• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KEUTAMAAN MENJADI GURU

N/A
N/A
Budiwati

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH KEUTAMAAN MENJADI GURU"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

“KEUTAMAAN MENJADI GURU”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Rozali, MA

Disusun Oleh:

Nama : Ainaya Nurfadillah Nim : 0301193201

Kelas : PAI-4/Semester III KELOMPOK VII

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)

PENDAHULUAN

Manusia secara potensialnya memiliki pengetahuan dan dapat mengembangkannya menjadi science bahkan dapat juga menyalurkan sebuah teknologi, karena manusia dibekali oleh pendengaran, penglihatan, maupun hati dan akal sehingga pengalaman yang telah dialaminya dapat menghadirkan sebuah ilmu. Potensi yang ada tersebut tentunya diperoleh sejak manusia lahir ke dunia, karena itu, manusia sering dikenal dengan educated people (manusia terdidik). Potensi tersebut merupakan kekuatan yang akan membuat manusia itu tumbuh sebagai manusia hebat dan berkembang menjadi sempurna. Kekuatan dan kemampuan untuk mengadaptasi, mengabsorbsi, mengasimilasi dari apa saja yang ada di sekitar mereka. Kemampuan anak luar biasa, variable kecerdasan tumbuh 50% diusia 2-4 tahun. Karenanya potensi tersebut harus diolah dan dipahami oleh orang tua dan pendidik untuk diberi treatmen agar menuju perkembangan secara menyeluruh, dimulai dari perkembangan fisik jasmani, emosi, agama, kognitif intelektual, dan sosial harus diberi perhatian secara seimbang1.

Orang tua sebagai pendidik utama menjadi peran utama untuk mengawal tumbuh kembang anaknya agar berkembang sesuai harapan.

Cerdas, kuat, beriman dan berguna dalam kehidupannya kelak. Hal ini didasarkan kepada hadits berikut ini:

ُسَر َلاَق :َلاَق هنَع ُالله َي ِضَر َرْيَرُه ْىِبَا ْنَع لُك :َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ُل ْو

ِهِناَدَّوَهُي ُهاَوَبَاف ِةَرْطِفْلا ىلع ُدَلوُي دوُل ْوَم اور( ِه نَسََّجَّمُي ْوَا ِهِن َرَّصََّنُي ْو َا

ه

)ملسَم و ىراخُبْلا

1 Hasbiyallah, HADITS TARBAWI & HADITS2 DI SEKOLAH DAN MADRASAH, (Bandung: PT. Gravindo Media Pratama, 2013), hlm. 4-5

(3)

Artinya: Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berdasar pada hadits tersebut bahwa setiap anak telah memiliki fitrah atau suatu potensi yang telah ada di dalam dirinya, orang tuanyalah yang memiliki tanggung tawab untuk mengembangkan potensi tersebut. Potensi anak itu sangat bersih bagaikan suatu kertas putih yang belum tercorat-coret oleh tinta. Sebagaimana yang diibaratkan oleh Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, sebagai permata indah (Jauhar) yang belum diukir, dibentuk dalam suatu rupa apapun. Permata itu merupakan amanat Allah yang dititipkan kepada para orangtua. Karena itu, menurut Al-Ghazali, orangtua harus memperhatikan fasefase perkembangan anaknya dan memberikan pendidikan yang memadai sesuai dengan fase yang ada agar permata yang diamanatkan kepadanya dapat dibentuk rupa yang indah. Potensi manusia dalam al-Quran meliputi hati, akal, pendengaran dan penglihatan.

Sebagaimana firman Allah swt:

َُّاللَّو ْمُكَجَرْخَأ ْنِم

ِنوُطُب ْمُكِتاَهَّمُأ َنوُمَلْعَت َل

اًئْيَش َلَعَج َو ُمُكَل َعْمَّسَلا

َراَصَّْبَ ْلْاَو َةَدِئْفَ ْلْا َو

ْمُكَّلَعَل ۙ َنوُرُكْشَت

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. an-Nahl:78).

