• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah kel 7 tauhid dan ilmu kalam

N/A
N/A
ghufron hamzah

Academic year: 2024

Membagikan "makalah kel 7 tauhid dan ilmu kalam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JABARIYAH DAN QADARIYAH MAKALAH

Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Tauhid dan Ilmu Kalam Dosen pengampu: Dr. Ghufron Hamzah, S.Th.I., M.S.I

Disusun oleh:

1. Muhammad Dimas Saputra (22106011066) 2. Umi Tafrikhah (22106011062) 3. Kunti ainun (22106011406) 4. Tasnem Kuna (22106011410)

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2023

(2)

ii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULAN……….. . 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 1

C. TUJUAN ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 2

A. SEJARAH PERKEMBANGAN ALIRAN JABARIYAH DAN QADARIYAH………..2

B. TOKOH-TOKOH ALIRAN JABARIYAH DAN QADARIYAH ... 3

C. AJARAN POKOK DAN PERBANDINGAN ALIRAN JABARIYAH DAN QADARIYAH ... 5

D. DALIL AL QUR’AN YANG MENJADI LANDASAN MASING-MASING ALIRAN ... 7

BAB III PENUTUP ... 8

KESIMPULAN ... 8

SARAN ... 8

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aliran Jabariyah timbul bersamaan dengan timbulnya aliran Qadariah, yang daerah tempat timbulnya juga tidak berjauhan. Aliran Jabariah timbul di Khurasan Persia, dan Qadariyah di Irak. Paham al-jabar pertama kali diperkenalkan oleh Ja’ad bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm bin Shafwan dari Khurasan. Dalam sejarah teologi Islam. Dalam perkembangannya, Paham al-jabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya Al-Husain bin Muhammad, An-Najjar dan Ja’d bin Dirham. Sedangkan Qodariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata qadara yang artinya kemampuan dan kekutaan. Adapun menurut pengertian termologi, qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwasegala tindakan manusia tidak diinvertasi oleh Tuhan.Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi setiap perbuatannya. Ia dapat berbuat sesuatu atau meninngalkannya atas kehendaknnya sendiri.

Abu Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani Umayyah. Ketika itu para ulama membicarakan tentang masalah dan kekuasaan manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan. Adapaun tokoh yang mendirikan aliran ini menurut Abu Zahrah dan al-Qasimi adalah Jahm bin Safwan yang bersamaan dengan munculnya aliran Qadariayah.1

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana sejarah perkembangan aliran jabariyah dan qadariyah ? b. Siapa tokoh -tokoh aliran jabariyah dan qadariyah ?

c. Bagaimana ajaran pokok dan perbandingan aliran jabariyah dan qadariyah?

d. Apa dalil alqur’an yang menjadi landasan masing-masing aliran?

C. TUJUAN

a. Untuk Mengetahui sejarah perkembangan aliran jabariyah dan qadariyah b. Untuk Mengetahui tokoh -tokoh aliran jabariyah dan qadariyah

c. Untuk Mengetahui ajaran pokok dan perbandingan aliran jabariyah dan qadariyah

d. Untuk Mengetahui dalil alqur’an yang menjadi landasan masing-masing aliran.

1 Tim, Ensiklopedi Islam, “Jabariyah” Cet. IV, Jakarta: Ikkhtiar Baru Van Hoeve, 1997

(4)

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Aliran Jabariyah Dan Qadariyah

Secara bahasa Jabariyah berasal dari bahasa arab “jabara” artinya memaksa. Di dalam kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata ربجي - ربج – ةرابجواربج yang mengandung pengertian “memaksa” atau “mengharuskan. Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).2

Qadariyah berasal dari Bahasa arab qadara, yang kemampuan dan kekuatan atau kekuasaan. Menurut pengertian terminologi, qadariyah adalah aliran yang percaya bahwa segala tindakan tidak diintervensi dengan tangan tuhan.3 Kaum Qadariyah berpendapat, bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Menurut paham Qadariyah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.4

Dalam sejarah teologi Islam, paham Jabariyah pertama kali ditonjolkan oleh Ja‟d Ibn Dirham. Tetapi yang menyiarkannya adalah Jahm Ibn Safwan dari Khurasan.

