i MAKALAH
ADMINISTRASI PEMBANGUNAN Tentang
(Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan)
Disusun Oleh: Kelompok VI
Nama : Yustanti (216110124) Kelas/Semester : C/Satu
FAKULTAS FISIPOL PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM 2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul tentang “Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan”. Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam makalah pembuatan makalah ini, yang paling utama kepada dosen pengampuh mata kuliah Analisis Investasi dan Portofolio yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada, sehingga terbuka kemungkinan terjadi kesalahan dalam makalah ini. Penulis sangat memerlukan kritik dan saran membangun untuk pengembangan serta penyempurnaan makalah.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Mataram, 07 Desember 2018
Penulis
iii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
BAB III PEMBAHASAAN ... 3
A. Pengertian Partisipasi ... 4
B. Penumbuhan Partisipasi ... 6
C. Variabel Penting Dalam Partisipasi... 8
D. Pembangunan Yang Partisipatif ... BAB III PENUTUP... 15
A. Kesimpulan... 15 DAFTAR PUSTAKA
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam birokrasi pemerintahan berkaitan dengan perbaikan atau penyempurnaan birokrasi yang antara lain belum diterapkannya prinsif ramping dalam struktur, tetapi kaya dalam hal fungsi atau malahan menerapkan struktur yang gemuk, tetapi fungsi yang minim, sehingga fakta yang bermunculan di lapangan menjadi tidak efisien, sulit melakukan perubahan atau penyesuaian atau boros dalam penganggaran. Kualitas sumber daya aparatur pemerintah yang dipersoalkan oleh banyak pihak terkait dengan profesionalisme dalam bekerja, budaya kerja dan kerja, tanggung jawab, perilaku korup atau lengkapnya korupsi, kolusi, konspirasi dan nepotisme (K3N), kerja keras, d isiplin dan persoalan karaktar lainnya, jumlah sumber daya aparatur yang besar dan menumpuk di perkotaan, terutama guru dan tenaga kesehatan.
Riggs (1994) berkesimpulan bahwa fokus atau kajian Administrasi Pembagunan mencakup 2 hal. Pertama, Administrasi Pembangunan berkaitan dengan proses administrasi dari suatu program pembangunan, dengan metode-metode yang digunakan oleh o rganisasi besar (pemerintah) untuk melaksanakan ebijakank kebijakan dan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan guna menemukan sasaran- sasaran pembangunan. Kedua, istilah Administrasi Pembangunan dikaitkan dengan implikasinya, termasuk di dalamnya adalah peningkatan kemampuan administratif.
Pandangan dan kesimpulan Riggs tersebut secara singkat dapat ditegaskan bahwa kajian Administrasi Pembangunan difokuskan atau mempunyai 2 (dua) ruang lingkup yaitu pembangunan administrasi dan administrasi pembangunan atau administrasi bagi p embangunan itu sendiri. Selain 2 (dua) ruang lingkup seperti pendapat Riggs (1994) yang telah diungkapkan, Tjokroamidjojo (1996: 31) menambah satu ruang lingkup dari administasi pembangunan yaitu pembangunan partisipasi masyarakat. Kegiatan apa pun, termasuk pembangunan akan banyak terhambat dan bahkan akan mengalami kegagalan apabila tidak melibatkan partisipasi
2
atau kontribusi masyarakat. Ruang lingkup administrasi pembangunan yang ketiga atau salah satu tugas dan fungsi administrasi Negara yaitu pembangunan partisipasi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah Definisi Partisipasi ?
b. Adakah Variabel Penting Dalam Administrasi ? c. Bagaimanakah Pembangunan Yang Partisipatif Itu ?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk Mengetahui Hubungan Partisipasi dengan Masyarakat Maupun Dibirokrasi Tersebut.
b. Agar Dapat Memahami Apa Itu Partisipasi Yang Sebenarnya Menurut Teori-Teori Yang Ada.
c. Agar Kita Dapat Memahami Semua Teori Yang Ada dan Penumbuhan Partisipasinya.
