MAKALAH
MANAJEMEN PERSEDIAAN TRADISIONAL DAN JUST-IN-CASE (JIT)
Dibuat untuk memenuhi tugas Mata kuliah Akuntansi Manajemen
Disusun Oleh:
Viona 2021 61 201 091
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
KATA PENGANTAR
Ucapan terima kasih dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga kita masih memiliki kesempatan untuk hidup. seperti penulis yang telah menyelesaikan makalah dengan judul "Manajemen Persediaan Tradisional dan Just In Time(JIT)" hingga saat ini.
Harapan penulis adalah bahwa makalah ini akan membantu orang-orang yang tertarik dan ingin tahu tentang manajemen persediaan tradisional dan just in time (JIT). Mereka juga berharap bahwa makalah ini akan menjadi penambah literatur, khususnya bagi mahasiswa fakultas ekonomi yang mengambil mata kuliah Akuntansi Manajemen.
Namun demikian, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, jadi penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat dari semua orang untuk membantu menyempurnakannya. Akhir kata, penulis mempersembahkan makalah dengan judul "Manajemen Persediaan Tradisional dan Just In Time(JIT)".
Merauke, 23 Juni 2023
Penulis DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...2
1.3 Tujuan dan Manfaat...2
BAB II PEMBAHASAN...3
2.1 Manajemen Persediaan tradisonal...3
A. Konsep Dasar...3
B. Tujuan Pendekatan tradisional...5
C. Metode Minimal dan Maksimal...5
D. Economic Order Quantity (EOQ)...7
2.2 Manajemen Persediaan Just In Time (JIT)...9
A. Konsep Dasar...10
B. Tujuan Strategis JIT...12
C. Keuntungan dan Tantangan JIT...12
2.3 Perbedaan Manajemen Tradisional dan JIT...13
BAB III PENUTUP...16
3.1 Kesimpulan...16
DAFTAR PUSTAKA...17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pelaku usaha kecil dan besar mengalami pertumbuhan yang sangat cepat karena perkembangan dunia industri saat ini. Hal ini disebabkan oleh tuntutan industri yang menuntut perubahan untuk mencapai tujuan utama mereka, yaitu mendapatkan keuntungan yang paling besar. Perusahaan sangat memperhatikan evaluasi persediaan dan bagaimana persediaan berdampak pada laba. Karena persediaan merupakan modal kerja perusahaan, ini dianggap penting.
Mengendalikan persediaan adalah langkah penting untuk mendapatkan keunggulan dalam jangka panjang. Pengaturan persediaan ini memengaruhi seluruh peranan bisnis dalam hal operasi, pemasaran, dan keuangan. Tujuan utama pengendalian persediaan adalah untuk memastikan bahwa industri selalu memiliki persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi dan kualitas yang telah ditetapkan. Ini dilakukan untuk mempertahankan operasi dan mengurangi pengeluaran yang terkait dengan persediaan. Pelaporan
persediaan yang diteliti dan relevan dianggap penting untuk penyebaran data yang bermanfaat bagi industri [1].
Melihat penjelasan sebelumnya tentang manajemen persediaan, penulis ingin mendapatkan lebih banyak informasi tentang metode manajemen persediaan yang efektif dan sehat yang dapat menghasilkan perubahan besar bagi
perusahaan..
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Bagaimana konsep manajemen persediaan Konvensional?
2. Bagaimana konsep JIT untuk manajemen stok ? 1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat ada makalah ini yaitu:
1. Menyelesaikan tugas kuliah.
2. Memahami konsep manajemen inventaris tradisional dan JIT.
3. Bisa membedakan manajemen inventaris tradisional dan JIT.
1.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Manajemen Persediaan tradisonal
Merencanakan dan mengelola persediaan untuk memenuhi kebutuhan industri yang kompetitif dan kebutuhan pelanggan dikenal sebagai manajemen persediaan. Meskipun ada kemajuan dalam teknologi dan sistem informasi, perusahaan masih menggunakan manajemen persediaan tradisional untuk mengelola inventaris mereka. Metode ini biasanya didasarkan pada pekerjaan tangan dan pengalaman pemilik bisnis atau manajer dalam hal pembelian, pemantauan stok, dan kontrol. Pengelolaan risiko terbatas, perencanaan manual, pendekatan konservatif, pengawasan manual, peramalan sederhana, dan pesanan manual adalah beberapa ciri manajemen persediaan tradisional. Beberapa bisnis telah beralih ke pendekatan yang lebih efisien, seperti menggunakan teknologi dan sistem informasi yang ada, meskipun pendekatan tradisional masih sering
digunakan.Konsep Dasar
Konsep utama dari metode manajemen persediaan konvensional adalah untuk mencapai keseimbangan antara memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengurangi biaya persediaan. Beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan metode ini meliputi:
1. Menentukan tingkat persediaan yang tepat: memastikan bahwa ada persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan adalah tujuan utama manajemen saham. Metode konvensional menghitung tingkat suplai terkemuka dengan menggunakan perkiraan dan temuan terbaru.
Metode ini lebih unik dan biasanya menghasilkan kepemilikan saham yang lebih besar sebagai cara untuk menghindari penggunaan saham secara strategis.Peramalan permintaan: dalam administrasi pasokan konvensional, keputusan permintaan adalah langkah penting. Meskipun prediksi dalam strategi konvensional cenderung sederhana dan bergantung pada partisipasi, tujuan tetap sama, untuk menjadi spesifik dan memprediksi permintaan masa depan. Perkiraan yang tepat membantu menjaga tingkat stok yang sempurna dan mencegah kekurangan atau kelebihan stok.
2. Pemesanan dan Pengadaan: Metode konvensional digunakan untuk
mengatur permintaan pasokan dan pembelian. Ini memerlukan perhitungan manusia yang didasarkan pada pengukuran atau perkiraan pasokan yang tersedia. Ketika saham mencapai jumlah yang diperlukan untuk rebooking, pesanan biasanya ditempatkan.
3. Pemantauan persediaan: Penghitungan dan pemeriksaan stok dalam kondisi khusus digunakan untuk melakukan pengamatan stok fisik. Pemilik bisnis atau karyawan berhati-hati untuk memastikan bahwa jumlah barang yang tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Perubahan dalam jumlah pasokan dapat diidentifikasi dan ditindaklanjuti melalui pemantauan yang cermat.
4. Pengendalian biaya persediaan: Sebagian besar manajemem persediaan tradisional berpikir untuk meminimalkan biaya persediaan, tetapi karena strategi ini biasanya lebih konservatif, tingkat pasokan mungkin lebih tinggi.
Upaya ini dilakukan untuk mengoptimalkan biaya persediaan secara
keseluruhan dengan mempertimbangkan biaya pemesanan, penyimpanan, dan kekurangan persediaan.
A. Tujuan Pendekatan tradisional
Menurut pendekatan manajemen persediaan tradisional, perusahaan harus selalu memiliki jumlah persediaan yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam kondisi yang tepat untuk memenuhi permintaan pelanggan. Beberapa alasan mengapa pendekatan manajemen persediaan tradisional sangat penting untuk menjaga persediaan adalah sebagai berikut: menyesuaikan kapasitas dan tingkat permintaan untuk memenuhi permintaan pelanggan, menghasilkan uang dengan mengurangi biaya, dan mencegah peningkatan jumlah persediaan yang tidak diinginkan Sistem manajemen pasokan suku cadang yang terstruktur secara konvensional digunakan dalam produksi.
B. Metode Minimal dan Maksimal
Dalam manajemen persediaan tradisional, ada dua pendekatan: metode minimal dan maksimal. Tujuan dari kedua pendekatan ini adalah untuk mengurangi biaya persediaan dan meningkatkan efisiensi produksi dengan
memastikan bahwa persediaan tersedia dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam kondisi yang tepat untuk memenuhi permintaan pelanggan.