Jahm yang terdapat dalam aliran jabariah ini samadengan Jahm yang mendirikan golongan al-Jahmiah dalam kalangan Murji‟ah sebagai Sekretaris dari Syuraih Ibn al- Harris, ia turut dalam gerakkan melawan kekuasaan Bani Umayyah, dalam peperangan itu ia tertangkap dan dihukum mati pada tahun 131 H.5 Paham yang dibawa oleh Jahm adalah lawan ekstrim dari paham yang dianjurkan oleh Ma‟bad dan Ghailan. Manusia, menurut Jahm, tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa; manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan;

manusia dalam perbuatan-perbuatannya adalah dipaksa dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya.6

2 Al-Munjid fi al-Lugati wal al-A‟lam, (Beirut: Dar al-Masriq, 2011, Cet.ke – 44) 78

3 Ibid, hlm.87.

4 Harun Nasution, Teologi islam. (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2002), hlm.33.

5 Fajr al-islam,225

6 Harun Nasution, Teologi islam. (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2002), hlm.35.

(5)

3

Dalam istilah inggris paham jabariyah disebut fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwasanya perbuatan manusia ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar tuhan7

Paham Qadariyah pertama kali ditimbulkan oleh Ma‟bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimasyqi. Keduanya mengambil paham ini dari seorang kristen yang telah masuk Islam di Irak. Pada waktu Ma‟bad mati terbunuh dalam pertempuran melawan al- Hallaj, maka Ghailan terus menyebarkan paham Qadariyah tersebut di Damaskus.

Tetapi mendapat tantangan dari khalifah Umar Ibn al-Aziz. Akhirnya di zaman Hisyam’Abd al-Malik, ia harus mengalami hukuman mati.

B. Tokoh-Tokoh Aliran Jabariyah Dan Qadariyah Tokoh-Tokoh Aliran Jabariyah:

1. Jahm bin shofwan

Nama lengkap nya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari khurasan, bertempat tinggal di Kuffah. Ia berjasa menyebarkan faham Jabariyah ke berbagai tempat, seperti Tirmidz dan Balk. Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan Teologi sebagai berikut:

a. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.

b. Surga dan neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain Tuhan.

c. Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini, pendapatnya sama dengan konsep iman yang dimajukan kaum Murji‟ah.

d. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah Maha suci dari segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar dan melihat. Begitu pula Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata diakhirat kelak.

Dengan demikian, pendapat Jahm hampir sama dengan Murji‟ah, Mu‟tazilah, dan Asy‟ariyah. Itulah sebabnya pengkritik dan sejarawan menyebutnya dengan al-Mu‟tazili, al-Murji‟i dan Al-asy‟ari‟i.

2. Ja’ad Bin Dirham

Al-Ja‟d adalah seorang Maulana Bani Hakim, tinggal di Damaskus. Ia dibesarkan didalam lingkungan orang Kristen yang membicarakan teologi.

Doktrin pokok al-Ja‟d secara umum sama dengan pikiran Jahm. Al-Ghuraby menjelaskan sebagai berikut:

7 Abudin Nata, ilmu kalam dan tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2011, hal.40.

(6)

4

a. Al-Qur‟an itu adalah makhluk. Oleh karena itu, dia baru. Sesuatu yang baru itu tidak dapat disifakan kepada Allah.

b. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk seperti berbicara, melihat dan mendengar.

c. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

3. An-Najjar

Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad an-Najjar (wafat 230 H).

para pengikutnya disebut an-Najjariyah atau al-Husainiyah. Diantara pendapat- pendapatnya adalah:

a. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Itulah yang disebut kasab dalam teori Al-Asy‟ary. Dengan demikian, manusia dalam pandangan An-Najjar tidak lagi seperti wayang yang gerakannya bergantung pada dalang, sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.

b. Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat. Akan tetapi an-Najjar menyatakan bahwa Tuhan dapat saja memindahkan potensi hati (makrifat) pada mata hati sehingga manusia dapat melihat Tuhan

4. Adh-Dhirrar

Nama lengkapmya Dhirrar bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan Husein An-Najjar, yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakan dalang. Manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya. Secara tegas, Dhirrar mengatakan bahwa satu perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya perbuatan manusia tidak hanya ditimbulkan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia itu sendiri.

