• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KELOMPOK II MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN EUTROFIKASI

N/A
N/A
I Made Aditya Abhiyana Putra

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH KELOMPOK II MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN EUTROFIKASI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KELOMPOK II

MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN EUTROFIKASI

Dosen Pengampu: Ernawati, M.SC.

Anggota Kelompok : Miftahul Jannah (G1E022010)

Dea Dina Mutia (G1E022020)

I Made Aditya Abhiyana Putra (G1E022028) M Ali Ilham (G1E022070)

Solehatun Mardiah (G1E022080)

PRODI ILMU LINGKUNGAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MATARAM

2023

(2)

DAFTAR ISI

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

BAB II...3

PEMBAHASAN...3

A. Deskripsi Masalah...3

B. Analisis Masalah...4

C. Kesimpulan...5

D. Saran...6

DAFTAR PUSTAKA...7

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahan organik dalam air laut dapat dibagi atas dua bagian yaitu : 1.

Bahan organik terlarut yang berukuran < 0.5 μm. 2. Bahan organik tidak terlarut yang berukuran > 0.5 μm. Jumlah bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik tidak terlarut. Hanya berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut terdiri dari sel hidup. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organisme hidup melalui proses metabolisme dan hasil pembusukan.

Adapun peranan bahan organik di dalam ekologi laut adalah sebagai sumber energi (makanan), sumber bahan keperluan bakteri, tumbuhan maupun hewan, sumber vitamin, sebagai zat yang dapat mempercepat dan menghambat pertumbuhan sehingga memiliki peranan penting dalam mengatur kehidupan fitoplankton di laut.

Sebagian besar bahan organik terlarut dalam air laut terdiri atas material yang kompleks dan sangat tahan terhadap penguraian bakteri. Secara lebih jelas konsentrasi representatif beberapa bahan organik karbon terlarut di permukaan air laut. Masukan bahan organik yang terbawa melalui limbah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia akan masuk ke perairan dan pada kondisi tertentu akan mengganggu existing perairan. Kandungan bahan organik yang terlalu tinggi akan menyebabkan perairan mengalami eutrofikasi. Eutrofikasi ialah kondisi dimana perairan mengalami peningkatan kadar bahan organik, kondisi ini ditandai dengan terjadinya peningkatan fitoplankton dan tumbuhnya tumbuhan air yang meningkat (blooming algae). Eutrofikasi juga dikhawatirkan akan mengurangi kadar oksigen terlarut dalam perairan, dan tingginya kandungan ammonia yang bersifat toksik bagi biota air.

Masuknya bahan pencemar ke dalam perairan dapat mempengaruhi kualitas perairan, apabila bahan yang masuk ke perairan melebihi kapasitas asimilasinya, maka daya dukung lingkungan akan menurun, sehingga menurun pula nilai guna dan fungsi perairan bagi peruntukan lainnya. Limbah organik dalam air dan sedimen perairan mengalami dekomposisi dan meningkatkan konsentrasi unsur nitrogen (N) dan fosfor (P),yang dapat mendorong pertumbuhan fitoplankton. Pada konsentrasi yang optimum, unsur hara N dan P menguntungkan bagi pertumbuhan fitoplankton yang merupakan makanan ikan sehingga dapat meningkatkan produksi ikan di perairan. Namun ketika konsentrasi unsur-unsur tersebut tinggi, terjadi pertumbuhan fitoplankton yang berlebih (blooming) atau eutrofikasi dan bisa terjadi pencemaran air waduk.

Apabila sudah parah, kualitas air akan menurun, air berubah menjadi keruh, oksigen terlarut rendah, timbul gas-gas beracun dan bahan beracun (cvarrotoxin). Kondisi tersebut bisa menyebabkan perairan kurang layak untuk

3

(4)

sumber air baku dan rekreasi serta daya dukung lingkungan untuk berbagai fungsi menurun. Oleh karena itu, maka makalah ini dirancang dengan tujuan untuk mengkaji status eutrofikasi baik dari definisi, analisis topik dan resolusi dari fenomena eutrofikasi.