Dalam manajemen persediaan tradisional, ada dua pendekatan: metode minimal dan maksimal. Tujuan dari kedua pendekatan ini adalah untuk mengurangi biaya persediaan dan meningkatkan efisiensi produksi dengan
memastikan bahwa persediaan tersedia dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam kondisi yang tepat untuk memenuhi permintaan pelanggan. Cara
menentukan batas minimal dan maksimal persediaan dalam metode minimal dan maksimal dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Metode minimal (minimum stock level):
a. a. Menentukan jumlah persediaan minimal yang harus dijaga oleh bisnis untuk memenuhi permintaan pelanggan
b. Analisis permintaan pelanggan, waktu pengiriman, dan waktu produksi digunakan untuk menentukan jumlah persediaan minimum.
c. Jumlah persediaan minimal harus memenuhi kebutuhan produksi untuk jangka waktu tertentu, seperti satu minggu atau satu bulan.
d. Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat mengganggu produksi, jumlah minimum persediaan harus dijaga.
2. Metode maksimal (maximum stock level):
a) Menentukan jumlah maksimum persediaan yang harus dijaga oleh perusahaan agar tidak terjadi penumpukan persediaan yang berlebihan.
b) Jumlah maksimum persediaan ditentukan berdasarkan analisis biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
c) c. Untuk menghindari penumpukan persediaan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, jumlah persediaan maksimum harus dijaga.
Dalam pendekatan manajemen persediaan tradisional, metode minimal dan maksimal digunakan untuk menentukan batas minimal dan maksimal persediaan yang harus dijaga oleh perusahaan. Dengan metode ini, tindakan seperti
perencanaan kebutuhan persediaan, pengendalian persediaan, dan pengadaan
persediaan harus diambil agar persediaan selalu berada di antara batas minimal dan maksimal tersebut[2].
C. Economic Order Quantity (EOQ)
Secara umum, metode EOQ dimaksudkan untuk mengurangi biaya persediaan sehingga bisnis dapat menyeimbangkan biaya pemesanan dan
penyimpanan. Ada sejumlah variabel yang berkontribusi pada pencapaian tujuan tersebut, termasuk [3]:
1. Perkiraan Pemakaian: Sebelum kegiatan pembelian persediaan
dilaksanakan, manajemen harus membuat perkiraan persediaan yang akan di simpan untuk proses penjualan.
2. Biaya-biaya Persediaan: Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan sudah selayaknya diperhitungkan, diantaranya:
a. Biaya penyimpanan.
Biaya penyimpanan per periode akan meningkat seiring dengan jumlah bahan yang disimpan. Hal ini disebabkan oleh biaya pemeliharaan bahan, asuransi, dan biaya lainnya.
b. Biaya pemesanan atau pembelian
Biaya administrasi, misalnya, akan meningkat seiring dengan frekuensi pemesanan.
c. Biaya tetap persediaan
Jumlah unit yang disimpan perusahaan dan jumlah pemesanan yang dilakukan tidak cukup untuk memenuhi biaya yang besar. Contoh dari biaya gaji.
3. Pemakaian Senyatanya: Dalam proses pengadaan persediaan untuk periode berikutnya, pemakaian persediaan yang senyatanya dari periode
sebelumnya, juga dikenal sebagai permintaan aktual, merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan.
4. Waktu tunggu: Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan dibuat dan saat barang siap dijual. Waktu tunggu ini sangat erat hubungannya dengan menentukan kapan pemesanan kembali dilakukan (reorder point). Dengan waktu tunggu yang tepat, bisnis dapat membeli pada saat yang tepat, mengurangi risiko penumpukan atau kekurangan persediaan.
5. Persediaan pengaman (safety stock): Persediaan pengaman adalah
persediaan tambahan yang dibuat untuk mencegah kekurangan bahan atau kekurangan bahan, serta untuk mencegah pengiriman tertunda..
6. Pemesanan kembali (reorder point): Reorder point adalah saat atau dalam jangka waktu tertentu, perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali agar pemesanan tersebut tepat waktu dengan habisnya persediaan, terutama dengan metode EOQ.\.