Manusia turut berperan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Mengenai ru’yat Tuhan di akhirat, Dhirrar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat diakhirat melalui indera keenam. Ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat diterima setelah Nabi adalah ijtihad. Hadits ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan hukum.8 Tokoh-Tokoh Aliran Qadariyah:

8 Ratu Sunti’ah dan Maslani, ilmu kalam, (Bandung: interes Media Foundation,2014)

(7)

5

Tokoh utama Qadariyah adalah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan Al-Dimasyqi. Kedua tokoh inilah yang pertama kali mempersoalkan tentang Qadar. Semasa hidupnya, Ma’bad Al-Juhani berguru dengan Hasan Al-Basri, sebagaimana Washil bin Atha’, tokoh pendiri mu’tazilah. Jadi, Ma’bad termasuk tabiin atau generasi kedua sesudah Nabi. Sedangkan Ghailan semula tinggal di Damaskus. Ia seorang ahli pidato sehingga banyak orang tertarik dengan kata-kata dan pendapatnya. Kedua tokoh Qadariyah ini mati terbunuh. Ma’bad Al-Juhani terbunuh dalam pertempuran melawan Al-Hajjaj pada tahun 80 H. Ia terlibat dalam dunia politik dengan mendukung gubernur Sajistan, Abdurrahman Al-Asy’ats menentang kekuasaan bani Umayyah. Sedangkan ghailan Al- Dimasyqi dihukum bunuh pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M), khalifah dinasti Ummayyah yang kesepuluh. Hukuman bunuh atas ghailan dilakukan karena ia terus menyebarluaskan faham qadariyah yang dinilai membahayakan pemerintah. Ghailan gigih menyiarkan faham qadariyah di Damaskus sehingga mendapat tekanan dari khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Meskipun terus mendapat tekanan, Ghailan tetap melakukan aktivitasnya hingga Umar wafat dan diganti oleh Yazid II (720-724 M). Baru pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M).

C. Ajaran Pokok Dan Perbandingan Aliran Jabariyah Dan Qadariyah

Adapun ajaran-ajaran Jabariyah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ekstrim dan moderat.

1) Aliran Ekstrim

Di antara tokoh adalah Jahm bin Shofwan dengan pendapatnya adalah bahwa manusia tidak mempu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat Jahm tentang keterpaksaan ini lebih dikenal dibandingkan dengan pendapatnya tentang surga dan neraka,konsep iman, kalam Tuhan, meniadakan sifat Tuhan, dan melihat Tuhan di akherat. Surga dan neraka tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah.

Sedangkan iman dalam pengertianya adalah ma'rifat atau membenarkan dengan hati, dan hal ini sama dengan konsep yang dikemukakan oleh kaum Murjiah.

Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah tidak mempunyai keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar, dan melihat, dan Tuhan juga tidak dapat dilihat dengan indera mata di akherat kelak. Aliran ini dikenal juga dengan nama al- Jahmiyyah atau Jabariyah Khalisah.

(8)

6

Ja'ad bin Dirham, menjelaskan tentang ajaran pokok dari Jabariyah adalah Alquran adalah makhluk dan sesuatu yang baru dan tidak dapat disifatkan kepada Allah. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara, melihat dan mendengar. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala hal.

2) Ajaran Jabariyah Moderat

Tuhan menciptakan perbuatan manusia,baik itu positif atau negatif, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Manusia juga tidak dipaksa, tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan tuhan. Tokoh yang berpaham seperti ini adalah Husain bin Muhammad an-Najjar yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan- perbuatan itu dan Tuhan tidak dapat dilihat di akherat.

Diantara Ajaran Qadariyah Adalah Sebagai Berikut:

1) Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, pembahasan masalah Qadariyah disatukan dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu’tazilah, sehingga perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas.

2) Ahmad Amin juga menjelaskan bahwa doktrin qadar lebih luas di kupas oleh kalangan Mu’tazilah sebab faham ini juga menjadikan salah satu doktrin Mu’tazilah akibatnya, orang menamakan Qadariyah dengan Mu’tazilah karena kedua aliran ini sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan tuhan.

3) Ali Mushthafa Al Gurobi antara menyatakan “bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat melaksanakan apa yang dibebankan oleh Tuhan kepadanya, karena jika Allah memberi beban kepada manusia, maka beban itu adalah sia-sia, sedangkan kesia-siaan itu bagi Allah itu adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi”.

4) Pemahaman yang dimiliki Qodariyah ditujukan kepada qudrat yang dimiliki manusia. Namun terdapat perbedaan antara qudrat manusia dengan qudrat Tuhan.

Qudrat Tuhan bersifat abadi, kekal, berada pada zat Allah, tunggal, tidak berbilang.

Sedangkan qudrat manusia adalah sementara, berproses, bertambah dan berkurang, dapat hilang.

