari pemuasan melalui sesama jenis bahkan dengan hewan sekalipun, dan hal ini merupakan kebebasan bagi mereka. Benarlah Allah swt berfirman:

بوُلُق ْمُهَل ِسْنلإا َو ِِّن ِجْلا َنِم اًريِثَك َمَّنَهَجِل اَنْأَرَذ ْدَقَل َو لا نُيْعَأ ْمُهَل َو اَهِب َنوُهَقْفَي لا

َكِئَلوُأ اَهِب َنوُعَمْسَي لا ناَذآ ْمُهَل َو اَهِب َنوُر ِصْبُي ْلَب ِماَعْنلأ اَك

َنوُلِفاَغْلا ُمُه َكِئَلوُأ ُّلَضَأ ْمُه

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat- ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (TQS Al

‘Araf : 179).

D. Hukum dan Hukumannya bagi para Pelaku LGBT

Pemberlakuan hukuman dalam Islam bertujuan untuk menjadikan manusia selayaknya manusia dan menjaga kelestarian masyarakat. Syariat Islam telah menetapkan tujuan- tujuan luhur yang dilekatkan pada hukum-hukumnya. Tujuan luhur tersebut mencakup;

pemeliharaan atas keturunan (al muhafazhatu ‘ala an nasl), pemeliharaan atas akal (al muhafazhatu ‘ala al ‘aql), pemeliharaan atas kemuliaan (al muhafazhatu ‘ala al karamah), pemeliharaan atas jiwa (al muhafazhatu ‘ala an nafs), pemeliharaan atas harta (al muhafazhatu ‘ala an al maal), pemeliharaan atas agama (al muhafazhatu ‘ala al diin), pemeliharaan atas ketentraman/keamanan (al muhafazhatu ‘ala al amn), pemeliharaan atas negara (al muhafazhatu ‘ala al daulah).

Dalam rangka memelihara keturunan manusia dan nasabnya, Islam telah mengharamkan zina, gay, lesbian dan penyimpangan seks lainnya serta Islam mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi pelakunya. Hal ini bertujuan untuk menjaga lestarinya kesucian dari sebuah keturunan. Berkaitan dengan hukuman pagi para pelaku LGBT, beberapa ulama berbeda pendapat. Akan tetapi, kesimpulannya para pelaku tetap ahrus diberikan hukuman. Tinggal nanti bagaimana khalifah menetapkan hukum mana

(12)

9 yang dipilih sebagai konstitusi negara (al Khilafah).Ulama berselisih pendapat tentang hukuman bagi orang yang berbuat liwath. Diantara beberapa pendapat tentang hukuman bagi pelaku liwath diantaranya:

Pertama, Hukumannya adalah dengan dibunuh, baik pelaku (fa’il) maupun obyek (maf’ul bih) bila keduanya telah baligh. Adapun keberadaannya orang yang mengerjakan perbuatan liwathdengan dzakar (penis)nya hukumannya adalah dibunuh, meskipun yang melakukannya belum menikah, sama saja baik itu fa’il (pelaku) maupun maf’ul bih. Telah mengkabarkan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad, dari

Amr ibnu Abi ‘Amr,dari Ikrimah, dari Ibu Abbas, berkata Rasulullah SAW:

ِهِب َلوُعْفَمْلا َو َلِعاَفْلا اوُلُتْقاَف ٍطوُل ِم ْوَق َلَمَع ُلَمْعَي ُهوُمُتْدَج َو ْنَم

“Barangsiapa yang kalian mendapati melakukan perbuatan kaum Luth (liwath), maka bunuhlah fa’il (pelaku) dan maf’ul bih (partner)nya.”

Kedua, Hukumannya dirajam, hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dari Ali bahwa dia pernah merajam orang yang berbuatliwath. Imam Syafi’y mengatakan:

“Berdasarkan dalil ini, maka kita menggunakan rajam untuk menghukum orang yang berbuat liwath, baik itu muhshon (sudah menikah) atau selain muhshon. Hal ini senada dengan Al-Baghawi, kemudian Abu Dawud dalam “Al-Hudud” Bab 28 dari Sa’id bin Jubair dan Mujahid dari Ibnu Abbas: Yang belum menikah apabila didapati melakukan liwathmaka dirajam.

Ketiga, hukumannya sama dengan hukuman berzina. Pendapat ini seperti ini disampaikan oleh Sa’id bin Musayyab, Atha’ bin Abi Rabbah, Hasan, Qatadah, Nakha’i, Tsauri, Auza’i, Imam Yahya dan Imam Syafi’i (dalam pendapat yang lain), mengatakan bahwa hukuman bagi yang melakukan liwath sebagaimana hukuman zina. Jika pelaku liwath muhshon maka dirajam, dan jika bukan muhson dijilid (dicambuk) dan diasingkan.

Keempat, hukumannya dengan ta’zir, sebagaimana telah berkata Abu Hanifah:

Hukuman bagi yang melakukan liwath adalah di-ta’zir, bukan dijilid (cambuk) dan bukan pula dirajam. Abu Hanifah memandang perilaku homoseksual cukup dengan ta‘zir.