3 BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Partisipasi
Banyak pendapat tentang konsep atau pengertian partisipasi. Soekanto (1983:
245) menegaskan bahwa partisipasi adalah pinjaman dari bahasa Belanda
“participatie”, yang sebenarnya dari bahasa latin “participatio”. Perkataan
“participatio” terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu “part” yang berarti bagian, dan
“capere” yang berarti mengambil bagian. Selanjutnya, kata “participation” itu sendiri berasal dari kata kerja “participate” yang berarti ikut serta. Jadi, partisipasi mengandung pengertian aktif yakni adanya kegiatan atau aktivitas. Pengertian partisipasi menurut asal usul kata sebagaimana dijelaskan oleh Soekanto dapat dipahami bahwa partisipasi merupakan suatu aktivitas untuk mengambil bagian atau peran dalam suatu kegiatan bersama.
Pemahaman makna partisipasi berikutnya sebagaimana diungkapkan oleh Davis (1962: 427) yang menegaskan bahwa Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Pandangan Davis seperti yang telah diungkapkan dapat dipahami bahwa keterlibatan jasmani, mental atau pikiran akan dapat mendorong dan menjadikan partisipan berlangsung dengan hasil yang optimal atau dapat memberikan sumbangan secara optimal dalam rangka mencapai tujuan, sekaligus akan memunculkan kepercayaan masyarakat yang tinggi, rasa ikut bertanggung jawab dan rasa memiliki.
Selanjutnya Tjokrowinoto (1993:48) menegaskan bahwa partisipasi secara aktif dalam pembangunan di lingkungan masyarakat pedesaan sangat dibutuhkan bahkan sudah menjadi mitos dari pembangunan itu sendiri, sehingga hampir semua negara mengumumkan secara luas kebutuhan partisipasi dalam semua proses pembangunan. Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara untuk memberikan kontribusi kepada kegiatan bersama dengan maksud dan
4
tujuan untuk mencapai tujuan kelompok, sehingga mereka diberikan kesempatan dalam berpartisipasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pengawasan dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan kreatifi tas yang ada dalam pola pikir dan mata hati mereka, yang akan disampaikan dalam musyawarah desa (disebut juga “Rapat Desa”).
Berdasarkan beberapa pengertian partisipasi masyarakat seperti yang telah diungkapkan maka penulis berpendapat bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan kontribusi aktif secara fisik dan mental dalam berbagai kegiatan bersama, sebagai realisasi akan hak dan kewajiban setiap warga Negara dalam rangka mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, setiap berbicara partisipasi masyarakat tidak dapat dilepaskan dari:
a. Ada keterlibatan dan kontribusi aktif b. Secara fisik dan mental
c. Dalam kegiatan bersama d. Menunaikan hak dan kewajiban
e. Mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Oleh karena pentingnya partisipasi atau dukungan atau kontribusi atau keikut-sertaan masyarakat maka partisipasi menjadi kunci segala sesuatu, termasuk sukses atau tidaknya pelaksanaan pembangunan. Apabila partisipasi ada di mana- mana dan dilakukan oleh banyak orang maka tidak ada pekerjaan yang tidak sukses.
Di sisi lain, hasil bisa lebih optimal, semua biaya menjadi lebih ringan, pekerjaan akan menjadi lebih lancar, sekaligus partisipasi dalam hal ini akan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan memiliki terhadap hasil pekerjaan.
Persoalan yang muncul dalam 15 (lima belas) tahun terakhir adalah ada penurunan yang signifi kan tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan. Mengapa fenomena ini terjadi dan faktor apa penyebabnya?
Pertanyaan ini harus dapat dijawab oleh administrasi pembangunan karena salah satu tugas pokok dan fungsi administrasi pembangunan adalah membangun partisipasi masyarakat.