Potensi-potensi tersebut berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan manusia, sejak kecil potensi tersebut dalam keadaan lemah, kemudian kuat dan akan lemah kembali seperti semula. Hal ini digambarkan dalam firman Allah swt:

َُّاللّ

يِذَّلا ْمُكَقَلَخ ْنِم فْعَض َّمُث

َلَعَج ْنِم ِدْعَب فْعَض ًة َّوُق

َّمُث َلَعَج ْنِم ِدْعَب ةَّوُق

اًفْعَض ًةَبْيَش َو ُقُلْخَي ۚ

اَم ُءاَشَي َوُهَو ُميِلَعْلا ُريِدَقْلا

Artinya: “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,

(4)

kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (QS. ar-Rum: 54)

Pendidikan menjadi sebuah tindakan yang tujuannya untuk mengembangkan fitrah manusia secara potensi menuju terbentuknya manusia seutuhnya. Sedangkan hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan yang memiliki dimensi religius, berbudaya dan berkemampuan ilmiah, dalam istilah lain disebut insan kamil2. Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut, seorang pendidik memiliki tanggung jawab untuk mengantarkan peserta didik ke arah tujuan tersebut, yaitu dengan menjadikan diri sebagai orang yang memilki kompetensi sebagai pendidik ideal. Karena hanya pendidik profesionallah yang dapat mengantarkan manusia ke arah tujuan pendidikan tersebut3.

Untuk itu, keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan kewajibannya tidak hanya mentransferkan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga dalam mengintegrasikan nilai-nilai etis. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa pendidik merupakan tulang punggung dalam kegiatan pendidikan terutama yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa adanya peran pendidik atau guru maka proses belajar mengajar tidak akan berjaralan.

Sebenarnya tinggi kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang yang belajar dan mengajar, tidak terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru. Karena

2 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hal. 137

3 Saifullah, Nalar Pendidikan Islam: Ikhtiar Memahami Pendidikan Islam Dalam Berbagai Perspektif, (Bandung: Ciptapustaka, 2010), hal. 68

(5)

islam adalah agama, maka pandangan tentang guru, kedudukan guru, tidak terlepas dari nilai-nilai kelangitan4.

KEUTAMAAN MENJADI GURU

Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidik adalah kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, tutor, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Dalam konteks pendidikan dalam Islam, pendidik (guru) adalah setiap orang dewasa yang karna kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanat pendidikan adalah agama, dan wewenang pendidik dilegitimasi oleh agama, sementara yang menerima tanggung jawab dan amanat adalah setiap orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang lekat pada setiap orang karena tanggung jawab atas pendidikan5. Disamping itu juga Allah SWT dan para rasul-Nya juga termasuk pendidik.

Guru di sekolah atau pun tempat lain sebagai pemegang amanat, memiliki bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah berfirman dalam Q.S. an-Nisa’ ayat 58:

َّنِإ ََّاللّ

ْمُكُرُمْأَي ْنَأ

او دَؤُت ِتاَناَمَ ْلْا ىَلِإ

اَهِلْهَأ اَذِإَو ْمُتْمَكَح َنْيَب

ِساَّنلا ْنَأ

اوُمُكْحَت ِلْدَعْلاِب

َّنِإ ۚ ََّاللّ

اَّمِعِن ْمُكُظِعَي ِب ِه َّنِإ ََّاللّ

َناَك اًعيِمَس اًري ِصََّب

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.

4 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 1994). 76.

5 Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Hijri Pustaka Utama, 2018), hlm. 54

(6)

Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS.an- Nisa: 58)

Begitu beratnya amanah yang diemban oleh seorang pendidik (guru), terutama dari orang tua mempercayai untuk mendidik anaknya menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Keutamaan pendidik dalam ajaran Islam adalah bahwa pendidik atau guru sangat dihargai kedudukannya.

Kedudukan seorang pendidik telah dijelaskan oleh Allah maupun oleh Rasul- Nya. Penjelasan Allah dalam al-Qur’an seperti yang terdapat dalam Q.S. al- Mujadalah ayat 11:

ِعَفْرَي َُّاللّ

َنيِذَّلا اوُنَمآ ْمُكْنِم َنيِذَّلا َو اوُتوُأ

َمْلِعْلا تاَجَرَد

Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Selain firman Allah, rasululullah juga bersabda: yang artinya:

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-qur’an dan mengajarkannya.” (H.R Bukhari)

Dan juga sabda Rasululullah yang lainnya yang artinya: “Tinta para ulama lebih tinggi nilainya dari pada darah para suhada” (H.R Daud dan Turmizi).