2.2 Manajemen Persediaan Just In Time (JIT)
IPQI menyatakan bahwa tujuan sistem produksi JIT adalah untuk menghindari overproduksi. Ini menunjukkan bahwa stok bahan baku, bahan
pendukung, komponen, bahan semi jadi (WIP atau Work In Progress), dan barang jadi harus dijaga pada tingkat yang paling rendah[4]. Konsep ini mengatakan bahwa bisnis harus memproduksi barang atau jasa tepat waktu, dalam jumlah yang dibutuhkan, dan hanya pada saat yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan konsumen. Saat menggunakan konsep manajemen persediaan JIT, perusahaan harus memperhatikan kualitas dan ketepatan waktu pengiriman pemasok karena keterlambatan pemasok dapat mengganggu sistem produksi secara keseluruhan. Beberapa karakteristik utama dari konsep ini termasuk
produksi tepat waktu, persediaan minimum, pengiriman yang sering, kualitas yang tinggi, fleksibilitas produksi, dan kolaborasi dengan pemasok.
A. Konsep Dasar
Berikut ini adalah beberapa prinsip dasar yang mendasari metode Just-in- Time (JIT), yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan respons terhadap permintaan pelanggan.:
1. Pengiriman tepat waktu: JIT mengutamakan pengiriman bahan baku, komponen, atau produk jadi tepat waktu. Hanya saat proses produksi atau pelanggan akhir membutuhkannya, bahan-bahan yang diperlukan untuk produksi dipesan dan dikirim. Oleh karena itu, persediaan di gudang dapat dikurangi, menghemat uang untuk penyimpanan, dan mengurangi risiko barang kadaluwarsa.
2. Produksi tepat waktu: Prinsip JIT mendorong produksi barang dan jasa hanya saat diperlukan oleh pelanggan. Dalam sistem JIT, produksi
dilakukan secepat mungkin dengan mengurangi waktu tunggu dan waktu siklus produksi. Ini mengurangi lead time (waktu tunggu) dalam rantai pasok, mempercepat respons terhadap permintaan pelanggan, dan memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dalam produksi..
3. Pengurangan persediaan: Metode JIT bertujuan untuk mengurangi jumlah persediaan yang diperlukan. Persediaan yang berlebihan dapat menyebabkan pemborosan, biaya penyimpanan yang tinggi, dan risiko kerusakan atau kepunahan produk. Dengan mengurangi persediaan, perusahaan dapat menghemat uang, meningkatkan likuiditas, dan meningkatkan cash flow.
4. Peningkatan kualitas: JIT mendorong praktik pengendalian kualitas yang ketat untuk menghindari cacat dan kerusakan produk. Dengan fokus pada kualitas, perusahaan dapat menghindari pembuatan ulang, pemrosesan ulang, atau perbaikan yang tidak diperlukan, sehingga mengurangi pemborosan dan memastikan bahwa produk yang diproduksi memenuhi standar kualitas yang tinggi.
5. Fleksibilitas produksi: Untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di pasar dan permintaan pelanggan, konsep JIT mengutamakan fleksibilitas produksi. Dengan memiliki sistem produksi yang dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan, perusahaan dapat menghindari overproduksi atau kekurangan produksi. Ini juga memungkinkan perusahaan untuk menanggapi perubahan permintaan pelanggan dengan cepat dan efisien.
6. Kolaborasi dengan pemasok: Metode JIT mengharuskan bisnis dan pemasok bekerja sama dengan baik. Pemasok harus dapat menyediakan bahan baku, komponen, atau produk jadi dengan tepat waktu dan dengan kualitas yang konsisten. Berkolaborasi dengan pemasok membantu mengurangi risiko keterlambatan pengiriman atau kualitas yang buruk.
Perusahaan dapat meningkatkan daya saing, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mencapai hasil yang lebih optimal dengan menerapkan konsep dasar JIT ini. Manfaat seperti efisiensi operasional yang lebih besar, biaya produksi yang lebih rendah, penghapusan pemborosan, peningkatan kualitas produk, respons yang lebih cepat terhadap permintaan pelanggan, dan kemampuan untuk menyesuaikan produksi dengan perubahan pasar adalah semua contoh keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dengan menerapkan konsep ini.
