• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERANAN ANTROPOLOGI DALAM DUNIA KESEHATAN PENGERTIAN, METODE, DAN SEJARAH ILMU ANTROPOLOGI KESEHATAN

N/A
N/A
Husen

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH PERANAN ANTROPOLOGI DALAM DUNIA KESEHATAN PENGERTIAN, METODE, DAN SEJARAH ILMU ANTROPOLOGI KESEHATAN "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERANAN ANTROPOLOGI DALAM DUNIA KESEHATAN PENGERTIAN, METODE, DAN SEJARAH ILMU ANTROPOLOGI

KESEHATAN

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Antropologi

Dosen Pengampu

Prof. Drs. Kumpiady Widen, MA., Ph.D Windy Susetyoningrum, S.Hum, M.Si

Disusun Oleh:

Muhammad Hanif Kurniawan Program Studi Sosiologi

2330207010055

Program Studi Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya

2023

(2)

Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, tidak hentinya saya panjatnya rasa syukur dan doa ke hadirat Yang Maha Kuasa. Yang Karena-Nya, saya masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas dan amanah yang diberikan kepada saya pada penyusunan makalah “Peranan Antropologi dalam Dunia Kesehatan” ini.

Rasa terima kasih juga turut saya haturkan, kepada Bapak Prof. Drs. Kumpiady Widen, MA., Ph.D, yang telah mengajarkan dan membimbing kami dalam mata kuliah Pengantar Antropologi selama ini.

Besar harapan saya, bahwa apa yang telah saya rangkum dan susun ini dapat menjadi bekal, pengingat dan juga sebagai pembelajaran baik bagi rekan-rekan mata kuliah Pengantar Antropologi maupun bagi diri saya sendiri. Saya berharap akan adanya kritik dan saran yang dapat disampaikan oleh Bapak dosen pengampu, dan juga oleh rekan-rekan mahasiswa sekalian guna membantu meningkatkan kapasistas, kapabilitas dan kredibilitas karya tulis ilmiah saya kedepannya.

Sekali lagi saya ucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya, baik kepada Bapak dosen pengampu dan juga pada rekan-rekan mahasiswa program studi sosiologi karena telah berkenan meluangkan waktu untuk membaca, menilik, menilai dan mengkritik karya tulis ilmiah saya dalam kajian ilmu antropologi ini.

Wabillahi taufiq walhidayah,

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Damai Sejahtera.

Palangka Raya, 10 Desember 2023 Penyusun.

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar Daftar Isi

Abstrak………...1

Bab I : Hubungan Ilmu Antropologi dan Perkembangan Ilmu Kesehatan…...2

a. Antropologi Sebagai Ilmu Interdisipliner………...…………...……...2

b. Peranan Kajian Antropologi dalam Ilmu Kesehatan…………...…..3

c. Sejarah Kajian Antropologi dalam Ilmu Kesehatan...…………...5

Bab II : Ruang Lingkup dan Metode Antropologi dalam Ilmu Kesehatan...9

a. Ruang Lingkup Ilmu Antropologi Kesehatan...9

b. Metode Kajian Ilmu Antropologi Kesehatan...10

Kesimpulan………...12

Daftar Pustaka………...13

(4)

Abstrak

Ilmu antropologi merupakan ilmu yang mempelajari dan mengkaji mengenai manusia, lingkungan dan kebudayaannya. Hal ini membuat ilmu antropologi tidak dapat dilepaskan dari berbagai disiplin ilmu lainnya, terutama pada rumpun disiplin ilmu kesehatan yang pada pengimplementasiannya turut mempertimbangkan dan menjadikan manusia dan kebudayaannya menjadi salah satu objek atau variabel kajiannya.

Ilmu antropologi kesehatan atau yang dalam Bahasa Inggris disebut dengan medical anthropology mengkaji mengenai hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam suatu masyarakat dengan pola-pola kesehatan yang ada pada masyarakat tersebut. Variabel- variabel yang dikaji dalam ilmu antropologi kesehatan diantara lain adalah hubungan antara kebudayaan dan pola perilaku suatu masyarakat dalam aspek sistem penyembuhan, peningkatan pelayanan kesehatan, implementasi kebijakan-kebijakan kesehatan hingga mitigasi penyebaran penyakit atau wabah.

Kajian ini akan membahas dan meninjau peran ilmu antropologi dalam dunia kesehatan dan menilik sejauh mana ilmu antropologi dapat berkontribusi baik dalam kajian-kajian mengenai pengembangan kualitas kesehatan suatu masyarakat, sistem penyembuhan hingga mitigasi wabah beserta degan contoh kasusnya guna memperkuat pemahaman sifat interdisipliner dalam ilmu antropologi dengan disiplin ilmu lainnya.

Kata kunci: antropologi kesehatan, sistem penyembuhan, kesehatan masyarakat.

(5)

BAB I

Hubungan Ilmu Antropologi dalam Perkembangan Ilmu Kesehatan

a. Antropologi Sebagai Ilmu Interdisipliner

Sejak eksistensinya, ilmu antropologi sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari disiplin-disiplin ilmu lainnya. Sebagaimana yang termaktub dalam pemaknaan namanya, "antropos" yang memiliki arti "manusia" dan "logos" yang berarti

"ilmu" dalam Bahasa Yunani atau secara langsung diartikan segabai "Ilmu manusia". Hal ini kembali menegaskan bahwasanya segala sesuatu atau disiplin ilmu yang menjadikan manusia sebagai salah satu bagian dari objek kajiannya, terlepas apakah disiplin tersebut berasal dari rumpun ilmu sosial-humaniora maupun pada ilmu-ilmu rumpun eksakta, maka ilmu-ilmu tersebut harus turut mempertimbangkan aspek manusia dalam kajian-kajiannya melalui metode dan perspektif ilmu antropologi1.

Disisi lain, antropologi sebenarnya juga merupakan salah satu bentuk dari hubungan ilmu-ilmu interdisipliner dikarenakan dalam ilmu antropologi terdapat kajian-kajian mengenai aspek sosial hingga biologis yang menuntut adanya proses kajian dan penggunaan metodologi-metodologi disiplin ilmu terkait secara holistik atau menyeluruh.

Ilmu eksakta tidak luput dari ruang lingkup interdisipliner ilmu antropologi. Ilmu antropologi telah menyumbang banyak kontribusi pada perkembangan ilmu sains dimana antropologi menawarkan kajian mengenai implementasi teori-teori sains kepada masyarakat. Lahirnya ilmu-ilmu interdisipliner baru yang merupakan campuran dengan ilmu-ilmu sains seperti etnopsikologi, etnogastronomi dan etnoekologi dan etnobotani dan banyak cabang ilmu interdisipliner antropologi lainnya pada bidang-bidang sains yang menjadikan manusia dan kebudayaan menjadi bagian dari objek kajinannya.

Ilmu kesehatan tidak luput dari pengaruh interdisipliner antropologi. seperti ilmu antropologi-anatomi yang kemudian melahirkan cabang ilmu forensik dan juga antropologi-kesehatan yang akan kita bahas dalam kajian makalah ini.

(6)

Ilmu antropologi memiliki peran yang sangat besar dalam kajian-kajian kesehatan masyarakat baik dalam aspek pengembangan teknologi kesehatan, peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan juga mitigasi suatu penyakit atau wabah di dalam suatu komunitas regional maupun global.

1Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

b. Peran Kajian Antropologi pada Ilmu Kesehatan

Hubungan antara ilmu antropologi dan ilmu kesehatan seringkali diliputi miskonsepsi, dimana antropologi kesehatan atau yang dalam Bahasa Inggris disebut dengan medical anthropology seringkali dikaitkan dengan kegiatan mengkaji pola-pola kesehatan masyarakat prasejarah. Hal ini memang benar, dimana beberapa antropolog mengkaji mengenai pola-pola kebudayaan dan kebiasaan masyarakat prasejarah dalam ranah kesehatan namun bukan berarti ilmu antropologi kesehatan hanya mengkaji mengenai aspek kesehatan masyarakat prasejarah semata.

Bertolak belakang dengan miskonsepsi tersebut, ilmu antropologi kesehatan justru lebih banyak mengkaji mengenai masyarakat-masyarakat kontemporer, mengenai bagaimana suatu populasi masyarakat modern menangani permasalahan kesehatan dan higienitas dalam komunitas mereka dan juga mengenai komparasi aspek-aspek tersebut dalam suatu perbadingan antara satu etnis dengan etnis lainnya begitu pula mengenai perbedaan pola-pola kesehatan antara masyarakat industri dengan komunitas-komunitas yang lebih primitif atau masyarakat adat2.

Antropologi kesehatan berfokus pada kajian mengenai permasalahan kesehatan manusia beserta dengan sistem penyembuhan suatu masyarakat yang juga merupakan salah satu bagian dari tujuh unsur kebudayaan universal, terutama pada aspek sistem pengetahuan dan sistem teknologi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.

Antropologi kesehatan juga berperan aktif dalam perkembangan ilmu kesehatan publik dimana kajian-kajiannya dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, tingkat

(7)

kesehatan masyarakat dan kompatibilitas suatu kebijakan kesehatan pada suatu komunitas atau negara tertentu.

Bukan hanya pada aspek peningkatan dan pengembangan, antropologi kesehatan juga berperan aktif dan vital terutama pada aspek mitigasi suatu penyakit dan wabah pada daerah-daerah yang berpotensi menjadi episentrum suatu epidemi atau bahkan membantu memetakan dan mencegah penyebaran lebih lanjut pada suatu peristiwa pandemi global dengan mempelajari bagaimana kebudayaan dan pola perilaku suatu masyarakat mempengaruhi sikap masyarakat tersebut dalam menghadapi suatu wabah.

Ilmu antropologi kesehatan tidaklah bersifat eksklusif hanya bagi masyarakat- masyarakat yang bersifat eksotis, nonbarat, dan terbelakang, walaupun pada umumnya kajian-kajian antropologi kesehatan kontemporer memiliki fokus pada regional-regional tertentu seperti di benua Afrika dan Asia Selatan dimana permasalahan-permasalahan kesehatan mengalami peningkatan yang signifikan.

Sebagai contoh kasus dalam kajian ini adalah penyebaran wabah ebola (1979- sekarang) di negara-negara Afrika Tengah dimana tindakan-tindakan mitigasi wabah dan penyakit yang bisa diimplementasikan pada masyarakat negara-negara maju dan industrial belum tentu bisa diimplementasikan pula pada masyarakat Afrika Tengah yang masih menganut pemahaman animistik dan logika mistika yang sangat mengakar pada kebudayaan mereka.

Dalam kasus wabah ebola di negara Angola dan Guinea Ekuatorial, dimana korban- korban pertama ebola (patient zero) selalu dikorelasikan dengan kutukan sihir dan santet voodoo alih-alih dikorelasikan dengan masalah kesehatan. Hal ini membuat tindakan mitigasi, isolasi dan pencegahan penyebaran wabah menjadi terlambat dan membuat paparan virus ebola menjado tidak terkendali.

Upaya-upaya awal yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Angola, Guinea Ekuatorial dan negara-negara Afrika Tengah lainnya adalah melaksanakan metode-metode yang disarankan oleh CDC (Center of Disease Control) Amerika Serikat, dimana saran-

(8)

saran ini tidak begitu efektif dan efisien dikarenakan persepsi CDC mengenai metode pencegahan wabah pada masyarakat negara maju dan industrial tidak bisa diimplementasikan pada masyarakat yang masih menjadikan animisme dan logika mistika sebagai solusi dalam menyelesaikan segala macam permasalahan dalam bermasyarakat.

Metode-metode mitigasi wabah CDC pada saat gelombang awal wabah ebola tidak turut memasukkan kebudayaan dan pola perilaku masyarakat Afrika Tengah sebagai variabel-variabel pertimbangan dalam kebijakan-kebijakan yang diambil. Salah satunya adalah kajian pada pola makan masyarakat Afrika Tengah yang masih tidak bisa dilepaskan dari konsumsi hewan-hewan eksotis seperti kelelawar dan monyet yang merupakan hewan- hewan pembawa virus ebola.

Variabel lain yang harus dipahami dalam penanganan wabah ebola adalah aspek religi, dimana penduduk Afrika Tengah didominasi oleh penganut agama-agama abrahamik atau semitik seperti Islam dan Kristen, dimana dalam praktik pemulasaraan jenazah para penganut diwajibkan untuk memandikan jenazah baik jenazah masyarakat umum maupun jenazah korban wabah ebola sekalipun. Hal ini membuat penyebaran wabah ebola menjadi diluar kendali dan prediksi pemerintah dan CDC3.

2Brown, Peter J., et al. . Understanding Medical Anthropology, Chapter I: Medical Anthropology: An Introduction to the Fields. h 3-4.

3Olivia, Femi. 2014. Virus Mematikan Ebola: Redaksi Health Secret. Jakarta: Elex Media Komputindo, h 63-65

c. Sejarah Kajian Antropologi dalam Ilmu Kesehatan

Sejarah awal kajian antropologi dalam ilmu kesehatan dapat ditinjau dari kajian- kajian yang dilakukan oleh W.H.R. Rivers (1864-1922) mengenai penduduk lokal Selat Torres di Australia bagian utara.

Dalam bukunya Medicine, Magic, and Religion yang diterbitkan tahun 1927, Rivers menggambarkan pemahaman warga lokal yang mengkorelasikan penyakit sebagai hasil

(9)

dari campur tangan tiga unsur masyarakat yaitu, campur tangan manusia (human agency), spiritual dan supranatural (taboo), atau oleh alam (natural agency).

Rivers melihat bahwa praktik medis atau kesehatan pada masyarakat yang masih menjujung tinggi adat dan logika mistika dilakukan sebagai suatu proses sosial alih-alih saintifik. Praktik dan proses penyembuhan oleh masyarakat-masyarakat adat ini seringkali dipandang sebagai suatu yang bersifat primitif dan tidak berdasar oleh orang-orang awam, namun bagi Rivers praktik-praktik penyembuhan (healing practices) yang dilakukan oleh masyarakat adat memiliki landasan saintifik yang selaras dengan pemahaman-pemahaman kedokteran dan ilmu medis modern.

Rivers juga menjadi orang pertama dalam ranah antropologi yang membagi dan membedakan praktik penyembuhan adat menjadi dua jenis yaitu yang pertama adalah praktik mantra dan ritualistik (Indegenous healing) dan Biomedis (herbal, natural laws and scientic principles).

Kajian antropologi dalam bidang kesehatan terus berkembang pasca perang dunia kedua terutama berfokus pada kajian-kajian masyarakat adat atau terpecil yang tidak begitu tersentu modernisasi dan industrialisasi. Esai-esai antropologi pada dekade 1940-1950 seringkali mengangkat isu kesehatan masyarkat adat dimana ciri utama dari pola perilaku kesehatan masyarakat adat tersebut adalah selalu mengkorelasikan segala bentuk masalah kesehatan atau penyakit sebagai sihir yang dikirim oleh rival politik atau ekonomi dalam suatu komunitas.

Pentingnya kajian antropologi terhadap praktik kesehatan pada masyarakat ditekankan oleh Singer dan Baer dalam pernyataan bahwa perilaku penyembuhan dan gagasan akan hal tersebut cenderung merefleksikan tradisi dan budaya suatu masyarakat secara luas dan mampu mengambarkan keadaan sosial yang berkembang pada masyarakat tersebut. (Singer dan Baer 2012:15)

Singer dan Baer juga mencetuskan pernyataan bahwa penyakit bukanlah suatu hal yang bersifat biologis namun adalah suatu bentuk konsensus dan sikap kolektif

(10)

masyarakat: "What is disease is, in the last instance, not biological fact but a decision of society." 4

Kajian-kajian dan peran para antropolog dalam bidang kesehatan mulai mendapatkan perhatian dan pengakuan dunia pada dasawarsa 1950an dimana dapat dilihat dari rekam jejak perekrutan para antropolog kedalam organisasi-organisasi kesehatan dunia seperti Cora Alice DuBois yang direkrut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) atau WHO sebagai penasehat antropologis pada tahun 1950.

Kontribusi besar lainnya bisa ditinjau dari kajian-kajian dan pengamatan yang dilakukan oleh antropolog terkemuka Richard N. Addams yang direkrut dalam program peningkatan nutrisi anak di desa-desa di Guatemala yang dilaksanakan oleh WHO dan Institue of Nutrition of Central America and Panama pada tahun 1955. Dalam kesempatan ini Addams juga berhasil mengkaji dan membongkar mitos-mitos kesehatan pada masyarakat setempat.

Sebagai contoh, pengambilan sampel darah anak-anak untuk penilitan nutrisi dianggap warga lokal sebagai kehilangan tenaga permanen (permanent loss of strength) dikarenakan menurut pemahaman adat lokal bahwa darah merupakan sumber kehidupan dan pengurangan atau pengambilan sebagian kecil darah dari tubuh sama dengan berkurangnya daya hidup atau life force dari seorang individu.

Kehadiran antropolog dalam suatu riset maupun praktik kesehatan pada masyarakat- masyarakat adat dapat membantu menjembatani miskonsepsi yang terjadi antara para praktisi ilmu kesehatan dan masyarakt adat yang mungkin belum memahami atau memiliki persepsi dan perspektif berbeda dalam suatu aspek kesehatan tertentu.

Dikarenakan hal tersebut, William Abel Caudill, seorang antropolog dan peneliti sosiokultural berpendapat bahwa ilmu antropologi dasar harus dimiliki oleh seluruh praktisi kesehatan terutama kesehatan masyarakat guna memahami hubungan antara pola perilaku masyarakat dan aspek-aspek kesehatan tertentu sebgaimana yang ia tuliskan pada jurnal American Journal of Orthopsychiatry (1953).

(11)

Caudill termasuk orang pertama yang mengusulkan bahwa praktik studi antropologi pada ilmu kesehatan (applied anthropology in medicine) dikembangkan menjadi disiplin ilmu sendiri yang disebut sebagai antropologi kesehatan atau medical anthropology.

4Singer, Merrill, Hans Baer. 1995. Critical Medical Anthropology. New York: Routledge. h 3-5.

(12)

BAB II

Fokus dan Metode Ilmu Antropologi dalam Dunia Kesehatan

a. Ruang Lingkup Ilmu Antropologi Kesehatan

Antropologi Kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993).

Antropologi kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehaan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.

a.1. Pokok Perhatian Kutub Biologi:

1. Pertumbuhan dan perkembangan manusia 2. Peranan penyakit dalam proses evolusi manusia

3. Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)

a.2. Pokok Perhatian Kutub Sosial-budaya:

1. Sistem medis tradisional (etnomedisin)

2. Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka 3. Tingkah laku sakit

4. Hubungan antara dokter dan pasien.

5. Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat tradisional.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa ilmu antropologi kesehatan adalah suatu disiplin ilmu yang memberi perhatian baik paa aspek-aspek biologis dan juga sosial- budaya. Terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson 1986; 1-3).

Sebagaimana yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya mengenai kedudukan ilmu antropologi sebagai ilmu disipliner dan perannya dalam dunia kesehatan makan dapat

(13)

disimpulkan bahwa ruang lingkup ilmu antropologi kesehatan sangatlah luas dari mengkaji tingkah laku, interaksi hingga ranah-ranah spesifik seperti epidemiologi dan mitigasi.

Baik kutub kajian biologis dan sosio-budaya, antropologi tetap membutuhkan metodologi pendekatan dengan ilmu interdisiplinernya masing-masing seperti ilmu sosiologi, kedokteran, biologi, linguistik hingga teologi dalam melaksanakan pegamatan dan penelitian.

b. Metode Kajian Ilmu Antropologi Kesehatan

Dalam pendekatannya dalam pengamatan dan penilitian subjek-subjek kajian ilmu antropolig kesehatan, antropologi tetap membutuhkan metode-metode penelitian yang ada dalam sub-disiplin ilmu antropologi lainnya seperti antropologi fisik, antropologi psikologi (etnopsikologi) dan berbagai sub-disiplin ilmu antropologi lainnya.

b.1. Metode Pendekatan Antropologi Fisik

Ilmu antropologi fisik atau yang juga disebut sebagai antropologi anatomi berperan vital terhadap penelitian-penilitian antropologi kesehatan dimana antropologi fisik menawarkan kajian secara mendetil mengenai fakta-fakta fisiologis yang berguna untuk menyusun hipotesa dan membantu tenaga kesehatan untuk dapat memahami informasi- informasi antropologis dengan mudah.

b.2. Metode Pendekatan Antropologi Psikologi (Etnopsikologi)

Cabang ilmu antropologi psikologi (etnopsikologi) turut berperan penting dalam menyusun fakta-fakta dalam kajian-kajian antropologi kesehatan. Dimana ilmu

etnopsikologi dapat membantu para peniliti dalam mengkaji hubungan antara unsur-unsur kebudayaan universal yang ada pada masyarakat tersebut dengan pola perilaku mereka terhadap perihal kesehatan dan pengobatan.

(14)

Sebagai contoh, masyarakat industrial dan modern lebih mudah menerima nasehat dan saran kesehatan secara saintifik dan bersikap lebih terbuka mengenai risiko-risiko beserta dengan mitigasi suatu penyakit atau wabah. Sedangkan masyarakat tradisional lebih bersifat konservatif terhadap pemahaman dan pola perilaku kesehatan mereka dan bersikap lebih tertutup dan ortodoks dalam menjalankan pengobatan dan pencegahan penyakit menurut pemahaman dan perpektif koservatif mereka.

Selain metode-metode pendekatan diatas, masih banyak lagi metodologi yang digunakan oleh para antropolog kesehatan dalam mengkaji fenomena-fenomena kesehatan. Namun sayangnya, sebagai disiplin ilmu yang relatif baru, banyak

metodologi-metodologi pendekatan yang tidak dimiliki oleh ilmu antropologi yang mana metode-metode ini hanya dapat dimiliki oleh individu-individu yang mempelajari

rumpun ilmu-ilmu eksakta sebagaimana seorang epidemiologis yang tentu memiliki lebih banyak metode pendekatan saintifik dibandingkan dengan antropolog kesehatan.

(15)

KESIMPULAN

Ilmu Antropologi memiliki beragam fungsi dan peran yang turut berkontribusi bukan hanya dalam mengembangkan ilmu antropologi itu sendiri namun juga disiplin ilmu lainnya. Telah dibahas sebelumnya bagaimana ilmu antropologi berkontibusi besar terhadap dunia kesehatan terutama melalui salah satu cabang ilmu antropologi yaitu ilmu antropologi kesehatan (medical anthropology).

Telah ditinjau dari bab-bab sebelumnya bahwa kajian-kajian antropologi bukan hanya dapat membantu perkembangan dunia kesehatan namun juga dapat menyelamatkan ribuan bahkan jutaan nyawa, salah satunya adalah dengan melakukan kajian dan investigasi terhadap hubungan antara unsur-unsur kebudayaan suatu masyarakat dengan penyebaran wabah atau penyakit sekaligus merumuskan tindakan preventif berupa mitigasi yang bisa diiplementasikan kepada suatu masyarakat tanpa harus merubah atau kontra dengan nilai- nilai yang sudah ada dalam masyarakat tersebut.

Mempelajari ilmu antropologi kesehatan membantu para akademisi terutama bagi mahasiswa ilmu sosiologi dan antropologi dalam memahami relasi antara rumpun ilmu sosial-humaniora dengan rumpun ilmu pasti atau eksakta juga tentang bagaimana suatu gagasan yang berasal dari ilmu eksakta bisa diimplementasikan kedalam masyarakat dengan baik dan efektif.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Sargent, Carolyn F., Thomas M.J. 1996. Handbook of Medical Anthropology:

Contemporary Theory and Method Revised Edition. Westport:

Greenwood Press.

Brown, Peter J., et al. . Understanding Medical Anthropology, Chapter I: Medical Anthropology: An Introduction to the Fields. h 3-4.

Singer, Merrill, Hans Baer. 1995. Critical Medical Anthropology. New York: Routledge.

h 3-5.

Murdiyanti, Dewi dan Nunung Rachmawati. 2018. Antropologi Kesehatan: Konsep dan Aplikasi Antropologi dalam Kesehatan. Bantul: Pustaka Baru.

Olivia, Femi. 2014. Virus Mematikan Ebola: Redaksi Health Secret. Jakarta: Elex Media Komputindo, h 63-65.

Djumadiyono, Nano. 2016. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes). Kementrian Kesehatan RI. Artikel daring dari laman https://bapelkescikarang.kemkes.go.id (diakses pada tanggal 14 Desember 2023, 20:00 WIB).

Referensi

Dokumen terkait