Berdasarkan firman Allah dan sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan (pendidik).

Hal ini beralasan bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam semesta demi keselamatan manusia. Selain itu juga dalam hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abi Usman Al-Bahiry berbunyi:

يِنَرَبْخَأ وُبَأ

ِنَسََحْلا يِلَع

ُنْب َناَمْثُع ِنْب

ِدْيَبُع َِّاللّ

،ُهيِقَفْلا يِلَع انث

ُنْب

ِدَّمَحُم ِنْب

، مِلْسَُم ُدُواَد انث

ُنْب

،َناَمْيَلُس يِلَع ابنأ

ُنْب ىَسوُم

،اَض ِ رلا

يِنَثَّدَح

،يِبَأ ْنَع هيِبَأ ِرَفْعَج ِنْب

، دَّمَحُم ْنَع

ِهيِبَأ ِدَّمَحُم ِنْب

، يِلَع ْنَع

ِهيِبَأ ِ يِلَع ِنْب

،ِنْيَسَُحْلا ْنَع

،ِهيِبَأ ْنَع ِ يِلَع ِنْب يِبَأ

، بِلاَط َلاَق

َلاَق :

(7)

ُلوُسَر َِّاللّ

ىَّلَص َُّاللّ

ِهْيَلَع َمَّلَسَو " : ُمْلِعْلا ُنِئاَزَخ ُهُحاَتْفِمَو

،ُلاَؤ سَلا

اوُلَسََف ُمُكْمَحْرَي

،ُ َّاللّ

ُهَّنِإَف ُرَجْؤُي ِهيِف

ةَعَبْرَأ ُلِئاَّسَلا :

،ُعِمَتْسَُمْلا َو

"6

مُهَل ُباَجَُّمْلاَو ،ُمِ لَعُمْلاَو

Artinya: Telah mengabarkan kepadaku Abu Hasan Ali bin Usman bin ‘Ubaidillah Al-Faqih dari Ali bin Muhammad bin Muslim, dari Daud bin Sulaiman, dari Ali bin Musa Ar-Ridha, dari ayahnya, dari ayahnya Ja’far bin Muhammad dari ayahnya Muhammad bin Ali dari ayahnya Ali bin Husein, dari Ali bin Abi Thalib berkata, Rasululullah SAW bersabda: “Ilmu itu laksana lemari (yang tertutup rapat), dan sebagai anak kunci pembukanya adalah pertanyaan. Oleh karena itu, bertanyalah kalian, karena sesungguhnya dalam tanya jawab akan diberi pahala empat macam, yaitu penanya, orang yang berilmu, pendengar dan orang yang mencintai mereka”

Berdasarkan Firman Allah dan Hadis Rasul tersebut, membuktikan bahwa begitu tingginya kedudukan bagi orang yang mempunyai ilmu pengetahuan seperti guru yang professional yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Sebenarnya hal ini sangat beralasan bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berfikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam, sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah. Dengan kemampuan yang ada pada manusia terlahir teori-teori untuk kebaikan umat manusia yang hidup dipermukaan bumi dan bahkan kehidupan untuk alam sesudah hidup didunia ini. Rasulullah Saw juga bersabda yang diterjemahan dari Kitab Durratun Nasihin yakni:

لاق يبنلا ىلص الله هيلع ملسو : ماوق دلا اين ةعبرأب ءايشا

: وا اهل

ملعب ءاملعلا ىناثلاو

لدعب لْا ءارم ثلاثلاو ةواخسَب

ءاينغلْا

6 Hadis ini diriwayatkan oleh Abi Usman Al-Bahiry (dari Kitab نم عبارلا يريحبلا نامثع يبأ دئاوف)

(8)

عبارلاو ةوعدب

ءارقفلا ولو

ل ءاعد ءارقفلا كلهل

لْا ءاينغ

7

منغلا بنذلا لك أي امك اضعب سانلا ضعب لك لْ ءارملْا لدعولو

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Berdiri tegaknya dunia dengan empat hal: 1) dengan ilmu para ulama (guru) 2) dengan adilnya pemimpin, 3) dengan murahnya agniya (orang kaya), 4) dengan do’anya orang fakir. Jika bukan / tidak karena ilmunya ulama (guru) maka rusaklah orang-orang bodoh, dan jika bukan karena murahnya orang kaya maka rusaklah orang-orang fakir, dan jika bukan karena do’anya orang fakir maka rusaklah orang kaya, dan jika tidak dengan adilnya pemimpin maka manusia satu sama lain akan saling tindas dan binasakan / saling terkam, seperti serigala menerkam kambing”

