MAKALAH PRAKTIKUM 1 LBM 3 BLOK 28 FIBROADENOMA & INTRADUCTAL PAPILLOMAS
Dosen Pengampu : Hanifatur Rosyidah, S.Si.T, MPH
Anggota Kelompok :
1. Ainy Magdalena 32102000024
2. Citra Mutiara Julianti 32102000028 3. Elisa Nila Desy Maharani 32102000031 4. Fatya Angesti Ningrum 32102000032 5. Kamelia Adiyawan 32102000034 6. Khusnu Ummil Umroh 32102000036
7. Nur Fauziyah 32102000040
8. Salsabila Lintang 32102000050 9. Saulla Roro Kinasih 32102000051 10. Khunaifa Azkiyati 32102000062 11. Ratna Fadila Putri 32102000071
PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, anugerah, dan kekuatan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Makalah Praktikum 1 LBM 3 Blok 28 Fibroadenoma & Intraductal Papillomas”. Sholawat serta salam tak lupa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman Islamiyah.
Makalah ini, disusun untuk memenuhi tugas Praktikum 1 LBM 3 Blok 28. Makalah dengan judul “Makalah Praktikum 1 LBM 3 Blok 28 Fibroadenoma & Intraductal Papillomas”
ini berisi pembahasan mengenai gangguan Infeksi dalam Masa nifas dengan Fibroadenoma &
Intraductal Papillomas.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Hanifatur Rosyidah, S.Si.T, MPH selaku pembimbing dalam Praktikum 1 LBM 3 Blok 28. Penyusun telah berusaha menyusun makalah ini sebaik-baiknya, tetapi kekurangan dan kesalahan pasti ada. Untuk itu, kami menerima saran, kritik yang bersifat membangun supaya makalah ini menjadi lebih baik.
Harapan penyusun, semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan semua pihak untuk menambah ilmu pengetahuan. Aamiin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Semarang, 1 Maret 2023
Kelompok 1 SGD 1
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...2
DAFTAR ISI...3
BAB I PENDAHULUAN...4
A. LATAR BELAKANG...4
B. RUMUSAN MASALAH...4
C. TUJUAN...4
BAB II PEMBAHASAN...5
A. Definisi...5
B. Etiologi...5
C. Patofisiologi...6
D. Tanda Gejala...6
E. Pengaruh Terhadap Masa Nifas...6
F. Pencegahan...6
G. Prognosis...7
H. Penatalaksanaan...7
I. Komplikasi...7
BAB III PENUTUPAN...9
DAFTAR PUSTAKA...10
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Fibroadenoma Mammae (FAM) yaitu tumor jinak pada payudara yang berbatas jelas dan berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. Frekuensi FAM yang paling tinggi adalah wanita yang berumur 20-25 tahun. Fibroadenoma Mammae bila dibiarkan tumbuh akan memiliki risiko tinggi terjadinya kanker payudara, dan apabila fibroadenoma mammae tidak diangkat dengan sempurna akan terjadi kekambuhan.
Fibroadenoma mammae dapat diketahui lebih awal dengan melakukan deteksi dini yaitu pemeriksaan payudara sendiri. SADARI merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk mencegah terjadinya fibroadenoma mammae dan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi, dikarenakan sekitar 85% kelainan di payudara pertama kali dikenali oleh penderita itu sendiri Para wanita akan mampu melakukan SADARI apabila terjadi perubahan pada payudaranya
Papiloma intraduktal, atau disebut juga polip payudara, merupakan tumor jinak alias tidak bersifat kanker. Kemungkinannya untuk berkembang menjadi sel kanker juga sangat kecil.
Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita berusia 35-55 tahun dan umumnya polip payudara paling sering terjadi pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Umumnya, kondisi yang juga dikenal dengan sebutan polip payudara ini muncul pada puting. Namun, kemunculannya juga dapat ditemui di area lain pada payudara. Tidak seperti kanker payudara, papiloma intraduktal tidak berbahaya. Jenis tumor ini tidak tumbuh, menyebar, maupun merusak fungsi jaringan atau organ di sekitarnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui definisi Fibroadenoma & Intraductal Papillomas 2. Mengetahui penyebab Fibroadenoma & Intraductal Papillomas 3. Mengetahui patofisiologi Fibroadenoma & Intraductal Papillomas 4. Mengetahui tanda gejala Fibroadenoma & Intraductal Papillomas 5. Mengetahui diagnosis Fibroadenoma & Intraductal Papillomas 6. Mengetahui penatalaksanaan Fibroadenoma & Intraductal Papillomas 7. Mengetahui komplikasi Fibroadenoma & Intraductal Papillomas 8. Mengetahui pencegahan Fibroadenoma & Intraductal Papillomas C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi Fibroadenoma & Intraductal Papillomas 2. Untuk mengetahui penyebab Fibroadenoma & Intraductal Papillomas 3. Untuk mengetahui patofisiologis Fibroadenoma & Intraductal Papillomas 4. Untuk mengetahui tanda gejala Fibroadenoma & Intraductal Papillomas 5. Untuk mengetahui pengaruh Fibroadenoma & Intraductal Papillomas
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Fibroadenoma & Intraductal Papillomas
7. Untuk mengetahui komplikasi terjadinya Fibroadenoma & Intraductal Papillomas
8. Untuk mengetahui pencegahan Fibroadenoma & Intraductal Papillomas
BAB II PEMBAHASAN
I. FIBROADENOMA
A. Definisi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum ditemukan.
Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada kuadran atas lateral. Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat dengan konsistensi padat. Tumor ini tidak melekat pada jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan.
Fibroadenoma paling sering terdeteksi secara kebetulan selama pemeriksaan medis atau selama pemeriksaan sendiri. Fibroadenoma raksasa biasanya ditemui pada perempuan hamil atau menyusui.
B. Etiologi
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Peningkatan aktivitas estrogen absolut atau relatif dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan fibroadenoma, dan sesungguhya lesi serupa dapat muncul dengan perubahan fibrokistik (perubahan fibroadenomatoid). Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammae yang dapat memicu pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.
C. Patofisiologi
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Fibroadenoma berkembang dari unit lobular duktus terminal karena proliferasi tak terkendali dari komponen epitel dan stroma (mungkin karena stimulasi estrogen) yang melibatkan bagian dari jaringan sekitarnya. Pertumbuhan jaringan ini sebagian dikompresi, sehingga menciptakan semacam pseudokapsul.
Fibroadenoma memiliki struktur internal yang terdiri dari stroma dan elemen epitel. Unsur stroma mungkin mengalami degenerasi myxoid, seperti sklerosis, hialinisasi dan kalsifikasi, sedangkan elemen epitel dapat menimbulkan semua aspek proliferasi dan non- proliferasi yang mungkin dari parenkim payudara, seperti metaplasia apokrin, hiperplasia duktus, sklerosing adenosis dan kemerahan. Fibroadenoma yang ditandai dengan apokrin metaplasia, hiperplasia duktus, sclerosing adenosis atau kista yang didefinisikan sebagai
"kompleks".
D. Tanda Gejala
Pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan fibroadenoma relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur dalam beberapa bulan.
siklus menstruasi dan selama kehamilan. Setelah menopause adenofibroma mengalami regresi dan kalsifikasi.
E. Diagnosis
Pada pemeriksan fisik dapat dijumpai massa soliter, diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan fibroblast di sekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-kira 1–3 cm, tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga membentuk nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi tersering adalah pada kuadran lateral atas payudara. Tidak terlihat adanya perubahan kontur payudara yang berarti.
F. Penatalaksanaan
Pilihan tatalaksana konservatif yang tersedia bagi perempuan yang didiagnosis fibroadenoma meliputi observasi atau observasi bedah. Fibroadenoma dapat dengan aman diobservasi jika tingkat pertumbuhan volume kurang dari 16% pada mereka yang lebih muda dari 50 tahun dan kurang dari 13% per bulan pada mereka 50 tahun atau lebih. Dua pendekatan baru, eksisi perkutan dan in situ cryoablasi, telah dikembangkan dankurang invasif dibandingkan eksisi bedah. 13Studi terbaru menunjukkan bahwa sebagai terapi utama untuk fibroadenoma payudara, cryoablasi perkutan aman dan efektif dengan hasil yang tahan lama dan segi kosmetik yang baik.
Cryoablasi adalah cara cepat serta efisien untuk membekukan fibroadenoma hinggamati.
Cryoablasi hanya membeku benjolannya saja sehingga jaringan sehat dapat mengambil alih.
Prosedur ini relatif sederhana dan menghasilkan bekas luka kecil. Setelah lesi terlokalisasi di bawah bimbingan USG, cryoprobe dimasukkan ke payudara dan dipandu ke pusat lesi, dan diameter cross sectional diukur. Upaya ini dilakukan untuk menempatkan probe melalui sumbu panjang fibroadenoma.Real-time USG digunakan secara bersamaan untuk memandu pembentukan bola es. Siklus freeze-thawganda selalu digunakan pada prosedur ini. Pembentukan tepi bola es sangat echogenic, memungkinkan untuk pemantauan oleh USG. Tetesan dan suntikan salin steril di antara kulit dan pembentukan bola es meningkatkan jarak satu sama lain sebaga ruang pelindung kulit. evolusi teknik pembekuan cryoablation, ditambah dengan perbaikan dalam desain cryoprobe, telah menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam keamanan dan efektivitas prosedur ini Baik penghapusan atau biopsi dari massa sisa mengungkapkan matriks hialin menyusut dengan arsitektur kolagen yang diawetkan. Mammografi menunjukkan penyembuhan efek masa dengan dikelilingi reaksi parenkimal ringan di sekitarnya.
G. Komplikasi
Pada sebagian besar kasus, fibroadenoma tidak menyebabkan komplikasi dan tidak meningkatkan risiko penderitanya terserang kanker payudara. Akan tetapi, risiko terjadinya kanker payudara akan meningkat jika jenis fibroadenoma yang diderita adalah complex fibroadenoma atau phyllodes tumor.
H. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan yang paling utama. Caranya adalah dengan upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Hal-hal yang dapat dilakukan dengan pencegahan primer, yaitu:
a. Pahami keadaan diri anda dan mengatur usia reproduksi b. Berikan ASI pada anak anda dan menjaga berat badan
c. Hindari alkohol dan rokok serta diet makanan sehat/kurangi lemak d. Menghindari stress dan rajin Olahraga
e. Makanan lebih banyak buah dan sayuran f. Cukupi kebutuhan vitamin D
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini melalui beberapa metode seperti mammografi atau SADARI (periksa payudara sendiri)
3. Pencegahan tersier
Pencegahan ini ditujukan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara dan penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan
a. Operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita.
b. Tindakan kemoterapi dengan sitostatika.
c. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik
II. INTRADUCTAL PAPILLOMAS
A. Definisi
Papilloma intraductal adalah tumor jinak yang ditemukan di dalam saluran payudara.
Tumor ini terdiri dari jaringan kelenjar, jaringan fibrosa, dan pembuluh darah fibrovaskular.
B. Etiologi
Benjolan papiloma intraduktal terbentuk karena adanya pertumbuhan sel-sel di saluran duktus yang lebih cepat dari biasanya. Berkembangnya tumor ini dipengaruhi oleh pertambahan usia dan perubahan pada payudara. Umumnya, kondisi ini menyerang wanita berusia 33 hingga 55 tahun.
C. Patofisiologi
Papiloma intraduktal dapat muncul sebagai massa tunggal (soliter papilloma) yang biasanya teraba di dekat puting. Namun, benjolan tersebut juga bisa hadir dalam jumlah yang lebih banyak (multiple papilloma) dan umumnya tumbuh di area yang jauh dari puting. Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita berusia 35-55 tahun. Pada kasus yang sangat jarang terjadi, papiloma intraduktal juga dapat muncul pada laki-laki. Papiloma intraduktal, atau disebut juga polip payudara, merupakan tumor jinak alias tidak bersifat kanker. Kemungkinannya untuk berkembang menjadi sel kanker juga sangat kecil. Meski begitu, kondisi ini bisa meningkatkan risiko terkena kanker payudara di masa depan. Oleh karena itu, pertumbuhan jaringan papiloma
Gejala papilloma intraductal, baik soliter atau multipel, dapat menyerupai kanker payudara dan kondisi lainnya. Untuk alasan ini, penting untuk menemui dokter tentang segala perubahan pada payudara, termasuk benjolan, keluar cairan dari puting, nyeri, atau gatal.
1. keluarnya puting bening atau berdarah 2. benjolan di belakang atau di samping puting 3. saat menyusui terdapat sedikit darah dalam ASI
4. beberapa papilloma intraductal lebih kecil dan terbentuk di saluran susu yang lebih kecil, lebih jauh dari puting susu
E. Diagnosis
Pemeriksaan fisik : Dokter akan memeriksa puting cairan dan perubahan bentuk dan tekstur payudara, seperti: seperti cairan puting bening atau berdarah (atau benjolan payudara), atau mungkin muncul sebagai area abnormal.
Tes pencitraan : Ini termasuk mamografi, MRI , dan pemindaian ultrasound atau USG.
Tes laboratorium : Cairan puting dapat mengandung sel yang mengindikasikan kanker.
Duktuskopi mammae : Prosedur ini melibatkan penggunaan alat tubular yang sangat tipis untuk mengumpulkan sampel dan gambar dari dalam saluran.
Sebuah ductogram (galactogram), di mana pewarna disuntikkan ke dalam saluran puting susu di mana kemungkinan keluarnya cairan dan kemudian dilakukan rontgen, terkadang dapat membantu dalam menemukan papiloma.
Jika gejala atau tes pencitraan dapat menunjukkan dengan tepat area yang menjadi perhatian, biopsi payudara di area tersebut dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis. Dalam beberapa kasus, pembedahan (eksisi saluran) dapat dilakukan untuk melihat area tersebut lebih dekat.
F. Penatalaksanaan
Eksisi lokal atau pengambilan benjolan dari payudara merupakan terapi utama. Hal ini dapat dilakukan dengan bius lokal. Apabila biopsi pada benjolan menunjukkan hasil atipikal hiperplasia pada papiloma ini, maka risiko kanker payudara meningkat dibandingkan dengan hasil penyakit proliferatif dengan atipia. Secara umum, pasien-pasien ini ditangani secara konservatif, papilloma akan terlepas, dan cairan berwarna merah biasanya sembuh secara spontan dalam waktu beberapa minggu. Jika ini tidak terjadi, diindikasi untuk eksisi duktus yang terlibat.
G. Komplikasi
Tidak ada komplikasi signifikan pada intraductal papilloma, komplikasi saat ini yang dapat terlihat setelah biopsi atau setelah eksisi bedah pada intraductal papilloma yaitu terjadinya Komplikasi pasca prosedur mungkin termasuk perdarahan, infeksi, nyeri, nekrosis lemak, dan kemungkinan kelainan bentuk kosmetik pada payudara.
H. Pencegahan
1. Melakukan pemeriksaan SADARI setiap bulanya
2.
Melakukan pemeriksaan mammografi secara rutin pada dokter1.
BAB III PENUTUPAN
Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada kuadran atas lateral. Penyebab fibroadenoma tidak diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, seperti peningkatan mutlak aktivitas estrogen dan terdapat prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammae. Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan permukaan yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. Sedangkan Papilloma intraductal adalah tumor jinak yang ditemukan di dalam saluran payudara. Benjolan papiloma intraduktal terbentuk karena adanya pertumbuhan sel-sel di saluran duktus yang lebih cepat dari biasanya. Berkembangnya tumor ini dipengaruhi oleh pertambahan usia dan perubahan pada payudara. Tanda gejala dari papiloma intraduktal adalah keluarnya puting bening atau berdarah, benjolan di belakang atau di samping puting, saat menyusui terdapat sedikit darah dalam ASI dan beberapa papilloma intraductal lebih kecil dan terbentuk di saluran susu yang lebih kecil, lebih jauh dari puting susu. Pencegahan dari papiloma intraduktal adalah dengan Melakukan pemeriksaan SADARI setiap bulanya dan Melakukan pemeriksaan mammografi secara rutin pada dokter.
Diharapkan dengan adanya materi yang telah dibuat dan telah dipaparkan, dapat menjadi bahan ajar dan tambahan wawasan bagi kita terutama mahasiswa kesehatan, tenaga kesehatan, dan masyarakat.
Dan jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penyusunan materi ini, mohon di maafkan karena kami masih dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tu, S., Yin, Y., Yuan, C., & Chen, H. (2023). Management of Intraductal Papilloma of the Breast Diagnosed on Core Needle Biopsy: Latest Controversies. Phenomics, 1-14.
2. Putri, N. P. Y., & Hudyono, J. (2014). Diagnosis dan Penatalaksanaan Fibroadenoma Payudara.
Jurnal Kedokteran Meditek.
3. Collins LC, Schnitt SJ. Bab 9: Patologi kelainan payudara jinak. Di dalam: Harris JR, Lippman ME, Morrow M, Osborne CK, eds. Penyakit Payudara . edisi ke-5 Philadelphia, Pa: Lippincott Williams & Wilkins; 2014.
4. Rona, Ida, and Nadia Swastika. "Penyuluhan Kesehatan Tentang Periksa Payudara Sendiri (Sadari) Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di MAN 2 Sigli Kabupaten Pidie."
BAKTIMAS: Jurnal Pengabdian pada Masyarakat 4.3 (2022): 156-165.
5.