(5)

BAB II PEMBAHASAN A. Deskripsi Masalah

Eutrofikasi adalah proses pengkayaan perairan, terutama oleh Nitrogen dan Fosfor, tetapi juga elemen lainnya seperti silikon, potassium, calcium dan mangaan yang menyebabkan pertumbuhan tidak terkontrol dari tumbuhan air yang dikenal dengan istilah blooming, Peranan eutrofikasi terhadap suksesi danau masih menjadi bahan perdebatan. Moss(1988) dan Welch & Lindell (1992)menyangkal bahwa pendangkalan danau berkaitan dengan kesuburannya.

Sementara itu Harper (1992) mempercayai bahwa eutrofikasi merupakan bagian dari suksesi alami danau. Eutrofikasi harus dibedakan dengan suksesi danau.

Suksesi danau merupakan proses alamiah yang terjadi sebagai akibat sedimentasi yang tinggi dari daerah tangkapan, sedangkan eutrofikasi adalah proses pengkayaan perairan oleh nutrien yang dapat terjadi secara alami atau buatan.

Secara alami, danau menjadi eutrofik sebagai akibat dari pembakaran hutan, gempa bumi, erosi, atau input nutrien berasal dari kotoran burung seperti yang terjadi di Eropa. Namun, kebanyakan kasus eutrofikasi adalah karena ulah manusia. Berdasarkan status trofiknya, secara umum kualitas perairan dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu oligo-, meso-, daneutrofik. Namun olehbeberapa peneliti ada yang mengelompokannya menjadi 4 golongan atau 5, seperti Tabel 1.Status trofik perairan dapat diindikasikan oleh produktivitas primer perairan yang berhubungan sangat erat dengan kandungan klorofil fitoplankton. Semakin tinggi pasokan nutrien ke perairan akan meningkatkan produktivitas primernya. Besarnya produktivitas primer fitoplankton merupakan ukuran kualitas suatu perairan. Semakin tinggi produktivitas primer fitoplankton suatu perairan semakin besar pula daya dukungnya bagi kehidupan komunitas penghuninya, sebaliknya produktivitas primer fitoplankton yang rendah menunjukkan daya dukung yang rendah pula.

Produktivitas primer adalah variabel yang sering digunakan sebagai indikator penentuan kualitas perairan. Produktivitas primer dapat diartikan sebagai laju pembentukan senyawa organik dari senyawa anorganik.

Produktivitas primer perairan dihasilkan oleh proses fotosintesis dan kemosintesis. Dalam pelaksanaan pengukuran produktivitas primer fitoplankton, selama ini dilakukan dengan memperhitungkan intensitas matahari saat penyinaran tertinggi. Dengan dasar itu dilakukan pengingkubasian untuk menghitung besarnya produktivitas primer fitoplankton dalam suatu perairan.

Ketepatan penentuan besarnya kandungan produktifitas primer fitoplankton dalam suatu perairan sangat berguna dalam menentukan tingkat kesuburan dan kelayakan suatu perairan mendukung kehidupan organisme di perairan itu sendiri.

5

(6)

Pertambahan populasi penduduk yang sedemikian pesat berdampak pada tekanan terhadap lingkungan yang semakin meningkat pula. Banyak perubahan lingkungan yang mengiringi, seperti perubahan tata guna lahan dan degradasi kualitas lingkungan.

B. Analisis Masalah

Eutrofikasi dapat terjadi salah satunya yakni karena perkembangan fitoplankton di perairan. Fitoplankton memanfaatkan nutrien nitrat sebagai bahan dasar pembuatan bahan organik yang menjadi sumber makanan primer yang berada di rantai makanan di laut dengan bantuan sinar matahari. Hal ini yang menyebabkan fitoplankton disebut juga sebagai primary producer. Namun konsentrasi nitrat yang dimanfaatkan fitoplankton memiliki batas tertentu, konsentrasi nitrat yang melebihi batas yang dimanfaatkan dapat memicu peristiwa pengkayaan nutrien atau yang lebih dikenal dengan eutrofikasi.