Keutamaan seorang guru selanjutnya berdasarkan hadis diatas bahwa guru bisa menjadi pondasi atau tiang utama berdiri tegaknya dunia ini serta peranan kaum ulama agar dapat:

a. Berusaha menjadi suritauladan bagi masyarakat dengan berusahan menunjukkan setiap perilakunya didasari ilmu yang dimilikinya, karena Allah sangat murka kepada mereka yang hanya bisa mengatakan tetapi tidak bisa melakukan (QS. As-Shaff: 2-3).

b. Menegakkan amar makruf nahi munkar, karena merekalah yang memahami mana yang benar mana yang salah, mana yang boleh dilakukan mana yang tidak. Ketika fungsi ini tidak bisa dilakukan Allah swt. mengingatkan bahwa Bani Israil mendapat laknat Allah karena mereka membiarkan kemunkaran yang terjadi di kalangan mereka (QS. Al-Maidah: 78-79).

7 Diambil dari Terjemahan Kitab Durratun Nasihin oleh Ust. Abu H.F.

Ramadhan BA, halaman 61. Pengarang kitab tersebut yakni Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir al-Khaubawiyyi.

(9)

Ulama adalah orang yang mengerti dan mengamalkan ajaran Agama Islam, karena ulama merupakan pewaris para Nabi. Ketika seorang ulama berfatwa/ memberikan nasihat kepada kita seyogyanya kita melakukan perbuatan yang dinasihatkan kepada kita. Rasulullah SAW bersabda:

"Akan ada suatu jaman yang menimpa umatku, dimana umatku jauh (tidak perduli/patuh terhadap fatwa-fatwa) ulama. Maka Allah SWT akan memberikan tiga kehancuran/musibah.

1. Allah SWT akan menghilangkan keberkahan dari usahanya.

2. Allah akan menjadikan pemimpin/sultan/presiden yang zalim (pembuat kerusakan).

3. Keluar dari dunia (mati) tanpa disertai iman.

Tugas yang diemban oleh seorang guru hampir sama dengan tugas seorang Rasul8. Artinya tugas pendidik sebagai “warasat al-anbiya”, yang pada hakikatnya mengemban misi rahmat li al-alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal saleh dan bermoral tinggi yang sesuai dengan tuntutan agama. Untuk melaksanakan tugas ini, sebagai warasah al-anbiya, pendidik hendaklah bertolak pada amar ma’ruf nahyu wa al-munkar,

Dengan demikian jelas bahwa tanggung jawab pendidik seperti guru dan Kyai (ulama) adalah mendidik individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syari’at Allah, mendidik diri supaya beramal saleh, dan mendidik masyarakat untuk saling menesehati agar tabah dalam menhadapi kesusahan, beribadah kepada Allah serta menegakkan kebenaran. Selain itu juga dalam hadis Rasulullah SAW yang diriwiyatkan oleh Imam Abu Daud No. 1395 yaitu:

8 Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1979), hlm. 165.

(10)

اَنَثَّدَح ُدَّدَسَُم ُنْب دَه ْرَسَُم اَنَثَّدَح

ُدْبَع َِّاللّ

ُنْب َدُواَد ُتْعِمَس َم ِصاَع

َنْب ِءاَجَر ِنْب

َة َوْيَح ُثِ دَحُي ْنَع َدُواَد ِنْب ليِمَج ْنَع ِريِثَك ِنْب سْيَق َلاَق ُتْنُك اًسَِلاَج َعَم