B. Tujuan Strategis JIT
Perusahaan menggunakan konsep manajemen persediaan Just-In-Time (JIT) untuk mencapai tujuan strategis yang signifikan. JIT bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan profitabilitas dengan mengurangi biaya produksi dan pemborosan. Selain itu, dengan memperhatikan kualitas bahan baku dan
mengurangi kelebihan persediaan, JIT membantu perusahaan mengurangi waktu produksi dan pengiriman produk. Dengan menggunakan konsep ini, perusahaan dapat menghindari keterlantarannya. Dengan mengontrol biaya dan meningkatkan laba, perusahaan juga dapat mengoptimalkan arus kas dan meningkatkan posisi kompetitif mereka. Perusahaan dalam jangka panjang dapat meningkatkan
kualitas produk, efektivitas biaya, dan waktu produksi dan pengiriman dengan menggunakan konsep JIT. Mereka harus memperhatikan kualitas dan ketepatan waktu pengiriman pemasok, menjaga tingkat persediaan yang rendah, dan menghindari pemborosan produk yang rusak, kadaluarsa, atau usang.
C. Keuntungan dan Tantangan JIT
Perusahaan memiliki tujuan jangka panjang berdasarkan konsep manajemen persediaan JIT (just-in-time). Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya produksi dan pemborosan, meningkatkan kualitas produk dengan mengurangi kelebihan stok dan mempertahankan bahan baku berkualitas tinggi, dan mempercepat waktu produksi dan pengiriman produk dengan menghindari keterlambatan pengiriman.
Minimalisasi modal kerja memungkinkan optimalisasi arus kas karena persediaan dan bahan baku diperoleh hanya saat dibutuhkan[5]. Namun, perusahaan
menghadapi sejumlah masalah ketika menggunakan pendekatan JIT. Ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada, merencanakan jadwal produksi dengan tepat,
memperhatikan kualitas bahan produksi yang diberikan oleh pemasok, membutuhkan investasi awal yang besar untuk mengubah sistem manajemen produksi dan persediaan yang ada, dan bekerja sama dengan pemasok untuk mengatur waktu pengiriman bahan baku. pendekatan JIT.
2.3 Perbedaan Manajemen Tradisional dan JIT
Dua pendekatan berbeda untuk manajemen persediaan adalah manajemen persediaan tradisional dan JIT. JIT didasarkan pada prinsip bahwa persediaan harus dipesan dan diterima hanya saat dibutuhkan, dalam jumlah yang tepat, dan dalam waktu pengiriman yang tepat. Manajemen persediaan tradisional
didasarkan pada perhitungan kuantitas persediaan yang dibutuhkan untuk jangka waktu tertentu, biasanya dalam jumlah besar.
Studi yang ditulis oleh A Wiranata dan D Widyaningrum berjudul "Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku Kayu Log Dengan Metode EOQ Dan JIT"
menemukan bahwa, dibandingkan dengan perusahaan, pengendalian persediaan bahan baku kayu log dengan metode EOQ dan JIT lebih efektif. Perusahaan membayar 15.681.878, 2.028.816, dan 5.339.648 untuk kayu log lokal A3, KBP, dan A2. Sedangkan dengan EOQ, mereka membayar 13.253.744, 1.518.933, dan 4.912.964. Dengan JIT, mereka membayar 7.013.149, 907.314, dan 2.387.963. Ini menunjukkan bahwa JIT dapat menurunkan biaya persediaan[6].
Contoh di atas menunjukkan cara perusahaan menyelesaikan kasus menggunakan metode tradisional dan JIT, tetapi ada perbedaan sistem di antara kedua metode ini. Gambar berikut menunjukkan lebih jelasnya.
