PENDEKATAN KOGNITIF DALAM MENGATASI GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA
Zefanya Natalia Universitas Merdeka Malang [email protected] Maria Tesalonika Pramedya Nera
Universitas Merdeka Malang [email protected]
Salma Aulia Yuanitas Universitas Merdeka Malang
abstrak
METODE
Penelitian ini menggunakan metode Literatur review atau tinjauan pustaka. Literature review adalah proses kritis dalam mengumpulkan dan mengevaluasi dari berbagai sumber literature yang relevan dengan topik dalam penelitian. Dengan menggunakan literature review, dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang perkembangan berbagai penelitian terkini dan mengidentifikasi kesenjangan penelitian yang ada.
Dalam penggunaan literature review yang baik dapat memberikan dasar teoritis yang kuat, menyediakan kerangka pemikiran, serta mendukung argument-argumen yang disajikan.
Oleh karena itu, dalam memahami pengertian literature, mengakses sumber literature yang terpercaya serta melakukan evaluasi kritis terhadap data-data yang terdapat dalam literature sangat penting untuk menciptakan penelitian yang berkualitas.
Data yang diperoleh menggunakan data sekunder, karena dalam melakukan penelitian data yang diperoleh bukan dari pengamatan secara langsung. Hasil penelitian ini diperoleh peneliti terdahulu dari berbagai sumber data sekunder seperti, laporan ilmiah, artikel, jurnal dan buku.
KAJIAN TEORI
Gangguan makan merupakan masalah utama remaja yang ditandai dengan perubahan perilaku makan menjadi kurang baik, persepsi negatif tentang tubuh (body image). Banyak studi menyatakan bahwa remaja menentukan bentuk tubuh (body shape) berdasarkan karakteristik masyarakat modern yang menyebabkan kekhawatiran berlebih tentang tubuh dan meningkatkan berbagai resiko-resiko dalam perilaku seperti eating disorder.
Awal gangguan makan biasanya terjadi pada masa remaja dan dewasa dengan laju peningkatan terjadi dari usia 10 tahun. Jumlah remaja yang mengalami eating disorders atau ketidaknormalan perilaku makan juga meningkat di negara berkembang. Berdasarkan pemaparan tersebut menunjukkan bahwa perhatian terhadap persepsi tubuh sangat kuat terjadi pada masa remaja. Salah satu para remaja agar mendapatkan tubuh ideal sehingga terlihat menarik dengan cara melakukan diet. Pembatasan konsumsi jenis makanan tertentu atau mempunyai kebiasaan diet yang tidak terkontrol dengan tujuan mendapatkan tubuh ideal. Diet secara berlebih dengan membatasi berbagai konsumsi makanan akan menyebabkan adanya gangguan makan (eating disorders).
Pembatasan konsumsi (diet) dapat merubah persepsi tubuh manusia, persepsi tubuh adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri dan gambaran ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya, perasaan tentang bentuk tubuh, dan serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkan. Sejalan dengan berlangsungnya perubahan zaman, remaja seringkali menjadi tidak puas dengan keadaan tubuhnya, mungkin dikarenakan lemak tubuh bertambah terutama remaja putri. Sedangkan remaja putra menjadi
lebih puas dengan memasuki masa pubertas kemungkinan karena masa otot mereka yang menigkat. Penampilan fisik juga merupakan suatu kontributor yang sangat brpengaruh terhadap rasa percaya diri remaja.
Remaja tergolong dalam vunerable group (rentan) karena merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Hal ini disebabkan adanya konsep persepsi tubuh yang buruk (persepsi negatif) dan dapat menimbulkan dorongan untuk menjadi kurus. Tekanan menjadi lebih kurus menyebabkan adanya ketidakpuasan terhadap tubuhnya dan akan memperngaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang. Dampak negatif selanjutnya meningkatkan kasus gangguan makan (eating disorders) yang termasuk pengendalian makan (dietary restraint).
Salah satu intervensi yang sesuai untuk penderita eating disorders adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT). CBT merupakan terapi yang sesuai untuk penderita eating disorders karena melibatkan pikiran sadar penderita mengenai distorinya terhadap bentuk tubuh disertai tugas rumah sebagai modifikasi perilaku malapatif penderita, yaitu mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan memuntahkannya (Cooper & Grave, 2017). Berdasarkan penelitian- penelitian sebelumnya, dapat diketahui bahwa CBT merupakan intervensi yang efektif untuk mengatasi eating disorders.
Terapi kognitif perilakuan adalah perpaduan pendekatan kognitif dan behavioristik yang bersifat aktif, direktif, mempunyai batas waktu yang kelas dan terstruktur. Terapi ini dilandasi asumsi bahwa perasaan dan perilaku individu ditentukan oleh bagaimana cara individu memandang dunia. Terapi ini bertujuan mengenali pola-pola pemikiran yang terdistorsi dan perilaku disfungsional. Dengan pendekatan model kognitif dari gangguan makan mengendalikan bahwa masalah inti pada semua gangguan makan adalah overcornern dengan bentu dan berat.
Cara spesifik yang terlalu berbeda ini dapat bervariasi (mendorong) hal-hal berikut ini : diet ketat, berat badan rendah, pesta makan, perilaku kompensatori seperti muntah yang diinduksi sendiri, laksatif dan olahraga yang berlebihan.
PEMBAHASAN
Pendekatan kognitif itu sendiri merupakan suatu pendekatan yang meletakkan fokusnya pada cara berpikir dan proses mental dalam hal modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku atau mengubah perilaku seseorang agar dapat menjadikan perilaku seseorang itu dari perilaku yang negatif menjadi perilaku yang positif. Oleh karena hal ini, para remaja perlu diberikan pendekatan ini untuk mengubah perilaku eating disorder yang dapat memberikan efek negatif.
Bahkan efek ini bisa jadi memberikan dampak yang berkepanjangan bagi para remaja.
Remaja gangguan makan atau biasa disebut dengan eating disorder biasanya disertai dengan berbagai alasan. Misalnya melakukan diet atau sedang dalam olahraga yang mana mereka harus menurunkan berat badan mereka. Biasanya para remaja cenderung tidak percaya diri karena penampilan mereka yang berkaitan dengan berat badan. Bisa juga mereka mendapatkan tekanan dari orang-orang sekitar yang membuat mereka merasa semakin tidak percaya diri.
Perilaku kognitif dilakukan agar dapat mencegah perilaku eating disorder. Karena perilaku eating disorder merupakan perilaku yang dapat memberikan efek negatif bagi para pengidapnya. Oleh karenanya, untuk mendukung pencegan perilaku eating disorder diperlukan dukungan-dukungan dari orang-orang sekitar atau orang-orang terdekat. Atau bahkan apabila dirasa eating disorder ini sangat menganggu keseharian diperlukan penanganan khusus dari ahli seperti psikolog atau psikiater agar tidak semakin parah.
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan dalam mencegah hal ini antara lain, meminta pengidap eating disorder untuk menyadari tentang bagaimana perasaan dan pikiran yang muncul.
Apakah perilaku tersebut positif atau negatif. Jika menurut pendapatnya perilaku tersebut positif apa yang menjadi alasannya begitupun jika menurutnya perilaku tersebut negatif apa juga yang menjadi alasannya. Yang kedua, mengajak pengidap eating disorder untuk mengelola pikiran yang menurutnya merupakan bentuk negatif. Jika sudah menyadari apa efek negatifnya maka perlu di kelola lagi untuk ia memahami apa efek yang dilakukan apabila terjadi secara terus- menerus. Membiarkan pengidap untuk terus memberikan pendapatnya tanpa menyalahkan atau menghakimi. Yang selanjutnya adalah membentuk kembali pemikiran yang negatif. Apakah pemikiran tersebut merupakan pandangan yang benar atau malah pandangan yang salah. Seperti contoh misalnya melakukan diet yang berlebihan tidak akan memberikan efek yang baik bagi tubuh namun akan menimbulkan penyakit yang menyerang organ tubuh seperti lambung atau bahkan kekurangan darah atau anemia.
KESIMPULAN
Perilaku eating disorder tentunya tidak asing lagi dikalangan masyarakat terutama para remaja. Perilaku ini dilakukan oleh para remaja karena mereka ingin mengubah penampilan mereka. Hal ini dikarenakan karena bulimia nervosa. Kondisi ini disebabkan karena setiap kali mereka mengonsumsi makanan yang sudah masuk ke dalam tubuh mereka ingin memutahkan kembali makanan mereka.
Diharapkan perilaku ini terus mendapatkan pengawasan dari orang-orang sekitar karena dapat membahayakan tubuh para remaja. Jika dirasa para remaja ingin mendapatkan tubuh yang sesuai dengan keinginan mereka disarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter mengingat remaja masih dalam tahapan usia perkembangan tubuh mereka. Tahapan usia perkembangan ini tentunya membutuhkan asupan energi, asupan nutrisi yang cukup agar mereka dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.
Kurniawan, M. Y., Briawan, D., & Caraka, R. E. (2015). Persepsi tubuh dan gangguan makan pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 11(3), 105-114.
Suprapto, M. H. (2013). I Love My Body: Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan Bibliotherapy dalam Meningkatkan Citra Tubuh Mahasiswi. Jurnal Gema Aktualita, 2(1).