Menurut Nurlita dan Utomo (2011), unsur-unsur nitrogen seperti NH4, NO3, dan NO2 dapat menyebabkan eutrofikasi. Peristiwa eutrofikasi ini dapat menyebabkan suatukondisi yang disebut dengan alga blooming dikarenakan terlalu banyak unsur hara untuk menghasilkan alga tersebut. Eutrofikasi ini dapat dikatakan merusak ekosistem sekitarnya karena supply oksigen yang berada di perairan tersebut berkurang atau bahkan dikatakan tidak ada, dan pada akhirnya dapat mengganggu proses kehidupan di sekitar laut.

Fenomena eutrofikasi dengan dampak jutaan ikan yang mati dan terdampar di tepi Pantai Ancol, Jakarta Utara hari selasa, 1 desember 2015.

Direktur Eksekuti! Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Puput TD Putra menyatakan kematian ribuan ikan itu disebabkan perebutan oksigen antara ikan dan alga merah yang berkembang biak secara pesat Pesatnya perkembangan alga. dikatakan Puput, disebabkan meningginya kandungan limbah yang masuk ke hilir. Eutrofikasi dapat disebabkan beberapa hal, di antaranya karena ulah manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan Emisi nutrisi dari industri digadang-gadang sebagai penyebab utama eutrofikasi perairan di Pantai Ancol. Adanya peningkatan suhu udara, pemanasan sinar matahari, dan tiupan angin kencang akan menyebabkan terjadinya gotakan air di perairan. Hal itu menyebabkan arus naik dari dasar perairan yang mengangkat massa air yang mengendap. Massa air yang membawa senyawa beracun dari dasar danau atau laut mengakibatkan kandungan oksigen di badan air berkurang.

Rendahnya oksigen di air itulah yang menyebabkan kematian ikan secara mendadak.

Kajian Pusat Oseanografi LIPI terhadap sampel air laut dan ikan yang mati di Pantai Ancol juga memberikan hasil yang sama, yaitu tak lain disebabkan meledaknya populasi (booming) dan fitoplankton dari jenis Cosdnocfocus sp. Menurut peneliti Oseanografi LIPI Indra Bayu Vimono, fitoplankton jenis Coscinodiscus sp merupakan salah satu jenis fitoplankton yang tidak berbahaya. Namun, karena jumlahnya yang banyak dan

(7)

membutuhkan oksigen yang banyak, hal itu menyebabkan kadar oksigen menipis. Hasil pengamatan menyatakan kepadatan fitoplankton di lokasi mencapai 1-2 juta sel per liter. Kondisi tersebut dipicu meningkatnya kadar fosfat dan nitrat di perairan. Hasil analisis terhadap sampel air laut yang diambil di tujuh titik sampling menyatakan kadar oksigen terlarut di air pada 3 stasiun lokasi terdamparnya ikan sangat rendah. Kadar oksigen yang tersedia di air hanya sebesar 0,765 ml/L atau 1,094 mg/L di saat keadaan normal seharusnya dapat mencapai 4-5 mg/liter. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa rendahnya oksigen merupakan penyebab utama dari kematian massal tersebut.

Hasil diatas serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini dan Parmi tahun 2022 dengan judul “Analisis Tingkat Pencemaran Tambak Udang di Sekitar Perairan Laut Desa Padak Guar Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur”. Dalam penelitian disebutkan bahwa kandungan fosfor yang secara berlebihan disertai dengan adanya nitrogen dapat mendorong ledakan pertumbuhan fitoplankton di perairan dan mempengaruhi oksigen terlarut dalam air sehingga menyebabkan biota laut yang lain mati. Adapun kandungan fosfat yang di analisis pada penelitian yang dilakukan Aini dan Parrmi pada tahun 2022 di Perairan laut Desa Padak pada salah satu titik stasiun sebesar 0.23 mg/L.

Berdasarkan ambang batas yang ditetapkan dalam baku mutu lingkungan untuk hewan laut yaitu sebesar 0,015 mg/L.

