• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN “INDIKATOR MUTU KLINIS ”

N/A
N/A
David

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN “INDIKATOR MUTU KLINIS ”"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mutu pelayanan keperawatan sebagai salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Oleh karena itu, rendahnya indikator mutu pelayanan keperawatan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan (Nursalam, 2014). Salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan memuaskan pasien atau tidak.

Sebagai pengguna jasa keperawatan, pasien menuntut pelayanan keperawatan yang sesuai dengan haknya, yaitu pelayanan keperawatan yang berkualitas dan komprehensif. Indikator kepuasan terhadap pelayanan asuhan keperawatan pada pasien adalah pendekatan dan sikap perawat, perasaan pasien terhadapnya. Berdasarkan survei Ema (2015) terhadap pelayanan rumah sakit, hasil survei menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien yaitu 49% dari seluruh responden menyatakan kualitas pelayanan rumah sakit adalah kelas 3 tidak bagus. Fitriyanah, Noer'aini dan Utomo, 2015) Penelitian yang juga dilakukan oleh Andhika (2020) menunjukkan bahwa 56,7%.

Sehubungan dengan data di atas, penting untuk melakukan analisis lebih mendalam terhadap pengendalian mutu pelayanan keperawatan guna merancang rencana strategis yang komprehensif untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit di masa depan. Manajemen pelayanan keperawatan adalah suatu proses mengubah atau mentransformasikan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan, penempatan staf, pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu (Suryaningsih, 2012).

Rumusan Masalah

Tujuan

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Mengidentifikasi indikator utama mutu pelayanan di rumah sakit (keselamatan pasien, peningkatan kepuasan pasien, kecemasan dan pengetahuan pasien). Setiap rumah sakit harus menerapkan proses desain yang baik, sesuai dengan “Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. Keanggotaan TKPRS terdiri dari pimpinan rumah sakit dan unsur profesi kesehatan di rumah sakit.

Melaksanakan peran motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan (implementasi) program keselamatan pasien rumah sakit; Bekerja sama dengan departemen pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk menyelenggarakan pelatihan keselamatan pasien internal rumah sakit; Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam rangka pengambilan kebijakan keselamatan pasien rumah sakit; Dan.

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan keamanan obat-obatan dengan ketersediaan tinggi. Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan review dan memberikan komentar serta solusi terhadap laporan nasional (Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2011).

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Mutu Pelayanan Keperawatan

  • Definisi
  • Pengukuran Mutu Pelayanan
  • Konsep Mutu Berasarkan SERVQUAL (Service Quality)
  • Upaya Peningkatan Mutu

Inti dari konsep kualitas layanan RATER adalah membentuk sikap dan perilaku pengembang layanan agar dapat memberikan bentuk layanan yang kuat dan mendasar. Pada prinsipnya hakikat bentuk pelayanan yang diterapkan dalam suatu kegiatan pelayanan suatu instansi atau pekerjaan adalah pemberian pelayanan sesuai dengan tingkat respon terhadap permasalahan pelayanan yang diberikan. Penjelasan bijak ini memungkinkan individu penerima layanan memahami dan menyetujui segala bentuk layanan yang diterima.

Mengarahkan setiap bentuk pelayanan dari individu yang bertugas untuk mempersiapkan, melaksanakan dan mengikuti berbagai syarat pelayanan yang harus dipenuhi. Mampu memperhatikan berbagai bentuk pelayanan yang diberikan, sehingga yang dilayani merasa seolah-olah menjadi orang penting. Mampu menunjukkan simpati terhadap pelayanan yang diberikan sehingga yang melayani merasa mempunyai otoritas atas pelayanan yang diberikan.

Keandalan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan tingkat keterampilan kerja yang dimilikinya untuk melaksanakan kegiatan pelayanan secara efisien dan efektif. Keandalan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan pengalaman kerja yang dimiliki sehingga penguasaan uraian tugas dapat dilakukan dengan cepat, akurat, mudah dan berkualitas sesuai pengalamannya.

Gambar 2.1. The Integrated Gaps Model of Service Quality (Parasuraman, Zeithaml,  Berry, 1985)  Penjelasan mengenai kelima kesenjangan tersebut yaitu sebagai berikut
Gambar 2.1. The Integrated Gaps Model of Service Quality (Parasuraman, Zeithaml, Berry, 1985) Penjelasan mengenai kelima kesenjangan tersebut yaitu sebagai berikut

Indikator Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan

Manajemen klinik menjelaskan hal-hal penting yang harus dilakukan seorang dokter dalam menghadapi konsumen (pasien dan keluarga). 6) Membangun aliansi strategis dengan rumah sakit lain, baik dalam maupun luar negeri. Kolaborasi lintas sektor dan lintas fungsi harus menjadi bagian dari budaya rumah sakit seperti halnya kerja tim yang baik. Seringkali terjadi benturan nilai, di satu sisi nilai masyarakat secara umum masih kuat, bahwa rumah sakit merupakan institusi yang mengutamakan fungsi sosial.

Sedangkan etos investor/investor dalam dan luar negeri, sebaliknya, menganggap rumah sakit adalah bisnis industri dan jasa, sehingga orientasi mencari keuntungan adalah sesuatu yang sahih. Struktur adalah segala masukan ke dalam sistem pelayanan rumah sakit yang meliputi M1 (personel), M2 (fasilitas), M3 (metode keperawatan), M4 (dana), M5. Proses adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh dokter, perawat, dan tenaga profesional lainnya yang berinteraksi secara profesional dengan pasien.