(9)

7

5) Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghailan tentang doktrin Qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendiri pula melakukan atau menjauhi perbuatan atau kemampuan dan dayanya sendiri.

6) Qadariyah yang lain, An-Nazzam, mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai daya dan ia berkuasa atas segala perbuatannya.

D. Dalil Al-Qur’an Yang Menjadi Landasan Aliran Masing-Masing Dalil-dalil naqliy sebagai dasar aliran Jabariyah

QS. Ash-Shafaat ayat 96:

اَم َو ْمُكَقَلَخ ُ هاللَّ َو نوُلَمْعَت

Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".

Al-Anfal ayat 17:

ىَم َر َ هاللَّ هنِكـَل َو َتْيَم َر ْذِإ َتْيَم َر اَم َو

...dan bukan kamu melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.

اَم ىَلَع َكِلَذ هنِإ اَهَأ َرْبهن نَأ ِلْبَق نهِم ٍباَتِك يِف هلَِإ ْمُكِسُفنَأ يِف َلَ َو ِض ْرَ ْلْا يِف ٍةَبي ِصُّم نِم َباَصَأ ريِسَي ِ هاللَّ

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

QS. Al-Insan 30:

ًاميِكَح ًاميِلَع َناَك َ هاللَّ هنِإ ُ هاللَّ َءاَشَي نَأ هلَِإ َنوُؤاَشَت اَم َو

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.

Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dalil-dalil naqliy yang menjadi dasar aliran Qadariyah QS Ar- Ra`du ayat 11:

اَم ْاو ُرهِيَغُي ىهتَح ٍم ْوَقِب اَم ُرهِيَغُي َلَ َ هاللَّ هنِإ ْمِهِسُفْنَأِب

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri..

QS An –Nisa` ayat 110:

وُفَغ َ هاللَّ ِد ِجَي َ هاللَّ ِرِفْغَتْسَي همُث ُهَسْفَن ْمِلْظَي ْوَأ ًاءوُس ْلَمْعَي نَم َو ًامي ِح هر ًار

... Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, Kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(10)

8

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung pengertian memaksa. Adapun yang dimaksud memaksa adalah semua perbuatan manusia itu bukan atas kehendak sendiri, namun di tentukan oleh Allah SWT. Aliran ini muncul di Khurasan, yang dipelopori oleh Ja'ad Ibn Dirham. Sedangkan Paham Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Tokoh pemikirnya adalah Ma'bad al- Jauhani.

Menurut Asy-Syahratsani, ajaran Jabariyah dikelompokan menjadi dua yaitu ekstrim dan moderat. Adapun tokoh ajaran Jabariyah ekstrim yaitu: Jahm bin Shofwan, Ja'ad bin Dirham. Sedangkan tokoh Jabariyah moderat adalah: An- Najjar, Adh-Dhirar.

Satu diantara ciri aliran Jabariyah yaitu, bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau baik semata Allah semata yang menentukannya. Sedangkan ciri aliran Qadariyah adalah Manusia berkuasa penuh untuk menentukan nasib dan perbuatannya, maka perbuatan dan nasib manusia itu dilakukan dan terjadi atas kehendak dirinya sendiri, tanpa ada campur tangan Allah SWT.

Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksankan kehendaknya itu.

B. Saran

Dari makalah yg kami buat, kami menyarankan agar seorang pendidik menanamkan sebuah karakter pada dirinya dimanapun berada. Karena hal tersebut bisa jadi membuat peserta didik dapat meniru gurunya dan berinisiatif untuk menanamkan karakter yang seharusnya dimiliki anak bangsa Indonesia.

(11)

9

DAFTAR PUSTAKA

Al-Munjid fi al-Lugati wal al-A’lam, (Beirut: Dar al-Masriq, 2011, Cet.ke – 44) 78 Ensiklopedi Islam, Tim, “Jabariyah” Cet. IV, Jakarta: Ikkhtiar Baru Van Hoeve, 1997 Fajr al-islam,225

Ibid, hlm.87.

Nasution, Harun Teologi islam. (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2002), hlm.33.

Nasution, Harun, Teologi islam. (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2002), hlm.35.

Nata, Abudin, ilmu kalam dan tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2011, hal.40.

Ratu Sunti’ah dan Maslani, ilmu kalam, (Bandung: interes Media Foundation,2014)

Rhobiatul Adawiyah, Qadha Dan Qadr Menurut Ahlus Sunnah Wal jama’ah Jabariyah, Qadariyah, 2019

Referensi

Dokumen terkait