• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah kelompok 2 etika akademik(Revisi) (3) - Copy

N/A
N/A
Romy Reza

Academic year: 2025

Membagikan "makalah kelompok 2 etika akademik(Revisi) (3) - Copy"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Dosen Pengampu:

Herry Wahyudi, S.IP., M.A.

Oleh:

Kelompok 5

Rizky Aldi Pratama 2305050009 Rachel selomeita silitonga 2305050039 Reza Syahputra 2305050043 Dimas Pratama Putra 2305050055 Hugo Bemine De Jong 2305050077

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI 2025

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Herry Wahyudi S.IP., M.A.

sebagai dosen pengampu mata kuliah Organisasi dan Rezim Internasional yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Tanjungpinang, 1 Juni 2025

Kelompok 5

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3 Tujuan Penulisan... 2

BAB III PEMBAHASAN... 3

2.1 Posisi Indonesia dalam COP... 3

2.2 Komitmen Indonesia dalam Perjanjian Paris... 4

2.3 Tantangan yang Dihadapi Indonesia... 5

2.4Peluang dan Strategi ke Depan... 6

(4)

BAB IV PENUTUP... 7

4.1 Kesimpulan... 7

4.2 Saran... 7

DAFTAR PUSTAKA... 9

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim merupakan isu global yang mendesak, memerlukan kolaborasi lintas batas negara dan sektor. Dampaknya terasa secara luas, dari naiknya permukaan air laut, cuaca ekstrem, krisis pangan, hingga ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan stabilitas ekonomi. Untuk merespons tantangan ini, masyarakat internasional membentuk Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) yang mengadakan Konferensi Para Pihak (Conference of the Parties/COP) sebagai forum utama pengambilan keputusan. Salah satu hasil penting dari COP adalah Perjanjian Paris (Paris Agreement) pada COP21 di Paris tahun 2015.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap perubahan iklim, Indonesia memiliki peran penting dalam rezim iklim global. Di saat yang sama, Indonesia juga merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar di dunia, terutama dari sektor kehutanan dan energi.

Oleh karena itu, keterlibatan aktif Indonesia dalam COP dan pelaksanaan Perjanjian Paris menjadi cerminan kontribusi dan tanggung jawabnya dalam menghadapi krisis iklim global.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana posisi dan peran Indonesia dalam Konferensi Para Pihak (COP) UNFCCC dan pelaksanaan Perjanjian Paris?

2. Apa saja komitmen dan kebijakan yang diambil Indonesia untuk mencapai target pengurangan emisi dalam kerangka Perjanjian Paris?

3. Tantangan apa yang dihadapi Indonesia dalam implementasi kebijakan iklim nasional?

(6)

4. Strategi dan peluang apa yang dapat dimanfaatkan Indonesia untuk memperkuat kontribusinya dalam rezim iklim global?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menganalisis keterlibatan dan posisi diplomatik Indonesia dalam forum COP dan implementasi Perjanjian Paris.

2. Mengidentifikasi komitmen Indonesia dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) serta kebijakan pendukungnya.

3. Menelaah tantangan yang dihadapi Indonesia dalam pelaksanaan kebijakan iklim, termasuk hambatan struktural dan teknis.

4. Merumuskan strategi dan peluang yang dapat ditempuh Indonesia untuk memperkuat kontribusi dalam tata kelola iklim global secara berkelanjutan.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Posisi Indonesia dalam COP

1. Partisipasi Aktif Sejak Awal

Indonesia telah menjadi pihak (party) dalam UNFCCC sejak meratifikasi konvensi tersebut pada tahun 1994. Sejak itu, Indonesia aktif berpartisipasi dalam setiap COP, baik sebagai peserta maupun pengusul agenda penting. Salah satu momen krusial adalah ketika Indonesia menjadi tuan rumah COP13 di Bali tahun 2007, yang menghasilkan Bali Road Map—sebuah kerangka kerja penting menuju kesepakatan iklim yang lebih ambisius setelah Protokol Kyoto. Bali Road Map mendorong pembicaraan menuju kesepakatan global baru, yang akhirnya terwujud dalam Perjanjian Paris.

2. Peran dalam Negosiasi Multilateral

Indonesia tergabung dalam beberapa kelompok negosiasi seperti G77 + China, Like-Minded Developing Countries (LMDC), dan Tropical Forested Countries. Dalam peran tersebut, Indonesia berfungsi sebagai jembatan diplomatik antara kepentingan negara-negara maju dan berkembang, memperjuangkan prinsip keadilan dalam distribusi tanggung jawab dan kapasitas negara-negara dalam mengatasi perubahan iklim. Di berbagai COP, Indonesia konsisten menyerukan pentingnya dukungan finansial, transfer teknologi, serta pembangunan kapasitas bagi negara berkembang agar mampu memenuhi komitmen iklim mereka.