Hasilnya merupakan hasil akhir dari kegiatan yang dilakukan oleh dokter, perawat dan tenaga profesional lainnya terhadap pasien. Apabila angka tersebut bukan merupakan angka standar nasional, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu tahun-tahun sebelumnya pada rumah sakit yang sama, setelah disepakati antara manajemen/direksi rumah sakit tersebut dengan masing-masing SMF dan staf terkait lainnya. .

Audit Internal Pelayanan Keperawatan dan Audit Personalia

  • Audit Internal Pelayanan Keperawatan
  • Audit Personalia

Audit personalia mengevaluasi aktivitas personalia yang dilakukan dalam suatu organisasi, baik bagian demi bagian maupun organisasi secara keseluruhan. Ada lima pendekatan penelitian kepegawaian yang dapat diterapkan untuk melakukan audit kepegawaian dalam suatu organisasi (Nursalam. Hal ini dilakukan dengan membandingkan organisasi/perusahaan lain, baik secara bagian maupun secara keseluruhan, untuk menemukan area kinerja pekerjaan yang buruk.

Mengandalkan temuan para ahli atau konsultan dari luar organisasi/perusahaan, yang dijadikan standar penilaian dalam audit personalia. Dengan memperhatikan dan/atau menggunakan data yang ada, standar disusun secara statistik dan berbagai program dan kegiatan dievaluasi. Sistem informasi kepegawaian kemudian diperiksa terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran pelanggaran tersebut.

Laporan audit yang baik dan obyektif sangat berguna untuk dijadikan pedoman dalam merumuskan kebijakan tertentu.

Indikator Utama Kualitas Pelayanan di Rumah Sakit

  • Keselamatan Pasien
  • Kepuasan dan Kenyamanan Pasien
  • Kecemasan dan Pengetahuan Pasien

Merupakan standar bahwa rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam keperawatan. Oleh karena itu, rumah sakit harus mempunyai sistem dan mekanisme edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam keperawatan. Manajemen mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk mengukur, meninjau dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.

Para pemimpin mengukur dan menilai efektivitas kontribusi mereka terhadap peningkatan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, dengan menggunakan kriteria. Mekanisme kerja diterapkan untuk memastikan seluruh komponen rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien. Peraturan Menteri Kesehatan 1691/Menkes/Per/VIII/2011 menyatakan bahwa setiap rumah sakit wajib berupaya mencapai tujuan keselamatan pasien.

Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) merupakan persyaratan yang harus dilaksanakan di seluruh rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Rumah sakit bersama-sama menyusun kebijakan dan/atau prosedur penugasan secara lisan dan telepon, antara lain: mencatat (memasukkan ke dalam komputer) tugas atau hasil penelitian yang telah selesai dilakukan oleh penerima tugas; Rumah sakit bersama-sama menyusun kebijakan dan/atau prosedur untuk menetapkan daftar obat yang memerlukan kehati-hatian, berdasarkan data yang ada di rumah sakit.

Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien dalam operasi merupakan hal yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Rumah Sakit harus secara kolaboratif mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang efektif dalam mengatasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang mengadaptasi atau mengadopsi pedoman kebersihan tangan yang berlaku umum dan untuk menerapkan pedoman tersebut di rumah sakit.

Sistem pelaporan kejadian kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus dijamin aman, rahasia, anonim (tanpa identitas) dan tidak mudah diakses oleh orang yang tidak berkepentingan. Rumah sakit harus melaporkan kejadian, analisis, rekomendasi, dan solusi kejadian buruk (ATS) secara tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Discharge Planning akan menjalin hubungan terpadu antara pelayanan yang diterima selama di rumah sakit dengan pelayanan yang diberikan setelah pasien pulang.

Program ini mencakup apa yang harus dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan keluarga.

PENUTUP

Kesimpulan

Penilaian terhadap mutu pelayanan asuhan keperawatan diharapkan mengacu pada standar yang ditetapkan baik secara nasional yaitu SNARS 2012 edisi 1.1 atau sesuai dengan standar JCI. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan juga akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit.

Saran

Peningkatan mutu pelayanan keperawatan dapat maksimal. dengan meningkatkan kualitas pada setiap indikator pelayanan dan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak. Manajer perawat dapat berkontribusi pada penyediaan layanan berkualitas dengan mengevaluasi kepuasan pasien. asuhan keperawatan untuk pengembangan dan peningkatan asuhan keperawatan berdasarkan harapan pasien. 2015) 'Perbedaan tingkat kepuasan pasien BPJS dan pasien umum terhadap kualitas pelayanan keperawatan di unit rawat inap kelas.

Nursalam (2014) Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. 2020) 'Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan Dengan Kepuasan Pasien Di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Dr. RSUD. Slamet Garut', Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, 6(2), hal. 2012) 'Model supervisi klinis yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan', Seminar Nasional dan call for paper |, hal. Analisis mutu pelayanan keperawatan menurut akreditasi rumah sakit versi 2012 yang dinilai berdasarkan kriteria Baldrige Malcolm di RSUD Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.

Gambar

Gambar 2.1. The Integrated Gaps Model of Service Quality (Parasuraman, Zeithaml,  Berry, 1985)  Penjelasan mengenai kelima kesenjangan tersebut yaitu sebagai berikut
Gambar 2.2. Penilaian Pelanggan terhadap Kualitas layanan (Parasuraman, 2001)

Referensi

Dokumen terkait