يِبَأ

ِءاَد ْرَّدلا ِد ِجَّْسََم يِف

َقْشَمِد ُهَءاَجََّف

لُجَر َلاَقَف اَي اَبَأ َد ْرَّدلا يِ نِإ ِءا

َكُتْئ ِج ْنِم

ِةَنيِدَم ِلوُسَّرلا ىَّلَص

َُّاللّ

ِهْيَلَع َمَّلَسَو ثيِدَحِل يِنَغَلَب

َكَّنَأ ُهُثِ دَحُت ْنَع ِلوُسَر

َِّاللّ

ىَّلَص َُّاللّ

ِهْيَلَع َمَّلَسَو ُتْئ ِج اَم

ةَجاَحِل َلاَق

يِ نِإَف ُتْعِمَس َلوُسَر

َِّاللّ

ىَّلَص

َُّاللّ

ِهْيَلَع َمَّلَسَو ُلوُقَي ْنَم َكَلَس اًقي ِرَط ُبُلْطَي ِهيِف اًمْلِع َكَلَس َُّاللّ

ِهِب اًقي ِرَط ْنِم

ِقُرُط ِةَّنَجَّْلا َّنِإ َو َةَكِئ َلََمْلا ُعَضَتَل

اَهَتَحِنْجَأ اًض ِر

ِبِلاَطِل ِمْلِعْلا َّنِإَو َمِلاَعْلا

ُرِفْغَتْسََيَل ُهَل

ْنَم ِتا َوَمَّسَلا يِف

ْنَم َو ِضْرَ ْلْا يِف

ُناَتي ِحْلا َو ِف ْوَج يِف

ِءاَمْلا

َّنِإَو َلْضَف ِمِلاَعْلا ىَلَع ِدِباَعْلا ِلْضَفَك ِرَمَقْلا

َةَلْيَل ِرْدَبْلا ىَلَع ِرِئاَس ِبِكاَوَكْلا

َّنِإَو َءاَمَلُعْلا ُةَثَرَو

ِءاَيِبْنَ ْلْا َّنِإَو

َءاَيِبْنَ ْلْا ْمَل

اوُث ِ رَوُي ًراَنيِد

َل َو ا اًمَهْرِد اوُثَّرَو

َمْلِعْلا ْنَمَف ُهَذَخَأ َذَخَأ ظَحِب

رِفاَو

.

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Daud aku mendengar 'Ashim bin Raja bin Haiwah menceritakan dari Daud bin Jamil dari Katsir bin Qais ia berkata, "Aku pernah duduk bersama Abu Ad Darda di masjid Damaskus, lalu datanglah seorang laki-laki kepadanya dan berkata, "Wahai Abu Ad Darda, sesungguhnya aku datang kepadamu dari kota Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena sebuah hadits yang sampai kepadaku bahwa engkau meriwayatannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan tidaklah aku datang kecuali untuk itu." Abu Ad Darda lalu berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menempuh jalan yang dimanfaatkan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke syurga dan para Malaikat akan melebarkan sayapnya sebagai keridhaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan didoakan oleh penghuni-penghuni (malaikat-malaikat) di langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak

(11)

mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu.

Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak."

Dalam hadis tersebut Rasulullah menjelaskan bahwa wujud penghormatan yang diberikan oleh Allah kepada penuntut ilmu pengetahuan terutama ilmu syari’at. Para penuntut ilmu pengetahuan yang lain, juga akan mendapat penghormatan semacam itu, selama ilmu yang diperolehnya dipergunakan sebagai sarana untuk memahami ilmu-ilmu syariat atau sekurang-kurangnya digunakan untuk mengamalkan perintah syara’.

Penghormatan yang Allah berikan kepada penuntut ilmu sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadis Abu Darda di atas adalah:

1. Allah akan melancarkan segala upaya penerapan ilmu yang telah diperolehnya kepada amal yang sholeh, pembawa ke syurga dan sekurang-kurangnya Allah menambah ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

2. Para Malaikat terutama yang bertugas meratakan rahmat dan mengatur kemaslahatan umat, akan melebarkan sayapnya untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepadanya. Melipatkan sayap yang dilakukan oleh para malaikat itu tidak lain hanyalah sebagai lambang ketawadhuan (kerendahan diri) mereka terhadap orang-orang yang layak mendapat penghormatan9

3. Penuntut Ilmu dan yang Mengajarkannya Dimohonkan Ampun Seluruh Makhluk. Orang yang berilmu dan yang mengajarkannya akan dikenal seluruh makhluk. Makhluk-makhluk tersebut akan memohonkan ampun atasnya kepada Allah. Ada dua penjelasan mengenai makhluk tersebut. Pertama, karena dengan mempelajari ilmu agama manusia memperlakukan hewan-hewan dengan layak.