5
Ada pula pandangan bahwa salah satu ruang lingkup Administrasi Pembangunan adalah pembangunan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu dapat ditegaskan bahwa tercapainya pembanguan di suatu negara bukan hanya tanggung jawab administrator pembangunan, melainkan menjadi tugas dan tanggung jawab bersama semua elemen masyarakat (anak bangsa) dan pemerintah. Penegasan ini penting karena makna luas dari negara itu sendiri merupakan hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya. Namun biasanya (seperti terjadi di Indonesia) ketidak-harmonisan antara pemerintah dan rakyat menjadikan proses pembangunan menjadi terhambat atau terganggu. Bisa saja hal ini dikarenakan masalah egosentrisme, etnis, dan masalah-masalah perbedaan kepentingan dari kedua belah pihak. Keterhambatan proses pembangunan juga dapat terjadi akibat keterbatasan pengadaan faktor pendukung fisik seperti peralatan, perlengkapan, teknologi, dan sumber daya yang tidak memadai.
B. Penumbuhan Partisipasi
Conyers (1991: 154-155) menegaskan bahwa ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat menjadi sangat penting. Alasan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa adanya ini maka program pembangunan dan proyek-proyek akan gagal.
b. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.
c. Adanya anggapan bahwa suatu hak demokrasi bila masyarakat yang dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri, yaitu masyarakat mempunyai hak dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayah mereka.Pandangan Conyers ini dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).
6
Pendapat ini apabila dihubungkan dengan partisipasi masyarakat dalam Musrenbangdes dapat diperoleh pemahaman bahwa partisipasi masyarakat yang baik bukan hanya sekedar dilihat dari kehadirannya. Dalam kehadiran mereka tersebut dapat memberikan informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat melalui usulan-usulan yang diajukannya dan permasalahan masyarakat di lingkungannya. Di sisi lain, dengan adanya partisipasi masyarakat dalam persiapan dan perencanaan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab, sekaligus mereka secara langsung maupun tidak langsung telah menggunakan hak- hak demokrasinya seperti hadir dalam pengambilan keputusan dan berbicara dalam Musrenbangdes. Persoalannya adalah partisipasi masyarakat dalam Musrenbang dari waktu ke waktu menunjukkan tren yang makin menurun.
Hasil penelitian Ngusmanto (2012:76) tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Limbung Tahun 2012 Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat menyimpulkan bahwa penurunan partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan desa disebabkan oleh kurangnya keterlibatan jasmani, mental dan perasaan, kesediaan memberi sumbangan dalam rangka membantu tercapainya tujuan serta lemahnya rasa turut bertanggungjawab atas segala sebab akibat dari kegiatan Musrenbang, dengan indikasi sebagai berikut:
a. Kurangnya keterlibatan jasmani, mental dan perasaan terlihat dari kehadiran peserta Musrenbang yang hanya mencapai 50 persen dan sebagian dari mereka juga tidak mengikuti pelaksanaan Musrenbang sampai selesai. Hal ini terjadi sebagai ungkapan kekecewaan dan rasa kesal masyarakat karena usulan-usulan yang diajukan melalui mekanisme Musrenbang kurang berhasil.
b. Kurangnya keterlibatan stakeholders dalam memberikan sumbangan dalam Musrenbang yang terkait dengan sumbangan pemikiran, ide atau gagasan terlihat dari usulan yang diajukan peserta tidak lain hanya merupakan copy paste dari usulan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sebagai konsekuensi belum diakomodasinya usulan sebelumnya.
7
c. Lemahnya rasa turut bertanggungjawab atas segala sebab akibat dari kegiatan Musrenbang. Tanggung jawab dalam hal ini baru lebih banyak terlihat dari dibentuknya delegasi, penyampaian hasil kompilasi dan upaya mereka untuk diberi kesempatan bicara dalam rangka menyampaikan usulan-usulan masyarakat yang diwakilinya dalam Musrenbang Kecamatan, sehingga mereka tidak dapat mengetahui dengan persis nasib usulan dimaksud dibiayai atau tidak. Jadi, perjuangan delegasi desa dianggap memiliki rasa tanggung jawab yang besar apabila mereka dapat meloloskan banyak usulan desa yang dibiayai melalui APBD.
Sanof (2009: 9) menegaskan bahwa tujuan utama dari peran serta masyarakat adalah:
a. Melibatkan masyarakat dalam mendesain proses pengambilan keputusan dan sebagai hasilnya, meningkatkan kepercayaan mereka, sehingga mereka dapat menerima keputusan dan menggunakan dalam sistem yang telah ada ketika mereka menghadapi suatu masalah.
b. Menyalurkan suara masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan guna meningkatkan (kualitas) dari perencanaan dan keputusannya.
c. Mengingatkan rasa kebersamaan (sense of community) dengan mengajak masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Hal penting berikutnya yang perlu mendapat jawaban adalah bagaimana menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan? Partisipasi atau lebih mantap lagi kontribusi seseorang atau sekelompok warga bangsa dalam pembangunan di berbagai aspek kehidupan, selama kurun waktu 15 (lima belas) tahun terakhir di negeri ini betul-betul mengalami penurunan yang luar biasa. Mengapa fenomena demikian muncul dan faktor apa yang menjadi akar permasalahan?
Jawaban atas pertanyaan ini sesuai hasil penelitian dan diskusi penulis diperoleh beberapa catatan penting (faktor penyebab) yang perlu diperhatikan.
8
Beberapa faktor yang menjadi penyebab dapat dijelaskan seperti uraian berikut.
Manajemen pembangunan mulai dari level nasional sampai dengan level perdesaan menggunakan pedekatan proyek. Hal ini berarti bahwa pedekatan proyek menjadi akar masalah utama mengapa partisipasi masyarakat dalam 15 tahun terakhir mengalami penurunan yang luar biasa. Masyarakat tahu dengan persis bahwa setiap pembangunan telah diproyekkan, sehingga mereka menjadi tidak berpartisipasi. Mereka juga tahu bahwa proyek pembangunan kurang memberdayakan penduduk di lokasi proyek.
Himbauan untuk menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dari para pemimpin formal dalam berbagai level memang dilakukan, tetapi frekuensi himbauan dan pemberian motivasi sangat kurang, sekaligus keteladanan para pemimpin tersebut untuk terlibat langsung di lapangan juga minim. Konsekuensinya, partisipasi terus mengalami penurunan. Mereka tidak lagi cukup dihimbau dan diberi motivasi, melainkan mereka sangat membutuhan keteladanan.
Sosialisasi program dan proyek pembangunan juga tidak sampai kepada kebanyakan warga di dalam dan di sekitar proyek, tahu-tahu proyek dilaksanakan, sehingga warga makin bertambah “cuek” atau masa bodoh.
Mereka merasa tidak dihargai atau tidak “diorangkan”. Mereka saja tidak menghargai kita, bagaimana kita mau menghargai mereka.
Pembangunan memang diperuntukkan untuk rakyat dan akan menguntungkan rakyat, tetapi rakyat sendiri dari sejak awal dengan sengaja tidak diikutsertakan.
Selain manfaat partisipasi, Davis (1962: 428) juga menegaskan bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan secara khusus mengenai partisipasi. Ketiga hal tersebut adalah:
9
Unsur pertama adalah partisipasi, sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, bukan hanya keterlibatan secara jasmaniah saja.
Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan untuk membantu tercapainya tujuan dari kelompok tersebut.
Unsur ketiga adalah rasa turut bertanggung jawab atas segala sebab akibat dari kegiatan tersebut.
Beberapa catatan yang telah diungkapkan dapat ditegaskan bahwa ada beberapa hal mendasar yang perlu disikapi dalam rangka menumbuhkan partisipasi masyarakat, yang dapat dirinci sebagai berikut.
a. Dibangunnya ruang atau wahana partisipasi masyarakat b. Penerapan pendekatan pembangunan yang partisipatif
c. Ada keteladanan pemimpin formal maupun informal, sekaligus berfungsi sebagai motivator
d. Partisipasi sebagai hak dan kewajiban yang dijadikan budaya bagi masyarakat e. Kegiatan yang memerlukan partisipasi masyarakat betul-betul merupakan
kegiatan yang menjadi kebutuhan mereka f. Kolaborasi Sumber pendanaan dan g. Pemberian penghargaan
C. Variabel Penting Dalam Partisipasi
Banyak faktor atau variabel yang dapat mempengaruhi partisipasi seseorang atau sekolompok atau suatu masyarakat dalam kegiatan atau aktivitas bersama.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam hal ini dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) hal yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Untuk faktor eksternal terdiri dari: (1) Aktor penggerak, (2) Wahana yang tersedia, (3) Sumber dana kegiatan, (4) Pemilik kegiatan dan (5) Manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh warga atau masyarakat, sedangkan faktor internal terdiri dari: (1) Tingkat ekonomi warga atau masyarakat, (2) Tingkat pendidikan warga atau masyarakat, (3) Tingkat pemahaman warga atau
10
masyarakat terhadap kegiatan bersama, (4) Tingkat kepedulian warga, (5) Rasa ego, (6) Rasa memiliki warga (7) Jenis kelamin, dan (8) Tingkat Umur.
Masing-masing faktor yang berpengaruh tersebut, dapat dijelaskan secara rinci seperti uraian berikut.
1. Faktor Eskternal
a. Aktor penggerak Setiap kegiatan bersama akan mencapai hasil yang optimal apabila ada dukungan atau kontribusi warga atau anggota masyarakat.
b. Wahana yang tersedia Wahana dalam hal ini bermakna seberapa besar peluang atau kesempatan yang tersedia bagi warga untuk berpartisipasi.
c. Sumber dana kegiatan Sumber dana kegiatan atau pembangunan bisa berasal dari pemerintah dan masyarakat. Sumber dari pemerintah bisa berasal dari tabungan pemerintah, sumbangan pihak ke tiga atau pinjaman dari luar dan dalam negeri.
d. Pemilik kegiatan
Permasalahan pemilik kegiatan tidak berbeda dengan sumber dana kegiatan dalam hal partisipasi masyarakat. Apabila pemilik kegiatan pemerintah dan diproyekkan atau dikotrakkan kepada pihak ketiga maka kegiatan tersebut akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan partisipasi masyarakat. Sebaliknya, apabila pemilik kegiatan masyarakat maka partisipasi masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, rasa memiliki, rasa tanggung jawab, menikmati hasil, pengawasan dan evaluasi akan mudah ditumbuhkan.
e. Manfaat langsung
Manfaat langsung dari kegiatan merupakan sesuatu yang dapat dirasakan dan dinikmati oleh warga seperti pembangunan jalan, jembatan, sekolah dan kesehatan. Pembangunan ini semua akan berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan masyarakat secara
11
materi maupun non materi. Warga masyarakat yang mendapat manfaat langsung akan mudah disentuh untuk berpartisipasi, sehingga hasil- hasil pembangunan akan lebih terpelihara karena masyarakat memiliki rasa tanggung jawab dan memiliki. Sebaliknya, apabila manfaat langsung tidak dirasakan oleh warga maka partisipasi masyarakat akan sulit digerakkan atau ditumbuhkan.
2. Faktor Internal
a) Tingkat ekonomi
Salah salah faktor yang dapat menghambat partisipasi warga terkait dengan kondisi ekonomi. Makin sulit secara ekonomi, makin sulit dalam menggerakkan partisipasi warga, Penegasan ini logis karena warga yang secara ekonomi mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok, akan semakin terganggu hidupnya apabila waktu mereka dipergunakan untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama. Untuk itu, semakin tercukupi kebutuhan warga secara ekonomi, semakin mudah ia digerakkan dan sebaliknya. Hal ini dapat ditegaskan bahwa tingkat ekonomi berpengaruh pada aktif tidaknya partisipasi warga. Warga dalam hal ini akan merasa malu jika secara ekonomi tercukupi, tetapi yang bersangkutan tidak berpartisipasi dalam kegiatan bersama. Orang kaya memiliki status ekonomi yang tinggi dan akan menjadi malu jika ia tidak aktif berpartisipasi.
b) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan menjadi gambaran status sosial seseorang.
Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi status sosial seseorang.
Orang yang memiliki status sosial tinggi akan merasa malu apabila ia tidak aktif berpartisipasi dalam aktivitas bersama. Penegasan ini penting karena seseorang yang memiliki status sosial tinggi dalam masyarakat akan menjadi orang yang terpandang dan menjadi panutan
12
warga. Semakin tinggi status sosial seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya.
c) Tingkat pemahaman
Pemahaman seseorang terhadap aktivitas bersama terkait dengan manfaat program, tahu tentang peran dan tugas warga, tahu hak dan kewajiban, tujuan dan sumber dananya serta tanggung jawab warga. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap aktivitas bersama seperti yang telah diungkapkan menjadi kunci awal untuk menumbuhkan partisipasi warga. Hal ini bermakna bahwa makin tahu dan paham terhadap aktivitas bersama, makin mudah seseorang digerakkan untuk berpartisipasi. Sebaliknya, semakin tidak tahu dan paham, semakin sulit mereka untuk berpartisipasi.
d) Tingkat kepedulian
Faktor kunci penentu tingkat partisipasi warga berikutnya terkait dengan kepedulian. Orang yang memiliki kepedulian terlihat dari perhatiannya, mau tahu, mau berbuat dan berkorban untuk orang lain atau aktivitas bersama dan kepentingan publik. Tidak ada kepedulian (cuek), tidak ada partisipasi. Mengapa partisipasi warga rendah? Jawabannya karena warga memiliki kepedulian yang rendah atau tidak memiliki kepedulian. Orang akan peduli apabila kegiatan bersama merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhannya.
e) Rasa ego
Ego berkaitan dengan sikap dan tindakan seseorang. Ego seseorang terlihat dari sikapnya yang keras kepala, mau benar dan menang sendiri, susah diatur dan tidak mau tahu dengan pendapat orang atau pihak lain. Makin tinggi ego seseorang, makin sulit untuk berpartisipasi dan makin besar jumlah mereka, makin sulit digerakkan
13
untuk berpartisipasi. Jadi, ego menjadi penentu ada tidak atau aktif tidaknya warga yang bersangkutan berpartisipasi.
f) Rasa memiliki
Rasa memiliki merupakan tingkatan yang tinggi dan tidak mudah ditumbuhkan. Penegasan ini logis karena seseorang yang telah tumbuh rasa memiliki, secara otomatis akan dibarengi tumbuhnya rasa tanggung jawab, rasa cinta dan siap berkorban, termasuk akan berperan aktif dan positif. Untuk menumbuhkan rasa memiliki, tidak akan terlepas dari pemahaman mereka terhadap program, tingkat ekonomi dan sosial, serta kepedulian seseorang. Jadi, rasa memiliki mempunyai pengaruh terhadap tingkat partisipasi seseorang.
g) Jenis kelamin
Dalam berbagai aktivitas bersama, kaum laki-laki lebih banyak yang berpartisipasi dibandingkan kaum perempuan. Hal ini bermakna bahwa jenis kelamin menentukan partisipasi seseorang. Sungguh pun begitu, ada pula aktivitas bersama yang partisipasi perempuan lebih dominan dibandingkan kaum laki-laki seperti gerakan pos pelayanan terpadu (Posyandu), gerakan sayang ibu dan anak. Untuk itu, pengaruh jenis kelamin dalam partisipasi perlu memperhatikan jenis kegiatan bersama yang mau dikaji.
h) Tingkat Umur
Tingkat umur bisa ditelusuri dari aspek usia anak-anak, remaja, dewasa dan tua atau anak-anak, pemuda dan dewasa (tua). Pengaruh tingkat umur terhadap partisipasi dalam aktivitas bersama harus memperhatikan pula jenis kegiatan bersama. Jika kegiatan bersama banyak berhubungan dengan dunia anak, maka partisipasi yang dominan tentu tingkat anak dan seterusnya. Sehubungan dengan faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi maka penulis berpandangan bahwa faktor jenis kelamin dan umur bisa diabaikan sebagai variabel
14
faktor pengaruh. Penegasan ini penting karena partisipasi dalam hal ini berkaitan dengan konteks dan kebutuhan untuk hal-hal tertentu.
D. Pembangunan Yang Partisipatif
Dalam dunia ilmu pengetahuan, pembangunan yang partisipatif merupakan suatu model atau pola atau suatu pendekatan. Untuk itu, pembangunan yang partisipatif merupakan suatu proses keikutsertaan aktif pemangku kepentingan (stakeholders) secara demokratis mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penggunaan sarana yang terdiri dari pertanggung jawaban, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan dalam upaya meningkat kualitas hidup dan kehidupan umat manusia.
Ada beberapa kelebihan yang bisa diidentifikasi penggunaan pendekatan partisipatif dalam kegiatan bersama yang melibatkan stakeholder. Kelebihan dalam hal ini dapat dirinci sebagai berikut:
Penerapan demokratisasi dalam proses pembangunan, termasuk keterlibatan masyarakat tanpa membeda-bedakan dari segi ras, golongan, agama, status sosial, pendidikan dan status ekonomi.
Kegiatan yang dilaksanakan berorientasi pada peningkatan kualitas hidup dan kehidupan manusia dan masyarakat secara fisik dan mental.
Akan tercipta kebersamaan dan kesiapan menanggung semua risiko dari keputusan yang telah diambil bersama
Akan terbangun saling percaya
Tumbuh tanggung jawab dan rasa memiliki yang tinggi
Tujuan yang ingin dicapai akan lebih mudah untuk diwujudkan Hasil pengamatan lapangan yang berulang kali penulis lakukan menunjukkan bahwa siapapun dari kita yang terlibat dalam suatu kegiatan akan merasakan dihargai.
15 BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Administrasi pembangunan pada umumnya memiliki pola dasar yang bersifat jiplakan atau meniru dari sistem administrasi publik atau administrasi negara Barat (Negara maju), sehingga teori dan prinsif-prinsif umum yang berlaku memiliki kesamaan dengan administrasi Negara ( publik).
Beban berat dapat teratasi dan pelaksanaan kedua fungsi administrasi pembangunan berhasil secara optimal, dengan catatan sebagai berikut:
a. SDM aparatur harus terus-menerus ditingkatkan kualitasnya yang terkait dengan kualitas moral atau mental seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, mematuhi aturan main dan siap menerima kritikan dan menindak-lanjuti, memiliki komitmen, berintegritas dan siap kerja dan kerja. Sebagai imbalan, mereka diberikan penghasilan yang memadahi dan jika berbuat salah siap diberikan sanksi, termasuk pemecatan;
b. Membangun budaya organisasi yang mendukung terciptakan tata pemerintahan yang baik dan bersih atau menciptakan SD aparatur yang bersih dan berwibawa.
c. Ada dukungan yang optimal dari kekuatan-kekuatan di luar birokrasi seperti partai politik, wakil rakyat, elit politik, tokoh-tokoh masyarakat, media massa, lembaga swadaya masyarakat dan pengusaha dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya aparatur, reformsi birokrasi dan pembangunan budaya organisasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Tjokrowinoto, Moelijarto. 1993. Pembangunan Dilema Dan Tantangan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Davis, Keith. 1962. Human Relation At Work. Tokyo: Kogakusha Company LTD.
Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial Di Dunia Ke Tiga: Suatu Pengantar (Susetiawan, Penerjemah). Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press.
Soekanto, Soerjono. 1983. Kamus Sosiologi. Edisi Baru, Jakarta: Raja Grafi ndo Persada.
Ngusmanto. 2012., Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Limbung Tahun 2012 Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat, Pontianak, Lembaga Penelitian UNTAN.
Sanof, Hendry. 2000. Community Participation Methods In Design And Planning.
Toronto: John Wiley & Sons Inc.