Hukuman jenis ini tidak harus dilakukan secara fisik, tetapi bisa melalui penyuluhan atau terapi psikologis agar bisa pulih kembali. Bahkan, Abu Hanifah menganggap perilaku homoseksual bukan masuk pada definisi zina, karena zina hanya dilakukan

(13)

10 pada vagina (qubul), tidak pada dubur (sodomi) sebagaimana dilakukan oleh kaum homoseksual.

Sedangkan bagi para pelaku lesbian, hukumannya adalah ta’zir. Al-Imam Malik Rahimahullahberpendapat bahwa wanita yang melakukan sihaq, hukumannya dicambuk seratus kali. Jumhur ulama berpendapat bahwa wanita yang melakukan sihaq tidak ada hadd baginya, hanya saja ia di-ta‘zir, karena hanya melakukan hubungan yang memang tidak bisa dengan dukhul (menjima’i pada farji), dia tidak akan di-hadd sebagaimana laki-laki yang melakukan hubungan dengan wanita tanpa adanya dukhul pada farji, maka tidak ada had baginya. Dan ini adalah pendapat yang rojih (yang benar).

Sebenarnya sanksi yang dijatuhkan di dunia ini bagi si pendosa akan mengakibatkan gugurnya siksa di akhirat. Tentu saja hukuman di akhirat akan lebih dahsyat dan kekal dibandingkan sanksi yang dilakukan di dunia. Itulah alasan mengapa sanksi – sanksi dalam Islam berfungsi sebagai pencegah (jawazir) dan penebus (jawabir). Disebut pencegah karena akan mencegah orang lain melakukan tindakan dosa semisal, sedangkan dikatakan penebus karena sanksi yang dijatuhkan akan menggugurkan sanksi di akhirat.

(14)

11 BAB III

PENUTUP A. Kesimpulan

1. LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang dilarang oleh semua agama terlebih lagi Islam. Selain karena perbuatan keji ini akan merusak kelestarian manusia, yang lebih penting Allah SWT dan Rasulullah melaknat perbuatan ini. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk melawan segala jenis opini yang seolah atas nama HAM membela kaum LGBT akan tetapi sesungguhnya mereka membawa manusia menuju kerusakan yang lebih parah.

2. Pandangan islam terhadap LGBT, adalah haram, karena Islam telah mengharamkan zina, gay, lesbian dan penyimpangan seks lainnya serta Islam mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi pelakunya.

3. Hukumannya adalah dengan dibunuh, baik pelaku (fa’il) maupun obyek (maf’ul bih) bila keduanya telah baligh.

4. Hukumannya dirajam, hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al- Baihaqy dari Ali bahwa dia pernah merajam orang yang berbuat l iwath.

5. Hukumannya sama dengan hukuman berzina.

6. Hukumannya dengan ta’zir, sebagaimana telah berkata Abu Hanifah:

Hukuman bagi yang melakukan liwath adalah di-ta’zir, bukan dijilid (cambuk) dan bukan pula dirajam.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat Agama Pada Umumnya

Agar tidak mudah terpancing dalam mensikapi dan merespon massifnya perilaku dan propaganda LGBT dengan tindakkan kekerasan dan diskriminatif, karena hal tersebut justru akan semakin memperbesar dukungan terhadap kaum LGBT.

2. Bagi Negara Dan Pemerintah

Agar melakukan pengawasan-pengawasan yang lebih ketat terhadap ruang-ruang yang menjadi praktik propaganda LGBT maupun lokasi-lokasi penyaluran seksual mereka seperti club-club malam dan sebagainya. Bersama-sama ormas-ormas dengan jalan damai dan kemanusiaan, memberikan pendidikan seks yang sesuai

(15)

12 dengan norma-norma universal baik dengan pendekatan agama ataupun ilmu-ilmu pengetahuan lainnya secara ilmiah.

(16)

13 DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad Husain,Dirasat fi al fikr al Islamiy, (Dar al Bayariq, 1990).

Adz-Dzahabiy –Rahimahullah, Al-Imam Abu Abdillah,“Al-Kabair”.

Al-Mulky, Abul Ahmad Muhammad Al-Khidir bin Nursalim Al-Limboriy, Hukm al liwath wa al sihaaq,( Yaman: Dammaj-Sha’dah).

An Nabhani, Syaikh Taqiyuddin, Al Nizham al Ijtima’i fii al Islam, (Beirut: Dar al Ummah, cet. IV, 2003). diakses pada pada pukul 3.15 WIB tanggal 10 Juni 2021

Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, ( Berbagi Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini ), (Jakarta : Kalam Mulia, 2003 ).

Nuriyyatiningrum, Mahdaniyal Hasanah, Masa’il Fiqhiyah , (Semarang : Media Campus, 2014).

Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah (terj), (Kairo: Dar al Fath Lil I’lam Al ‘arobi, cet. I, 2000).

Wikipedia, di akses pada pukul 6.34 WIB tanggal 10 Juni 2021

http://id.wikipedia.org/wiki/homoseksualitas, diakses pada pukul 4.45 WIB tanggal 10 Juni 2021

Wahyu Muljono, Pengantar Teori Kriminologi, Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2012, Hlm 3.

Referensi

Dokumen terkait