Sebaliknya, jika ilmu agama tidak tersebar, hadis-hadis tidak dipelajari, ajaran Islam tentang berbuat baik kepada hewan tidak diketahui, maka orang pun melakukan kezaliman kepada binatang- binatang. Kedua, karena ilmu agama adalah sebab timbulnya

9 Alfiah, Hadis Tarbawi, (Pekan Baru: Kreasi Edukasi, 2015), hlm. 15

(12)

kebaikan, amal shalih, ketaatan, yang menyebabkan tidak rusaknya ekosistem yang ada di muka bumi ini. Sebaliknya, jika manusia berada dalam kebodohan menyebabkan manusia jatuh kedalam kemaksiatan. Kemaksiatan yang dilakukan manusia menyebabkan Allah menimpakan musibah dan bencana.

4. Keutamaan orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya dengan orang yang giat ibadah tanpa didasari ilmu yang mapan bagaikan rembulan diantara bintang-bintang. Rembulan yang bersinar manfaatnya luas dibandingkan dengan bintang-bintang.

5. Ulama pewaris para nabi, karna nabi tidak mewarisi dirham ataupun dinar. Ini adalah bukti bahwasannya dakwah para nabi ikhlas karena Allah. Seandainya para nabi mewariskan dinar dan dirham maka boleh jadi ini menjadi pintu bagi sebagian orang mencela dakwah nabi. Mereka akan berpikiran negatif bahwa semangat nabi bertujuan untuk menumpuk kekayaan yang akan diwariskan kepada anak keturunannya. Akan tetapi tidak demikian, sehingga manusia tidak memiliki alasan untuk mencela dakwah para nabi karena mereka berdakwah semata-mata menginginkan manusia mendapat hidayah, menginginkan manusia selamat dari neraka, terhindar dari kesesatan, dan supaya manusia masuk ke dalam surga Allah.

Setiap orang dewasa dibebani kewajiban dan diserahi kepercayaan untuk menjalankan dan memelihara suatu urusan serta dituntut untuk berlaku adil dalam urusan sebagai pendidik. Dengan kata lain bahwa yang bertanggung sebagai pendidik atau dalam pendidikan adalah orang dewasa yang beragama Islam, baik sebagai orang tua, pendidik (guru) dan bangsa atau negara yang berkuasa. Namun sebagai tenaga pendidik seperti guru, bukan semua dapat menjadi guru, akan tetapi orang yang akan menjadi guru terlebih dahulu memenuhi persyaratan-persyaratan. Bagi yang memenuhi persyaratan tersebutlah termasuk orang yang mulia dan bermatabat tinggi baik disisi Allah maupun dalam masyarakat.

(13)

PERANAN PENDIDIK

Dalam buku yang ditulis Shalahuddin Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, yang berjudul al-Tarbiyat wa Thariqat al-Tadris dijelaskan bahwa guru memainkan peranan penting dalam proses pembelajaran. Gurulah yang menempatkan peserta didik memperoleh pengetahuan, kebiasaan yang saleh, berperilaku mulia, mengembangkan potensi, dan membiasakan mereka dengan memperhatikan kehidupan sosial. Dengan kata lain, guru mendidik siswa untuk mempu berinteraksi sesama mereka dan lingkungan tempat tinggal mereka.

Dinamika pertumbuhan dan pendidikan dahulu dan sekarang tidak lepas dari peranan guru. Sebagai suatu sistem, pendidikan memiliki sejumlah komponen yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Komponen tersebut antara lain: komponen kurikulum, guru, metode, sarana prasarana, dan evaluasi. Dari sekian komponen pendidikan tersebut, guru merupakan komponen terpenting, terutama dalam mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan10

Pendidik memegang peranan strategi dan utama dalam dunia pendidikan. Peranan pendidik yang sangat strategi itu dapat dilihat dari fungsi dan kedudukan pendidik. Peranan guru dalam proses mengajar belum dapat digantikan oleh mesin, robot, TV, radio ataupun komputer. Hal tersebut dikarenakan guru menjadi bintang yang harus diidolakan para siswanya.

