MAKALAH
PERKEMBANGAN TAFSIR DI NUSANTARA BIDANG STUDI ULUMUL QUR’AN
KELOMPOK 13
Penyusun
M. Arif Al Fata (230602206) Faiz Kausar Azizi (230602204)
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DOSEN PENGAMPU:
Zakiah Lc, M.Ag.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang maha esa karena dengan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ulumul Qur’an, dengan judul:
Perkembangan Tafsir di Nusantara
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibuk:
Zakiah, Lc., M.Ag.
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini pula dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Banda Aceh, 28 Februari 2024
DAFTAR ISI
SAMPUL...
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...1
C. Tujuan Penulisan...1
BAB II PEMBAHASAN...2
A. Penyebaran Islam di Nusantara...2
B. Perbedaan Pendekatan Tafsir di Nusantara...3
C. Relevansi Perkembangan Tafsir di Nusantara...5
BAB III PENUTUP...6
A. Kesimpulan ...6
B. SARAN...6
DAFTAR PUSAKA...8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perkembangan Tafsir di Nusantara merupakan sebuah fenomena yang kaya akan sejarah, budaya, dan intelektualitas. Sebagai wilayah yang telah lama terpapar oleh ajaran Islam, Nusantara menjadi tempat di mana pemahaman dan interpretasi terhadap teks suci Al-Quran telah berkembang secara signifikan. Sejak masa awal penyebaran Islam di wilayah ini, tafsir Al-Quran telah menjadi bagian integral dari kehidupan intelektual dan spiritual masyarakat.
Dalam konteks ini, penelitian mengenai perkembangan tafsir di Nusantara menawarkan wawasan yang mendalam tentang bagaimana Islam disesuaikan dengan kebudayaan lokal, serta bagaimana proses interpretasi Al-Quran berkembang dalam berbagai konteks sejarah, politik, sosial, dan budaya. Dengan melacak perkembangan tafsir di Nusantara dari masa ke masa, kita dapat memahami bagaimana tokoh-tokoh intelektual dan ulama lokal memainkan peran penting dalam merumuskan dan menyebarluaskan pemahaman keagamaan di wilayah ini.
Melalui makalah ini, akan dilakukan tinjauan mendalam terhadap berbagai aspek perkembangan tafsir di Nusantara, mulai dari sejarah awal penyebaran Islam, perbedaan pendekatan dengan tafsir di wilayah lain, hingga tantangan dan peluang dalam mengembangkan tafsir di era digital saat ini. Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk memberikan kontribusi yang berharga dalam pemahaman kita tentang keragaman interpretasi Al-Quran di Nusantara serta pentingnya konteks lokal dalam memahami teks suci bagi umat Muslim di wilayah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah awal penyebaran Islam di Nusantara memengaruhi perkembangan tafsir Al-Quran di wilayah ini?
2. Bagaimana perbedaan pendekatan tafsir di Nusantara dengan tafsir di wilayah lain, dan apa faktor-faktor yang memengaruhinya?
3. Bagaimana relevansi perkembangan tafsir di Nusantara dengan pemahaman keagamaan umat Muslim di wilayah ini pada saat ini?
C. Tujuan Penulisan
1. Menelusuri sejarah perkembangan tafsir Al-Quran di Nusantara untuk memahami pengaruh awal penyebaran Islam terhadap interpretasi teks suci di wilayah ini.
2. Menjelaskan perbedaan pendekatan dan metode tafsir di Nusantara dibandingkan dengan tafsir di wilayah lain serta mengidentifikasi faktor-faktor yang
memengaruhinya.
3. Menganalisis relevansi perkembangan tafsir di Nusantara dengan pemahaman keagamaan umat Muslim di wilayah ini pada saat ini, serta menyoroti
implikasinya dalam konteks sosial dan keagamaan yang lebih luas.
BAB II
PEMBAHASAN A. Penyebaran Islam di Nusantara
Penyebaran Islam di Nusantara adalah proses menyebarnya agama Islam di Nusantara (sekarang Indonesia). Islam dibawa ke Nusantara / Indonesia pertama kali Abad ke-7 pada tahun 31 H / 651 M Ketika itu, Khalifah Utsman bin 'Affan mengirimkan utusan ke Tiongkok untuk memperkenalkan Daulah Islam yang baru saja berdiri, kurun waktu itu di jawa pada Tahun 451 H - 492 H atau 1082 M - 1102 M diketemukan banyak makam muslim antara lain sayiddah Fatimah binti Maimun bin hibatullah.
Dalam kesempatan tersebut, utusan Waliyullah beberapa kali mampir ke daratan Nusantara hingga mampu membangun relasi perdagangan di pantai Sumatra bagian barat Padang Aceh pada tahun 674 M oleh pedagang dari arab selama abad ke 6 M-11 M, lalu masyarakat telah menjadi agama islam kurun waktu abad ke-13 M - 16 M telah melampaui jumlah penganut Hindu & Buddhisme sebagai agama dominan bangsa Jawa dan Sumatra. Bali mempertahankan mayoritas Hindu, sedangkan pulau-pulau timur sebagian besar tetap menganut animisme sampai abad 17 M - 18 M ketika agama Kristen menjadi dominan di daerah tersebut & sebagian pembesar kaum kafir banyak menghapus sejarah serta memutar balikan fakta dengan kenyataan.
Penyebaran Islam di Nusantara pada awalnya didorong oleh meningkatnya jaringan perdagangan di luar kepulauan Nusantara. Pedagang dan bangsawan dari kerajaan besar Nusantara biasanya adalah yang pertama mengadopsi Islam. Kerajaan yang dominan, termasuk Kesultanan Mataram (di Jawa Tengah sekarang), dan Kesultanan Ternate dan Tidore di Kepulauan Maluku di timur. Pada akhir abad ke-13, Islam telah berdiri di Sumatera Utara, abad ke-14 di timur laut Malaya, Brunei, Filipina selatan, di antara beberapa abdi kerajaan di Jawa Timur, abad ke-15 di Malaka dan wilayah lain dari Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia). Meskipun diketahui bahwa penyebaran Islam dimulai di sisi barat Nusantara, kepingan-kepingan bukti yang ditemukan tidak menunjukkan gelombang konversi bertahap di sekitar setiap daerah Nusantara, melainkan bahwa proses konversi ini rumit dan lambat.
Meskipun menjadi salah satu perkembangan yang paling signifikan dalam sejarah Indonesia, bukti sejarah babak ini terkeping-keping dan umumnya tidak informatif sehingga pemahaman tentang kedatangan Islam ke Indonesia sangat terbatas. Ada perdebatan di antara peneliti tentang apa kesimpulan yang bisa ditarik tentang konversi masyarakat Nusantara kala itu.[1]:3 Bukti utama, setidaknya dari tahap-tahap awal proses konversi ini, adalah batu nisan dan beberapa kesaksian peziarah, tetapi bukti ini hanya dapat menunjukkan bahwa umat Islam pribumi ada di tempat tertentu pada waktu tertentu. Bukti ini tidak bisa menjelaskan hal-hal yang lebih rumit seperti bagaimana gaya hidup dipengaruhi oleh agama baru ini, atau seberapa dalam Islam mempengaruhi masyarakat. Dari bukti ini tidak bisa diasumsikan, bahwa karena penguasa saat itu dikenal sebagai seorang Muslim, maka proses Islamisasi daerah itu telah lengkap dan mayoritas penduduknya telah memeluk Islam; namun proses konversi ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan terus berlangsung di Nusantara, bahkan tetap berlangsung sampai hari ini di Indonesia modern. Namun demikian, titik balik yang jelas terjadi adalah ketika
Kerajaan Hindu Majapahit di Jawa dihancurkan oleh Kerajaan Islam Demak. Pada 1527, pemimpin perang Muslim Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa yang baru ditaklukkannya sebagai "Jayakarta" (berarti "kota kemenangan") yang akhirnya seiring waktu menjadi "Jakarta". Asimilasi budaya Nusantara menjadi Islam kemudian meningkat dengan cepat setelah penaklukan ini.1
Sejak awal penyebaran Islam di Nusantara, tafsir Al-Quran telah menjadi bagian integral dari proses akulturasi dan adaptasi agama baru di wilayah ini. Pengaruh awal penyebaran Islam sangat memengaruhi perkembangan tafsir Al-Quran di Nusantara, menciptakan kerangka interpretatif yang unik dan khas bagi masyarakat yang berada di kepulauan ini.
Pada awalnya, Islam tiba di Nusantara melalui berbagai jalur perdagangan dan misi dakwah dari dunia Arab dan Persia. Para pedagang, ulama, dan mubaligh yang datang membawa tidak hanya ajaran agama, tetapi juga pengetahuan dan pemahaman tentang Al- Quran. Inilah titik awal di mana tafsir Al-Quran mulai diperkenalkan dan diterima oleh masyarakat Nusantara.Pengaruh awal penyebaran Islam dari dunia Arab terlihat dalam bentuk penggunaan bahasa Arab dalam penafsiran dan pemahaman Al-Quran. Bahasa Arab menjadi bahasa utama untuk studi agama dan ilmu pengetahuan di kalangan ulama dan intelektual Nusantara. Hal ini memungkinkan penyebaran dan pemahaman Al-Quran secara lebih luas di antara masyarakat yang tinggal di kepulauan ini.
Selain itu, pengaruh awal penyebaran Islam dari dunia Arab juga tercermin dalam penggunaan metode tafsir yang dipengaruhi oleh tradisi intelektual Arab. Metode tafsir yang digunakan di Nusantara sering kali mencerminkan pendekatan interpretatif yang dikembangkan oleh ulama dan ahli tafsir dari dunia Arab, meskipun dengan penyesuaian yang sesuai dengan konteks lokal.Pentingnya pengaruh awal penyebaran Islam dari dunia Arab dalam perkembangan tafsir di Nusantara tidak dapat dilebih-lebihkan. Hal ini membentuk fondasi yang kuat bagi pemahaman Al-Quran di wilayah ini dan memberikan landasan bagi pengembangan pemikiran keagamaan dan intelektual di masa yang akan datang.
Dengan demikian, pengaruh awal penyebaran Islam dari dunia Arab telah membentuk landasan yang kuat bagi perkembangan tafsir Al-Quran di Nusantara. Melalui proses akulturasi dan adaptasi, masyarakat Nusantara telah mampu menggabungkan warisan intelektual dan spiritual dari dunia Arab dengan konteks lokal mereka sendiri, menciptakan kerangka interpretatif yang unik dan khas bagi pemahaman Al-Quran di wilayah ini.
B. Perbedaan Pendekatan Tafsir di Nusantara
Perkembangan tafsir Al-Qur‟an Indonesia sangat berbeda dengan di dunia Arab di mana ilmu tersebut lahir, perbedaan ini terjadi karena Indonesia memiliki budaya dan bahasa yang berbeda dengan Arab. Penelitian mendalam menunjukkan bahwa perkembangan sejarah tafsir di Indonesia dapat dilacak melalui sejarah masuknya Islam ke Nusantara. Masyarakat Nusantara yang terkenal ramah, suka menolong, dan
1 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penyebaran_Islam_di_Nusantara
memuliakan setiap tamu yang datang membuat penyebaran ajaran Islam di Nusantara berkembang pesat, demikian juga dengan ilmu Tafsir sebagai salah satu ilmu inti dari ajaran Islam.2
Perbedaan pendekatan dalam tafsir Al-Quran di Nusantara dibandingkan dengan wilayah lain menunjukkan keragaman budaya, sejarah, dan konteks lokal yang mempengaruhi interpretasi dan aplikasi teks suci dalam masyarakat Muslim di setiap tempat. Meskipun tujuan utama tafsir Al-Quran di seluruh dunia Muslim adalah untuk memahami pesan dan ajaran agama, pendekatan interpretatif dapat sangat bervariasi tergantung pada latar belakang budaya, sejarah, dan pemikiran teologis yang ada.
Di Nusantara, pendekatan dalam tafsir Al-Quran sering kali mencerminkan proses akulturasi antara Islam dan budaya lokal yang beragam. Islam tiba di Nusantara melalui jalur perdagangan maritim dan misi dakwah, yang memungkinkan interaksi yang intens antara ajaran agama dengan tradisi lokal yang sudah ada, seperti tradisi Hindu-Budha di masa lalu. Sebagai hasilnya, tafsir Al-Quran di Nusantara menonjolkan pemahaman teks suci dalam konteks sosial, budaya, dan sejarah yang unik bagi wilayah tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan pendekatan tafsir di Nusantara dengan wilayah lain antara lain:
1. Konteks Budaya: Budaya Nusantara yang beragam, dengan berbagai suku, bahasa, dan tradisi, memainkan peran kunci dalam membentuk pendekatan tafsir Al-Quran.
Pengaruh budaya lokal dapat ditemukan dalam penafsiran simbolik, metaforis, dan kontekstual Al-Quran di Nusantara. Misalnya, banyak tafsir di Nusantara yang menggunakan contoh-contoh dari budaya lokal untuk menjelaskan konsep-konsep dalam Al-Quran.
2. Sejarah Penyebaran Islam: Proses penyebaran Islam di Nusantara melalui jalur perdagangan maritim, misi dakwah, dan kerajaan-kerajaan Islam memiliki dampak langsung pada perkembangan tafsir Al-Quran. Interaksi antara ulama Arab dan Persia dengan ulama dan intelektual lokal, serta adopsi elemen-elemen budaya lokal dalam praktik keagamaan, menjadi faktor penting dalam membentuk pendekatan tafsir yang unik di wilayah ini.
3. Pengaruh Ulama Lokal: Tokoh-tokoh intelektual dan ulama lokal di Nusantara memiliki peran yang signifikan dalam membentuk pendekatan tafsir Al-Quran yang khas. Pemikiran dan interpretasi mereka tentang Al-Quran sering kali mencerminkan realitas sosial, politik, dan budaya di wilayah tersebut. Ulama-ulama ini juga berkontribusi dalam merumuskan kerangka pemikiran keagamaan dan moral yang sesuai dengan konteks lokal.
4. Penggunaan Bahasa: Penggunaan bahasa lokal dalam tafsir Al-Quran di Nusantara juga mempengaruhi pendekatan interpretatif. Bahasa-bahasa seperti Melayu, Jawa, Sunda, atau bahasa daerah lainnya digunakan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan teks suci Al-Quran sesuai dengan konteks budaya dan kebutuhan komunitas Muslim di wilayah tersebut.
Dengan memahami perbedaan pendekatan tafsir di Nusantara dengan wilayah lain serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, kita dapat menghargai keragaman interpretasi
2 http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/jsa/article/download/5131/2856/
Al-Quran dalam konteks budaya dan sejarah yang berbeda-beda. Hal ini memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana Islam terakulturasi dalam budaya dan masyarakat di Nusantara serta kontribusinya terhadap pemahaman keagamaan, toleransi, dan keberagaman budaya dalam wilayah ini.
C. Relevansi Perkembangan Tafsir di Nusantara
Pengaruh dunia Arab terhadap perkembangan tafsir di Nusantara memiliki relevansi yang sangat besar, baik dalam konteks historis maupun kontemporer. Hal ini tidak hanya memengaruhi pemahaman keagamaan tetapi juga membentuk pola pikir dan identitas budaya masyarakat di wilayah ini.
Relevansi historis dari pengaruh dunia Arab di Nusantara dapat dilihat melalui beberapa aspek yang sangat penting. Pertama-tama, penyebaran Islam di Nusantara tidak terlepas dari peran ulama dan pedagang Arab yang membawa ajaran Islam melalui jalur perdagangan maritim dan misi dakwah. Mereka tidak hanya membawa agama, tetapi juga membawa pemahaman mendalam tentang Al-Quran dan metodologi tafsir yang telah terbentuk dalam lingkungan intelektual Arab. Kedua, pengenalan tafsir Al-Quran oleh tokoh-tokoh intelektual Arab menjadi landasan bagi pengembangan pemahaman keagamaan di Nusantara. Masyarakat Nusantara memperoleh akses terhadap metode interpretasi dan tradisi penafsiran Al-Quran yang telah terbentuk dalam tradisi intelektual Arab. Ketiga, pengaruh dunia Arab tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan, tetapi juga mencakup akulturasi budaya antara Islam dan tradisi lokal di Nusantara. Hal ini tercermin dalam praktik keagamaan, seni, sastra, dan adat istiadat yang terbentuk di wilayah ini, menciptakan keragaman budaya yang kaya dan unik.
Di sisi lain, relevansi kontemporer dari pengaruh dunia Arab terhadap tafsir di Nusantara juga sangat signifikan. Meskipun telah terjadi perkembangan lokal yang signifikan dalam bidang tafsir, warisan intelektual dan metodologi interpretatif dari dunia Arab tetap dihargai dan dipelajari oleh ulama dan cendekiawan di Nusantara. Keterkaitan budaya antara Nusantara dan dunia Arab terus terjalin melalui pertukaran ilmu pengetahuan, budaya, dan ekonomi, mempengaruhi interpretasi dan pemahaman Al- Quran di Nusantara. Dampak ini tidak hanya terasa dalam pemahaman keagamaan tetapi juga dalam pembentukan identitas budaya dan keragaman di wilayah ini. Pengaruh dunia Arab membantu membentuk identitas Islam di Nusantara, di mana masyarakat merasakan kedekatan dengan dunia Arab dan menganggapnya sebagai bagian integral dari warisan keagamaan dan budaya mereka.
Oleh karena itu, pengaruh dunia Arab terhadap perkembangan tafsir di Nusantara memiliki relevansi yang kuat dalam sejarah dan konteks kontemporer. Dampaknya meluas dari pemahaman keagamaan hingga pembentukan identitas budaya dan keragaman di wilayah ini, menciptakan suatu kesinambungan yang penting antara masa lampau, masa kini, dan masa depan.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Perkembangan Tafsir di Nusantara merupakan fenomena yang akan terus mempengaruhi pendidikan, kebudayaan, dan intelektualitas. Sebagai wilayah yang sangat dipengaruhi oleh Islam, Nusantara telah menjadi tempat yang signifikan untuk pemahaman dan interpretasi Alquran. Menjelang era Islam di Nusantara, tafsir telah menjadi bagian integral dari kehidupan intelektual dan spiritual masyarakat. Penelitian pengembangan Tafsir di Nusantara bertujuan untuk memahami hubungan antara Islam dan budaya lokal, proses penafsiran Alquran, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian ini bertujuan untuk berkontribusi dalam memahami kompleksitas penafsiran Alquran di Nusantara dan pentingnya konteks lokal dalam memahami Alquran bagi umat Islam di wilayah tersebut.
Makalah ini juga bertujuan untuk menganalisis perbedaan metode dan metode Tafsir di Nusantara dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Temuan ini akan berkontribusi untuk memahami perkembangan Tafsir di Nusantara dan implikasinya dalam konteks sosial dan spiritual yang lebih luas.
B. SARAN
Setelah menelusuri sejarah yang kaya dan kompleks dari penyebaran Islam di Nusantara serta menganalisis perbedaan pendekatan tafsir yang muncul dalam wilayah ini, dapat disimpulkan bahwa Islam di Nusantara memiliki kedalaman budaya dan keragaman interpretatif yang mempengaruhi cara masyarakat setempat memahami dan menerapkan ajaran Islam dalam konteks lokal mereka.
Relevansi dari pemahaman ini terhadap Islam di Nusantara dan kajian tafsir secara global sangatlah penting. Kajian ini tidak hanya memberikan wawasan yang dalam tentang proses penyebaran Islam di kawasan ini, tetapi juga mengungkapkan kompleksitas dalam pengembangan pemikiran keagamaan dan tafsir Al-Qur'an di tengah berbagai pengaruh budaya dan sosial.
Implikasi praktis dari temuan ini tidak dapat diabaikan. Dalam konteks masyarakat Nusantara yang semakin terbuka dan terhubung secara global, pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah penyebaran Islam dan perbedaan pendekatan tafsir dapat memperkaya dialog antaragama dan antarbudaya serta mempromosikan pemahaman yang lebih inklusif tentang Islam sebagai agama yang universal.
Meskipun demikian, kita juga perlu menyadari keterbatasan penelitian ini. Faktor- faktor seperti keterbatasan sumber daya dan ruang lingkup penelitian yang terbatas dapat membatasi kemampuan kita untuk mengungkap seluruh kompleksitas dari fenomena ini.
Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam dalam bidang ini.
Tantangan dan peluang di masa depan terkait dengan pemahaman tentang Islam di Nusantara dan kajian tafsir juga harus diperhatikan. Misalnya, bagaimana kita dapat mengatasi tantangan seperti polarisasi dan ketegangan antar keyakinan yang masih ada di masyarakat, sementara juga memanfaatkan peluang untuk mempromosikan dialog yang konstruktif dan pemahaman yang lebih dalam tentang Islam dan tafsir Al-Qur'an.
Dalam penutup, saya mengundang pembaca untuk terlibat dalam diskusi lebih lanjut tentang topik yang telah dibahas dalam makalah ini. Sarankan topik-topik penelitian potensial atau pertanyaan-pertanyaan yang menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut, sehingga kita dapat terus memperkaya pemahaman kita tentang Islam di Nusantara dan tafsir Al-Qur'an dalam konteks yang semakin kompleks dan beragam ini.
DAFTAR PUSAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penyebaran_Islam_di_Nusantara
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/jsa/article/download/5131/2856/