3. Kepemimpinan Regional dan Global

Indonesia menggunakan platform COP untuk menegaskan kepemimpinannya dalam pengelolaan hutan tropis, konservasi keanekaragaman hayati, dan adaptasi berbasis komunitas. Sebagai negara dengan hutan hujan tropis terbesar ketiga di

(8)

dunia, Indonesia menjadi pelopor dalam pelaksanaan skema REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). Melalui kemitraan dengan Norwegia dan lembaga-lembaga internasional lainnya, Indonesia menunjukkan keseriusan dalam menjaga hutan dan ekosistem sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim.

2.2 Komitmen Indonesia dalam Perjanjian Paris

1. Nationally Determined Contribution (NDC)

Sebagai bagian dari kewajiban dalam Perjanjian Paris, Indonesia mengajukan dokumen NDC yang menyatakan komitmen pengurangan emisi sebesar 29% secara independen, dan hingga 41% dengan dukungan internasional, pada tahun 2030.

Target ini mencakup lima sektor utama: energi, kehutanan, pertanian, limbah, dan industri. Pada 2022, Indonesia mengajukan dokumen NDC yang telah diperbarui (Updated NDC), menunjukkan peningkatan akurasi data dan strategi implementasi.

2. Kebijakan Nasional Pendukung

Untuk mendukung pencapaian NDC, pemerintah Indonesia menerapkan berbagai kebijakan, antara lain:

 Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon;

 Strategi Jangka Panjang Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim 2050 (LTS-LCCR) yang memetakan arah kebijakan jangka panjang menuju net zero emission;

 Moratorium izin baru pembukaan hutan primer dan lahan gambut, sebagai upaya menjaga stok karbon dan ekosistem penting;

 Peta Jalan Transisi Energi menuju bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dan lebih dari 30% pada 2050;

(9)

 Instrumen pasar karbon seperti perdagangan emisi dan offset berbasis proyek konservasi.

3. Implementasi dan Pelaporan

Indonesia melaporkan perkembangan implementasi NDC melalui dokumen Biennial Update Report (BUR) dan persiapan dalam kerangka Enhanced Transparency Framework (ETF). BUR ke-4 yang disampaikan pada 2022 menyajikan data terbaru tentang inventarisasi GRK, kebijakan mitigasi dan adaptasi, serta kebutuhan pendanaan dan dukungan teknis. Transparansi ini penting untuk membangun kepercayaan internasional dan menunjukkan akuntabilitas nasional terhadap target iklim.

2.3 Tantangan yang Dihadapi Indonesia

1. Ketergantungan pada Batu Bara

Meskipun pemerintah berkomitmen pada transisi energi, realitanya, batu bara masih menyumbang lebih dari 50% bauran energi nasional. Pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) masih terjadi dalam beberapa proyek strategis nasional. Kendala teknologi dan ketergantungan ekonomi daerah terhadap tambang membuat transisi energi menjadi tantangan besar.

2. Keterbatasan Pendanaan dan Teknologi

Pembiayaan iklim di Indonesia sebagian besar masih bergantung pada pendanaan domestik. Akses terhadap mekanisme pendanaan internasional seperti Green Climate Fund (GCF) atau Adaptation Fund kerap terkendala oleh birokrasi dan kapasitas teknis. Di sisi lain, transfer teknologi bersih dari negara maju ke negara berkembang masih belum signifikan.

(10)

3. Konflik Lahan dan Sektor

Isu perubahan iklim kerap bersinggungan dengan konflik penggunaan lahan, terutama antara kepentingan investasi (perkebunan, tambang) dan konservasi. Selain itu, koordinasi lintas sektor dan lembaga belum optimal, serta lemahnya penegakan hukum lingkungan memperumit implementasi kebijakan iklim secara efektif.

2.4 Peluang dan Strategi ke Depan

1. Meningkatkan Diplomasi Iklim

Indonesia perlu mengoptimalkan perannya sebagai pemimpin regional dalam kerja sama ASEAN, serta memperluas aliansi Selatan-Selatan dengan negara-negara berkembang lainnya. Inisiatif diplomatik, seperti Indonesia Climate Action Hub atau kemitraan transisi energi dengan negara donor, harus diperkuat.

2. Penguatan Kebijakan Transisi Energi

Arah kebijakan harus didorong pada percepatan pengembangan energi terbarukan seperti solar PV, hidro, geotermal, dan potensi hidrogen hijau. Pemerintah perlu memberikan insentif fiskal dan reformasi subsidi agar investasi energi bersih lebih menarik.