Gambar 1 Perbedaan Sistem Manajemen JIT dan Tradisional
JIT dan Tradisional berbeda dalam menangani persediaan. JIT menganggap persediaan sebagai pemborosan dan harus dihindari sebisa mungkin. Sebaliknya, pendekatan tradisional menganggap persediaan sebagai kebutuhan dan dihitung
berdasarkan perhitungan kuantitas persediaan yang dibutuhkan untuk jangka waktu tertentu, biasanya dalam jumlah besar. Ini memengaruhi sistem yang digunakan untuk mengelola persediaan. Sementara AQL biasanya digunakan untuk menyelesaikan masalah, JIT menggunakan TQC untuk mengawasi kualitas produk dan mengurangi pemborosan.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Berdasarkan keterbatasan data yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa manajemen persediaan tradisional dan JIT berbeda dalam menganggap dan mengelola persediaan. JIT menganggap persediaan sebagai pemborosan dan harus dihindari sebanyak mungkin, sedangkan manajemen persediaan tradisional menganggap persediaan sebagai kebutuhan dan dihitung dengan menghitung kuantitas persediaan yang dibutuhkan untuk jangka waktu tertentu, biasanya dala jumlah besar. Ini berdampak pada sistem manajemen persediaan yang digunakan: JIT menggunakan TQC untuk mengawasi kualitas produk dan mengurangi pemborosan, sedangkan AQL digunakan untuk
menyelesaikan manajemen persediaan konvensional. Berdasarkan keterbatasan data sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa JIT melihat persediaan sebagai kebutuhan dan menghitungnya dengan menghitung kuantitas persediaan yang dibutuhkan untuk jangka waktu tertentu, biasanya dalam jumlah besar.
Manajemen persediaan tradisional, sebaliknya, melihat persediaan sebagai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdu salam, “MANAJEMEN PERSEDIAAN,” (DOC) MANAJEMEN PERSEDIAAN | abdu salam - Academia.edu. [Online]. Available:
https://www.academia.edu/25432011/MANAJEMEN_PERSEDIAAN [2] “Pengendalian Persediaan Berdasarkan Pendekatan Tradisional, Just In
Time, Dan Teori Kendala,” non reguler fe unwar: Pengendalian
Persediaan Berdasarkan Pendekatan Tradisional, Just In Time, Dan Teori Kendala. [Online]. Available:
http://nonregulerfeunwar.blogspot.com/2014/02/pengendalian-persediaan- berdasarkan.html
[3] C. Herawan, U. Pramiudi, and E. Edison, “Penerapan Metode Economic Order Quantity Dalam Mewujudkan Efisiensi Biaya Persediaan STUDI KASUS PADA PT. SETIAJAYA MOBILINDO BOGOR | Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan,” Penerapan Metode Economic Order Quantity Dalam Mewujudkan Efisiensi Biaya Persediaan STUDI KASUS PADA PT.
SETIAJAYA MOBILINDO BOGOR | Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, Dec. 05, 2013. [Online]. Available:
https://jurnal.ibik.ac.id/index.php/jiakes/article/view/245
[4] Yolanda guci, “Pengertian Sistem Produksi Just In Time (JIT) - IPQI,”
IPQI, Jan. 07, 2016. [Online]. Available: https://ipqi.org/pengertian- sistem-produksi-just-in-time-jit/
[5] P. Sulastri, “SISTEM JUST IN TIME ( JIT ) PENTING BAGI
PERUSAHAAN INDUSTRI | Sulastri | DHARMA EKONOMI,” SISTEM JUST IN TIME ( JIT ) PENTING BAGI PERUSAHAAN INDUSTRI | Sulastri | DHARMA EKONOMI, Nov. 25, 2014. [Online]. Available:
https://ejurnal.stiedharmaputra-smg.ac.id/index.php/DE/article/view/47 [6] A. Wiranata and D. Widyaningrum, “[PDF] Analisis Manajemen
Persediaan Bahan Baku Kayu Log Dengan Metode EOQ Dan JIT | Semantic Scholar,” [PDF] Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku Kayu Log Dengan Metode EOQ Dan JIT | Semantic Scholar. [Online].
Persediaan-Bahan-Baku-Kayu-Log-Wiranata-
Widyaningrum/5e7aadc85faa89b57985d5cd00d65cf2fea3d1e8