 Penanggulangan eutrofikasi

Kematian massal ikan akibat arus balik, eutrofikasi, dan blooming algae setiap tahun terjadi di perairan di Indonesia dengan kerugian yang besar. Di Danau Maninjau pada Januari 2009 saja, kerugian telah mencapai Rp 150 miliar dan menyebabkan kredit macet Rp 3,6 miliar. Kerugian itu diakibatkan kematian ikan sekitar 13.413 ton dari 286 petak keramba jaring apung (KJA). Upaya penanggulangan yang utama ialah dibutuhkan kebijakan yang kuat untuk mengontrol pertumbuhan penduduk (birth control). Karena sejalan dengan populasi penduduk yang terus meningkat, berarti akan meningkat pula kontribusi bagi lepasnya fosfat ke lingkungan perairan. Selain itu, pemerintah harus mendorong para pengusaha agar tidak membuang limbah ke perairan untuk mencegah lebih banyaknya lagi fosfat dan bahan emisi nutrisi berbahaya lepas ke lingkungan perairan.

C. Kesimpulan

Eutrofikasi adalah proses pengkayaan perairan, terutama oleh nitrogen dan fosfor, tetapi juga elemen lainnya seperti silikon, potassium, kalsium dan mangan yang menyebabkan pertumbuhan tidak terkontrol dari tumbuhan air yang dikenal dengan istilah blooming. Eutrofikasi diakibatkan oleh peningkatan unsur hara yang masuk ke perairan yang disebabkan oleh limbah buangan rumah tangga maupun industri.

7

(8)

Salah satu pantai di Jakarta Utara yang mengalami eutrofikasi yakni pantai Ancol yang terletak di Ancol, Kec. Pademangan, Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pantai Ancol merupakan kawasan wisata akan tetapi tepi Panatai Ancol telah mengalami degradasi kualitas lingkungan yang disebabkan meningginya kandungan limbah yang masuk ke hilir, di antaranya karena ulah manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan Emisi nutrisi dari industri digadang-gadang sebagai penyebab utama eutrofikasi perairan di Pantai Ancol. Akibat sedimentasi ini, banyak dampak negatif terjadi pada lingkungan dan biota danau yang memicu salah satunya yakni Kematian massal ikan dan kerugian dana sebesar Rp 150 miliar.

D. Saran

Hal yang paling utama dalam menangani masalah eutrofikasi adalah cara menumbuhkan kesadaran lingkungan pada masyarakat khususnya di lokasi yang pernah terjadi fenomena eutrofikasi yakni Jakarta Utara di tepi Pantai Ancol.

Untuk menghindari eutrofikasi, sebaiknya masyarakat tidak melakukan hal-hal seperti tidak membuang sisa buangan rumah tangga atau industri, pertanian dan bahan-bahan yang mengandung bahan kimia berbahaya lainnya ke daerah perairan yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan perairan dan menyebabkan fenomena eutrofikasi.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Lestari, I. (2021). Dampak Limbah Organik Tambak Udang Vaname Super Intensif Terhadap Tingkat Eutrofikasi Perairan Pantai Desa Palajau Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

Rustadi, R. (2009). Eutrofikasi Nitrogen Dan Fosfor Serta Pengendaliannya Dengan Perikanan Di Waduk Sermo (Eutrophication by Nitrogen and Phosphorous and Its Control Using Fisheries in Sermo Reservoir). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 16(3), 176-186.

Soeprobowati, T. R., & Suedy, S. W. A. (2010). Status trofik danau rawapening dan solusi pengelolaannya. Jurnal Sains Dan Matematika, 18(4), 158-169.

http://lipi.go.id/berita/single/Eutrofikasi-Penyebab-Kematian-Massal-Ikan/10464

Adhar, S., Rusydi, R., Mainisa, M., Erlangga, E., Khalil, M., & Ayuzar, E. (2021).

Analisa Limbah Fosfor Kegiatan Keramba Jaring Apung di Danau Laut Tawar Aceh Tengah. Jurnal Serambi Engineering, 6(3).

Aini, M., & Parmi, H. J. (2022). Analisis Tingkat Pencemaran Tambak Udang di Sekitar Perairan Laut Desa Padak Guar Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur. AQUACOASTMARINE: Journal of Aquatic and Fisheries Sciences, 1(2), 67-75.

9

Referensi

Dokumen terkait

Dựa trên quá trình phân tích những ưu và nhược điểm của các sản phẩm hiện có, ứng dụng những thành tựu của khoa học kĩ thuật, đặc biệt là công nghệ vi điều khiển và kết nối không dây,

Direktur Pascasarjana pada PTN/ PTS di seluruh Indonesia Dengan hormat kami sampaikan bahwa Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan