• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MEMAHAMI ISTINBATH DAN IJTIHAD DALAM HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Fina Kafiyah

Academic year: 2024

Membagikan " MAKALAH MEMAHAMI ISTINBATH DAN IJTIHAD DALAM HUKUM ISLAM "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MEMAHAMI ISTINBATH DAN IJTIHAD DALAM HUKUM ISLAM Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Metodologi

Istinbath MUI Dosen Pengampu:

Dr. H. Imam Fadhilah, M.Si.

Disusun oleh:

Syihab Nasrul Umam (23200021005) Fina Rohmatun Kafiyah (23200021015)

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2023

(2)

2 KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya yang telah tercurahkan. Sehingga penulis diberi kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul “MEMAHAMI ISTINBATH DAN IJTIHAD DALAM HUKUM ISLAM”.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada makhluk yang paling mulia, teladan bagi seluruh umat manusia, dan yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju ke zaman Islamiyah oleh ilmu pengetahuan dan akhlak yakni Nabi Muhammad SAW, senantiasa tercurahkan juga kepada keluarganya, sahabatnya, dan kepada umat Islam yang selalu berpegang teguh menjalankan sunnah dan ajarannya.

Dalam pembuatan makalah ini penulis telah mengupayakan semaksimal mungkin mulai dari pencarian materi hingga penyusunannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung atas terselesaikannya makalah ini.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt semata, dan tidak ada gading yang tak retak, oleh karenanya penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dan semoga makalah yang telah penulis buat ini dapat bermanfaat.

Semarang, 27 November 2023

Penulis

(3)

3 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 4

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Istinbath dan Ijtihad ... 6

B. Sejarah dan Perkembangan Istinbath dan Ijtihad ... 8

C. Kaidah dan Metodologi Istinbath dan Ijtihad ... 9

D. Peran dan Pentingnya Istinbath dan Ijtihad ... 11

E. Contoh Penerapan Istinbath dan Ijtihad pada Kasus Nyata ... 12

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 12

B. Saran ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 16

(4)

4 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Memahami istinbath dan ijtihad dalam hukum Islam adalah penting karena kedua konsep ini merupakan instrumen utama dalam pengembangan fiqih dan hukum Islam. Istinbath adalah proses mengeluarkan hukum dari sumbernya, sedangkan ijtihad adalah upaya maksimal yang dilakukan oleh mujtahid untuk menggali hukum syariat. Kedua proses ini memungkinkan hukum Islam untuk tetap relevan dan responsif terhadap perubahan zaman dan kebutuhan umat.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa tantangan baru yang tidak selalu memiliki jawaban langsung dalam teks-teks klasik. Istinbath dan ijtihad memungkinkan ulama untuk menginterpretasikan sumber-sumber hukum Islam dan memberikan solusi yang adil dan membawa kemaslahatan bersama.

Hukum Islam memiliki sifat yang dinamis, yang memungkinkan adaptasi dengan kondisi sosial dan budaya yang berubah. Ijtihad, khususnya, dianggap sebagai upaya pembaharuan dan pengembangan hukum Islam yang harmonis dan dinamis.

Istinbath dan ijtihad berperan dalam pengembangan fiqih dan hukum Islam dengan memastikan bahwa hukum yang dihasilkan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan kebutuhan masyarakat kontemporer. Ini membantu dalam mempertahankan relevansi dan aplikabilitas hukum Islam di berbagai aspek kehidupan.

Dengan memahami metode istinbath yang benar, seorang ulama dapat menghindari kekeliruan dalam menetapkan hukum. Ini penting untuk memastikan bahwa hukum yang diterapkan adalah akurat dan sesuai dengan sumber-sumber syariah.

(5)

5 Tradisi istinbath dan ijtihad telah berlangsung sejak awal Islam, dengan para sahabat, imam mazhab, dan ulama dari generasi ke generasi memberikan perhatian besar kepada sumber-sumber hukum Islam. Memahami kedua konsep ini memungkinkan kontinuitas dalam tradisi ilmiah Islam.

Dengan demikian, istinbath dan ijtihad adalah kunci untuk memastikan bahwa hukum Islam tetap relevan, adil, dan bermanfaat bagi umat manusia di setiap zaman dan tempat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Istinbath dan Ijtihad?

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan Istinbath dan Ijtihad?

3. Apa saja kaidah dan metodologi pada Istinbath dan Ijtihad?

4. Bagaimana peran dan tujuan dari Istinbath dan Ijtihad?

5. Apa saja contoh studi kasus dari Istinbath dan Ijtihad C. Tujuan Penulisan

1. Memahami arti Istinbath dan Ijtihad.

2. Mengetahui sejarah dan perkembangan Istinbath dan Ijtihad.

3. Mengetahui kaidah dan metodologi dalam Istinbath dan Ijtihad.

4. Memahami peran dan tujuan dari Istinbath dan Ijtihad.

5. Dapat menemukan contoh studi kasus Istinbath dan Ijtihad dalam kehidupan sehari-hari.

(6)

6 BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Istinbath dan Ijtihad 1. Pengertian Istinbath

Istinbath dalam hukum Islam merujuk pada proses penarikan hukum-hukum yang spesifik dari sumber-sumber hukum Islam yang utama, yaitu Al-Quran dan Hadis. Secara harfiah, istinbath berarti “menarik keluar” atau “menyimpulkan”.

Para ulama menggunakan berbagai metode penafsiran untuk memahami makna ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Metode-metode ini meliputi tafsir bil ra’yi (penafsiran berdasarkan pemikiran), tafsir bil ma’tsur (penafsiran berdasarkan hadis-hadis yang ada), dan tafsir bil maqasid (penafsiran berdasarkan tujuan-tujuan hukum Islam). Dengan menggunakan metode-metode ini, para ulama dapat mengeluarkan hukum-hukum yang relevan dengan konteks dan kebutuhan umat Islam pada masa kini.

Istinbath juga memungkinkan adanya variasi dalam penafsiran hukum Islam. Meskipun Al-Quran dan Hadis menjadi sumber utama, berbagai metode istinbath memungkinkan para ulama untuk memberikan penafsiran yang berbeda- beda tergantung pada konteks dan tujuan hukum yang ingin dicapai. Hal ini memungkinkan adanya fleksibilitas dalam menerapkan hukum Islam, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat.

Namun, perlu diingat bahwa istinbath bukanlah proses yang sederhana.

Dalam istinbath, para ulama harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang Al-Quran dan Hadis, serta memahami konteks sosial dan sejarah di mana hukum tersebut akan diterapkan. Selain itu, para ulama juga harus mempertimbangkan prinsip-prinsip hukum Islam yang mendasar, seperti keadilan, kemanfaatan, dan menjaga kemaslahatan umat.

2. Pengertian Ijtihad

(7)

7 Ijtihad dalam hukum Islam adalah proses intelektual yang dilakukan oleh seorang mujtahid (ahli fiqih) untuk mengeluarkan hukum-hukum syariat dari dasar- dasarnya melalui pemikiran dan penelitian yang sungguh-sungguh dan mendalam.

Kata ijtihad berasal dari bahasa Arab "al-jahdu" yang berarti "daya upaya atau usaha yang keras". Dalam konteks ini, ijtihad adalah usaha maksimal dalam melahirkan hukum-hukum syariat dari sumber-sumbernya, yaitu Al-Quran dan Hadis, dengan menggunakan metode yang sesuai.

Ijtihad hanya berlaku di bidang fiqih, bidang hukum yang berkenaan dengan amal, bukan bidang pemikiran 'amaliy dan bukan nizhariy. Seorang mujtahid harus mengerahkan segala daya dan upayanya untuk menetapkan hukum suatu peristiwa dengan jalan ini. Ijtihad juga dilakukan untuk memperbarui hukum Islam agar tetap relevan dengan perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat, dan perubahan sosial.

Dalam melakukan ijtihad, terdapat syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh mujtahid, seperti menguasai bahasa Arab dan ilmu-ilmunya, memiliki pengetahuan mendalam tentang Al-Quran dan sunah, mengetahui ijmak atau kesepakatan ulama sebelumnya, serta memahami ilmu usul fiqih yang mencakup kaidah ijtihad, metodenya, dan prinsip-prinsip dasar seperti maqashid syariah.

3. Perbedaan Istinbath dan Ijtihad

Perbedaan antara istinbath dan ijtihad dalam hukum Islam terletak pada ruang lingkup dan fokus masing-masing proses. Istinbath adalah proses penarikan hukum dari nash (teks) Al-Qur'an dan As-Sunnah, sedangkan ijtihad memiliki ruang lingkup yang lebih luas dan melibatkan usaha maksimal seorang mujtahid untuk menggali hukum-hukum syariat dari sumber-sumbernya dengan menggunakan metode yang sesuai.

Istinbath fokus pada nash Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan merupakan kerangka kerja dari ijtihad. Ini berarti bahwa istinbath adalah langkah awal dalam

(8)

8 proses ijtihad, di mana seorang ulama menetapkan kesimpulan hukum dari dalil- dalil yang jelas dan spesifik.

Di sisi lain, ijtihad adalah proses yang lebih komprehensif dan mencakup berbagai aspek, termasuk penerapan prinsip-prinsip ushul fiqh, mempertimbangkan maslahah (kepentingan umum), dan menanggapi perkembangan baru serta masalah kontemporer. Ijtihad memungkinkan ulama untuk mengeluarkan hukum-hukum baru atau menyesuaikan hukum yang ada dengan kondisi yang berubah.

Dengan kata lain, istinbath adalah langkah dalam menentukan hukum yang sudah jelas dari sumber-sumber utama, sedangkan ijtihad adalah proses yang lebih mendalam dan luas yang melibatkan penelitian dan pemikiran kreatif untuk menemukan solusi hukum untuk situasi yang belum diatur secara spesifik dalam nash.

B. Sejarah dan Perkembangan Istinbath dan Ijtihad

Sejarah dan perkembangan istinbath dan ijtihad dalam hukum Islam memiliki perjalanan yang panjang dan dinamis. Istinbath, yang berarti penarikan hukum dari sumber-sumbernya, dan ijtihad, yang merupakan usaha maksimal dalam menetapkan hukum syariat, keduanya telah berkembang sejak masa Nabi Muhammad SAW.

Pada zaman Nabi, istinbath dilakukan langsung dari wahyu dan Sunnah.

Setelah wafatnya Nabi, para sahabat melanjutkan praktik ini dengan menghadapi isu-isu baru yang tidak secara eksplisit dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadits.

Dengan berkembangnya ilmu hadits dan ushul fiqh, istinbath menjadi lebih sistematis dan terstruktur, memungkinkan ulama untuk mengadaptasi hukum Islam dengan perubahan sosial, ekonomi, dan politik.

Ijtihad juga dimulai pada masa Nabi dan para sahabat. Setelah itu, mazhab fiqih yang berbeda muncul dengan pendekatan ijtihad mereka sendiri. Namun, terjadi periode yang disebut 'penutupan pintu ijtihad' sejak pertengahan abad keempat hingga akhir abad ke-13 Hijriah, di mana praktik ijtihad menjadi sangat terbatas. Di era modern, terjadi pergeseran orientasi dan munculnya momentum

(9)

9 kuat untuk menghidupkan kembali ijtihad sebagai respons terhadap tantangan- tantangan baru yang dihadapi umat Islam.

Istinbath dan ijtihad telah berkembang di Indonesia sejak masuknya Islam ke Nusantara, beradaptasi dengan kondisi sosial, budaya, dan politik setempat. Pada masa kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Samudra Pasai, dan Banten, hukum Islam telah diterapkan dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Selama periode kolonial, praktik ijtihad mengalami penurunan karena pengaruh hukum kolonial, namun setelah kemerdekaan Indonesia, ijtihad kembali mendapatkan momentum sebagai bagian dari upaya membangun identitas nasional dan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam sistem hukum nasional.

Organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) telah memainkan peran penting dalam pengembangan ijtihad di Indonesia. NU mengadopsi model ijtihad manhaji atau paradigma rasional yang masih menggunakan pola dan metode yang diterapkan oleh pemimpin mazhab, namun dengan orientasi yang lebih terbuka terhadap perubahan dan kebutuhan zaman.

Salah satu contoh ijtihad yang signifikan di Indonesia adalah kompilasi hukum Islam melalui instruksi Presiden RI No.1 Tahun 1991, yang merupakan kesepakatan para ulama Islam Indonesia. Ijtihad ini menunjukkan bagaimana hukum Islam dapat berkontribusi dalam pengembangan hukum nasional di Indonesia.

C. Kaidah dan Metodologi dalam Istinbath dan Ijtihad

Dalam hukum Islam, kaidah dan metodologi istinbath dan ijtihad adalah prinsip-prinsip dan prosedur yang digunakan untuk menarik hukum dari sumber- sumber syariat. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai kaidah dan metodologi dalam istinbath dan ijtihad:

1. Kaidah dan Metodologi Istinbath a. Kaidah Istinbath

1) Wajib Dilakukan, seperti shalat fardhu

(10)

10 2) Haram Dilakukan, seperti zina.

3) Boleh Memilih antara melakukan dan tidak (Mubah), seperti makan dan minum.

4) Sunnah Dilakukan, seperti mencatat hutang.

5) Makruh Dilakukan, seperti mengerjakan shalat sunnah saat terbit dan terbenamnya matahari.

b. Metodologi Istinbath

1) Tafsir Al-Quran, memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan mempertimbangkan konteks, sebab turunnya ayat, dan hubungan antar ayat.

2) Hadist Nabi, menilai kredibilitas dan relevansi hadis serta memahami makna dan aplikasinya.

3) Ijma’ (Kesepakatan Ulama), menggunakan kesepakatan ulama sebagai sumber hukum ketika Al-Quran dan Hadis tidak memberikan jawaban yang jelas.

4) Qiyas (Analogi), menerapkan hukum yang diketahui pada kasus baru yang serupa tetapi belum diatur secara eksplisit.

5) Maslahah Mursalah (Kepentingan Umum), memperhatikan kepentingan umum dan kemaslahatan masyarakat dalam menetapkan hukum.

2. Kaidah dan Metodologi Ijtihad a. Kaidah Ijtihad

1) Menguasai Bahasa Arab dan berbagai cabang keilmuannya, seperti nahwu, saraf, balaghah.

2) Pengetahuan Al-Quran secara mendalam.

3) Pengetahuan Sunnah Nabi, khususnya enam kitab hadis induk dan kitab-kitab lainnya.

4) Mengetahui Ijmak, kesepakatan ulama sebelumnya.

5) Ilmu Ushul Fiqh, mencakup kaidah ijtihad, metodenya, dan prinsip- prinsip dasar seperti maqashid syariah.

b. Metodologi Ijtihad

(11)

11 1) Penguasaan Ilmu Ushul Fiqh, memahami prinsip-prinsip dasar fiqih

dan metodologi penarikan hukum.

2) Penguasaan Bahasa Arab, kemampuan bahasa yang memadai untuk memahami teks-teks sumber secara mendalam.

3) Pengetahuan Kontemporer, memahami kondisi zaman dan masyarakat untuk menetapkan hukum yang relevan.

4) Kreativitas dan Fleksibilitas, menggunakan pendekatan kreatif dan fleksibel untuk menemukan solusi atas masalah baru.

5) Kontekstualisasi, menyesuaikan hukum dengan realitas sosial dan sejarah, serta pengaruh sosial-politik dan sosial-budaya.

D. Peran dan Tujuan Istinbath dan Ijtihad

Peran dan tujuan istinbath dan ijtihad dalam hukum Islam sangat penting untuk memahami dan menerapkan hukum syariat secara relevan dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Istinbath memiliki peran penting dalam menentukan hukum-hukum yang relevan dengan kehidupan umat Islam. Proses ini memungkinkan hukum Islam untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi dalam masyarakat⁶. Istinbath juga memungkinkan adanya variasi dalam penafsiran hukum Islam, memberikan fleksibilitas dalam menerapkan hukum sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat.

Tujuan utama dari istinbath adalah untuk mengeluarkan hukum dari sumber hukum Islam yang utama, yaitu Al-Quran dan Hadis, serta memastikan bahwa hukum Islam tetap relevan dan dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi.

Ijtihad berperan dalam membantu manusia menemukan solusi hukum atas masalah yang belum ada dalilnya di dalam Al-Quran dan Hadis. Proses ini menggunakan akal pikiran yang sehat untuk memahami atau mengambil dasar atas hukum Islam. Ijtihad juga membuktikan kemampuan dan elastisitas Hukum Islam dalam mengantisipasi perubahan dan kemajuan sosial.

(12)

12 Tujuan dari ijtihad adalah untuk memenuhi kebutuhan umat Islam dalam beribadah kepada Allah pada waktu dan tempat tertentu, serta menyesuaikan hukum yang berlaku dalam Islam sesuai dengan keadaan, waktu, dan perkembangan zaman.

Kedua proses ini sangat penting dalam menjaga dinamika dan fleksibilitas hukum Islam agar tetap relevan dan bermanfaat bagi umatnya di setiap zaman dan tempat.

E. Contoh Penerapan Istinbath dan Ijtihad dalam Kasus Nyata

Berikut adalah beberapa contoh penerapan istinbath dan ijtihad pada kasus nyata:

1. Penentuan Awal Ramadhan dan Idul Fitri

Salah satu contoh ijtihad yang sering kita lihat adalah proses penentuan 1 Ramadhan dan juga 1 Syawal. Para ulama berkumpul untuk berdiskusi dan menetapkan tanggal berdasarkan pengamatan hilal atau metode hisab, yang merupakan penerapan ijtihad dalam menentukan waktu ibadah yang sangat penting dalam Islam.

2. Fatwa Tentang Transaksi Keuangan Modern

Dengan perkembangan ekonomi dan keuangan modern, para ulama menggunakan ijtihad untuk memberikan fatwa tentang transaksi keuangan yang tidak ada pada zaman Nabi, seperti asuransi, saham, dan perbankan syariah. Mereka menarik hukum dari prinsip-prinsip syariat untuk memastikan transaksi tersebut sesuai dengan hukum Islam.

3. Penggunaan Teknologi dalam Ibadah

Ijtihad juga diterapkan dalam kasus penggunaan teknologi dalam ibadah, seperti penggunaan aplikasi untuk menentukan waktu shalat atau arah kiblat. Para ulama melakukan ijtihad untuk memastikan bahwa penggunaan teknologi ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ibadah dalam Islam.

(13)

13 4. Hukum Waris bagi Anak Angkat

Dalam kasus anak angkat, ijtihad digunakan untuk menentukan bagaimana hukum waris diterapkan, mengingat anak angkat tidak memiliki hubungan darah dengan orang tua angkatnya. Para ulama menggunakan ijtihad untuk memberikan solusi yang adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana istinbath dan ijtihad digunakan untuk menanggapi perkembangan baru dan masalah kontemporer dengan solusi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan mengenai istinbath dan ijtihad dalam hukum Islam adalah sebagai berikut:

1. Istinbath adalah proses penarikan hukum dari sumber-sumber utama syariat, yaitu Al-Quran dan Hadis, yang memungkinkan hukum Islam untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial, ekonomi, dan politik.

2. Ijtihad adalah usaha maksimal yang dilakukan oleh mujtahid untuk menetapkan hukum syariat dari dasar-dasarnya, yang mencakup penerapan prinsip-prinsip ushul fiqih, mempertimbangkan maslahah, dan menanggapi perkembangan baru serta masalah kontemporer.

3. Kedua proses ini sangat penting dalam menjaga dinamika dan fleksibilitas hukum Islam agar tetap relevan dan bermanfaat bagi umatnya di setiap zaman dan tempat.

(14)

14 4. Kaidah dan metodologi yang digunakan dalam istinbath dan ijtihad memastikan bahwa proses penarikan hukum dilakukan dengan akurat dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariat.

5. Peran dan tujuan dari istinbath dan ijtihad adalah untuk memenuhi kebutuhan umat Islam dalam beribadah kepada Allah pada waktu dan tempat tertentu, serta menyesuaikan hukum yang berlaku dalam Islam sesuai dengan keadaan, waktu, dan perkembangan zaman.

6. Contoh penerapan istinbath dan ijtihad pada kasus nyata menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini digunakan untuk menanggapi isu-isu kontemporer dengan solusi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam.

Dengan demikian, istinbath dan ijtihad merupakan dua pilar penting dalam ushul fiqih yang memungkinkan hukum Islam untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan tantangan zaman.

B. Saran

Berikut adalah beberapa saran yang dapat diambil dari pembahasan tentang istinbath dan ijtihad dalam hukum Islam:

1. Peningkatan Pemahaman

Teruslah memperdalam pemahaman tentang prinsip-prinsip ushul fiqih, khususnya istinbath dan ijtihad, untuk memperkaya wawasan dan kemampuan dalam menerapkan hukum Islam secara tepat.

2. Studi Kasus

Melakukan studi kasus lebih lanjut tentang penerapan istinbath dan ijtihad dalam berbagai situasi kontemporer akan membantu memahami aplikasi praktis dari kedua konsep ini.

3. Diskusi dengan Ulama

(15)

15 Berdiskusi dengan ulama dan ahli fiqih untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas dan mendalam tentang bagaimana istinbath dan ijtihad diterapkan dalam berbagai masalah keagamaan.

4. Pengembangan Metodologi

Mengembangkan metodologi istinbath dan ijtihad yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, tanpa meninggalkan prinsip- prinsip dasar syariat.

5. Edukasi Masyarakat

Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya istinbath dan ijtihad dalam hukum Islam, sehingga mereka dapat memahami bagaimana hukum Islam tetap relevan dan dinamis.

6. Kolaborasi dan Penelitian

Berkolaborasi dengan lembaga pendidikan dan penelitian Islam untuk mengkaji lebih lanjut tentang istinbath dan ijtihad, serta menghasilkan karya ilmiah yang dapat memberikan manfaat bagi umat.

Semoga saran-saran ini bermanfaat dan dapat membantu Anda dalam penulisan makalah serta pengembangan pemahaman tentang istinbath dan ijtihad dalam hukum Islam

(16)

16 DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Pertama: al-Qaradhawi menggunakan enam sumber atau dalil hukum yaitu Alquran, Sunah, Ijmak, prinsip-prinsip universal syariat, logika dan urf. Alquran dan Sunah adalah

Berdasarkan penelitian singkat yang dilakukan dapat dipahami bahwa ijtihad adalah hal yang sangat penting dalam pengkajian dan perumusan hukum Islam dari masa ke masa sesuai

legislasi hukum Islam adalah upaya pemerintah untuk melakukan penetapan hukum yang diambil dari Islam (al-Qur'an, al-Sunnah dan Ijtihad) yang kemudian dijadikan sebagai

Oleh karena itu ijtihad dalam bidang hukum Islam dalam mengantisipasi dinamika masyarakat dan perubahan sosial merupakan suatu hal yang mesti dilakukan. Dalam kajian

Mata kuliah Filsafat Hukum Islam ini merupakan mata kuliah pengembangan dari matakuliah metodologi hukum Islam (Ushul Fikih dan Kaidah fiqh) yang secara spesifik mengkaji aspek

Landasan normatif ijtihad sebagai sumber hukum sekaligus sebagai metodologi istinbat hukum dalam rangka dinamisasi ajaran agama adalah dialog Rasulullah dengan sahabat Muadz

Ijtihad metodologi ijtihad sahabat besar tersebut yang karena maslah hukum yang muncul di tengah-tengah masyarakat makin lebih meluas, sementara tidak dapat

Bagi memastikan permasalahan hukum dapat diselesaikan dengan baik melalui ijtihad yang dilakukan oleh pakar-pakar tertentu, MPS BNM telah ditubuhkan di bawah Akta Bank Negara Malaysia