• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERANAN GEODESI DALAM MITIGASI BENCANA, TANGGAP DARURAT DAN PASCA BENCANA ALAM

N/A
N/A
RIVALDO FIRMAN DUROHMAN

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH PERANAN GEODESI DALAM MITIGASI BENCANA, TANGGAP DARURAT DAN PASCA BENCANA ALAM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERANAN GEODESI DALAM MITIGASI BENCANA, TANGGAP DARURAT DAN PASCA BENCANA ALAM

“Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengetahuan Kebencanaan”

Dosen:

Denis Suhari, Ir., M.T.

Oleh:

Rivaldo Firman Durohman 4122319130014 Raka Fiqri Alfarizi 4122319130018

Ali Abdul Hayyi 4122319130021

Zainal Abidin 4122321130026

Widyastuti 4122321130027

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK, PERENCANAAN, DAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

2022

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 2

KATA PENGANTAR... 3

BAB I ... 4

PENDAHULUAN ... 4

Latar Belakang ... 4

Rumusan Masalah ... 6

Tujuan ... 6

BAB II ... 7

PEMBAHASAN ... 7

Definisi Bencana ... 7

Geomatika atau Geoinformatika. ... 8

BAB 3 ... 11

PENUTUP ... 11

Kesimpulan ... 11

Saran ... 11

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya sehingga makalah yang berjudul “PERANAN GEODESI DALAM MITIGASI BENCANA, TANGGAP DARURAT DAN PASCA BENCANA ALAM” ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mingguan yang diberikan oleh dosen mata kuliah Pengetahuan Kebencanaan , Bapak Denis Suhari, Ir., M.T.

Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk itu penulis pribadi mengucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Bapak sebagai penilai agar dapat saya jadikan sebagai bahan evaluasi.

Demikian, semoga makalah ini dapat diterima dan mendapatkan nilai yang sesuai.

Bandung, Juli 2022

Kelompok 5

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan daerah rawan bencana. Posisinya yang terletak di garis Katulistiwa dan berbentuk Kepulauan menimbulkan potensi tinggi untuk berbagai jenis bencana terkait hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrim (angin puting beliung), gelobang ekstrim dan abrasi serta kebakaran lahan dan hutan.

Fenomena perubahan iklim juga semakin meningkatkan ancaman bencana hidrometeorologi.

Pulau-pulau di Indonesia terletak pada tiga lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia yang menyebabkan potensi tinggi terhadap terjadinya bencana gempabumi, tsunami, letusan gunungapi dan gerakan tanah (tanah longsor). Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peletakan permukiman yang tidak terkendali dan tertata dengan baik, kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan keamanan yang kurang serta tingginya perkembangan teknologi menimbulkan potensi tinggi terjadinya bencana antropogenik yaitu epidemik dan wabah penyakit, serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri).

Perkembangan Indonesia sebagai tujuan investasi globalberimbas juga pada intensitas keluar masuk manusia yang semakin tinggi sehingga berpotensi meningkatkan kejadian epidemi dan wabah penyakit seperti HIV/AIDS, Ebola, MERS, H5N1/Flu Burung. Pesatnya pertumbuhan industri dan pembangunan juga semakin menambah potensi bencana terkait antropogenik. Menghadapi setiap ancaman bahaya. Masyarakat perlu waspada terhadap kerentanan yang ada di sekelilingnya. Kerentanan adalah keadaan atau kondisi yang sedang berlaku atau sifat/perilaku manusia atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman. Namun demikian, kapasitas beberapa elemen

(5)

sumber daya dalam menghadapi ancaman atau bahaya. Kapasitas tersebut antara lain :

1. Kapasitas kelembagaan (ada tidaknya BPBD, Platform Daerah PRB, dan forum lainnya),

2. Kapasitas Sumber daya seperti misalnya sumber daya manusia (pelatihan personil, relawan, masyarakat) dan prasarana (kantor, pusdalops, alat transportasi, komunikasi)

3. Kapasitas IPTEK (penguasaan IPTEK, pendidikan tinggi, IPTEK terapan), dan

4. Kapasitas Manajemen (prosedur koordinasi, komando dan pelaksanaan penanggulangan bencana).

Lawan dari kerentanan adalah ketangguhan dan harapan untuk membangun ketangguhan ini tercermin dalam visi penanggulangan bencana di Indonesia. Ciri-ciri masyarakat yang memiliki ketangguhan antara lain bahwa masyarakat memiliki kemampuan mengantisipasi, proteksi dengan menghindar dan menangkis, mengadaptasi, dan pulih kembali. Pemikiran yang melandasi dalam strategi menuju ketangguhan antara lain:

1. Jauhkan masyarakat dari bahaya, 2. Jauhkan bahaya dari masyarakat, 3. Living harmony with risk, dan 4. Tumbuh kembangkan kearifan lokal.

Diskursus penanggulangan bencana secara nasional tidak terlepas dari sistim yang telah dibangun sehingga pemahaman penanggulangan bencana dapat dipahami secara komprehensif. Sistim nasional penanggulangan bencana di Indonesia telah mengalami banyak perkembangan hingga saat ini.

Sementara itu kebijakan penanggulangan bencana tertuang dalam UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Beberapa hal yang menyangkut pokok-pokok isi dari undang-undang tersebut

(6)

menguraikan bahwa penanggulangan bencana adalah urusan bersama, hak dan kewajiban seluruh stakeholder diatur.

Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi Peranan Geodesi Dalam Mitigasi Bencana serta manfaatnya.

Tujuan

Penulisan makalah ini untuk mengetahui tentang Peranan Geodesi Dalam Mitigasi Bencana.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

Definisi Bencana

Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Menurut IAG (International Association Of Geodesy, 1979), Geodesi adalah Disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian dari Bumi dan benda-benda langit lainnya, termasuk medan gaya beratnya masingmasing, dalam ruang tiga dimensi yang berubah dengan waktu. Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, bencana diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu:

 Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

 Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal modernisasi dan wabah penyakit.

 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik social antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.

 Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia

(8)

dalam penggunaan teknologi dan atau insdustriyang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya.

Dalam bahasa yang berbeda, geodesi adalah cabang dari ilmu matematika terapan, yang dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan untuk menentukan:

1. Posisi yang pasti dari titik-titik di muka bumi 2. Ukuran dan luas dari sebagian besar muka bumi 3. Bentuk dan ukuran bumi serta variasi gaya berat bumi Definisi ini mempunyai dua aspek, yakni:

1. Aspek ilmiah (aspek penentuan bentuk), berkaitan dengan aspek geometri dan fisik bumi serta variasi medan gaya berat bumi.

2. Aspek terapan (aspek penentuan posisi), berhubungan dengan pengukuran dan pengamatan titik-titik teliti atau luas dari suatu bagian besar bumi.

Aspek terapan ini yang kemudian dikenal dengan sebutan survei dan pemetaan atau teknik geodesi.

Kini teknik geodesi tidak lagi hanya berhubungan dengan survei dan pemetaan. Perkembangan teknologi komputer dijital telah memperluas ruang lingkup keilmuan dan keahlian teknik geodesi. Peta telah dikelola sebagai informasi geografis berkomputer. Itu sebabnya dunia internasional telah mengadopsi terminologi baru

Geomatika atau Geoinformatika.

Geomatika adalah sebuah istilah ilmiah modern yang berarti pendekatan yang terpadu dalam mengukur, menganalisis, dan mengelola deskripsi dan lokasi data-data kebumian, yang sering disebut sebagai data spasial. Data-data ini berasal dari berbagai sumber, antara lain satelit-satelit yang mengorbit bumi, sensor- sensor laut dan udara, dan peralatan ukur di daratan. Data tersebut diolah dengan teknologi informasi mutakhir menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak computer.

(9)

Geomatika mempunyai aplikasi dalam semua disiplin yang berhubungan dengan data spasial, misalnya studi lingkungan, perencanaan wilayah dan kota, kerekayasaan, navigasi, geologi & geofisika, dan pengelolaan pertanahan. Oleh karena itu geomatika sangat fundamental terhadap semua disiplin ilmu kebumian yang menggunakan data spasial, seperti ilmu ukur tanah, penginderaan jauh (foto udara atau dengan gelombang elektromagnetik), kartografi, sistem informasi geografik (SIG), dan global positioning system (GPS).

Mengacu kepada sifat bencana alam yang sampai saat ini masih sulit dideteksi waktu kemunculannya secara tepat serta dihindari maupun dicegah keberadaannya. maka antisipasi yang diambil untuk mengurangi atau mengeliminir kerugian yang lebih besar dilakukan melalui program mitigasi bencana alam yang mencakup berbagai bidang disiplin ilmu baik sains maupun sosial. Reaksi’ terhadap bencana sendiri yang terjadi pada dasarnya dapat dibagi menjadi empat tahap (Godschalk, 1999), yaitu:

1. Mitigasi, yang dilakukan sebelum terjadinya bencana.

2. Kesiagaan, menyangkut aktifitas singkat yang dilakukan saat peringatan adanya, bencana diterima, misalnya proses evakuasi dan perlindungan sementara terhadap bangunan. merupakan contoh fenomena destruktif yang.

3. Penanggulangan, mencakup pertolongan kesehatan dan penyuluhan jangka pendek, misalnya operasi SAR. Atau

4. Perbaikan kembali (recovery). dilakukan setelah terjadinya bencana.

misalnya pembangunan bangunan yang rusak.

Tahapan-tahapan tersebut merupakan suatu sistem yang bersatu dengan bencana alam yang terjadi, dimana untuk masing- masing tahap dilakukan evaluasi sebagai input , penyusun program mitigasi bencana yang semakin laik. Dengan demikian pada pelaksanaan mitigasi. terjadi pertemuan antara elemen sains (teknik-ilmiah) dan elemen sosial yang harus saling menunjang dan mendukung berjalannya program ini.

(10)

Kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam, yaitu sebelum, pada saat dan sesudah bencana terjadi. merupakan unsur elemen sosial yang dapat dibagi dalam berbagai kajian, antara lain demografi, geografi serta infrastruktur sosioekonomi. Sedangkan unsur elemen sains dapat berupa pemahaman sifat dan mekanisme fisis bencana alam.

Integrasi antara kedua unsur ini selanjutnya merupakan penyusun program mitigasi yang akan dilakukan yang memiliki dua tujuan utama yaitu peningkatan keselamatan dan kesinambungan usaha pencegahan serta penanggulangan bencana alam. Selanjutnya akan diuraikan peranan geodesi dalam program mitigasi yaitu dari aspek sains dan integrasi antara aspek sains serta social.

Gambar 1. Skema Sistem Informasi Mitigasi Bencana (Setyadji. 2002)

(11)

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Geodesi sebagai salah satu disiplin ilmu sains yang mempelajari tentang bumi memulti peranan penting di dalam pengadaan dan penyajian data serta informasi spasial yang terkait dalam program mitigasi. Secara global. Peranan geodesi dalam mitigasi ini terbagi dalam dua bagian yaitu :

1. Pertama adalah dari aspek sains yang terkait dengan pemahaman fisis dan mekanisme bencana secara geometrik menggunakan analisis data geodetic yang merupakan fungsi ruang dan waktu.

2. Kedua adalah dalam masalah integrasi antara aspek sains dan aspek social sebagai fungsi ruang dan waktu yang diwujudkan dalam sistem informasi manajemen bencana dengan hasil berupa analisis statistik spasial serta permodelan dinamik.

Penerapan metodologi serta teknologi geodetik didasarkan berbagai karakteristik dari masing-masing obyek bencana, demikian pula dengan analisis pemodelan dinamiknya. Hasil akhir yang diperoleh diharapkan sebagai input yang handal dalam pelaksanaan program mitigasi

Saran

Kebijakan Manajemen Bencana Nasional harus mengacu kepada rencana pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJPN dan RPJMN dan Agenda Nawacita Pemerintah. Kebijakan BNBP dikoordinasikan dengan Kementerian Bappenas.

Referensi

Dokumen terkait