MAKALAH
PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah : Hukum Ekonomi
Dosen pengampu : Farahdinny Siswajanthy., S.H., M.H.
Oleh :
Nama : Dona Putri Purwinarto NPM : 010120081
Kelas : C Semester : 3
Mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 2020 Universitas Pakuan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW, dan semoga kita mendapat syafaat beliau di hari kiamat kelak.
Mengingat perkembangan di Indonesia harus diarahkan kepada terwujudnya
kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang terdapat pada pasal 33 ayat 4 Uud 1945. Oleh karena itu, semoga makalah ini mampu menambah pengetahuan serta literatur bagi mahasiswa Fakultas Hukum dan masyarakat yang membaca.
Sangat disadari oleh penulis, bahwa makalah ini masih jauh dari kelayakan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Bogor, 19 Desember 2021
Dona Putri Purwinarto
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Pembahasan ... 2
D. Manfaat Pembahasan ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
BAB III PEMBAHASAN A. Paradigma filosofis yang dikandung pada pasal-pasal UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ... 5
B. Akibat hukum pada Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ... 6
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 7
B. Saran ... 8
DAFTAR PUSTAKA ... 9
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan negara berkembang di kawasan Asia Tenggara dengan populasi penduduk tinggi, sehingga perekonomian di Indonesia harus selalu baik guna meningkatkan taraf hidup penduduk Indonesia. Dewasa ini, banyak
bermunculan pelaku bisnis baru sehingga dapat dipastikan bahwa akan semakin ketat persaingan bisnis atau usaha di Indonesia.
Perkembangan sistem hukum di Indonesia salah satunya dibidang hukum ekonomi yaitu hukum persaingan usaha. Pada umumnya, seseorang menjalankan usaha adalah untuk memperoleh keuntungan dan penghasilan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dari keadaan inilah melahirkan persaingan usaha pada tiap pelaku usaha sehingga persaingan dalam dunia usaha adalah hal yang biasa.
Sejak dahulu, masyarakat Indonesia terkenal dengan sifat suka bergotong- royong sehingga menutup kemungkinan bahwa persaingan atau kompetisi tidak sehat akan terjadi. Namun pada kenyataannya, pada masa pemerintahan Orde Baru, sangat terasa nuansa sistem ekonomi yang monopolistis, karena memang dirancang untuk itu, sistem kroniisme di dunia usaha tumbuh subur. Jenis-jenis persaingan usaha tidak sehat yaitu Pasar Monopoli, Pasar Oligopoli, Pasar Monopolistik, Pasar Monopsomi, Pasar Oligopsoni. Monopoli bidang usaha diberikan kepada beberapa gelintir teman dekat dan anak-anak dari pemegang kekuasaan. Praktik ketatanegaraan menunjukkan bahwa larangan monopoli yang ada dalam UUD 1945 dikebiri, dan dalil yang dikemukakan bahwa monopoli (Pasal 33 UUD 1945) dilakukan untuk kepentingan rakyat adalah bohong besar, karena ternyata yang diuntungkan adalah penguasa. Maka dari situasi dan kondisi tersebut, perlu dicermati dan ditata kembali kegiatan usaha di Indonesia, agar dunia usaha dapat tumbuh serta berkembang secara sehat dan benar, terhindar dari pemusatan kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu, antara lain dalam bentuk praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang merugikan masyarakat, yang bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.
Sejarah praktek monopoli di negara Indonesia berawal pada tanggal 20 Maret 1602, yaitu saat Pemerintah Belanda atas persetujuan State General memberikan hak untuk berdagang sendiri pada VOC di wilayah Indonesia. VOC melakukan perdagangan
2 atau pembelian rempah-rempah di Indonesia, hampir 400 tahun silam, tepatnya 20 Maret 1602, kemudian berlanjut VOC melakukan ekspansi militer dalam bentuk penjajahan di kepulauan Nusantara. Sisa peninggalan sistem perekonomian kolonial Belanda ini, berdampak sangat buruk terhadap dunia usaha termasuk sisa peninggalan sikap mental pelaku usaha dan para pejabat yang senang mengambil jalan pintas berupa pemberian upeti (gaya raja-raja tempo dulu), hingga ke birokrat dengan sifat patron- klien.
Dalam praktek monopoli dan persaingan tidak sehat, memungkinkan pelaku memperoleh keuntungan yang lebih besar karena harga jual yang lebih tinggi dan harga produksi sangat rendah, hal ini tentu saja akan dinikmati para pengusaha dan pemegang saham dan merugikan pembeli. Maka dari itu, pemerintah membuat dan mengesahkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dimaksudkan untuk mendorong ekonomi masyarakat Indonesia. Peraturan ini dilatar belakangi oleh kebutuhan internal khsususnya para pelaku pasar di
Indonesiayang menolak praktek monopoli. Batang Tubuh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tersusun atas 11 Bab, kemudian dituangkan dalam 53 Pasal dan 26 Bagian, serta mengandung 6 (enam) bagian pengaturan, yaitu :
1. perjanjian yang dilarang 2. kegiatan yang dilarang 3. posisi dominan
4. komisi pengawas persaingan usaha 5. penegakan hukum, dan
6. ketentuan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana paradigma filosofis yang dikandung pada pasal-pasal UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat?
2. Bagaimana akibat hukum pada Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana paradigma filosofis pada Undang- undang ini.
3 2. Untuk mengetahui dan memahami akibat hukum yang terjadi apabila melakukan
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
D. Manfaat Pembahasan
Dengan penulisan makalah ini, diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi teman-teman Mahasiswa dan masyarakat luas, diharapkan juga hasil penulisan makalah ini dapat berguna bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan Hukum mengenai Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Dalam hukum persaingan usaha terdapat kata “monopoli” dan “praktik monopoli”. Secara etimologi “monopoli” berasal dari bahasa Yunani “Monos” yang berarti sendiri dan “Polein” yang berarti penjual. Dari akar kata tersebut secara sederhana orang lantas memberi pengertian monopoli sebagai suatu kondisi dimana hanya ada satu penjual yang menawarkan (supply) suatu barang atau jasa tertentu.
Monopoli adalah suatu penguasaan pasar yang dilakukan oleh seseorang atau
perusahaan atau badan untuk menguasai penawaran pasar (penjualan produk barang dan atau jasa di pasaran) yang ditujukan kepada para pelanggannya. Monopoli
perdagangan adalah suatu kondisi dimana dalam suatu pasar hanya ada satu penjual yang menjadi penguasa sebagai penyedia barang atau jasa. Pengertian praktik monopoli berdasarkan Pasal 1 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1999 yaitu pemusatan kekuasaan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Persaingan menurut KBBI adalah suatu persaingan yang dilakukan oleh seseorang atau sekolompok orang tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif. Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha.
Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam bidang hukum ini selain istilah hukum persaingan usaha (competition law), yakni hukum antimonopoli (antimonopoly law) dan hukum antitrust (antitrust law). Menurut Arie Siswanto, yang dimaksud dengan hukum persaingan usaha (competition law) adalah instrumen hukum yang menentukan tentang bagaimana persaingan itu harus dilakukan. Adapun Persaingan usaha tidak sehat dapat dipahami sebagai kondisi persaingan di antara pelaku usaha yang berjalan secara tidak fair.
5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Paradigma filosofis yang dikandung pada pasal-pasal UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Di beberapa negara, hukum persaingan dikenal dengan istilah Antitrust Laws seperti di Amerika Serikat atau Antimonopoly Law seperti di Jepang atau Restrictive Trade Practice Law seperti di Australia. Sedangkan di Indonesia istilah yang dipakai adalah “Hukum Persaingan” atau “Hukum Antimonopoli.” Terlepas dari penyebutannya yang bervariasi, secara umum tujuan pokok dari hukum persaingan adalah menjaga agar persaingan antar pelaku usaha tetap hidup, agar persaingan yang dilakukan antar pelaku usaha dilakukan secara sehat, dan agar konsumen tidak dieksploitasi oleh pelaku usaha.
Larangan dan peraturan monopoli ini diatur dalam Perundang- Undangan yang berkenaan dengan Monopoli atau Persaingan Usaha Tidak Sehat.Tujuan pengaturannya adalah agar tercapai keadilan dan efisiensi dipasar. Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam perspektif Hukum Ekonomi sebagaimana yang terdapat di dalam UU No. 5 tahun 1999 adalah aktivitas bisnis yang dilarang. Praktek tersebut dilarang karena dapat menimbulkan kehancuran suatu negara. Dalam teori-teori ekonomi dijelaskan bahwa pasar memiliki hukum sendiri. Oleh sebab itu, negara tidak boleh ikut serta (intervensi) dalam persoalan pasar misalnya menetapkan harga secara sepihak, memberikan hak-hak istimewa kepada individu atau kelompok tertentu untuk berperan di pasar dan sebagainya.
Adam Smith menyatakan bahwa, tarik menarik kekuatan pasar secara bebas akan menghasilkan harga yang paling adil, baik bagi produsen maupun konsumen.
Secara sederhana pasar bebas berarti orang bebas untuk melakukan apa saja secara ekonomis dengan kepemilikan yang sah secara absolut, tanpa adanya intervensi pemerintah. Jauh sebelum Adam Smith, pemikir- pemikir Islam telah mendiskusikan pasar bebas.Bahkan lebih dari itu, beberapa informasi menunjukkan bahwa Rasulullah telah menggunakan istilah-istilah yang menunjukkan betapa pentingnya keadilan dalam sebuah transaksi.
6 Terlepas dari itu, seperti yang diketahui bahwa pada kondisi-kondisi tertentu pemerintah diberi ruang untuk melakukan “intervensi” dalam rangka menjaga kemaslahatan masyarakat yang lebih luas. Intervensi pemerintah menjadi penting ketika persaingan usaha berjalan tidak dalam kondisi yang seimbang. Terlepas dari itu, pasar bebas membuat produk asing bebas masuk ke Indonesia. Sampai disini, Indonesia sedikit perlu waspada terhadap UU No 5/1999 yang dihasilkannya sendiri karena Indonesia merupakan target market sendiri bagi orang asing.
Dengan demikian, nilai-nilai filosofis yang hendak dipertahankan di dalam Undang-undang No 5/1999 tentang Larangan Peraktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak sehat adalah nilai-nilai keadilan dan kemaslahatan. Keadilan dan kemaslahatan bagaimanapun juga merupakan nilai instrinsik yang dimiliki setiap manusia dimanapun ia berada.
B. Akibat hukum pada Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Pasar persaingan tidak sempurna terdiri dari sedikit penjual namun banyak pembeli. UU No. 5 Tahun 1999 memberikan tiga indikator untuk menyatakan terjadinya persaingan usaha tidak sehat, yaitu:
1. Persaingan usaha yang dilakukan secara tidak jujur
2. Persaingan usaha yang dilakukan dengan melawan hukum
3. Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara menghambat terjadinya persaingan di antara pelaku usaha.
Salah satu contoh persaingan tidak sehat adalah kartel atau hambatan horizontal adalah suatu perjanjian tertulis maupun tidak tertulis antara beberapa pelaku usaha untuk mengendalikan produksi, atau pemasaran barang atau jasa sehingga diperoleh harga tinggi. Kartel mempengaruhi keuntungan para pelaku usaha menjadi maksimal dan merugikan para pembeli. Ada beberapa faktor penyebab pasar persaingan tidak sempurna yaitu :
1. Kebijaksanaan perdagangan
2. Pemberian hak monopoli oleh pemerintah 3. Kebijaksanaan investasi
4. Kebijaksanaan pajak
5. Pengaturan harga oleh pemerintah
7 Dari berbagai pembahasan kasus monopoli dan persaingan tidak sehat yang telah terjadi dindonesia. Fenomena ini menjadi diskursus penting untuk dibuatkan solusi hukum yang merupakan produk hukum yang dapat ditegakkan secara baik, komprehensif dan ajeg. Konsep kebijakan yang sesuai dan mampu mengatasi dan mengatur kompetisi bisnis merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh para pengambil kebijakan. Secara keseluruhan sanksi yang diancamkan kepada pelanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yaitu diancam dengan sanksi administratif ataupun hukuman pidana. Berdasarkan pasal 382 KUH Pidana yang menjelaskan bahwa pelaku usaha yang curang dan melakukan praktik usaha tidak sehat diancam pidana maksimal 16 bulan atau denda maksimal Rp 13.500,-.Jika aktivitas bisnis yang dilakukan oleh pelaku dapat mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi konsumen. Undang- undang perlindungan konsumen nomor 8 Tahun 1999 mengatur mengenai larangan bagi aktivitas kompetitor yang menyimpang sehingga mengakibatkan kompetisi bisnis tidak sehat. Secara komprehensif dapat dikatakan bahwa di berbagai hukum positif sudah tegas memiliki batasan hukum/ yuridis terkait aktifitas usaha ekonomi yang dijalankan secara menyimpangdan cenderung curang.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
- praktik monopoli berdasarkan Pasal 1 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1999 yaitu pemusatan kekuasaan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
- persaingan usaha adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha.
- Persaingan usaha tidak sehat dapat dipahami sebagai kondisi persaingan di antara pelaku usaha yang berjalan secara tidak fair.
- Larangan peraktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana terdapat di dalam UU No5/1999 adalah praktek bisnis yang harus dihindari karena dampak yang ditimbulkan cukup berat. praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sangat bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan kemaslahatan,
8 sebagai nilai- nilai intrinsik manusia. Tidak adanya nilai-nilai keadilan dan
kemaslahatan dalam kehidupan manusia, menyebabkan aktivitas bisnis yang dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan tidak akan terwujud sama sekali.
B. Saran
Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dewasa ini marak terjadi, apalagi dengan kondisi dan situasi seperti sekarang ini membuat orang semangat bersaing maka dari itu, bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia sedikit perlu waspada terhadap UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat yang dihasilkannya sendiri. Hal ini menjadi penting karena kelahiran undang- undang ini juga didorong oleh kepentingan asing yang ingin bebas ber-usaha di Indonesia.
9 DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ningrum Natasya Sirait. 2004. “Hukum Persaingan di Indonesia: UU No 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”. Medan:
Pustaka Abdi Bangsa Pers.
B. Internet
Kompas, 2020, “Harga Masker Melonjak YLKI Menduga ada penimbunan dari distributor“.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/14/15573541/hargamasker- melonjak-ylki-menduga-ada-penimbunan-dari-distributor. diakses pada 19 Desember 2021.
Wijaya, Temmy. 2017. “Hukum Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”.
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/keadaban/article/download/2859/1050.
diakses pada 20 Desember 2021.
Raha, 2011, “Makalah Tentang Hukum Persaingan Usaha”.
Http://rahax.blogspot.com/2011/05/02/makalah-hukum-persaingan-usaha.html.
diakses pada 20 Desember 2021.
People's Representative Council of the Republic of Indonesia.
https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/RJ1-20170427-101602-9088.pdf. diakses pada 20 Desember 2021.
Andalas University. http://repo.unand.ac.id/2769/4/Bab%25201.pdf. Diakses pada 20 Desember 2021.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta. http://e-
journal.uajy.ac.id/5266/1/1MIH01785.pdf. diakses pada 20 Desember 2021
Pelita Harapan University. http://repository.uph.edu/2030/4/Chapter1.pdf.
diakses pada 20 Desember 2021.
10
C. Undang-undang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821.
D. Jurnal
Juwana, H., “Sekilas Tentang Hukum Persaingan dan UU No 5 tahun 1999” dalam, Jurnal Magister Hukum, Vol. 1 No 1 September 1999, UII Yogyakarta
Sirait, N.N., “Menjual Rugi (Predatory Pricing) Dalam Hukum Persaingan dan pengaturannya Dalam UU No 5/1999”, dalam, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 23 No 1 Tahun 2004.