3. Percepatan Ekonomi Hijau dan Inklusif

Pembangunan rendah karbon yang inklusif perlu memperhatikan pelibatan masyarakat lokal, adat, perempuan, dan pemuda. Ekonomi hijau berbasis inovasi seperti ekonomi sirkular, ekowisata, dan pertanian regeneratif berpotensi memperkuat pencapaian target NDC dan ketahanan sosial.

(11)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keterlibatan Indonesia dalam COP dan implementasi Perjanjian Paris mencerminkan upaya serius negara ini dalam menghadapi krisis iklim global. Namun, tantangan struktural dan teknis masih menjadi hambatan. Indonesia harus memperkuat sinergi kebijakan nasional dengan diplomasi internasional, meningkatkan pendanaan dan teknologi rendah karbon, serta mendorong transformasi ekonomi yang berkelanjutan dan adil. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat mengambil peran yang lebih signifikan dalam mendorong tata kelola iklim global yang lebih adil dan efektif.

3.2 Saran

1. Penguatan Koordinasi Lintas Sektor dan Tingkat Pemerintahan

Pemerintah Indonesia perlu memperkuat sinergi antara kementerian/lembaga serta antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan kebijakan iklim.

Harmonisasi kebijakan dan peningkatan kapasitas aparatur di tingkat lokal sangat penting untuk memastikan implementasi yang konsisten dan efektif.

2. Diversifikasi dan Akses Pendanaan Iklim

Indonesia perlu meningkatkan akses terhadap pendanaan iklim internasional, seperti Green Climate Fund dan Adaptation Fund, dengan memperbaiki kapasitas teknis dan tata kelola proyek. Selain itu, perlu dikembangkan skema inovatif pembiayaan domestik melalui obligasi hijau, blended finance, dan keterlibatan sektor swasta.

(12)

3. Transisi Energi yang Lebih Ambisius dan Inklusif

Diperlukan roadmap transisi energi yang lebih tegas, dengan target penurunan penggunaan batu bara secara bertahap dan peningkatan investasi energi terbarukan.

Pelibatan masyarakat terdampak, khususnya di daerah penghasil batu bara, sangat penting agar transisi berlangsung adil dan tidak menimbulkan konflik sosial.

4. Peningkatan Peran Diplomasi Iklim Indonesia

Indonesia sebaiknya terus memainkan peran aktif di panggung internasional, termasuk dalam ASEAN dan kerja sama Selatan-Selatan. Penguatan posisi tawar Indonesia dapat dicapai dengan mengedepankan pendekatan solusi berbasis alam (nature-based solutions) dan kepemimpinan dalam isu hutan tropis dan keanekaragaman hayati.

5. Pengarusutamaan Iklim dalam Pembangunan Nasional

Isu perubahan iklim harus menjadi arus utama dalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah. Integrasi kebijakan iklim ke dalam RPJMN, RKP, dan peraturan sektoral lainnya akan memperkuat konsistensi arah pembangunan menuju ekonomi rendah karbon dan berketahanan iklim.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Bivitri Susanti, S. L. (2020, July 09). Kebebasan akademik mahasiswa wajib dilindungi perguruan tinggi. www.hukumonline.com:

https://www.hukumonline.com/klinik/a/kebebasan-akademik-mahasiswa-wajib-dilindungi- perguruan-tinggi-lt5f06d16c9afa2/

UNFCCC. (2024). Dokumen resmi COP dan NDC submissions. https://www.unfccc.int Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. (2021). Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. (2022). Biennial Update Report (BUR) Ke-4 Republik Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. (2021). Strategi Jangka Panjang Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim 2050 (LTS-LCCR).

United Nations. (2015). Paris Agreement. https://unfccc.int/process-and-meetings/the- paris-agreement/the-paris-agreement

UNFCCC. (2007). Bali Road Map – COP13.

https://unfccc.int/process/conferences/pastconferences/bali-climate-change-conference- december-2007

World Resources Institute Indonesia. (2022). Indonesia Climate Policy Overview.

https://www.wri-indonesia.org

Climate Transparency. (2023). Indonesia Country Profile. https://www.climate- transparency.org/countries/asia/indonesia

Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI. (2022). Kerangka Pendanaan Iklim Nasional.

Institute for Essential Services Reform (IESR). (2023). Indonesia Energy Transition Outlook.

https://iesr.or.id

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). (2022). Climate Finance Provided and Mobilised by Developed Countries in 2016–2020. https://www.oecd.org Center for International Forestry Research (CIFOR). (2021). Forest Governance and REDD+ in Indonesia. https://www.cifor.org

(14)

ASEAN Centre for Energy. (2023). Renewable Energy Development in Southeast Asia.

https://aseanenergy.org

United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia. (2021). Green Recovery and Just Transition Report. https://www.id.undp.org

Referensi

Dokumen terkait