Pendidikan bukan hanya mengisi otak peserta didik dengan banyaknya ilmu pengetahuan, lebih dari itu siswa harus cerdas dalam sikap, emosional, dan spiritual serta memiliki keterampilan yang bisa menopang hidupnya. Tugas seperti ini tidak bisa dijalankan oleh mesin dan alat canggih modern lainnya.

Dengan demikian sistem pengajaran yang mana pun, guru selalu menjadi

10 Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam Kapita Selekta Islam, (Jakarta: PT Grafindo, 2001), hlm. 132

(14)

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pencapaian tujuan pendidikan.

Tanpa guru pendidikan tidak akan dapat berjalan sebagaimana semestinya.

اَمِبَف ةَمْحَر َنِم َِّاللّ

َتْنِل ْمُهَل ْوَلَو ْنُك َت اًّظَف ِلَغ ِبْلَقْلا َظي او ضَفْن َل ْنِم

َكِل ْوَح ُفْعاَف

ْمُهْنَع ْرِفْغَتْسا َو ْمُهَل

ْمُهْرِواَشَو ِرْمَ ْلْا يِف

اَذِإَف َتْمَزَع َوَتَف

ْلَّك

ىَلَع َِّاللّ

َّنِإ ۚ ََّاللّ

ب ِحُي َنيِلِ ك َوَتُمْلا

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. ali-Imran:159)

Masa depan anak sangat tergantung bagaimana guru mempengaruhi proses belajar peserta didik. Guru bukan hanya memikirkan metode pengejaran dalam kelas, akan tetapi bagaimana mengembangkan wawasan, nilai, sikap, dan tingkah laku. Wajar saja kalau ada istilah yang mengatakan:

“at-Thariqat’ahammu min al-mad-dat wa lakin al-mudarris’ahammu min al- thariqat” (Metode pembelajaran lebih penting dari meteri belajar, akan tetapi peranan guru dalam proses belajar mengajar jauh lebih penting dari pada metode pembelajaran itu sendiri)11

Dapat disimpulkan bahwa guru memainkan peranan utama dalam dalam mensukseskan tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal dan optimal. Peranan yang tidak bisa dilepaskan dalam proses pendidikan. Karena guru merupakan wujud kepribadian yang harus ditiru dan dicontoh dalam merealisasikan tercapainya insan kamil, artinya manusia yang sehat jasmani

11 A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 188

(15)

dan ruhani, cerdas secara emosional, terampil dalam berkarya dan berbudi pekerti yang baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan jika begitu banyak nya hadits mengenai keutamaan seorang pendidik (guru). Islam juga memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada guru. Begitu tingginya sehingga menempatkan guru setingkat dibawah nabi dan rasul. Hal demikian terjadi karena segudang ilmu yang telah ia berikan kepada muridnya, hingga melahirkan genarasi yang cemerlang dan berakhlak.

Diantara keutamaan yang dimilikinya yakni mendapatkan pahala sama seperti orang yang ia ajarkan, menjadi jendela dan penolong bagi sesama manusia, serta dipermudahkan jalannya menuju surganya Allah. Begitu banyak keutamaan nya yang ia miliki, untuk itu kita sebagai kaum awam sudah seharusnya menghargai, dan mengucapkan terima kasih padanya atas jasa yang ia lakukan.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah. 2015. Hadis Tarbawi. Pekan Baru: Kreasi Edukasi

Fadjar A Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hasbiyallah. 2013. HADITS TARBAWI & HADITS2 DI SEKOLAH DAN MADRASAH. Bandung: PT. Gravindo Media Pratama

Hasan Asma Fahmi. 1979. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:

Bulan Bintang

Nata Abuddin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam Kapita Selekta Islam.

Jakarta: PT Grafindo

Ramayulis, Nizar Samsul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia

Saifullah. 2010. Nalar Pendidikan Islam: Ikhtiar Memahami Pendidikan Islam Dalam Berbagai Perspektif. Bandung: Ciptapustaka

Syafaruddin. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta; Hijri Pustaka

Tafsir Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung:

Remaja Rosda Karya

Referensi

Dokumen terkait

Interview tak terpimpin adalah proses wawancara di mana interview tidak sengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok persoalan dari fokus penelitian dengan orang yang

Wawancara Menurut Eaterberg Sugiyono, 2017:114 menyatakan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat